Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

RINGKASAN NOVEL

Guru:
Revalinda

DI SUSUN OLEH :
ARKAN ROZAN ATHOILLAH
X MIPA 1

SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI


TAHUN 2018/2019
A. Judul resensi : Takdir Dari Tuhan untuk Tania

B. Identitas buku :

 Judul buku : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


 Pengarang : Tere-Liye
 Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
 Tahun terbit : Cetakan kesembilan, maret 2013
 Harga : Rp 48.000,00

Sinopsis “Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci


Angin” – Tere Liye
Novel ini mengisahkan kehidupan kakak beradik Tania dan Dede yang harus putus
sekolah dan menjadi pengamen karena keterbatasan ekonomi keluarga sepeninggal ayah
mereka. Mereka berdua tinggal di rumah kardus dengan ibu mereka yang sakit-sakitan.

Kehidupan mereka berubah setelah bertemu dengan seorang pria bernama Danar. Danar
adalah seorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar begitu baik sehingga
keluarga ini menganggapnya seperti malaikat. Tania sangat mengagumi Danar karena
selain baik, dia juga punya wajah yang menawan.

Suatu ketika Danar memberikan mereka rumah kontrakan sehingga Tania, Dede dan
ibunya tidak perlu lagi tinggal di rumah kardus. Tania dan Dede bisa kembali sekolah dan
ibunya berjualan kue. Mereka pun semakin dekat seperti keluarga. Suasana agak berubah
ketika danar membawa teman dekatnya yang bernama Ratna. Tania merasa cemburu, ia
tidak suka melihat kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tidak suka itu bukan sekedar
perasaan iri seorang adik tapi Tania kecil belum bisa menerjemahkan apa arti perasaan
itu.

Kebahagiaan mereka berkurang saat ibu Tania meninggal. Berat sekali bagi Tania
menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya telah tiada dan sekarang ia yang harus
bertanggung jawan menjaga adiknya. Untung saja ada Danar yang selalu berada di
samping mereka. Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia berhasil
mendapatkan beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi berhasil ia raih dalam studinya.
Semua pengalaman hidup yang telah Tania alami menjadikannya lebih dewasa dari
gadis-gadis lain seumurannya. Perasaannya terhadap Danar juga semakin jelas. Lambat
laun Tania tahu, perasaan itu bernama cinta.

Tapi cinta Tania terhadap danar tidaklah mudah. Bertahun-tahun mereka bersama dalam
status kakak adik, terlebih lagi mereka terpaut usia 14 tahun. Bagi ABG seperti Tania,
jatuh cinta kepada pria yang jauh lebih tua darinya cukup membuatnya pusing. Sisi
remajanya membuatnya ingin mengekspresikan perasaannya meskipun ia tidak tahu
apakah Danar memiliki perasaan yang sama dengannya atau tidak. Keadaan semakin sulit

ii
saat Danar memutuskan untuk menikah dengan Ratna. Tania patah hati. Ia memutuskan
untuk tidak hadir dalam pernikahan mereka meskipun Danar dan Ratna telah
membujuknya.

Beberapa waktu berselang, Tania tahu bahwa kehidupan rumah tangga Danar dan Ratna
tidak bahagia. Ratna bercerita kepada Tania bahwa Danar telah banyak berubah. Danar
menjadi pendiam dan seringkali tidak berada di rumah. Ratna tahu ada sesuatu yang
menghalangi mereka, ada seseorang di antara ia dan Danar tapi ia tidak pernah tahu
siapakah bayangan itu. Dari cerita Dede akhirnya Tania tahu bahwa Danar juga mencintai
Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yang tidak
pernah selesai ia tulis. Perbedaan usia yang cukup jauh membuat Danar merasa tidak
pantas mencintai Tania. Tidak seharusnya ia mencintai gadis kecil seperti Tania.

Ketika Tania dan Danar sama-sama tahu perasaan mereka masing-masing, semua sudah
terlambat. Biar bagaimanapun Danar telah menikah dengan Ratna. Akhirnya Tania
kembali ke Singapura dan memutuskan untuk meninggalkan semua cerita cintanya.

***

Menurut saya ceritanya klise, agak mirip sinetron. Karya Tere Liye yang lainnya selalu
bisa membuat saya betah membaca tanpa  ada keinginan untuk melompati masing-
masing bagian cerita. Tapi ketika membaca novel ini, berkali-kali saya lewatkan bagian-
bagian yang terasa membosankan.

Berbeda dengan karya Tere Liye yang lain, yang meskipun sederhana tapi bisa terasa
istimewa lewat penuturannya yang apa adanya.

Tapi tetap saja novel ini memberikan pelajaran. Terutama filosofi “daun yang jatuh tak
pernah membenci angin”. Apapun yang kita alami, jangan pernah menyalahkan keadaan.

“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.”

“Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti,
pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.Tak
peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski
lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya.
Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.”  (Tere Liye, Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin)

iii
C. Isi resensi

      i. Pendahuluan

Tere-Liye adalah seorang penulis yang sudah terkenal dengan karya-karyanya, dan sudah
menulis banyak buku. Karyanya juga sudah ada yang di film kan yaitu Hafalan Shalat
Delisa, Moga Bunda Disayang Allah.

Ciri khas penulisan Tere liye didalam novel-novelnya selalu mengisahkan tentang
kesedihan, kehilangan, dan kematian yang dialami para tokohnya. Tere liye sering
menggunakan alur maju mundur dalam novelnya. Tere liye juga lebih sering
menggunakan tokoh wanita dan sudut pandang perasaan dan isi hati seorang wanita
dalam novelnya.

Keunikan dari buku Tere liye dia tidak menuliskan identitas dirinya atau biografinya
didalam setiap novel-novelnya.

Meskipun Tere liye menggunakan bahasa indonesia yang baik, tetapi didalam bukunya
terdapat bahasa yang teralalu hiperbola dan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh
pembaca.

Cerita di dalam novelnya bisa membawa pembaca terlarut dalam alur cerita yang
disajikan sehingga kita seolah olah ikut hanyut kedalam situasi yang ada di dalam novel.

      ii. Tubuh/isi

Sinopsis :

Didalam kehidupan Tania penuh dengan cobaan. Tania telah ditinggal oleh ayahnya sejak
umur 8 tahun dan adiknya Dede yang masih berumur 3 tahun. Tania dan Dede sekarang
hanya hidup dengan Ibunya. Sejak ditinggal oleh ayahnya kehidupan keluarga Tania
semakin sulit, mereka tidak sanggup untuk membayar uang kontrakan rumah dan juga
biaya sekolah. Tania dan Dede harus mengamen dari bis satu ke bis yang lain demi
mencari uang untuk makan.

Tania bertemu dengan seorang  malaikat yang akan membantu keluarganya,


membantunya sekolah, mendapatkan tempat tinggal dan janji masa depan yang lebih
baik. Seiring berjalannya waktu, Tania mulai merasakan perasaan yang berbeda bahkan
saat rambutnya masih dikepang dua   dengan malaikat keluarganya.

Namun Tania sadar jika ia tidak boleh membiarkan perasaannya semakin bertambah.
Karena Tania tahu jika malaikatnya hanya menganggap Tania sebagai seorang  adik tak
lebih. Takdir telah ditentukan oleh Tuhan manusia hanya bisa menerimanya seperti daun
yang jatuh tak pernah membenci angin.

iv
Keunggulan :

 Novel daun yang jatuh tak pernah membenci angin, memberikan pengetahuan
kepada kita jika semua keinginan kita tidak bisa semuanya tercapai.
 Tokoh-tokoh yang berada di dalam novel ini memberikan contoh agar dalam
menghadapi kehidupan ini kita harus menjalani dengan lapang dada, ikhlas, dan
selalu berusaha dengan kemampuan yang kita punya.
 Alur ceritanya mudah dipahami
 Sebuah bacaan yang inspiratif

Kelemahan :

Tidak diperuntukkan semua umur, dan terkadang ada bahasa istilah yang sulit dimengerti.

Rumusan kerangka buku (kerangka per bab) :

Pukul 20.00 : Saat Semuanya Berawal

Pertemuan awal Tania dan adiknya Dede dengan seseorang yang akan menjadi malaikat
penolong bagi keluarga Tania.

Pukul 20.15 : Pertama Kali Aku Mengenal Perasaan Itu

Tania yang masih berumur 11 tahun mulai mengenal perasaan yang berbeda dengan Oom
Danar (malaikat keluarganya). Namun Tania belum mengerti tentang perasaan apa yang
dirasakannya itu.

Pukul 20.21 : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Tania dan adiknya Dede sekarang hanya mempunyai seorang Ibu, namun Ibu Tania tiba-
tiba jatuh sakit terkena kanker paru-paru stadium IV dan akhirnya meninggal. Namun
Tania tetap harus melanjutkan hidupnya karena takdir sudah ditentukan oleh Tuhan dan
manusia tidak bisa menyalahkan-Nya seperti daun yang jatuh tak pernah membenci
angin.

Pukul 20.26 : Setelah Ibu Pergi!

Untuk melupakan kesedihannya, Tania memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di


Singapura. Tania juga berfikir dengan dia berhasil atau mendapatkan nilai yang baik di
sekolahnya ASEAN scholarship juga bisa membuat Ibunya bangga di surga.

v
Pukul 20.32 : Sweet Seventeen yang Indah

Tania berusia 17 tahun, Oom Danar dan adiknya Dede datang berkunjung ke Singapura
untuk mengadakan pesta ulang tahun untuk Tania di Singapura. Oom Danar memberikan
hadiah sebuah liontin bertuliskan ”T” yang menurut Tania sangat berharga untuknya.

Pukul 20.37 : Liontin Seribu Pertanyaan.

Tania bertanya tanya apa maksud dari liontin yang diberikan Oom Danar kepadanya.
Setelah beberapa waktu kemudian Tania mengetahui arti dari liontin tersebut adalah
hanya “sebatas teman”, adiknya Dede yang mengatakannya bahwa Ia dan Ibu juga
diberikan kalung yang sama sepertinya.

Pukul 20.45 : Izinkan Aku Menangis Demi Dia, Ibu!

Graduation day Tania telah datang. Dede, Oom danar dan pacarnya Kak Ratna datang ke
acara tersebut. Saat acara makan malam Oom Danar dan Kak Ratna mengumumkan acara
pernikahan mereka yang akan dilaksanakan 3 bulan kemudian. Tania menangis karena
pengumuman ini yang menurutnya sangat menyakitkan seperti saat kehilangan Ibunya
untuk kedua kalinya.

Pukul 20.50 : Hari-Hari Menyakitkan

Tania diminta pulang ke indonesia untuk menghadiri acara pernikahan Oom Danar dan
Kak Ratna, yang tentu saja ditolak oleh Tania. Yang membuat Tania bertambah sedih
karena Kak Ratna selalu baik kepada Tania dan selalu menganggap Tania sebagai teman.

Pukul 21.02 : Masa-Masa Berdamai

Setalah kejadian pernikahan itu, Tania dan Oom Danar tidak memberi kabar satu sama
lain. Saat Tania ada libur semester, ia pulang ke Indonesia untuk memperingati hari
kematian Ibu yang ke 8 tahun. Saat itu juga Tania dan Oom Danar bertemu kembali dan
mereka berdamai seperti dulu, karena

Pukul 21.06 : Pulang!

Tania kembali pulang ke Singapura, saat di Singapura Tania mulai terbuka dengan teman
lain jenisnya juga teman-temannya yang lain. Karena, sebelumya Tania terkenal galak
diantara par apria di tempat kuliahnya commerce NUS.

Pukul 21.10 : Potongan Teka-Teki yang Pertama

Kak Ratna sering mengirimi E-Mail ke Tania tentang kehidupan rumah tangganya
dengan Oom Danar yang akhir-akhir ini Kak Ratna yang sering diacuhakn oleh Oom
Danar. Tania binggung dengan apa yang telah dilakukan Oom Danar ke Kak Ratna,
padahal sewaktu mereka bertemu di pemakaman Ibu mereka terlihat sangat serasi.

vi
Pukul 21.15 : Semuanya Berubah Terlalu Cepat

Kak Ratna semakin sering berkirim email dengan Tania dan curhat tentang suaminya
yang berubah semakin parah.

Pukul 21. 17 : Ketika Semua Potongan Lengkap

Tania tahu apa yang sebenarnya terjadi sekarang dengan Oom Danar melalui cerita
adiknya Dede. Dede menceritakan jika liontin yang diberikan oleh Oom Danar ke Tania
adalah spesial. Karena di dalam liontin mereka berdua ada sepasang bunga linden.
Sebenarnaya Oom Danar telah mencintai Tania. Namun Oom Danar tetap memilih
istrinya, karena takdir sudah tidak bisa dirubah.

Pukul 09.00 (Keesokan Pagi) : Kembali

Tania kembali lagi ke Singapura dan berniat tidak akan pulang ke Indonesia.

Tinjauan bahasa

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik namun terkadang juga terlalu hiperbola dan
puitis. Banyak menggunakan bahasa istilah.

Adanya kesalahan cetak:

Ada beberapa kata yang tedapat kesalahan cetak.

      iii. Penutup

Sasaran pembaca pada novel ini adalah remaja, karena kisah cinta didalam novel ini
dipandang dari sudut cinta seorang remaja. Novel ini tidak sesuai dengan semua umur,
meskipun diawal cerita Tania masih berumur 11 tahun, tetapi karena perasaannya dengan
Oom Danar membuat itu tidak bagus untuk dicontoh oleh anak dibawah umur.

vii
Unsur Intrinsik

a. Tema : Cinta Rahasia yang Menyakitkan

b. Gaya Bahasa:

 Hiperbola : Demi untuk membaca e-mail yang berdarah-darah itu, esoknya aku
memutuskan utnuk pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
 Metafora : Bagian tajamnya menghadap ke atas, kemudian tanpa ampun
menghunjam kakiku yang sehelai pun aku tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
 Personifikasi :Menuju ke tempat rumah kardus ini kami dulu berdiri kokoh
dihajar derasnya huja, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
 Personifikasi :Hujan deras turun telah membungkus kota ini (Hal. 13)

c. Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama

d. Tokoh dan Penokohan:

Tania:

 Tekun (Banyak prestasi dan mendapat beasiswa sekolah di Singapura)


 Ramah (Disukai banyak orang)
 Konsisten (Hanya mencintai Danar, meski banyak juga lelaki yang mencintainya)
 Pantang menyerah (Menjalani kehidupan)

Dede:

 Sering iseng
 Pandai menyimpan rahasia
 Polos

Ibu:

 Tekun serta tidak mengandalkan orang lain


 Sabar (Sabar menjalani hidup)

Danar :

 Suka menolong (Menyewakan kontrakan)


 Pemendam rasa (Memendam perasaan cintanya terhadap Tania)
 Bertanggung jawab (Mengurusi Dede dan Tania, sepeninggal ibu mereka berdua)
 Tidak jujur dengan perasaannya cintanya

Ratna:

viii
 Tidak suka berprasangka buruk
 Tidak cemburuan
 Sabar

e. Alur : Pada awal cerita mundur kemudian pada akhir cerita campuran

f. Latar :

 Tempat : Rumah Tania, Asrama Tania di Singapura,Toko Buku


 Waktu : Pagi, siang, sore dan malam
 Suasana :Sedih, Hening, duka, senang, tegang, rindu

g. Amanat :

Ceritakanlah apa yang dirasakan hatimu meskupun itu susah dalam kenyataannya, tetap
berusah untuk meyakinkan diri jika dengan menceritakan apa yang sedang kita rasakan
akan melegakan serta menentramkan hati kita sendiri dengan tidak memendam suatu
perasaan.

h. Plot :

 Perkenalan:

Saat Danar menolong Tania yang tertusuk paku. Kemudian Danar mengenal Tania dan
Dede, lebih dalam lagi, hingga Danar pun sering mengunjungi rumah Tania. Kemudian
danar juga sering membantu perekonomian keluarga Tania.

Sampai pada akhirnya Tania dan Dede bisa bersekolah kembali. Tania juga mendapatkan
beasiswa ke Singapura.

 Pertikaian:

Saat Danar hendak menikah dengan Ratna teman dekatnya itu, Tania tidak mau datang ke
pernikahan tersebut. Lalu Selama beberapa tahun Tania dan Danar sama sekali tidak
berkomunikasi.

 Klimaks:

Saat Danar dan Tania bertemu di daerah rumah kardus Tania dulu. Di situ mereka
mengutarakan perasaan masing-masing yang sebenarnya.

Antiklimaks:

Saat Danar dan Tania mengetahui jika Ratna sudah hamil 4 bulan, kemudian pada
akhirnya Tania menerima dengan keadaan tersebut, dan dia pun tidak akan kembali ke

ix
Indonesia dan akan tetap berada di Singapura, hal itu dilakukan agar perasaannya kepada
Danar tidak kembali seperti kejadian saat di Indonesia.

Unsur Ekstrinsik

Nilai Sosial :

Menolong orang dengan ikhlas dan tidak memandang siapa yang di tolong seperti dalam
novel bahwa tokoh Danar menolong Tania dengan tidak memandang Tania itu siapa.

Nilai Moral :

Memberi pengetahuan terhadap kita bahwasanya sesuatu yang terlihat sulit ternyata tidak
sesulit apa yang kita lihat apabila kita melakukannya dengan bersungguh sungguh untuk
mencapainya seperti dalam novel ini.

Tokoh Tania yang memiliki sifat pantang menyerah di dalam menjalani hidupnya
meskipun banyak sekali rintangan yang menghalanginya.

Ia memegang janji apa yang ia katakan “Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak.
Aku telah berjanji kepada Ibu untuk tidak menangis lagi. Bila menangis hanya di
karenakan mengingat semua kenangan buruk itu.” (Hal. 31)

Anda mungkin juga menyukai