Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
s u m u r p ro d u k s i B
A
A D
C
B
D
s u m u r in je k s i
E E
(a ) (b )
13
3.1.1. Injeksi Air Sebagai Secondary Recovery
Pada reservoir minyak, tekanan reservoir akan berkurang selama produksi
berlangsung. Penurunan tekanan reservoir di bawah tekanan jenuh (bubble point)
dari hidrokarbon mengakibatkan keluarnya gas (komponen hidrokarbon yang
ringan) dari minyak. Gelembung gas akan membentuk fasa yang
berkesinambungan dan mengalir ke arah sumur-sumur produksi, bila saturasinya
melampaui harga saturasi equilibrium. Terproduksinya gas ini akan mengurangi
energi yang tersedia secara alami untuk memproduksikan minyak, sehingga
jumlah minyak yang dapat diproduksikan (recovery) secara alami dapat berkurang
pula. Secara umum dapat dikatakan bahwa penurunan tekanan yang tidak
dikontrol memberi kontribusi terhadap pengurangan recovery.
Penurunan tekanan reservoir dapat diperlambat secara alami bila
penyerapan reservoir oleh sumur-sumur produksi diimbangi oleh perembesan air
kedalam reservoir dari aquifer. Air ini berperan sebagai pengisi atau pengganti
minyak yang terproduksi, selain itu dapat berperan sebagai media pendesak.
Produksi minyak yang mengandalkan tenaga pengembangan dari gas yang keluar
dari larutan (depletion drive). Hal inilah yang menyebabkan orang melakukan
proses penginjeksian air (waterflooding) dari permukaan bumi ke dalam reservoir
minyak.
Injeksi air merupakan metode tahap kedua, dimana air diinjeksikan ke
dalam reservoir untuk mendapatkan perolehan minyak agar dapat bergerak dari
reservoir menuju sumur produksi setelah reservoir tersebut mendekati batas
ekonomis produktif melalui perolehan tahap pertama. Penginjeksian air yang
dimaksud disini merupakan penambahan energi kedalam reservoir melalui sumur-
sumur injeksi. Air akan mendesak minyak mengikuti jalur-jalur arus (stream line)
yang dimulai sumur dari injeksi dan berakhir pada sumur produksi.
Gambar 3.2 menunjukkan proses terjadinya waterflooding dari sebuah
sumur “x”, dalam format 3 dimensi. Dimana air diinjeksikan dari sebuah sumur
injeksi yang kemudian secara perlahan mendesak fluida minyak untuk mengalir
menuju sumur produksi.
14
Gambar 3.2. Proses Terjadinya Wateflooding 6)
15
Langkah pertama dalam penyusunan informasi reservoir untuk
menentukan kemungkinan diterapkannya injeksi air adalah menentukan geometri
reservoir. Struktur dan stratigrafi menjadi acuan dalam penempatan sumur dan
pengembangannya kedepan.
16
Besarnya permeabilitas batuan reservoir sangat berpengaruh dalam
perencanaan injeksi air. Laju injeksi air dapat dikontrol dalam sumur injeksi untuk
tekanan yang spesifik pada sandface. Oleh karena itu, dalam penentuan
kecocokan reservoir untuk injeksi air, permeabilitas dibutuhkan untuk (1) tekanan
injeksi maksimum yang diijinkan dari kedalaman yang dipertimbangkan, dan (2)
hubungan laju alir dan spasi dari data tekanan/permeabilitas.
Variasi permeabilitas menjadi perhatian di beberapa tahun terakhir ini.
Karena keseragaman permeabilitas pada dasarnya menentukan keberhasilan
injeksi air, karena perhitungan kuantitas air yang diinjeksikan harus ditangani.
Jika tidak ada korelasi permeabilitas antar sumur, kemungkinan besar zona antar
permeabilitas yang besar tidak kontinyu sehingga channeling fluida injeksi akan
berkurang daripada perhitungan kinerja sumur.
3.2.6 Distribusi Saturasi Fluida
Dalam penentuan kemungkinan reservoir untuk injeksi air, tentu saja
saturasi minyak yang tinggi akan lebih dipilih karena lebih cocok daripada
saturasi minyak yang lebih rendah. Biasanya, saturasi minyak yang terbesar pada
awal operasi injeksi, maka recovery yang besar juga akan didapat. Ultimate
recovery semakin tinggi, bypassing air akan berkurang dan kemungkinan investasi
yang kembali semakin besar pula.
Hal menarik lainnya adalah pengukuran saturasi awal interstitial water.
Hal ini sangat penting dalam penentuan saturasi minyak awal. Leverett dan Lewis
serta peneliti lainnya menunjukkan eksperimennya, sebagai fraksi PV, oil
recovery dengan solution gas drive pada dasarnya bergantung pada saturasi air
connate. Selain itu, jumlah minyak sisa setelah penurunan gas terlarut (solution
gas depletion) berbanding terbalik dengan saturasi air. Manfaat yang disebutkan di
sini adalah pengaruh dari saturasi air awal pada pembentukan akumulasi minyak
di depan water front.
17
(air). Mobility pada fasa tungggal misalnya minyak adalah perbandingan
permeabilitas minyak terhadap viskositas minyak (k o/µo). Mobility ratio (M)
adalah perbandingan mobilitas fluida pendesak tehadap mobilitas fluida yang
didesak. Semakin besar mobility ratio maka semakin kecil recovery pada saat
breakthrough, karena itu air yang diproduksikan lebih banyak. Hal ini
dikarenakan :
1. Pada saat breakthrough daerah yang disapu lebih kecil
2. Pengaruh stratifikasinya sangat tinggi.
Minyak dengan viskositas yang tinggi (gravity rendah), primary recovery
umumnya rendah dan pengurangannya lebih sedikit daripada minyak dengan
viskositas yang rendah. Kecenderungan ini mengimbangi pengaruh buruk minyak
viskositas yang tinggi karena seringkali menghasilkan saturasi minyak yang besar
pada awal operasi injeksi air.
18
1. Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah lateral
maupun ke arah vertikal.
2. Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.
3. Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).
4. Topografi.
5. Ekonomi.
Pada operasi waterflooding sumur-sumur injeksi dan produksi umumnya
dibentuk dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya pola tiga titik,lima
titik, tujuh titik, dan sebagainya. Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi
oleh sumur-sumur injeksi disebut dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya
yaitu sumur-sumur produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola
inverted. Masing-masing pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana
memberikan jalur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan
yang berbeda-beda. Diantara pola-pola yang paling umum digunakan :
1. Direct line drive : sumur injeksi dan produksi membentuk garis tertentu
dan saling berlawanan. Dua hal penting untuk diperhatikan dalam sistem ini
adalah jarak antara sumur-sumur sejenis (a) dan jarak antara sumur-sumur tak
sejenis (b)
2. Staggered line drive : sumur-sumur yang membentuk garis tertentu dimana
sumur injeksi dan produksinya saling berlawanan dengan jarak yang sama
panjang, umumnya adalah a/2 yang ditarik secara lateral dengan ukuran
tertentu.
3. Four spot : terdiri dari tiga jenis sumur injeksi yang membentuk segitiga
dan sumur produksi terletak ditengah-tengahnya.
4. Five spot : Pola yang paling dikenal dalam waterflooding dimana sumur
injeksi membentuk segi empat dengan sumur produksi terletak ditengah-
tengahnya.
5. Seven spot : sumur-sumur injeksi ditempatkan pada sudut-sudut dari
bentuk hexagonal dan sumur produksinya terletak ditengah-tengahnya.
19
d ir e c t l in e d riv e s ta g g e re d li n e d riv e
re g u la r sk e w e d
f o u r s p o t p a t te rn f o u r s p o t p a tte rn
fi v e s p o t p a tte rn
se v e n s p o t p a tt e r n in v e r te d
s e v e n s p o t p a tt e rn
n in e s p o t p a tte rn in v e r te d
n in e s p o t p a tte rn
in je c t io n w e ll p r o d u c tio n w e ll
20
k
displacing
D
d k
displaced
M= .....................................................................(3-1)
Dimana :
a. Jika M = 1
Artinya besarnya mobilitas fluida pendesak dan fluida yang didesak besarnya
sama
b. Jika M > 1
Artinya besarnya mobilitas fluida pendesak lebih besar bila dibandingkan
dengan mobilitas fluida yang didesak sehingga air sebagai fluida pendesak akan
menerobos minyak sehingga terjadi apa yang disebut channeling. Kondisi ini
memberikan efisiensi pendesak air tidak baik sehingga tidak mendukung untuk
dilakukan waterflooding.
c. Jika M<1
Artinya besarnya mobilitas fluida pendesak lebih kecil daripada mobilitas
fluida yang didesak. Kondisi ini yang diharapkan karena efisiensi penyapuan
fluida pendesak terhdap fluida yang didesak sangat baik. Fluida pendesak (air)
dapat menyapu minyak (fluida yang didesak) dengan bersih karena pergerakan
secara perlahan dalam menyapu minyak, hal ini meningkatkan saturasi minyak
didepan front. Pola yang dianjurkan pada kondisi ini yaitu lebih banyak sumur
injeksi daripada sumur produksi.
21
didesaknya menjadi bersaturasi air lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar pada titik
injeksi saturasi air didalam reservoar bernilai tinggi dengan kata lain jika saturasi
air tinggi berarti volume pori yang terisi oleh air juga tinggi karena saturasi air
dengan volume pori yang diisi air berbanding lurus. Sebaliknya pendesakan
minyak oleh air dengan penginjeksian yang sifatnya kontiniyu akan memperkecil
saturasi minyak yang ada di belakang front, tepatnya pada titik injeksinya.
Kondisi ini memang diharapkan karena mengupayakan minyak sisa yang berada
di titik injeksi terus berkurang dan mengalir menuju sumur produksi.
Di dalam segi pendesakan dikenal dua konsep, pendesakan torak dan
pendesakan desaturasi. Pendesakan desaturasi menganggap saturasi fluida
pendesak (air) di zona minyak yang telah didesak bervariasi dari (1-Sor) hingga
Swf. Harga (Sw = 1-Sor) adalah saturasi air pada titik injeksi, sedang harga (S w
= Swf) adalah saturasi air pada front. Gambar 3.4. memperlihatkan profil ideal
saturasi air dengan konsep pendesakan desaturasi.
Dibelakang front, saturasi minyak berkisar dari (S or) pada titik injeksi (x =
o) hingga (So = 1 – Swf) pada front. Ini berarti masih ada minyak yang mengalir
bersama-sama dengan air di belakang front. Sebaliknya hanya minyak yang
mengalir di muka front apabila (Sw = Swc) yang tidak lain adalah saturasi
ekuilibrium dari air.
22
Teori pergerakan front (frontal advance theory) didasarkan pada
beberapa anggapan, yaitu
Soi S or
Ed
S oi
.......................................................................................... (3-2)
dimana :
Ed = efisiensi pendesakan, fraksi
Soi = saturasi minyak mula (pada awal pendesakan), fraksi volume
pori-pori
Pada prakteknya Sor dan Ed harganya akan tetap sampai pada bidang front
mencapai titik produksinya. Pada saat dan sebelum breaktrough terjadi, efisiensi
pendesakan ditunjukkan oleh Persamaan :
23
S (S or ) BT
(E d ) BT oi
Soi
.......................................................................... (3-3)
Harga Sor akan berkurang dan Ed akan bertambah dengan terus berlalunya
zona transisi melalui sumur produksi, sehingga setelah zona transisi ini berlalu
akan diperoleh harga Sor minimum yang merupakan harga saturasi minyak
irreducible dan efisiensi pendesakan mencapai harga maksimum, sesuai dengan
Persamaan :
S (S or ) min
(E d ) max oi
Soi
........................................................................ (3-4)
24
paling mudah dan terbanyak digunakan untuk perhitungan fluid displacement
untuk kondisi tidak bercampur).
Asumsi dari pendekatan metode ini adalah :
Aliran dalam media horizontal
Air merupakan fasa yang diinjeksikan ke dalam fasa minyak di dalam
reservoir.
Minyak dan air dalam kondisi immisible (tidak bercampur)
Minyak dan air mengikuti sistem fluida imcompressible
Pengaruh gravity dan capillary pressure diabaikan
Persamaan yang digunakan untuk menghitung efisiensi pendesakan
dikembangkan pertama kali oleh Buckley-Leverret, yang didasarkan pada
persamaan Darcy :
k P
V sin
s
................................................................................(3-5)
Dimana :
25
w q w o qo d
Po Pw Pw Po sin
A Kw A Ko ds
d
g P sin
ds
................................................................(3-9)
q
A Luas penampang
A
qt qo q w
Jika ...............................................................................................(3-10)
Maka Persamaan (3-7) menjadi :
w q w o qt o q w dPc
g P sin
A K w A K o A K o ds
.....................................................(3-11)
o qt
ko
Dengan cara membagi Persamaan (3-10) dengan dan
qw
fw
qt
mendefinisikan fraksi aliran , maka :
k A dP
1 o c g P sin
qt o ds
fw
k
1 o w
k w o
................................................................(3-12)
Dimana :
fw = fraksi air pada aliran
ko/kw = permeabilitas relatif formasi single phase
µo = viskositas minyak, cp
µw = viskositas air, cp
ko = permeabilitas efektif minyak, md
kw = permeabilitas efektif air, md
A = luas penampang, sq ft
qt = total laju alir, B/D
q = laju alir fluida per unitcross section
Pc = tekanan kapiler, psi
L = jarak sepenjang arah pengukuran, ft
Δp = perbedaan densitas antara minyak dan air, g/cm3
θ = sudut kemiringan formasi secara horizontal
G = percepatan gravitasi
26
Dalam unit praktis, persamaannya menjadi
k o A dPc
1 0,001127 0,433 P sin
qt o ds
fw
k
1 o w
kw o
................................................(3-13)
dPc
ds
tekanan kapiler dapat dinyatakan dalam hubungan :
dPc dPc dS w
ds ds w ds
.........................................................................................(3-14)
dPc
dS w
Dimana harga diperoleh dari grafik tekanan kapiler. Akan tetapi
dS w
ds
sulit diperoleh, atau tidak diketahui sama sekali. Berdasarkan hal itu untuk
dPc
ds
segi praktisnya maka harga diabaikan. Jadi persamaan fraksi aliran mnjadi :
ko A
1 0,0048 sin
o qt
fw
k
1 o w
kw o
...............................................................(3-15)
Persamaan ini akan lebih sederhana bila aliran terjadi dalam arah
horizontal, α = 0.
27
1
fw
k
1 o w
kw o
.........................................................................................(3-16)
Gambar 3.6. Kurva Fraksi Aliran Sebagai Fungsi Dari Saturasi Air7)
28
1
fw
1 k
f w= 1 o w
1+ ( k o /k w )( μ w /μ o ) kw o
..................................................................
............................ (3-17)
5.615q1 f w
5.615 q1 ∂ f w L
L=
∅A ∂ sw ( ) sw
A S w Sw
............................................................
........................ (3-18)
Dimana
L = jarak, ft
q1 = total laju alir, B/D
θ = porositas
A = luas area, sq ft
t = waktu, hari
Sw c
X 1 X X 2
29
Gambar 3.7.Distribusi Saturasi Air sebagai Fungsi Jarak sebelum Breakthrough 7)
............................................................ (3-
20)
2. Menentukan saturasi front
1 f w S wf
S w Swf
df w df w
S wf
dS w dS w
; fw dan keduanya untuk front ............ (3-21)
30
Pada Gambar 3.8. tersebut di atas ditarik garis tangensial dari (Sw = Swc ; fw =
f w S wf
0) ke titik (Sw = Swf – fw = ) dan garis tersebut memotong fw = 1 di (Sw =
Sw
; fw = 1), persamaan tersebut harus dipenuhi secara simultan.
1
fw
w k ro
1
k rw o
................................................................................ (3-23)
=
f w =1 Sw
Sw f , f w|
Sw f
fw
Sw c 1 - Sor
Sw
Gambar 3.8. Grafik Welge untuk Saturasi Front Pendesakan7)
31
- Porositas (φ )
- Permeabilitas formasi ( k )
- Saturasi air konat (Swc )
- Saturasi minyak residu ( Sor )
- Viskositas minyak pada kondisi reservoir ( μo )
- Viskositas air injeksi ( μw )
- Faktor volume formasi pada saat injeksi akan dimulai ( Bo )
- Kurva permeabilitas relatif ( kro dan krw)
kro
=ae(−bsw) …………………………………………………………... (3-24)
krw
32
μw
b ae(−b sw)
dfw μo
=
dsw μw 2 ………………………………………… (3-
(
1+
μo
ae(−b sw) )
26)
dfw
5. Plotting “sw vs fw, dsw ”
33
Catatan :
Untuk Sw dalam sistem yang lebih besar dari Swc.
Vp x ( swavg−swi )
Np= ……………………………………………….
Bo
(3-27)
(3-28)
dfw
e. dsw di hitung dari kemiringan garis singgung titik-titik pada kurva
fractional flow yang besarnya lebih besar dari Swbt pada persaman (3-
26)
34
1
Qi=
f. dfw /dsw ………………………………………………….. (3-
29)
A .h . ∅
wi= xQi
g. 5.615 …………………………………………………. (3-
30)
L. A.∅
t=
dfw
i.
( )
dsw
x iw ……………………………………………….. (3-
32)
SWavg−Swc
E D=
j. 1−Swc ……………………………………………... (3-
33)
Vp x ( swavg−swi )
k. Np= …………………………………………..
Bo
(3-34)
( 1−fw ) x Iw
qo=
l. Bo ……………………………………………… (3-35)
fwbtxBo
WOR=
m. (1−fwbt ) xBw ……………………………………………. (3-
26)
35