Anda di halaman 1dari 4

Nama : Faisal Hafizh Siregar

Nim : 041169554

Tugas : Manajemen Perubahan (2)

1. Jelaskan penerapan pendekatan manajemen perubahan menurut Kotter pada


Telkom berdasarkan informasi yang ada pada kasus di atas.

Pendekatan Perubahan Menurut John Kotter meliputi delapan langkah yaitu:


1) Membangun suasana “perlu segera dilakukan perubahan”.
2) Memastikan ada agen agen perubahan yang disegani untuk mengawal perubahan.
3) Mengembangkan visi.
4) Mengkomunikasikan visi.
5) Memperdayakan staf.
6) Memastikan bahwa perubahan segera mendatangkan hasil jangka pendek.
7) Mengkosolidasikan keuntungan.
8) Membumikan perubahan ke dalam budaya organisasi.
Proses perubahan dimulai dari langkah pertama menciptakan sense of urgency yakni
menciptakan suasana bahwa perubahan betul betul mendesak untuk segera dilakukan jika
menghendaki organisasi bisa bertahan hidup dan terus berkembang, dan diakhiri dengan
melembagakan hasil perubahan ke dalam bagian kehidupan sehari hari organisasi sehingga
tercipta budaya baru.

2. Berdasarkan kasus di atas, berikan penjelasan model sistem yang dilakukan Telkom.
Pada Gambar 3.8 model sistem dari sebuah organisasi menekankan pentingnya saling
keterkaitan antara berbagai elemen organisasi. Sebagai contoh, rekayasa ulang proses bisnis
(business process reengineering), mengembangkan customer service, atau memperkenalkan
TQM hampir pasti akan berdampak dan membutuhkan perubahan pada aspek organisasi
lainnya seperti kompetensi karyawan, anggaran, prosedur penilaian kinerja, kebijakan sistem
remunerasi dan sebagainya. Sederhananya, menurut model sistem perubahan yang terjadi
pada satu komponen organisasi harus diikuti oleh perubahan pada komponen lainnya jika
menginginkan perubahan tersebut efektif. Model ini sesungguhnya cocok untuk perubahan
organisasi secara menyeluruh, tapi bukan berarti tidak bisa digunakan untuk perubahan yang
terjadi pada kelompok kerja, departemen maupun unit bisnis terpisah.

Model sistem yang digambarkan menekankan _ pentingnya memperhatikan aspek organisasi


yang bersifat informal di samping aspek utama organisasi formal. Kedua aspek organisasi ini
selalu bersinggungan setiap saat. Aspek informal organisasi meliputi semua aspek organisasi
yang biasa disebut sebagai “the human side of enterprise sisi manusia dari sebuah organisasi”
termasuk di dalamnya hubungan interpersonal antar karyawan dan budaya organisasi. Tidak
bisa diingkari bahwa setiap orang, setiap individu baik di dalam maupun di luar organisasi
adalah bagian integral dari sebuah komunitas yang memiliki norma, nilai nilai dan keyakinan
tersendiri yang berbeda dengan norma, nilai nilai dan keyakinan komunitas lainnya. Akibatnya
masing masing komunitas memiliki cara berpikir, cara pandang, cara bertindak dan cara
berperilaku yang khas yang tidak dimiliki oleh komunitas lain.

Gambar 3.8 khususnya gambar sebelah kanan secara jelas menunjukkan bahwa sebuah
organisasi di samping memiliki mekanisme sistem yang bersifat formal juga dibalut dengan
sistem informal, seperti “the way we do things around here – bagaimana kebiasaan kita
melakukan segala sesuatunya disini”. Gambaran ini sekaligus menegaskan bahwa menyusun
strategi maupun mendesain struktur organisasi yang notabennya adalah aspek formal
organisasi pada dasarnya tidak pernah lepas dari pengaruh aspek informal organisasi. Dengan
kata lain, dalam perubahan berbasis sistem bukan hanya aspek formal saja yang harus diubah
tetapi juga perlu merubah aspek informalnya. Perubahan terhadap aspek informal juga menjadi
bagian dari cara mengatasi resistensi terhadap perubahan. Banyak kasus menunjukkan
Kegagalan perubahan misalnya pada business process reengineering lebih disebabkan karena
tidak disentuhnya aspek informal organisasi.

Di samping itu, model perubahan berbasis sistem ini juga mengingatkan agar perubahan bisa
berhasil mencapai tujuannya, saat melakukan implementasi perubahan mulai dari
pengumpulan data, melakukan diagnosis, mempertimbangkan solusi penyelesaian,
merencanakan implementasi dan Monitoring perubahan, fokus perhatian harus ditujukan pada
kedua aspek tersebut – formal dan informal. Peringatan ini diperlukan karena dalam banyak
kasus aspek manusia cenderung diabaikan. Dalam bahasa Beer & Nohria (2000) perubahan
jangan hanya menggunakan teori E – memperhatikan aspek ekonomi semata tetapi juga harus
memperhatikan teori O – aspek proses dan sumber daya manusia.

3. Berdasarkan informasi pada soal kasus di atas, berikan analisis khususnya pada tahapan
movement dari model perubahan Lewin yang dilakukan Telkom sebagai proses perubahan
yang sesuangguhnya menuju kondisi yang diharapkan.

Tahapan movement atau change yang di lakukan Telkom, meliputi proses perubahan
sesungguhnya di mana organisasi akan bergerak dari kondisi sekarang ke kondisi yang
diharapkan. Pada level individu misalnya kita berharap para anggota organisasi sudah memiliki
perilaku yang berbeda katakanlah memiliki keterampilan baru atau cara baru dalam
mensupervisi karyawan. Pada level struktur diharapkan ada perubahan pada struktur
organisasi, sistem pelaporan dan sistem imbalan yang pada akhirnya mempengaruhi cara kerja
dan perilaku karyawan. Terakhir pada level organisasi sangat diharapkan tercipta iklim
organisasi baru dan pola perilaku baru yang bisa menciptakan terjadinya saling percaya dalam
hubungan kerja, keterbukaan dan meminimalisir interaksi yang disfungsi.
4. Berdasarkan kasus di atas, analisislah penerapan kepemimpinan transformasional dari
Telkom yang berorientasi perubahan sehingga karyawan bersedia terus terlinat dalam
kehidupan organisasi.
Kepemimpinan transformasional adalah seseorang yang memiliki kharisma yang mampu
melakukan stimulasi intelektual para bawahannya sehingga bawahan mampu menggunakan cara
baru dalam menghadapi masalah masalah organisasi.

Karakteristik kepemimpinan transformasional :

1) Karisma: memberi visi, misi, menanamkan rasa gangga, mendapatkan rasa hormat dan
kepercayaan dari bawahan.
2) Inspirasi: mengkomunikasikan ekspektasi tinggi, menggunakan simbol simbol untuk
memfokuskan upaya, mengekspresikan tujuan penting dengan cara cara yang
sederhana.
3) Simulasi intelektual: menghargai kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah
secara hati hati.
4) Konsiderasi yang bersifat individual: memberikan perhatian secara personal,
memperlakukan karyawan secara individual, melatih, memberi bimbingan.

Anda mungkin juga menyukai