Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 1

Pengembangan Media Pembelajaran Dengan Model ASSURE (Analyze Learner)


Dwi Mutiansi,Heri Saputra,Muhammad Sarkoni
Institut KH.Abdul Chalim Pacet Mojokerto

ABSTRAK

Model pengembangan media pembelajaran ASSURE merupakan singkatan dari tahapan


pengembangan yang terdiri dari Analize Learners; State Objectives; Select Methods, Media, and
Materials; Utilize Media and Materials; Require Learner Participation; dan Evaluate and
Rivise. ASSURE yang pertama kali dikonsep oleh Robert Heinich dan timnya pada awal tahun
1980-an. Model tahapan pengembangan ini cukup familiar di kalangan pengembang karena
tahapan yang sederhana dan sangat jelas setiap tahapannya. Kita akan membahas apa setiap
tahapan-tahapan model pengembangan media pembelajaran ASSURE ini secara singkat.

Pembahasan
1. A–Analyze Learners (Analisis Peserta Didik)
Langkah pertama dalam proses ini adalah bahwa guru harus menganalisis atribut peserta
didiknya. Harus ada fokus pada analisis karakteristik peserta didik yang terkait dengan hasil
belajar yang diinginkan.1 Walaupun kondisi dan informasi terkait peserta didik ini sangat
beragam namun ada beberapa hal pokok yang penting yang biasanya relatif sama. Informasi
yang dikumpulkan ini akan membantu pengembang dalam membuat keputusan yang terkait
dengan langkah-langkah berikutnya dalam proses pengembangan ini.2 Misalnya ketika kita
menentukan karakter peserta didik, itu berarti sangat terkait dengan memilih strategi dan
sumber daya khusus untuk membantu proses pembelajaran. Walaupun analisis peserta didik
ini bisa sangat beragam tergantung kebutuhan pengembang dan situasi yang dihadapinya
namun ada beberapa hal pokok dalam Analisis peserta didik yang dilakukan yaitu:

a. General chararacteristics, Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui


variabel yang konstan, seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya
dan faktor sosial ekonomi serta etnik. Semua variabel konstan tersebut, menjadi
patokan dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam menyampaikan
bahan pelajaran.3
b. Specific entry competencies, Yaitu kemampuan baik atau kurangnya
pengetahuan/intelektual dan ketrampilan yang ada pada peserta didik sebelum
memenuhi syarat yang akan dicapai. Penelitian yang terbaru mengungkapkan bahwa
pengetahuan sebelumnya yang dipunyai para tentang sebuah subjek tertentu
memengaruhi bagaimana dan apa yang mereka bisa pelajari lebih banyak daripada
dilakukan sifat psikologi apapun Hal ini akan memudahkan dalam merancang suatu
pebelajaran agar penyamapain materi pelajaran dapat diserap dengan optimal oleh
peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.4
1
Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
2
Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah. Russel, James D. 2011. Teknologi Pembelajaran dan Media untuk
Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
3
Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
4
Prawiradilaga, D.S. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

1
1. Gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti
membaca.6
2. Gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh
peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius
3. Gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah
dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.7

Membicarakan gaya belajar perlu kita ketahui juga terkait kecerdasan majemuk.
Kesembilan jenis kecerdasan menurut Howard Gargner menyebut sebagai kecerdasan
majemuk atau multiple intelligence:8

a. Kecerdasan linguistik (word smart)


b. Kecerdasan spasial (picture smart)
c. Kecerdasan matematis (logic smart)
d. Kecerdasan kinestetis (body smart)
e. Kecerdasan musik (music smart)
f. Kecerdasan interpersonal (people smart)
g. Kecerdasan intrapersonal (self smart)
h. Kecerdasan naturalis (nature smart)
i. Kecerdasan ekstensialis (existentialist smart)

Para siswa bervariasi dalam hal kaitannya dengan gerbang sensorik mana (visual,
auditori, jasmani (tactile), dan kinestetik) yang mereka lebih suka gunakan dan yang mana
mereka terutama mahir menggunakannya. Sebagai guru, kita akan menemukan perbedaan
dalam cara-cara siswa kita dalam belajar atau memproses informasi. Motivasi merupakan
keadaan internal yang mendefinisikan apa yang orang-orang akan lakukan ketimbang apa
yang dapat mereka lakukan.9 Keller menjelaskan empat aspek mendasar dari motivasi yang
bisa dipertimbangkan para guru ketika merancang mata pelajaran: perhatian (attention),
relevansi (relevance), percaya diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction).10 Faktor-faktor
yang terkait dengan perbedaan gender, kesehatan, dan kondisi lingkungan juga mempengaruhi
pebelajaran. Apabila kebutuhan terkait dengan seperti rasa lapar, suhu, kebisingan, cahaya,
dan waktu dalam sehari tidak diperhatikan, mereka akan kurang bisa secara mental terlibat
dalam aktivitas belajar.
Lebih dari satu dekake yang lalu Dunn & Dunn (mengembangkan sekumpulan instrumen
standar untuk menilai gaya belajar dan preferensi lingkungan para pebelajar. Gaya belajar
setiap murid berbeda dengan rekan sebayanya. Menurut Dunn & Dunn ada beberapa faktor
yang mendukung gaya belajar seseorang, yaitu:

a. Lingkungan

6
Gerloff, Edwin A., 1985, Organizational Theory and Design: a strategic approach for
development, McGraw-Hill Book Company.
7
Gibson, James L., et all, 1976, Organizations; Behavior, Structure, Processes, Business, Publications,
Inc., USA.
8
Kompas Cyber Media, 29 Agustus 2005: “Home Schooling” Model Pendidikan Alternatif.
9
Hamlin, Bob, et. all., 2001, Organizational Change and Development; A Reflective Guide for Managers,
Trainers and Developers, Pearson Education Ltd.
10
Huse, Edgar F., and Cummings, Thomas G., 1985, Organization Development and Change, 3rd ed.,
West Publishing Co., USA.

2
dahulu mengetahui apa saja kebutuhan itu. Kita bisa melakukan survei, membuat focus
group discussion, wawancara, dan bila perlu menganalisis pembelajaran yang telah
berlangsung di masa lalu untuk mengeksplorasi sifat dan tingkat pengalaman audiens. Kita
juga bisa melakukan observasi tentang indikasi gaya belajar mereka, seperti media
pembelajaran mana yang menarik bagi mereka, bagaimana mereka menyerap informasi atau
menggunakan instrumen pengukuran yang lebih formal.

3
DAFTAR RUJUKAN

Afandi, Muhammad dan Badarudin. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Gerloff, Edwin A., 1985, Organizational Theory and Design: a strategic approach for
development, McGraw-Hill Book Company.

Gibson, James L., et all, 1976, Organizations; Behavior, Structure, Processes, Business,
Publications, Inc., USA.

Hadari Nawawi, (1981) Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung

Hamlin, Bob, et. all., 2001, Organizational Change and Development; A Reflective Guide for
Managers, Trainers and Developers, Pearson Education Ltd.

Huse, Edgar F., and Cummings, Thomas G., 1985, Organization Development and Change, 3rd
ed., West Publishing Co., USA.

Holt, John Cadlwell. 1964. How Children Fail. New York: Pitman Publishing Company.

Keith Davis. 1962. Human Relations at Work. New York, San Francisco, Toronto, London.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Prawiradilaga, D.S. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Smaldino, Sharon. Lowter, Deborah. Russel, James D. 2011. Teknologi Pembelajaran dan
Media untuk Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai