Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH EKONOMI KESEHATAN

PENGANTAR EKONOMI KESEHATAN DAN PEMBIAYAAN


KESEHATAN

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Ekonomi Kesehatan

Dosen Pengampu: Nursapriani, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH:

ANNISA AULIA KAMARUDDIN B1B121028

TRI PUTRI MUQHRIDA B1B121020

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ekonomi Kesehatan
Semester ke-2 tahun 2021/2022.Berkat rahmat dan karunia-Nya, serta didorong kemauan yang keras
disertai kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang
“PENGANTAR EKONOMI KESEHATAN DAN PEMBIYAAN KESEHATAN” dalam mata kuliah
Ekonomi Kesehatan.

 Makalah berisi tentang “Pengantar Kesehatan dan pembiyaan”. Manusia yang hidup
dalam bimbingan akhlak akan melahirkan suatu kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan
dan tuntunan Allah danRasulnya, serta akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan
penulis, maka kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan demi kebaikan dimasa mendatang
dan semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan khususnya pembaca.

Makassar, 25 July 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI………………….....................................................................…ii
BAB 1: PENDAHULUAN.......................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan………………………………………………………………...4
BAB 2: PEMBAHASAN..........................................................................2
A. Pengantar Ekonomi Kesehatan............................................................2
B. Pembiayaan Ekonomi Kesehatan......................................................12

BAB 3: PENUTUP.................................................................................24
A. Kesimpulan……...............................................................................24
B. Saran…………..................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….25

II
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi dan kesehatan memiliki suatu keterkaitan yang sangat erat.
Pembangunan ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat, dan
perbaikan pada kondisi kesehatan masyarakat akan mempengaruhi produktivitas kerja.
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial tidak terbatas
pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Salah satu sasaran yang ingin dicapai
dalam sistem kesehatan nasional adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat secara ekonomis, serta tersedianya
pelayanan kesehatan tidak semata-mata berada di tangan pemerintah melainkan
mengikutsertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat.

Pembiayaan kesehatan merupakan bagian yang penting dalam implementasi


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Permenkes No 76 tahun 2016 tentang Pedoman
Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) menyebutkan bahwa tujuan dari pembiayaan
kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu, efisiensi dan pelayanan berorientasi
kepada pasien

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengantar ekonomi kesehatan?
2. Apa saja pembiayaan kesehatan?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa saja yang ada di pengantar ekonomi kesehatan
2. Mengetahui pembiayaan kesehatan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengeantar Ekonomi Kesehatan


Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam terbatas,
sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga jumlah dokter, perawat,
obat-obatan, tempat tidur kesehatan meningkat. Karena itu sumber daya kesehatan harus
digunakan dengan efisien dan berkeadilan (equitable). (Murti, 2011)
Ekonomi juga dipelajari pada berabgai tingkatan. Kita dapat mempelajari
kepututsan rumah tangga dan perusahaan, atau kita dapat mempelajari interaksi rumah
tangga dan perusahaan pada pasar barang dan jasa tertentu. Kita juga dapat mempelajari
operasi perekonomian sebagai suatu keseluruhan, yang hanyalah merupakan jumlah dari
segala kegiatan para pembuatan kepututsan ini pada semua pasar yang ada. (N.G.
Mankiw, 2006)
Menurut Lubis (2009) secara garis besar teori ekonomi dapat dibagi atas dua yaitu:
1. Micro Economics
Merupakan sesuatu yang spesifik dan merupakan sesuatu yang didefinisikan
sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian yang kecil
dari seluruh kegiatan perekonomian. Hal yang dianalisis adalah bagian dan sistem
ekonomi seperti; Perilaku konsumen, Supply, Demand, Elastisitas Supply
dan Demand, pasar dan sebagainya.
2. Macro Economics
Merupakan sesuatu yang bersifat Ag regat dan merupakan analisis atas seluruh
kegiatan perekonomian. Analisis bersifat global dan tidak memperhatikan
kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.
Menganalisis kajian sektor-sektor kesehatan dan hubunganya
dengan pembangunan ekonomi. Yang termasuk didalamnya antara lain; fiskal dan
moneter terhadap pembiayaan kesehatan, Kebijakan kesehatan dan lain-lain.

2
Ilmu Ekonomi

Ilmu Ekonomi menurut Samuelson (19950 adalah ilmu mengenai pilihan yang
mempelajari bagaimana orang memilih sumber daya produksi yang langka/terbatas,
untuk memperoduksi berbagai komoditi dan mendistribusikannya keanggota masyarakat
untuk dikomsumsi. Ilmu ekonomi merupakan ilmu mengenai bagaimana individu atau
masyarakat, dengan atau tanpa uang menggunakan sumberdayayang terbatas dengan
berbagai pilihan penggunaannya, untuk keperluan konsumsi saat ini atau dimasa
mendatang. Ilmu ini mengkaji semua biaya dan manfaat dari perbaikan pola alokasi
sumber daya yang ada.

Definisi ini tidak terbatas hanya pada kegiatan yang berkaitan dengan manusia
saja, akan tetapi dapat diterapkan pada semua kegiatan yang menghadapi keterbatasan
atau kelangkaan sumber daya sehingga pilihan harus ditentukan. Oleh karena itu sering
dijelaskan bahwa ekonomi adalah suatu ilmu mengenai keterbatasan atau kelangkaan
sumber daya dan penentuan pilihannya. Batasan tersebut terlihat pada analisis untuk
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber daya dan pilihannya. Bidang dari
ilmu ekonomi ini disebut dengan Positive economics.

Positive Economics vs Normative Economics 

Positive economics merupakan bidang yang berkaitan dengan “apa yang terjadi”, atau
“apa yang telah terjadi”, dan apa yang akan terjadi. Positive Ekonomi merupakan ilmu
ekonomi yang bersifat deskriptif, mempelajari tentang bagaimana komoditas diproduksi,
didisitribusi, dikonsumsi dalam keterbatasan sumber daya. Disamping itu ada lagi yang
disebut dengan Normative Economics, yaitu bidang ilmu ekonomi yang lebih banyak
membicarakan tentang Aapa yang seharusnya terjadI, bukan apa yang terjadi. Normative
economics selalu berkaitan dengan norma-norma atau standar yang harus diterapkan,
biasanya ketidaksesuaian mengenai hal-hal normatif akan sulit diatasi dengan
mempergunakan observasi empiris.

3
Normatif ekonomi merupakan ilmu ekonomi yang bersifat perpektif, mempelajari
bagaimana menentukan yang seharusnya. Misalnya hal mengenai adanya pas bebas bagi
jasa pelayanan kesehatan merupakan hal yang berkaitan dengan Normative economics,
bila dengan nilai kebebasan konsumen untuk memilih. Sedangkan positive economics
bila berkaitan dengan bagaimana perilaku pasar bebas dan bagaimana praktek sehari-hari.

Walaupun Positive Economics tidak menentukan bagaimana seharusnya sesuatu


dilaksanakan, akan tetapi bidang ini tetap penting bagi pembuatan kebijaksanaan.
Misalnya sebagai pedoman dalam memperkirakan akibat dari berbagai tujuan dan
kebijaksanaan yang telah dipilih.

Menurut UU kesehatan tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi
kesehatan sebagai penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor
kesehatan. Ekonomi kesehatan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan


2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya
5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu
dan masyarakat (Mills & Gillson, 1999)

Ilmu ekonomi kesehatan merupakan ilmu-ilmu sosial yang berarti tidak bebas nilai,
dan merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi seperti halnya cabang lainnya
seperti ilmu ekonomi lingkungan, welfares economics dan sebagainya.

4
Faktor-faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan status kesehatan akan terlihat
pada gambar di bawah ini:
GENETIKA

STATUS
LINGKUNGAN PELAYANAN
KESEHATAN KESEHATAN

PERILAKU

Faktor yang Mempengaruhi Status kesehatan

Ekonomi Kesehatan
Menurut Mills dan Gillson (1999) mendefinisikan ekonomi kesehatan sebagai
penerapan teori, konsep dan teknik ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan. Ekonomi
kesehatan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Alokasi sumber daya diantara berbagai upaya kesehatan


2. Jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
3. Pengorganisasian dan pembiayaan dari berbagai pelayanan kesehatan
4. Efisiensi pengalokasian dan penggunaan berbagai sumber daya
5. Dampak upaya pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan pada individu
dan masyarakat (Mills & Gillson, 1999)

Menurut Kharman (1964) menjelaskan bahwa ekonomi kesehatan itu merupakan


aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan akan
berkonsentrasi pada industri kesehatan.

5
Ada 4 bidang yang tercakup dalam ekonomi kesehatan yaitu:

1. Peraturan (regulation)
2. Perencanaan (planning)
3. Pemeliharaan kesehatan (the health maintenance atau organisasi)
4. Analisis cost dan benefict
Pembahasan dalam ilmu ekonomi kesehatan mencakup costumer (dalam hal ini
pasien/pengguna pelayanan kesehatan) provider (yang merupkan profesional investor,
yang terdiri dari publik maupun private), pemerintah (government).
Ilmu ekonomi kesehatan berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan
kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan terutama yang menyangkut
penggunaan sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya ilmu ekonomi dalam
bidang kesehtan, maka kegiatan yang akan di laksanakan harus memenuhi kriteria
efisiensi atau apakah kegitan tersebut bersifat cost Efective. Ada kalanya menerapkan
ilmu ekonomi harus memenuhi kriteria interest-eficient, sedangkan pada kesehatan
adalah interest-individu.
PPEKI (1989) menyatakan bahwa ilmu ekonomi kesehatan adalah penerapan ilmu
ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Perubahan mendasar terjadi pada sektor
kesehatan, ketikan sektor kesehatan menghadapi kenyataan bahwa sumberdaya yang
tersedia (khususnya dana) semakin hari semakin jauh dari mencukupi. Keterbatasan
tersebut mendorong masuknya disiplin ilmu kesehatan dalam perencanaan, managemen
dan evaluasi sektor kesehatan.
Ekonomi kesehatan akan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan apa yang perlu diproduksi
2. Berapa besar biaya produksinya?
3. Bagaimana mobilitas dana kesehatan (siapa yang mendanainya?)
4. Bagaimana utilisasi dana kesehatan (siapa penggunanya dan berapa banyak?)
5. Berapa besar manfaat (benefit) investasi pelayanan kesehatan tersebut?

6
Ciri-ciri sektor kesehatan
Aplikasi ilmu ekonomi pada sektor kesehatan perlu mendapat perhatian terhadap
sifat dan ciri khususnya sektor kesehatan. Sifat dan ciri khusus tersebut menyebabkan
asumsi-asumsi tertentu dalam ilmu ekonomi tidak berlaku atau tidak seluruhnya berlaku
apabila diaplikasikan untuk sektor kesehatan.
Ciri khusus tersebut antara lain:
1. Kejadian penyakit tidak terduga
Adalah tidak mungkin untuk memprediksi penyakit apa yang akan menimpa kita
dimasa yang akan datang, oleh karena itu adalah tidak mungkin mengetahui
secara pasti pelayanan kesehatan apa yang kita butuhkan dimasa yang akan
dating. Ketidakpastian (uncertainty) ini berarti adalah seseorang akan menghadapi
suatu risiko akan sakit dan oleh karena itu ada juga risiko untuk mengeluarkan
biaya untuk mengobati penyakit tersebut.
2. Consumer Ignorance
Konsumer sangat tergantung kepada penyedia (provider) pelayanan kesehatan.
Oleh karena pada umumnya consumer tidak tahu banyak tentang jenis penyakit,
jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan yang dibutuhkannya. Dalam hal ini
Providerlah yang menentukan jenis dan volume.
3. Sehat dan pelayanan kesehatan sebagai hak
Makan, pakaian, tempat tinggal dan hidup sehat adalah elemen kebutuhan dasar
manusia yang harus senantiasa diusahakan untuk dipenuhi, terlepas dari
kemampuan seseorang untuk membayarnya. Hal ini menyebabkan distribusi
pelayanan kesehatan sering sekali dilakukan atas dasar kebutuhan (need) dan
bukan atas dasar kemampuan membayar (demand).
4. Ekstemalitas
Terdapat efek eksternal dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Efek eksternal
adalah dampak positif atau negatif yang dialami orang lain sebagai akibat
perbuatan seseorang. Misalnya imunisasi dari penyakit menular akan memberikan
manfaat kepada masyarakat banyak. Oleh karena itu imunisasi tersebut dikatakan
mempunyai social marginal benefit yang jauh lebih besar dari private marginal

7
benefit bagi individu tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus dapat menjamin
bahwa program imunisasi harus benar-benar dapat terlaksana.
Pelayanan kesehatan yang tergolong pencegahan akan mempunyai ekstemalitas
yang besar, sehingga dapat digolongkan sebagai komodity masyarakat, atau
public goods. Oleh karena itu program ini sebaiknya mendapat subsidi atau
bahkan disediakan oleh pemerintah secara gratis. Sedangkan untuk pelayanan
kesehatan yang bersifat kuratif akan mempunyai ekstemalitas yang rendah dan
disering disebut dengan private good, hendaknya dibayar atau dibiayai sendiri
oleh penggunanya atau pihak swasta.
5. NonProfit Motive
Secara ideal memperoleh keuntungan yang maksimal (profit maximization)
bukanlah tujuan utama dalam pelayanan kesehatan. Pendapat yang dianut adalah
“orang tidak layak memperoleh keuntungan dari penyakit oraang lain”.
6. Padat Karya
Kecendrungan spesialis dan superspesialis menyebabkan komponen tenaga
dalam pelayanan kesehatan semakin besar. Komponen tersebut bisa mencapai
40%-60% dari keseluruhan biaya.
7. Mixed Outputs
Yang dikonsumsi pasien adalah satu paket pelayanan, yaitu sejumlah pemeriksaan
diagnosis, perawatan, terapi dan nasihat kesehatan. Paket tersebut bervariasi
antara individu dan sangat tergantung kepada jenis penyakit.
8. Upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi
Dalam jangka pendek, upaya kesehatan terlihat sebagai sektor yang sangat
konsumtif, tidak memberikan return on investment secara jelas. Oleh sebab itu
sering sekali sektor kesehatan ada pada urutan bawah dalam skala prioritas
pembangunan terutama kalau titik berat pembangunan adalah pembangunan
ekonomi. Akan tetapi orientasi pembangunan pada akhirnya adalah pembangunan
manusia, maka pembangunan sektor kesehatan sesuangguhnya adalah suatu
investasi paling tidak untuk jangka panjang.

8
9. Restriksi berkompetisi
Terdapat pembatasan praktek berkompetisi. Hal ini menyebabkan mekanisme
pasar dalam pelayanan kaesehatan tidak bisa sempurna seperti mekanisme pasar
untuk komodity lain. Dalam mekanisme pasar, wujud kompetisi adalah kegiatan
pemasaran (promosi, iklan dan sebagainya). Sedangkan dalam sektor kesehatan
tidak pernah terdengar adanya promosi discount atau bonus atau banting harga
dalam pelayanan kesehatan. Walaupun dalam prakteknya hal itu sering juga
terjadi dalam pelayanan kesehatan.
Banyak teori dan praktek yang telah dikembangkan dibidang ini, walaupun dalam
banyak hal kerangka ilmu (body of knowledge) nya masih relatif kecil dibandingkan
dengan subdisiplin ekonomi yang lain.
Peran Ekonomi kesehatan dalam perencanaan kesehatan
Perencanaan kesehatan pada dasarnya berhubungan erat dengan pemilihan, yaitu:
memilih satu cara atau memilih beberapa cara diantara pilihan untuk mencapai tujuan
dimasa yang akan dating. Dilain pihak, Ekonomi Kesehatan juga berkaitan dengan
pemilihan sehingga antara perencanaan dan Ekonomi kesehatan terdapat persamaan dan
keterkaitan.
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi disebuah Negara akan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan penduduknya dan berkaitan erat pula dengan
kemampuan Negara tersebut untuk mengembangkan pelayanan kesehatan maupun
kegiatan-kegiatan lain disektor kesehatan. Oleh karena itu kebijaksanaan dibidang
kesehatan dan pelaksanaannya juga sangat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi
secara makro.
Program-program kesehatan hendaknya dipandang sebagai suatu straegi yang
menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi dari suatu penduduk.
Strategi tersebut membutuhkan pilihan program-program yang dapat meningkatkan
derajat kesehatan secara efisien. Misalnya, pengembangan jaringan pelayanan kesehatan,
pembangunan infrastruktur air bersih, peningkatan gizi masyarakat, imunisasi dan
sebagainya.
Dalam hal ini dibutuhkan kajian terhadap strategi dan skala prioritas yang perlu
ditetapkan sebagai kebijaksanaan dalam beberapa bentuk pelayanan yang ada. Bagi

9
Negara miskin atau sedang berkembang, untuk menetukan prioritas tersebut adalah tidak
mudah dan sulit. Oleh karena itu segala usaha ntuk memperluas pilihan dalam hal
meningkatkan pelayanan kesehatan dan penyuluhan kesehatan akan dipandang sebagai
sesuatu yang bermanfaat. Hal tersebut sangat relevan bagi konteks ekonomi dinegara
yang berpendapatan rendah.

Manfaat Ekonomi Kesehatan dalam Sektor Pelayanan Kesehatan


Perawatan kesehatan sangat menyerap biaya pemerintah maupun anggaran
keluarga. Selain itu banyak juga peralatan kesehatan yang harus dibeli dengan
menggunakan valuta asing sehingga akan menghabiskan banyak devisa, hal tersebut
merupakan keterbatasan bagi Negara miskin. Untuk dapat lebih menghemat, dan
meningkatkan efisiensi, banyak Negara yang berusaha untuk mencari sumber daya
tambahan. Dalam hal ini ekonomi kesehatan akan sangat bermanfaat, karena dapat
membantu pengalokasian dana secara lebih baik, meningkatkan efisiensi, memilih
teknologi yang lebih murah tapi tetap efektif, dan mengevaluasi sumber dana lainnya.
Ekonomi kesehatan tidak dapat memecahkan semua masalah. Oleh karena
kesulitan dan keterbatasan dalam ekonomi kesehatan dalam menerapkan konsep lama dan
ekonomi kesehatan itu juga sulit untuk diperaktekkan dibidang pelayanan kesehatan.
Pada umumnya ekonom selalu menerapkan metode kwantitatif yang ditawarkan untuk
membantu perencanaan kesehatan. Akan tetapi para ekonomi tersebut telah dapat
menjabarkan “keinginan untuk lebih merinci atau beberapa tujuan yang tidak begitu jelas,
guna menilai dan memantau kebijaksanaan, keinginan untuk mengidentifikasi fungsi
produksi, pengakuan akan pentingnya kaitan antaran perilaku manusia, teknologi dan
lingkungan hidup dalam proses kejadian, pencegahan, dan pengobatan penyakit”.
Dalam hal ini pandangan para ekonom merupakan salah satu masukan bagi para
perencana dalam membuat rencana disamping berbagai masukan lain untuk pengambilan
keputusan.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sektor kesehatan, perlu menjawab
pertanyaan sebagai berikut:

10
1. Berapa besar kontribusi perawatan kesehatan, tingkat pendapatan, pendidikan,
keadaan lingkungan dan sebagainya?
2. Berapa besar nilai yang diberikan pada sektor kesehatan dan bagaiman cara
mengukurnya?
3. Apa saja yang mempengaruhi tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan?
- Apa pengaruh dari tarif, tingkat pendapatan, waktu perjalanan untuk mencapai
tempat pelayanan, perilaku dari petugas yang merupakan pemberi pelayanan
(provider), dan sebagainya.
4. Bagaimana karateristik dari penawaran (supply) pelayanan kesehatan?
a. Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk sebuah pelayanan
kesehatan, biaya berbagai masukan, keadaan pasar dari input untuk
pelayanan kesehatan seperti tenaga kerja, obat, peralatan dan sebagainya?
b. Bagaimana cara pembayaran terhadap pelayanan yang disediakan dan
bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku pemberi pelayanan kesehatan
tersebut?
5. Berapa besar biaya dan akibat dari pilihan-pilihan cara lain untuk berbagai
alternatif, untuk perbaikan status kesehatan atau untuk melaksanakan program
kesehatan?
6. Apakah hasil dari interaksi antara penawaran (supply) dengan permintaan
(demand) terhadap pelayanan kesehatan serta konsekwensi-konsekwensinya.
Seperti: konsekuensi uang, waktu pembayaran, rasionalisasi sistem, dan siapa
yang mendapat, dan siapa yang tidak mendapat pelayanan kesehatan tersebut?
7. Apakah akibat dari berbagai cara pembiayaan dan pengorganisasian disektor
kesehatan dalam kaitannya dengan kriteria efisiensi dan pemerataan?
8. Cara apa yang ada untuk mencapai berbagai tujuan secara maksimum dari sektor
kesehatan. Misalnya sistem penganggaran, sistem perencanaan, dan sampai sejauh
mana cara-cara tersebut cukup efektif?

11
B. Pembiayaan Kesehatan
Biaya Kesehatan
Biaya kesehatan merupakan sejumlah dana yang perlu disiapkan dalam
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Biaya kesehatan dibagi
menjadi dua perspektif (Azwar, 1996): perspektif penyedia layanan kesehatan dan
perspektif pengguna jasa.
Dari perspektif penyedia layanan kesehatan, biaya kesehatan merupakan sejumlah
uang yang harus disiapkan dalam menyelenggarakan layanan kesehatan. Layanan
kesehatan bisa dilaksanakan oleh pihak pemerintah dan swasta. Adapun dana yang
disiapkan oleh penyedia layanan kesehatan berupa biaya investasi (investment cost) dan
biaya operasional (operasional cost). Dana tersebut digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
Dari perspektif pengguna jasa, biaya kesehatan merupakan sejumlah dana yang
harus disiapkan ketika menggunakan layanan kesehatan. Besaran dana yang digunakan
oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan berasal dari kantong pribadi individu (out of
pocket).
Biaya kesehatan memiliki beragam jenis dan peruntukan. Hal ini disesuaikan
dengan jenis dan kompleksitas pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Secara umum,
terdapat dua jenis biaya kesehatan (Azwar, 1996): biaya pelayanan kedokteran dan biaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Biaya pelayanan kedokteran adalah dana yang
dikeluarkan untuk pengobatan dan pemulihan kesehatan pasien, sedangkan biaya
pelayanan kesehatan masyarakat dibutuhkan dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan masyarakat. Biaya ini bertujuan mencegah penyakit, memelihara, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pengumpulan, penyediaan, dan pembelanjaan keuangan digunakan untuk
pembiayaan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Usaha Kesehatan Perorangan
(UKP). Hal ini dilakukan dengan memobilisasi dana dari masyarakat, pemerintah, dan
public-private mix.

12
Pembiayaan bagi masyarakat miskin umumnya ditanggung oleh pemerintah,
sedangkan pembiayaan untuk masyarakat mampu bersumber dari masyarakat itu sendiri
melalui mekanisme jaminan kesehatan, baik secara wajib maupun sukarela (Gotama,
2010).
Menurut Azwar (1996), masalah pembiayaan dapat diatasi dengan meningkatkan
jumlah dana, memperbaiki alokasi dana, manajemen dana, dan mengendalikan biaya
kesehatan. Masalah peningkatan biaya kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti tingkat inflasi, tingkat permintaan, kemajuan ilmu dan teknologi, perubahan pola
penyakit, perubahan pola pelayanan kesehatan, perubahan pola hubungan dokter dengan
pasien, mekanisme pengendalian biaya yang lemah, dan penyalahgunaan asuransi
kesehatan (Setyawan, 2018).
Sistem kesehatan membutuhkan sumber daya keuangan untuk mencapai tujuan
yang ditargetkan. Biaya utama sebagian besar sistem pelayanan kesehatan diserap oleh
kebutuhan biaya sumber daya manusia, perawatan di rumah sakit, dan penyediaan
obatobatan. Di sebagian besar negara tropis, pelayanan kesehatan dibiayai oleh
pengeluaran pemerintah, swasta (didominasi out of pocket), dan bantuan eksternal.
Pembiayaan pelayanan kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan menengah
menjadi tantangan yang signifikan. Banyak negara berpenghasilan menengah ke atas di
seluruh Amerika Latin, Afrika, dan Asia telah mampu menyediakan perlidungan
kesehatan untuk sebagian besar dari populasi mereka. Mekanisme pembiayaan yang
digunakan diharapkan mampu memastikan akses ke pelayanan kesehatan dan melindungi
individu dari bencana utang ketika mengakses pelayanan kesehatan (Rhatigan Jr, 2020).
Menurut Azwar (1996), secara umum sumber biaya kesehatan dikelompokkan
menjadi dua, yakni pertama, seluruh pembiayaan bersumber dari anggaran pemerintah.
Negara yang menggunakan model ini menyediakan biaya kesehatan untuk masyarakat
sepenuhnya. Pelayanan kesehatan diberikan oleh pemerintah secara cuma-cuma. Tidak
ada campur tangan dari pelayanan kesehatan swasta.
Kedua, sebagian pembiayaan ditanggung oleh masyarakat. Beberapa negara
mengajak peran serta masyarakat untuk ikut andil dalam pelayanan kesehatan, baik dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan maupun pemanfaatan layanan kesehatan. Pada kondisi

13
ini, swasta pun ikut berperan dalam penyediaan layanan kesehatan sehingga masyarakat
menggunakan pelayanan kesehatan dengan mengeluarkan dana sendiri.
Berikut empat sumber utama pembiayaan untuk sektor kesehatan (Kutzin, 2008;
Mills & Gilson, 1988).
1. Pembiayaan pemerintah untuk pelayanan kesehatan meliputi pengeluaran
kesehatan di semua tingkat pemerintah (pusat dan daerah), termasuk pengeluaran
perusahaan publik.
2. Pembiayaan swasta, dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Pembayaran langsung merupakan pembayaran pribadi yang dilakukan langsung
kepada berbagai penyedia, termasuk praktik swasta, tabib tradisional, dan
apoteker. Biaya pengguna untuk layanan yang disediakan pemerintah atau
pelayanan kesehatan swasta yang berasal dari kantong sendiri dianggap sebagai
pembiayaan kesehatan dari sumber swasta. Biaya yang sama, kontribusi, atau pra-
pembayaran oleh anggota dalam skema pembiayaan masyarakat juga dianggap
berasal dari sumber non-pemerintah. Pembayaran tidak langsung merupakan
pembayaran layanan kesehatan oleh pengusaha sebagai cakupan dan pembiayaan
kesehatan oleh badan non-pemerintah lainnya, seperti pengumpulan dana amal.
3. Pembiayaan asuransi kesehatan. Ada tiga jenis asuransi utama, yaitu asuransi
pemerintah atau sosial, asuransi swasta, dan asuransi berbasis pengusaha atau
pekerja.
4. Pembiayaan sumber eksternal. Pembiayaan ini bersumber dari bantuan organisasi
luar dalam membantu program kesehatan, seperti dari WHO, World bank, dan
organisasi lain dalam membiayai program prioritas kesehatan suatu negara,
seperti HIV, TB, Malaria, dan imunisasi. Selama lima belas tahun terakhir,
pendanaan eksternal meningkat secara signifikan untuk kesehatan di negara-
negara berpenghasilan rendah dengan beban penyakit yang tinggi. Bantuan
pembangunan untuk kesehatan, biasa disebut bantuan asing, merupakan porsi
yang signifikan dari pengeluaran kesehatan di negara-negara berpenghasilan
rendah, rata-rata 40% dari total pengeluaran perawatan kesehatan (J. L. Dieleman
et al., 2016).

14
Pembiayaan Kesehatan

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (2000),


pembiayaan kesehatan mengacu pada fungsi sistem kesehatan yang berkaitan dengan
pengumpulan, alokasi, dan mobilisasi dana untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat, secara individu dan kolektif. Dalam sistem kesehatan, tujuan pembiayaan
kesehatan adalah menyediakan pendanaan dan menetapkan insentif atau pembiayaan
bagi penyedia layanan, serta memastikan semua individu memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan masyarakat secara efektif. Lebih lanjut lagi, WHO menjelaskan
bahwa pembiayaan kesehatan mengacu pada bagaimana menggunakan sumber daya
keuangan untuk memastikan bahwa sistem kesehatan dapat memenuhi kebutuhan
kesehatan setiap orang secara kolektif & memadai (Organization, 2010).

Pembiayaan kesehatan menjadi suatu bagian yang sangat mendasar dari sistem
kesehatan. Dengan dukungan pembiayaan kesehatan, sistem kesehatan akan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pada kondisi yang
sangat ekstrem, ketidaktersediaan pendanaan kesehatan akan menyulitkan layanan
kesehatan, pengobatan, pelaksanaan program, pencegahan, dan promosi kesehatan.
Pembiayaan bukan hanya sekadar menghasilkan pendanaan, melainkan negara mampu
memantau dan mengevaluasi pembiayaan untuk sistem kesehatan dengan menggunakan
berbagai indikator. Pembiayaan kesehatan bukan hanya membahas cara meningkatkan
dana pelayanan kesehatan, melainkan juga mencakup alokasi pendanaan yang ada.

Sumber pembiayaan kesehatan suatu negara dapat berasal dari pemerintah dan
non-pemerintah yang akan digunakan secara luas untuk membiayai upaya kesehatan.
Namun, sering kali terjadi persaingan alokasi pendanaan dalam suatu sistem. Cara
pengalokasian dana tidak hanya dipengaruhi oleh cara layanan, tetapi juga penetapan
prioritas dalam hukum ekonomi kesehatan (Tulchinsky & Varavikova, 2014).
Pembiayaan kesehatan diharapkan mampu menyediakan sumber daya dan insentif untuk
pelaksanaan sistem kesehatan. Selain itu, pembiayaan kesehatan menjadi penentu utama
kinerja sistem kesehatan dalam hal pemerataan, efisiensi, dan outcome kesehatan
(Schieber, Baeza, Kress, & Maier, 2006).

15
Berikut beberapa macam model pembiayaan kesehatan yang dapat diadopsi oleh
beberapa negara (Setyawan, 2018):

1. Pembiayaan secara langsung (direct payments by patients)


Setiap individu mengeluarkan biaya secara langsung berdasarkan tingkat
penggunaan layanan kesehatan yang diterima. Model pembiayaan ini dapat
mendorong penggunaan layanan kesehatan secara lebih hati-hati. Kondisi ini
melahirkan kompetisi antara penyedia layanan kesehatan dalam menarik perhatian
konsumen (free market). Walaupun hal ini tampak sehat, transaksi kesehatan
menjadi tidak seimbang. Konsumen tidak mampu memahami dengan baik akan
kebutuhan kesehatan dan masalah kesehatan yang dimiliki. Seluruhnya dikontrol
oleh penyedia layanan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan inefisiensi dan
pemakaian terapi secara berlebihan.
2. Pembayaran oleh pengguna (user payments)
Pasien membayar layanan kesehatan secara langsung, baik kepada pemerintah
maupun swasta. Besaran dan mekanisme pembayaran telah diatur secara formal
oleh penyedia layanan kesehatan dan pemerintah. Pada kondisi yang lebih
kompleks, besaran biaya setiap kunjungan dapat berbeda-beda sesuai dengan jasa
pelayanan kesehatan yang diberikan (misalnya untuk pelayanan kesehatan di
fasilitas swasta). Besaran biaya per episode ketika sakit bersifat tetap atau flat
rate.
3. Pembiayaan berbasis tabungan (saving-based)
Pengeluaran biaya kesehatan individu didasarkan pada tingkat penggunaannya.
Individu memperoleh bantuan dalam pengumpulan dana dalam bentuk tabungan.
Ketika dibutuhkan, individu tersebut dapat memakai dana tersebut. Model ini
dapat meng-cover biaya pelayanan kesehatan yang bersifat primer dan lanjutan,
tetapi individu akan mengalami kesulitan membiayai pelayanan yang bersifat
kronis dan kompleks. Oleh sebab itu, perlu model pembiayaan lain untuk
mendukung model ini dalam menanggung biaya kesehatan yang kompleks dan
populasi yang lebih luas.

16
4. Pembiayaan informal
Model ini tidak mengatur besaran, jenis, dan mekanisme pembayaran. Besaran
biaya disesuaikan dengan kesepakatan antara penyedia dan pengguna layanan
kesehatan. Umumnya penyedia layanan kesehatan lebih dominan dalam
pengaturannya. Selain uang, barang dapat digunakan sebagai alat tukar untuk
memperoleh pelayanan kesehatan, misalnya dari penyedia layanan kesehatan
mantri atau pengobatan tradisional. Model ini biasanya diadopsi oleh negara-
negara berkembang yang belum memiliki sistem kesehatan yang mampu
melindungi seluruh masyarakatnya.
5. Pembiayaan berbasis-asuransi (insurance-based)
Dalam model ini individu tidak membiayai pelayanan kesehatan secara langsung,
tetapi terjadi pengalihan risiko kesakitan seseorang menjadi risiko kelompok.
Selain itu, terjadi pembagian risiko biaya secara adil. Biaya pelayanan kesehatan
disesuaikan dengan perhitungan dan akan ditanggung dari dana yang telah
dikumpulkan bersama. Individu membayar premi dengan mekanisme pembayaran
yang diatur oleh organisasi pengelola dana asuransi.
Selain kelima model tersebut, model pembiayaan kesehatan lainnya adalah
model Out of Pocket (Pengeluaran dari Kantong Sendiri). Pengeluaran pada model ini
berasal dari individu ketika ingin mengakses pelayanan kesehatan dan tidak didanai oleh
program asuransi. Model pembiayaan ini diterapkan di sebagian besar negara yang
berpenghasilan rendah (J. Dieleman, Campbell, & Chapin, 2017).
Hal ini akan memberatkan banyak segmen dari populasi yang tidak memiliki
sumber pendapatan tunai dan memiliki sedikit tabungan. Biaya yang bersumber dari
kantong sendiri sering menyebabkan keluarga jatuh miskin. Hal ini menjadi penghalang
yang sulit diatasi untuk mengakses layanan perawatan kesehatan yang diperlukan.
Negara-negara berpenghasilan tinggi cenderung lebih sedikit mengeluarkan biaya
kesehatan dari kantong sendiri karena lebih banyak penduduk yang dilindungi oleh
skema asuransi kesehatan prabayar (Rhatigan Jr, 2020).

Model pembiayaan kesehatan antar-negara berbeda. Penggunaan model


pembiayaan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Model yang
diadopsi diharapkan mampu menciptakan akses, keadilan, dan efisiensi pelayanan

17
kesehatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan di negara-negara berpenghasilan menengah
ke atas dan tinggi umumnya disediakan melalui asuransi kesehatan (sering kali berbasis
lapangan pekerjaan atau serikat pekerja) atau pembiayaan pemerintah yang didanai oleh
perpajakan umum.

Pendanaan pemerintah sangat terbatas di negara berpenghasilan rendah karena


kurangnya basis pajak yang signifikan. Asuransi kesehatan sulit diterapkan di negara
tersebut karena beban penyakit yang tinggi, pendapatan penduduk yang kurang, dan
kesulitan menciptakan kumpulan risiko yang besar dan beragam (Mills, 2014). Hampir
semua skema asuransi kesehatan yang diterapkan di negara ini memerlukan subsidi dari
permerintah untuk menopang sistem mereka (Sachs, 2012).
Interaksi fungsi-fungsi pembiayaan kesehatan ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Pembiayaan kesehatan meliputi fungsi dasar pengumpulan pendapatan (revenue
collection), pengumpulan sumber daya (pooling resources), dan pembayaran intervensi
(purchase of interventions). (Gottret & Schieber, 2006; Rannan-Eliya, 2009):
1. Pengumpulan pendapatan adalah bagaimana sistem kesehatan mengumpulkan
uang dari rumah tangga, bisnis, dan sumber eksternal.
2. Pengumpulan berkaitan dengan akumulasi dan pengelolaan pendapatan sehingga
anggota kelompok berbagi risiko kesehatan secara kolektif. Hal ini akan
melindungi anggota kelompok individu dari pengeluaran kesehatan yang besar
dan tidak dapat diprediksi. Pembayaran di muka memungkinkan anggota untuk
membayar biaya rata-rata di muka, membebaskan mereka dari ketidakpastian, dan
memastikan kompensasi jika terjadi kerugian. Pengumpulan ini memungkinkan
pembentukan asuransi dan redistribusi pengeluaran kesehatan antara individu
berisiko (tinggi dan rendah) dan individu berpenghasilan (tinggi dan rendah).
3. Pembelian mengacu pada mekanisme yang digunakan untuk membeli layanan
dari penyedia publik dan swasta.

Fungsi pembiayaan kesehatan di atas memiliki implikasi yang penting untuk


mendukung kerja sistem kesehatan berupa:

18
1. Jumlah dana yang tersedia (saat ini dan di masa depan) dan tingkat layanan
esensial dan perlindungan keuangan bagi populasi.
2. Keadilan (ekuitas).
3. Efisiensi ekonomi dari upaya peningkatan pendapatan.
4. Tingkat pooling (subsidi risiko, asuransi) dan pembayaran di muka (ekuitas
subsidi)
5. Jumlah dan jenis layanan yang dibeli dan dikomsumsi terhadap dampak kesehatan
dan biaya kesehatan (efektivitas biaya dan efisiensi alokasi layanan)
6. Efisiensi teknis dari produksi layanan (tujuannya adalah untuk menghasilkan
setiap layanan dengan biaya rata-rata minimum)
7. Akses fisik dan finansial dan ke layanan oleh populasi (termasuk ekuitas akses
dan manfaat)

Dalam hal kebijakan kesehatan di tingkat negara, ketujuh fungsi pembiayaan


kesehatan di atas berguna untuk, pertama pengumpulan dana yang dapat meningkatkan
pendapatan yang memadai dan berkelanjutan dengan cara yang adil dan efisien. Hal ini
dilakukan dengan menyediakan kebutuhan individu akan paket dasar layanan esensial
dan perlindungan keuangan terhadap bencana keuangan yang terjadi ketika individu
sakit. Kedua, penggabungan risiko untuk mengelola pendapatan yang dikumpulkan dan
menyatukan risiko kesehatan secara adil dan efisien. Ketiga, pembelian dapat
memastikan pembelian layanan kesehatan secara efisien, baik alokasi maupun teknis.

Fungsi pembiayaan di atas diwujudkan dalam tiga model pembiayaan kesehatan


sebagai berikut (Gottret & Schieber, 2006; Jaworzyľska, 2016):

1. National Health Service (NHS)


Model Layanan Kesehatan Nasional juga sering disebut dengan Model Beveridge.
NHS dikenal pertama kali di Inggris pada 5 juli 1948. Model ini diperkenalkan
oleh William Beveridge. Model ini ditandai dengan cakupan universal yang
bersifat wajib dan pembiayaan yang bersumber dari pendapatan umum nasional
dan kepemilikan nasional. Dalam sistem ini, perawatan kesehatan disediakan dan
dibiayai oleh pemerintah melalui pembayaran pajak. Model ini menawarkan
pelayanan gratis bagi seluruh populasi. Negara-negara yang menggunakan model

19
Beveridge atau variasi di dalamnya di antara Inggris Raya, Spanyol, sebagian
besar Skandinavia, dan Selandia Baru.
2. Asuransi sosial
Model pembiayaan ini sering disebut dengan model Bismarck. Model ini
diperkenalkan oleh Kanselir Prusia Otto Von Bismarck. Cakupan universal wajib
berada di bawah sistem jaminan sosial. Kontribusi asuransi ini bersumber dari
karyawan dan pemberi kerja. Model Bismarck meliputi struktur, pembiayaan, dan
pemberian pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, model Bismarck mewakili
layanan yang tersedia bagi karyawan melalui cakupan asuransi kesehatan yang
disponsori oleh majikan. Model Bismarck diadopsi oleh Jerman, Perancis, Belgia,
Belanda, Jepang, Swiss, dan beberapa bagian di Amerika Latin.
3. Asuransi swasta
Pembelian asuransi kesehatan swasta ini berbasis pada perusahaan atau
perorangan. Model asuransi kesehatan swasta dengan akses manfaat yang
dikondisikan berdasarkan polis asuransi swasta. Dana yang dialokasikan untuk
membiayai manfaat layanan kesehatan berasal dari premi asuransi swasta.
Produsen layanan kesehatan adalah entitas swasta. Negaranegara Anggota Uni
Eropa dan Amerika Serikat membangun sistem pembiayaan mereka berdasarkan
model ini.

Bagaimana dengan mekanisme pembiayaan kesehatan? Menurut WHO, skema


pembiayaan pelayanan kesehatan adalah komponen struktural dari sistem pembiayaan
pelayanan kesehatan, yakni pengaturan pembiayaan sehingga seseorang mampu
memperoleh pelayanan kesehatan. Skema pembiayaan pelayanan kesehatan termasuk
pembayaran langsung oleh rumah tangga untuk layanan dan barang serta pengaturan
pembiayaan oleh pihak ketiga (Organization, 2017a). Manfaat atau cakupan dibagi ke
dalam cakupan luas dan cakupan ruang lingkup. Cakupan luas berarti kelompok
populasi yang dicakup oleh bentuk sistem prapembayaran atau perlindungan sosial apa
pun, sedangkan cakupan ruang lingkup mengacu pada jenis layanan kesehatan yang
disediakan pada skema sistem prapembayaran atau skema perlindungan sosial.

Mekanisme Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

20
Mekanisme pembiayaan kesehatan yang diterapkan di Indonesia (Myint et al.,
2019): sumber utama pendapatan berasal dari pajak langsung, pajak tidak langsung, dan
out of pocket (OOP). Metode pengumpulan pendapatan menggunakan sistem single pool.
Jenis penyedia layanan kesehatan berasal dari penyedia publik dan swasta. Dalam hal
pembelian, penyedia layanan untuk pelayanan kesehatan mengandalkan campuran
penyedia publik dan swasta.
Cakupan pelayanan berupa layanan kesehatan esensial dan berbiaya tinggi atau
pelayanan tersier. Luas cakupan mencakup sekitar 63% masyarakat melalui subsidi
pemerintah dan/atau pembayaran di muka dan/atau skema pengelompokan risiko.
Cakupan ini belum mencapai tingkat yang direkomendasikan WHO, yaitu lebih dari
90%. Paket layanan bersifat komprehensif, tetapi tergantung pada jenis asuransi yang
dipilih oleh individu (perawatan tingkat pertama, kedua, dan ketiga) (Marzoeki, Tandon,
Bi, & Pambudi, 2014).
Penyedia layanan di Indonesia membutuhkan akreditasi. Metode pembayaran
penyedia menggunakan sistem kapitasi dan Diagnostic Related Group (DRG). Dana
dikumpulkan ke satu tempat yang disebut asuransi kesehatan nasional (single pool).
Meskipun pendapatan dimasukkan ke kumpulan tunggal, tarif premium bervariasi
berdasarkan status pekerjaan di Indonesia. Sumber pendapatan asuransi kesehatan
nasional terdiri dari kontribusi sosial dan subsidi pemerintah untuk orang miskin dan
target spesifik (Myint et al., 2019).
Standar anggaran minimal suatu negara yang ditetapkan oleh WHO adalah sekitar
5%-6% dari total APBN. Tujuannya adalah agar mampu meningkatkan derajat kesehatan
dengan dukungan pembiayaan kesehatan yang kuat. Idealnya suatu negara
menganggarkan 15-20% dari APBN. Anggaran yang besar diharapkan mampu
membiayai kebutuhan pelayanan kesehatan yang cukup mahal. Kesehatan menjadi
investasi suatu negara untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas
masyarakatnya (Organization, 2014).
Sejak 2004, anggaran pemerintah untuk kesehatan telah meningkat secara
signifikan. Hal ini terjadi karena kebijakan pembiayaan kesehatan pemerintah yang lebih
fokus untuk mengurangi risiko keuangan dari pengeluaran perawatan kesehatan,
khususnya untuk kelompok miskin. Peningkatan anggaran ini juga diamanatkan oleh UU

21
Kesehatan, yang menetapkan bahwa alokasi anggaran pemerintah secara nasional
setidaknya harus berjumlah 5% dari total anggaran pemerintah pusat (APBN); sementara
untuk anggaran daerah (APBD) alokasi untuk kesehatan minimal berjumlah 10%.
Berdasarkan persyaratan hukum itu, pemerintah telah menambah alokasi anggaran untuk
perawatan kesehatan secara nasional hingga 5% dari total pemerintah anggaran pada
2016. Jumlahnya diperkirakan sekitar 109 Triliun Rupiah (Mahendradhata et al., 2017).
Sumber pendanaan kesehatan di Indonesia berasal dari APBN, APBD, dana
swasta, out of pocket, hibah, dan donor dari perusahaan ataupun luar negeri. Sumber dana
tersebut dialokasikan untuk membiayai program dan kegiatan di bidang kesehatan, baik
bersifat fisik maupun nonfisik.
Merangkum aliran pembiayaan yang terjadi dalam sistem kesehatan Indonesia.
Aliran dana pemerintah termasuk proses pengumpulan pendapatan dari rumah tangga,
perusahaan swasta, dan sumber eksternal dan transfer ke daerah pemerintah dan fasilitas
kesehatan. BPJS kesehatan merupakan administrator dari Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang mengumpulkan kontribusi dari pemerintah, perusahaan swasta, dan rumah
tangga menjadi satu kumpulan nasional dan membeli layanan kesehatan dari penyedia
publik dan swasta. Aliran dana pribadi meliputi pengeluaran Out of Pocket (OOP) dari
rumah tangga, perusahaan di fasilitas publik dan swasta. Sejak lima tahun yang lalu,
hanya sekitar satu persen dari total pengeluaran kesehatan berasal sumber eksternal
(Pinto, Masaki, & Harimurti, 2016).
Dalam 20 tahun terakhir, reformasi di bidang pembiayaan kesehatan di Indonesia
bergerak sangat dinamis, dari penargetan berbagai program menuju UHC. Upaya
reformasi pembiayaan yang dilaksanakan pada akhir 1990-an bertujuan untuk
memberikan perlindungan finansial bagi masyarakat miskin sebagai respons terhadap
krisis ekonomi yang melanda Asia pada akhir 1998. Pada 2004 dibentuk skema asuransi
kesehatan sosial. Pada 2008, skema tersebut ditingkatkan dan diperluas lebih jauh.
Kemudian pada tahun 2011, skema perlindungan keuangan lainnya diperkenalkan secara
khusus untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development
Goals/MDGs). Akhirnya, sebuah langkah menuju Universal Health Coverage (UHC)
dimulai pada tahun 2014 dengan implementasi Jaminan Kesehatan Nasional/JKN
(Mahendradhata et al., 2017).

22
JKN adalah reformasi pembiayaan kesehatan yang berupaya mengatasi tiga pilar
pembiayaan kesehatan, yakni pengumpulan pendapatan, penggabungan, dan pembelian.
JKN berpotensi menciptakan momentum untuk bergerak menuju kebijakan dan strategi
yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan Sistem Kesehatan Nasional (SKN). JKN telah
berupaya menciptakan distribusi yang adil dari beban sistem pendanaan. Negara perlu
melanjutkan dan membuat penyesuaian yang diperlukan sehingga sistem kesehatan dapat
berfungsi secara berkualitas, efisien dan adil. Pada saat yang sama menyediakan
perlindungan finansial berkelanjutan kepada rakyat (Mahendradhata et al., 2017).
Sistem UHC berkembang pesat di Indonesia dan mencakup 203 juta orang. Kini
Indonesia dikenal sebagai pengguna skema pembayar tunggal terbesar di dunia dan telah
meningkatkan pemerataan kesehatan dan akses layanan. Kesuksesan di awal memberikan
tantangan lain, seperti munculnya kelompok “missing middle”. Istilah tersebut digunakan
untuk menunjukkan sejumlah kecil orang yang terdaftar di UHC dengan kuintil kekayaan
Q2-Q3 dibandingkan orang di kuintil lainnya, dan rendahnya cakupan UHC pada anak
sejak lahir sampai usia 4 tahun (Agustina et al., 2018).
Pembiayaan publik sangat penting untuk membuat kemajuan menuju UHC.
Komitmen kebijakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals/SDGs) PBB menekankan bahwa setiap orang harus memiliki akses ke layanan
kesehatan yang berkualitas dan penggunaan layanan ini mampu melindungi keuangan
individu (Organization, 2017b). Dampak pada pengeluaran publik untuk kesehatan akan
bergantung pada sejauh mana kebijakan fiskal dan prioritas kesehatan terjadi. Selama
periode ini sangat penting untuk memastikan tingkat pembiayaan publik untuk
mempertahankan cakupan layanan yang efektif dan perlindungan risiko keuangan
terhadap UHC (Tandon, Cain, Kurowski, Dozol, & Postolovska, 2020).

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu ekonomi berperan dalam rasionalisasi pemilihan dan pelaksanaan kegiatan
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, terutama yang menyangkut penggunaan
sumber daya yang terbatas. Dengan diterapkannya ilmu ekonomi dalam bidang
kesehatan, maka kegiatan yang akan dilaksanakan harus memenuhi kriteria efisiensi, atau
apakah kegiatan tersebut bersifat Cost Efective.
Ekonomi positif mempelajari berbagai pelaku dan proses bekerjanya aktivitas
ekonomi, tanpa menggunakan suatu pandangan subjektif untuk menyatakan bahwa
sesuatu itu baik atau jelek dari sudut pandang ekonomi. Sedangkan ekonomi negatif
mempelajari perilaku ekonomi yang terjadi, dengan mencoba memberikan penilaian baik
atau buruk berdasarkan pertimbangan subjektif.
Pembiayaan kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu dari ekonomi kesehatan
(health economy). Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sumber biaya kesehatan dapat berasal dari anggaran pemerintah, anggaran
masyarakat, bantuan dari dalam dan luar negeri, serta gabungan dari anggaran pemerintah
dan masyarakat.

B. Saran

24
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik maupun
saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

AKUN ALWAHIDA. (2022). MAKALAH KETERKAITAN EKONOMI DAN KESEHATAN .doc.

Academia.edu.

https://www.academia.edu/37632548/MAKALAH_KETERKAITAN_EKONOMI_DAN_

KESEHATAN_doc

Makalah Ekonomi Dan Kesehatan. (2016). 123dok.com.

https://123dok.com/document/q5n3087q-makalah-ekonomi-dan-kesehatan.html

Unknown. (2016). Makalah tentang Ekonomi Kesehatan. Blogspot.com.

http://zardvitasalensehe.blogspot.com/2016/11/makalah-tentang-ekonomi-kesehatan.html

‌Febri Endra Budi Setyawan. (2017, March 22). Sistem Pembiayaan Kesehatan. ResearchGate;

Universitas Muhammadiyah Malang.

https://www.researchgate.net/publication/326348054_Sistem_Pembiayaan_Kesehatan

26

Anda mungkin juga menyukai