Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH KELAHIRAN PANCASILA

TUGAS MATA KULIAH


PENDIDIKAN PANCASILA (UNO101M)

OLEH:

Ni Wayan Diah Kemaladewi – 2207521221 – Absen 23

Anak Agung Gede Mahardika Juliananda – 2207521222 – Absen 24

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2022
Kata Pengantar

Puja dan puji syukur ke hadapanTuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
rahmatnya, kami Ni Wayan Diah Kamaladewi (23) dan Anak Agung Gede Mahardika
(24) dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul "Sejarah Kelahiran Pancasila"
dengan efektif dan tepat waktu.

Paper disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah C7 Pendidikan Pancasila.


Selain itu, besar harapan kami bahwa suatu hari nanti paper ini bermanfaat untuk
menambah pengetahuan tentang wawasan dan sejarah pancasila bagi para pembacanya.

Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Komang
Sriningsih, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung saat kami berproses untuk menyelesaikan paper ini.

Kami sebagai penulis menyadari paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat berharap saran kritik maupun masukan yang membangun demi
terwujudnya kesempurnaan dari paper ini.

Jimbaran, 13 September 2022

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

(1) (2)

(3)
1.
Sejarah Pancasila

A. Masa Kolonialisme Belanda


Terbentuknya Pancasila yang kini menjadi dasar negara Indonesia tidak
terlepas dari kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan para penjajah belanda
pada masa kolonialisme. Belanda pertama kali mendatangi Indonesia pada tahun
1596 di Banten di bawah kepemimpinan Cournelis de Houtman. Penjajahan
Belanda dimulai ketika terjadi kebangkrutan dari VOC. Berbagai kebijakan telah
diterapkan oleh pemerintah kolonial selama menjajah bangsa Indonesia. Salah
satu kebijakan yang diterapkan yakni sistem tanam paksa atau cultuurstelsel
yang mulai diterapkan pada tahun 1830. Meskipun mendapat banyak
keuntungan dari diberlakukannya tanam paksa, kebijakan tersebut mendapat
kecaman melalui perdebatan parlemen Belanda serta dengan banyaknya tulisan-
tulisan yang secara terbuka mengkritik praktik kebijakan yang sangat tidak
manusiawi tersebut. Golongan liberal kemudian berupaya mengadakan
perubahan salah satunya dengan mengeluarkan peraturan anggaran dalam
Undang-Undang.
Van Deventer, seorang tokoh liberal Belanda dalam majalah De Gids,
menyebutkan bahwa, segala hal yang diperoleh belanda dari bumi nusantara
merupakan Een Ereschuld (utang kehormatan) yang harus dibayar dengan Trias
Politica atau Politik Etis (Ethische Politiek). Meskipun terdapat banyak
penyelewengan dari pihak Belanda, Politik Etis membantu rakyat Indonesia
dalam bidang pendidikan. Dari kalangan terpelajar inilah kemudian muncul
tokoh-tokoh pergerakan nasional yang akan mempelopori berbagai organisasi
nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sejak munculnya berbagai organisasi pergerakan nasional, muncul
kesadaran baru tentang bangsa (Nation) yang menyadari bahwa rakyat Indonesia
memiliki kesamaan nasib, kesamaan cita-cita untuk mewujudkan bangsa yang
merdeka, adil, dan makmur,
B. Pengasingan Soekarno ke Ende
Soekarno yang pada kala itu merupakan seorang mahasiswa yang
tergabung ke dalam Study Club bersama mahasiswa lainnya mendirikan
Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) yang setahun kemudian berganti nama
menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI merupakan salah satu organisasi
yang berhasil mempopulerkan nama Indonesia. Strategi perjuangannya yang
radikal, yakni non-kooperasi alias menolak bekerjasama dengan Belanda, PNI
juga menggunakan massa actie (massa aksi) sebagai senjata perjuangannya.
Jauh sebelum dirinya mendirikan PNI, Soekarno kerap aktif berbicara mengenai
persatuan. Melalui bukunya yang berjudul Nasionalisme, Islamisme dan
Marxisme, ia berusaha mengorbarkan persatuan di kalangan pergerakan untuk
mengusir Belanda. Oleh karena politiknya yang radikal, Soekarno ditangkap
Belanda pada Desember 1929 dan dijebloskan ke penjara Bantjeuj di Bandung,
Jawa Barat, tempat dimana ia menulis pledoi yang terkenal, Indonesia
Menggugat.
Pada tahun 1931, Soekarno dibebaskan dari tahanan. Meskipun telah
tertangkap karena menyebarkan perjuangan yang radikal, soekarno tidak
berhenti untuk tetap melakukan pergerakkan persatuan. Soekarno menulis artikel
yang keras, Mencapai Indonesia Merdeka, yang kemudian mengantarkannya
kembali pada penjara dan pengasingan.soekarno diasingkan ke Ende, Flores,
Nusa Tenggara Timur bersama dengan istri, mertua, dan anak angkatnya. Ketika
menjalani kehidupan pada tempat pengasingan, Soekarno menjadi lebih banyak
berpiir dari sebelumnya. Soekarno kerap berkontemplasi di suatu tempat di
bawah pohon sukun yang menghadap langsung ke Pantai Ende, berjarak 700
meter dari kediamannya yang Biasa ia kunjungi pada Jumat malam. Di tempat
tersebutlah Soekarno mengatakan bahwa ia mendapatkan pemikiran mengenai
lima dasar falsafah hidup yang ia sebut sebagai lima butir mutiara yang sekarang
telah dikenal dengan nama Pancasila.

C. Sidang BPUPKI
Melemahnya Jepang pada Perang Dunia II mengharuskan mereka untuk
mencari bantuan. Untuk itu, pemerintah pendudukan Jepang, Kuniaki Koiso
menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia untuk menarik simpati rakyat
Indonesia. Janji kemerdekaan tersebut diwujudkan dengan dibentuknya
Dokuritsu Junbi Cosakai alias Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) pada 29 Maret 1945.
BPUPKI memulai sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 yang
berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945 di Gedung Chuo Sangi In di Jalan
Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.
Sidang dibuka dengan pidato dari Dr. Rajidman Wedyodiningrat yang kemudian
mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota sidang, “Apa dasar Negara
Indonesia yang akan kita bentuk ini?” Pada sidang pertama ini, terdapat banyak
tokoh yang berpidato dan mengemukakan pendapatnya mengenai dasar negara.
Sampai pada giliran Soekarno yang berpidato mengemukakan pendapatnya
mengenai dasar negara. Soekarno berpidato mengenai arti penting Philosofische
grondslag (filosofi dasar) dan Weltanschauung (pandangan hidup) bagi sebuah
negara yang merdeka. Soekarno juga menguraikan lima nilai dasar filosofisnya,
yakni kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi atau mufakat, keadilan sosial dan
percaya pada Tuhan Yang Maha Esa yang kemudian dinamai dengan nama
Pantja-Sila atau Pancasila.
Untuk mematangkan kembali rumusan Pancasila sebagai dasar negara,
maka dibentuklah suatu panitia kecil yang berjumlah sembilan orang yang
dikenal dengan Panitia Sembilan. Hasil kerja mereka disetujui pada tanggal 22
Juni 1945 yang kemudian diberi nama Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Pancasila kemudian ditetapkan sebagai Dasar Negara pada tanggal 18 Agustus
1945. Kemudian, tahun 1947, Departemen Penerangan Republik Indonesia
mempublikasikan pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945 yang pada awalnya
dipidatokan secara aklamasi tanpa judul dan dipublikasikan dengan nama
Lahirnya Pancasila. Ketua BPUPKI, Dr. Radjiman Wedyodiningrat, menulis
kata pengantar pada buku tersebut dengan menyebutkan bahwa hari dimana
Soekarno berpidato mengenai Pancasila disebut sebagai Hari Lahirnya
Pancasila.

D. Pengesahan Pancasila oleh PPKI


Setelah melalui waktu perumusan yang panjang, dasar negara akhirnya
diresmikan dengan sebutan Pancasila. Lima asas yang terkandung dalam
pancasila yang pertam kali diutarakan oleh Soekarno sampai pengesahannya
terus dikembangkan dan disempurnakan hingga kini sebagai Pancasila yang
telah dikenal seluruh warga Indonesia. Pengesahan Pancasila dilaksanakan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). PPKI atau Dokuritsu Zyunbi
Iinkai merupakan badan yang bertugas untuk menggantikan BPUPKI yang
dianggap telah menyelesaikan tugasnya. PPKI dibentuk pada tanggal 8 Agustus
1945 yang terbentuk melalui hasil pertemuan antara tiga orang tokoh pendiri
negara, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat dengan Jenderal Besar Terauchi, Saiko Sikikan di Saigon.
PPKI diketuai oleh Soekarno didampingi dengan wakilnya, Moh. Hatta
dengan 21 orang sebagai anggota. Selama menjalankan tugasnya, pada tanggal
14 Agustus 1945 terdapat peristiwa penting dalam sejarah perjuangan bangsa
Indonesia yakni Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Berita
tersebut di dengar pertama kali oleh Sutan Sjahrir melalui siaran radio BBC
yang berasal dari London. Hal ini tentu dimanfaatkan oleh golongan muda untuk
mendesak para pemimpin negara agar segera memproklamasikan kemerdekaan.
Usulan dari golongan muda disetujua oleh Soekarno dan melaksanakan
proklamasi kemerdekaan pada Jumat, 17 Agustus 1945. Sebagai negara yang
telah merdekat, perlu untuk membentuk badan-badan yang nentinya bertugas
dalam menjalankan pemerintahan, perlu dasar negara, sumber hukum, serta yang
terpenting diperlukan seorang pemimpin. Untuk itulah PPKI memulai
sidangnya.
PPKI menggelar sidang sebanyak tiga kali. Pada sidang pertamanya
tanggal 18 Agustus 1945 inilah kemudian PPKI mengesahkan bahwa dasar
negara Indonesia adalah Pancasila. Selain mengesahkan Pancasila, PPKI juga
mengesahkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 termasuk pembukaan dan
batang tubuh, memilih Presiden dan Wakil Presiden yakni Soekarno dan Moh.
Hatta, serta membentuk Komite Nasional sebagai pembantu tugas presiden
sebelum adanya DPR dan MPR.

E. Hari Kesaktian Pancasila


Terjadi suatu insiden berdarah pada tanggal 30 September 1965 yang
kemudian dinamakan Gerakan 30 September (G30S) yang menewaskan enam
orang berpangkat perwira tinggi dengan pangkat Jenderal, satu orang dengan
pangkat Kapten dan beberapa orang lainnya. Peristiwa tersebut juga
mengungkap keterlibatan antara beberapa pengawal istana yang merupakan
anggota Pasukan Cakrabirawa. Pasukan tersebut merupakan pasukan penghianat
yang mendukung Partai Komunis Indonesia yang dipimpin oleh Letkol Untung.
Seluruh korban yang telah gugur pada peristiwa tersebut kemudian ditemukan
pada tanggal 3 Oktober 1965 di kawasan Hutan Karet Lubang Buaya.
Setelah peristiwa tersebut terjadi, PKI menguasai dua sarana komunikasi
nasional yakni RRI atau Radio Republik Indonesia yang berada di Jalan
Merdeka Barat dan juga Kantor Telekomunikasi yang berada di Jalan Merdeka
Selatan. Dua sarana komunikasi ini akan digunakan untuk menyiarkan berita
kepada masyarakat tentang adanya sebuah Gerakan 30 September yang
ditujukan kepada anggota Dewan Jenderal yang diisukan akan melakukan
tindakan kudeta terhadap pemerintahan. Kemudian, mereka juga mengumumkan
telah dibentuknya suatu Dewan Revolusi yang diketahui secara langsung oleh
Letnan Kolonel Untung Sutopo. Selain itu, PKI juga melakukan pemberontakan
di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, seperti pembunuhan terhadap dua
perwira tinggi Angkatan Darat karena kedua perwira tersebut menolak untuk
adanya pembentukan Dewan Revolusi.
Presiden Soekarno menyadari bahwa berita mengenai pembentukan
Dewan Revolusioner yang ingin mengambil alih pemerintahan hanyalah berita
palsu yang dibuat PKI untuk melakukan pemberontakan. Mayor Jendral
Soeharto ditunjuk oleh Soekarno untuk menjadi Menteri sekaligus Panglima
Angkatan Darat di Istana Negara.
Tepat pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret (SUPERSEMAR) yang menyatakan bahwa Mayjen
Soeharto memiliki kekuasaan yang tidak terbatas. Melalui surat inilah dianggap
bahwa Soekarno menyerahkan kendali pemerintahan kepada Mayjen Soeharto.
Presiden Soekarno tetap dipertahankan dalam pemerintahan namun hanya
sebagai Presiden Titular Diktatur Militer hingga Maret 1967.
Insiden inilah yang melatarbelakangi penetapan Hari Kesaktian Pancasila
pada 1 Oktober. Penetapan tersebut karena Pancasila memiliki kesaktian yang
tidak akan pernah dapat digantikan oleh paham apapun. Berbagai macam upaya
yang dilakukan Partai Komunis Indonesia untuk menggulingkan ideologi
Pancasila tetap tidak dapat memengaruhi kesaktian Pancasila yang telah diterima
baik oleh bangsa Indonesia sebagai dasar negara berbangsa dan bernegara. Hal
ini juga menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan
mampu untuk bersatu serta memaknai Pancasila sebagai suatu ideologi yang
dapat mempersatukan bangsa.

F. Lambang Garuda Pancasila


Saat sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang telah menetapkan
Dasar negara Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 dan Pancasila, simbol sebagai dasar negara belum
ditetapkan. Melanjutkan seluruh proses yang telah dilakukan, maka dibentuklah
Panitia Indonesia Raya pada tanggal 16 November 1945 untuk menentukan
lambang yang tepat yang dapat digunakan sebagai lambang dasar negara.
Namun, pekerjaan dari panitia tersebut harus tertunda karena berbagai masalah.
Pada tahun 1947, Pemerintah kemudian mengumumkan dibukanya
sebuah sayembara untuk warga Indonesia yang dapat memberikan desain
lambang negara terbaik. Namun sayembara tersebut masih belum membuahkan
hasil karena banyak rakyat Indonesia yang tidak mengetahui dengan detail
bagaimana sejarah negara Indonesia dan bagaimana kriteria lambang yang
diminta oleh pemerintah. Kemudian, melalui Panitia Lencana Negara yang
dibentuk pada 10 Januari 1950, pemerintah membuka kembali kesempatan bagi
seluruh warga negara yang dapat memberikan lambang negara terbaik yang
tentunya memiliki makna bagi negara. Meskipun pada sayembara kedua ini
pemerintah telah menemukan dua macam desain yang menarik, tetap diperlukan
pendapat dari petinggi negara lainnya untuk mendapatkan lambang negara yang
sempurna. Soekarno memberikan usul untuk mencantumkan tulisan Bhineka
Tunggal Ika pada lambang negara.
Maka, pada 8 Februari 1950, lambang dasar negara Indonesia, Garuda
Pancasila akhirnya tercipta. Lukisan yang tercipta untuk pertama kalinya
ditempelkan di ruang sidang tepat ketika berlangsungnya rapat pertama DPR-
RIS pada 20 Februari 1950.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, F. (2020). Pembelajaran Sejarah pada Masa Kolonialisme Belanda. Jurnal


Pendidikan Sejarah, 9(2), 126-152.
H. Rustan E. Tamburaka, Pendidikan Pancasila ; Tinjauan Filsafat Pancasila Serta
Etika Profesi Bedasarkan Pancasila. PT. DUNIA PUSTAKA JAYA, Jakarta,
Anggota IKAPI, 1995
Ishak, M. (2012). Sistem Penjajahan Jepang di Indonesia. Jurnal Inovasi, 9(01).
Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan Pancasila. CV. Mitra Cendekia Media.

Rohayuningsih, H. (2009). Peranan Bpupki dan Ppki dalam Mempersiapkan


Kemerdekaan Indonesia1. In Forum Ilmu Sosial (Vol. 36, No. 2).

Samingan, S. (2020). KAJIAN PEMIKIRAN SOEKARNO: PANCASILA DI ENDE


1934-1938. Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan
Pengajarannya, 14(2), 98-107.

Anda mungkin juga menyukai