Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABORTUS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Ns. Juni Purnamasari, M.Kep

Disusun Oleh:

Amanda Shakira Anindya Kamal 1440120001

Rahmi Hoiriah 1440120019

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAFLESIA DEPOK

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan dengan Abortus” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Maternitas.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Ns. Juni Purnamasari, M.Kep selaku dosen mata kuliah Maternitas

2. Orang tua yang senantiasa mendukung dan memberi semangat.

3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak


kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.

Bogor, 22 Februari 2022

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................I

DAFTAR ISI.................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

1.1. Latar Belakang........................................................................................1

1.2. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II ISI MATERI...................................................................................

2.1. Definisi....................................................................................................3

2.2. Klasifikasi Penyakit................................................................................3

2.3. Penyebab penyakit..................................................................................6

2.4. Patofisologi.............................................................................................7

2.5. Manifestasi klinik....................................................................................7

2.6. Komplikasi..............................................................................................8

2.7. Pemeriksaan Diagnosis...........................................................................8

2.8. Penatalaksanaan......................................................................................9

2.9. Asuhan Keperawatan..............................................................................9

BAB III PENUTUP......................................................................................

3.1. Kesimpulan.............................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................24

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,
tanpa mempersoalkan penyebabnya, dimana kandungan seorang perempuan hamil
dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja”
dan “abortus spontan” (Manuaba, 2011).

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007


adalah perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi
11% dan aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung
adalah rendahnya akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu
tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%,
dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.

Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang


angka kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103
kematian per 100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa
program termasuk juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di
Indonesia saat ini pada tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai
228 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah
mampu melakukan penurunan dari angka 300 kematian per 100.000 kelahiran
pada tahun 2009 (Ericca, 2011).

Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah


bidan mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa
suatu masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi
dengan dokter dan di tunjang oleh fasilitas yang memadai.

Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-


60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap
tahun. Sekitar 500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh
kehamilan dan persalinan, sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat
komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di
Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).

1
1.2. TUJUAN PENULISAN.

Tujuan khusus

a) penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan Kepada Pasien


Abortus.
b) penulis mampu melakukan diagnose keperawatan Kepada Pasien Abortus
Tujuan Umum
a. diharapkan makalah ini dapat di fahami oleh para pembaca
b. diharapkan makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan
untuk referensi pembelajaran

2
BAB II
ISI MATERI
2.1. DEFINISI
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400 1000 gram, tetapi jika terdapat fetus
hidup dibawah 400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak
waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam
Nurarif dan Kusuma, 2015)(Susilowati, 2019)
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat
badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diluar kandungan.(Darmawati, 2011)(Purwaningrum & Fibriana, 2017)
Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum
16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat
fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB
anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru
Sofian, 2015).

2.2. KLASIFIKASI PENYAKIT


Menurut Mitayani, 2013 Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua
kelompok:
1.Aborsi spontan Terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor meknis ataupun
medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Klasifikasi
abortus spontan:
a) Abortus iminens Pada abortus ini terlihat perdarahan per vaginam. Pada
50% kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit berhenti setelah berlangsung
beberapa hari, dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun
demikian, wanita yang mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir
akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya kekhawatirannya akan dapat
diatasi dengan menjelaskan kalau janin mengalami gangguan, maka
kehamilannya tidak akan berlanjut: upaya perawatn untuk meminta dokter

3
membantu menenteramkan kekhawatiran pasien merupakan tindakan yang
bijaksana. Terapi yang dianjurkan pada abortus iminens adalah tirah baring
dan penggunaan sedatif selama paling sedikit 48 jamdengan observas
cermat terhadap warna dan jenis drah/jaringan yang keluar dari dalam
vagina. Preparat enema dan laksatif idak boleh diberikan. Pemeriksaan
USG terhadap isi uterus dikerjakan pada stadium ini dan kemudian bisa
diulangi lagi 2 minggu kemudian. Pasangan suami-istri dianjurkan untuk
tidak senggama selama periode ini.

b) Abortus insipiens Abortus ini ditandai oleh kehilangan darah sedang


hingga berat,kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada
abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks. Jika abortus tidak terjadi
dalam waktu 24 jam, uterus harus dikosongkan dengan menggunakan
forseps ovum, alat kuret dan kanula pengisap; semua bahan yang dikirim
untuk pemeriksaan histologi. Antibiotik sering diberikan pada stadium ini.

c) Abortus kompletus Abortus ini terjadi kalau semua produk oembuahan


seperti janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan
rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami
involusi.

d) Abortus inkompletus Abortus ini berkaitan dengan retensi sebagian produk


pembuahan (hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada
kehamilan dini seperti halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini,
perdarahan tidak segera berkurang sementara serviks tetap terbuka.

e) missed abortion Abortus ini terjadi kalau sesudah mengalami abortus


iminens, perdarahan per vaginam berhenti namun produk pembuahan
meninggal dan tetap berada dalam rahim.
Tanda-tanda kehamilan berkurang, yaitu: payudara menjadi lebih kecil
dan lebih lunak, pertumbuhan uterus terhenti, dan wanita tersebut tidak
lagi ‘merasa’ hamil. Sesudah beberapa minggu, sekret kecoklatan dapat

4
terlihat keluar dari dalam vagina dan tanda-tanda eksternal kehamilan
menghilang. Hipofibrinogenemia dapat terjadi. Bekuan darah dari
perdarahan plasennta kadang-kadang memenuhi uterus untukmembentuk
mola karneosa.

f) Abortus akibat inkompetensi serviks Biasanya terjadi di sekitar usia


kehamilan 20 minggu. Serviks berdilatasi tanpa rasa nyeri dan kantong
janin menonjol. Pada kehamilan berikutnya, abortus dapat dicegah dengan
membuat jahitan seperti tali pada mulut kantong (purse-string suture)
yang dilakukan dengan pembiusan di sekeliling serviks pada titik temu
antara rugae vagina dan serviks yang licin (jahitan Shirodkar)

g) Abortus habitualis Abortus ini digunakan kalau seorang wanita mengalami


tiga kali atau lebih abortus spontan yang terjadi berturut-turut.

h) Abortus septik Infeksi dapat mempersulit setiap jenis abortus karena


resistensi normal saluran genitalia pada hakikatnya tidak terdapat saat ini.
Abortus kriminalis (abortus ilegal yang dilakukan secara gelap) masih
menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan secara
aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk pembuahan,
yaitu jaringan plasenta yang mati di dalam rahim.

2. Abortus provokatus (induced abortion) terjadi karena sengaja dilakukam


dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi dua
kelompok:
a) Abortus Medisinalis (Abortus therapeutica)
Merupakan abortus yang diinduksi secara buatan, baik untuk alasan
terapeutik (bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu)
maupun alasan lain.

b) Abortus Kriminalis Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan


yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.(Susilowati, 2019)

5
2.3. PENYEBAB PENYAKIT
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena


hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan kematian janin.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada
vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang
diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-
obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal
pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan
merangsang kontraksi uterus.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada


trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
5. Trauma.
6. Faktor-faktor hormonal
7. Sebab-sebab psikosomatik
8. Penyebab dari segi maternal

6
2.4. PATOFISIOLOGI

2.5. MENIFESTASI KLINIS


Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi

7
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau
lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

2.6. KOMPLIKASI
1. Perdarahan (Hemorrage)

2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll

3. Infeksi dan tetanus

4. Payah ginjal akut

5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis) (Susilowati, 2019)

2.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

1) Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu stelah kehamilan.
2) Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati,
2019)

8
2.8. PENATALAKSANAAN
1) Istirahat baring Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.
2) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
3) Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas
dan empat jam bila pasien panas.
4) Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptikuntuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
(Mulyaningasih, 2013)

2.9. ASUHAN KEPERAWATAN


Ny. D (usia 25 tahun) datang ke IGD RSUD di antar suami pada tanggal
28 Juni 2020 dengan keluhan perdarahan awak kehamilan.Dari pemeriksaan yang
di lakukan oleh perawat di dapatkan : Pasien mengeluh badan lemas, kepala
pusing, muka pucat, konjungtiva anemis, perdarahan pervagina berwarna merah
terang dengan konsistensi cair, pembalut yang di pakai pasien penuh, nyeri pada
abdomen bawah,nyeri seperti di iris – iris, nyeri yang di rasakan saat bergerak,
saat di tanya dari angka 1-10 pasien mengatakan nyerinya di angka 5, berlangsung
selama 4 jam.

9
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEHAMILAN

Tanggal masuk: 28 Juli 2020 Jam masuk : 14.00 WIB


Ruang/kelas : Mawar/1 No. RM : 2618
Pengkajian tanggal : 28 Juli 2020 Jam : 14.30 WIB
Diagnosa Medis : Abortus HPMT : 03 April 2020

A. Identitas Pasien
1. Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 25 Tahun
Alamat : Jl Melati No 26
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa

2. Suami
Nama : Tn. A
Umur : 30 Tahun
Alamat : Jl Melati No 26
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Jawa

B. Riwayat Haid
1. Apakah Haid Teratur (Iya)
2. Siklus berapa (28 Hari)
3. Apakah ada masalah dengan haid (Tidak Ada)
4. HPHT / HPMT (03 April 2020)

10
C. Riwayat Perkawinan
1. Menikah / Belum (Menikah)
2. Menikah berapa lama (3 Tahun)

D. Riwayat Keluarga Berencana


1. Jenis kontrasepsi yang pernah digunakan (Tidak Ada)
2. Masalah dengan cara tersebut (Tidak Ada)
3. Jenis kontrasepsi yang direncanakan setelah persalian (Tidak Ada)
4. Jumlah anak yang direncanakan (2 Anak)

E. Riwayat Psikososial
1.Alasan ibu datang ke klinik
Pasien mengeluh badan lemas, kepala pusing, muka pucat, konjungtiva
anemis, perdarahan pervagina berwarna merah terang dengan konsistensi cair,
pembalut yang di pakai pasien penuh, nyeri pada abdomen bawah,nyeri seperti di
iris – iris, nyeri yang di rasakan saat bergerak
2.Perubahan yang timbul saat kehamilan (Tidak Ada)
3.Harapan tentang kehamilannya
(Semoga anak yang ada dalam kandungan sehat)
4.Orang yang tinggal bersama (Suami)
5.Orang yang terpenting (Suami)
6.Dampak yang terjadi pada keluarga dengan kunjungan ke klinik (Tidak Ada)
7.Apa suami mau menemani ke klinik (Iya)
8.Rencana tempat melahirkan (Tidak Ada)
9.Rencana menyusui (Tidak Ada)
10. Apakah memelihara kucing (Tidak Ada)

F. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Ketidaknyamanan
Ibu mengatakan sebelum hamil merasa nyaman, ada perubahan
kenyamanan saat
di pagi hari karena sering mual
2. Istirahat tidur

11
Ibu mengatakan sebelum hamil tidur kurang lebih 7 jam, tidak ada
perubahan
pola istirahat saat hamil, tidur sekitar 7 jam.
3. Hygiene prenatal
Ibu tidak mengalami perubahan pola mandi yaitu 2 kali sehari pagi dan
sore. Ibu menggosok giginya setiap selesai makan dan saat akan tidur. Ibu
membersihkan bagian kemaluannya setelah BAK dan BAB dengan cara
membersihkan dari arah depan terlebih dahulu, kemudian bagian belakang. Ibu
mengganti bajunya setiap habis mandi dan menjelang tidur, dan mengganti
pakaian dalamnya setelah mandi atau jika basah.
4. Pergerakan
Ibu mengatakan tidak ada kendala saat bergerak
5. Penglihatan
Ibu mengatakan tidak ada kendala dalam penglihatan
6. Pendengaran
Ibu mengatakan tidak ada kendala saat mendengar
7. Cairan
Ibu mengatakan sebelum hamil minum 5-6 gelas perhari. Sejak hamil yang
sekarang ibu minum 7-8 gelas air putih perhari, dan minum 1 gelas susu setiap
pagi.
8. Nutrisi
Ibu mengatakan sebelum hamil makan 2 kali sehari dengan porsi sedang.
Selama hamil ibu makan 2 kali sehari dengan menu nasi dan lauk pauk. Ibu tidak
suka makan sayur, tidak mempunyai alergi terhadap makanan.
9. Eliminasi
a) Buang air kecil (BAK)
Sebelum hamil buang air kecil 4-5 kali sehari. Selama hamil
frekuensi BAK menjadi bertambah 6-7 kali perhari, terlebih pada malam
hari. Tidak ada keluhan.
b) Buang air besar (BAB)
Ibu mengatakan tidak ada perubahan dalam buang air besar (BAB) 1 kali
sehari, konsistensi lunak dan tidak ada keluhan.

12
10. Oksigenasi
Ibu mengatakan tidak ada kendala saat bernafas
11. Seksual
Sejak ibu mengetahui hamil sampai usia kehamilan sekarang ibu belum
melakukan hubungan seksual karena ibu merasa khawatir dengan kehamilannya.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemas
Kelainan bentuk badan : Tidak ada
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Vital sign : 100/80 mmHg
Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC

2. Pemeriksaan Fisik
1) Muka
Sklera putih, konjungtiva pucat
2) Leher
Rahang tidak pucat, tidak ada caries gigi
3) Dada
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada peningkatan
tekanan vena jugularis
4) Perut
- Inspeksi : Striae livide : tidak ada, Linea nigra: Tidak ada
- Palpasi : Tidak ada, adanya nyeri tekan
- Auskultasi : Tidak Ada
5) Ekstermitas
A. Atas
Kedua tangan tidak oedema, kuku tampak pucat, terpasang infus
RL 20 tetes/menit pada tangan kanan.

13
B. Bawah
Kedua kaki tidak oedema, tidak ada varices, kuku merah
muda,refleks patella positif
6) Genetalia
- Genitalia eksterna : Terdapat pengeluaran darah pervaginam, berwarna
merah segar, tidak ada gumpalan, tidak ada jaringan yang keluar.
- Ispekulo : Terlihat pengeluaran darah dari kavum uteri, tidak berbau,
ostium uteri tertutup.
Pemeriksaan dalam : Tidak ada pembukaan

H. Pemeriksaan Penunjang
Urine : + Proteine urine : Tidak Ada
Glukosa : Tidak Ada
Darah :HB : 9,5 g/dl (> 11g/dl)
HT : 30% (37-43%)
Gol darah : A+
Fases : Baik
USG : Tidak Ada
Papsmear : Tidak Ada
I. Terapi
RL 20 tetes/menit

14
1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

1 DS : Perdarahan dalam desidia Agen cedera


- Pasien mengatakan nyeri fisiologis d.d
basalis
pada perut bawah, nyeri frekuensi nadi
seperti di iris-iris dan nyeri ↓ meningkat
di rasakan saat Bergerak Nekrosis jaringan sekitar
berlangsung selama 4 jam

DO : Hasil konsepsi
- Paien tampak meringis
lepas(abbortus)
kesakitan
TD : 90/80 mmHg ↓

Suhu : 36,50C Vili koliaris merembas


Nadi : 68 x/menit
lebih dalam(8-9mg)
RR : 20 x/menit
- P : Nyeri timbul saat ↓
digerakkan
Lepas sebagian
- Q : Nyeri seperti di iris-
iris ↓

- R : Nyeri dibagian perut Plasenta tertinggal dalam


bawah
rahim
- S : Skala nyeri 5
- T : 4 Jam ↓

Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

15

Frekuensi nadi

meningkat

Nyeri Akut

2. DS : Perdarahan dalam desidia kekurangan


- Pasien mengatakan basalis volume cairan
merasa pusing ↓
- paien mengatakan Sejak Nekrosis jaringan sekitar
hamil yang sekarang ibu ↓
minum 7-8 gelas air putih Hasil konsepsi
perhari, dan minum 1 gelas lepas(abbortus)
susu setiap pagi. ↓
- Selama hamil frekuensi Vili koliaris merembas
BAK menjadi bertambah lebih dalam(8-9mg)
6-7 kali perhari, ↓
Lepas sebagian
DO : ↓
TD : 90/80 mmHg Perdarahan pervagina
Suhu : 36,50C ↓
Nadi : 68 x/menit Lemas
RR : 20 x/menit ↓
- Pasien tampak pucat ↓ intake cairan
- Pasien tampak lesu ↓
Risiko Syok
3 DS : Perdarahan dalam desidia Ansietas b.d
- Pasien mengeluh pusing basalis kebutuhan tidak
- Pasien mengaatakan ↓ terpenuhi
bingung dengan apa yang Nekrosis jaringan sekitar
terjadi ↓

16
DO : Hasil konsepsi
TD : 90/80 mmHg lepas(abbortus)
Suhu : 36,50C ↓
Nadi : 68 x/menit Vili koliaris merembas
RR : 20 x/menit lebih dalam(8-9mg)
- Pasien tampak pucat ↓
- Pasien tampak gelisah Lepas sebagian
- Konungtiva anemis ↓
Plasenta tertinggal dalam
rahim

Tindakan kuret

Uterus berkontraksi

Nyeri abdomen

Frekuensi nadi
meningkat

Gelisah

Ansietas

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut B.D Agen Cedera Fisiologis D.D Frekuensi Nadi Meningkat
2) Risiko Syok B.D Kekurangan Volume Cairan
3) Ansietas B.D Kebutuhan Tidak Terpenuhi

3. Intervensi Keperawatan

17
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil

1. Nyeri Akut B.D Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,


Agen Cedera tindakan keperawatan karakteristik durasi,
Fisiologis D.D selama 3 x24 jam frekuensi, kualitas,
Frekuensi Nadi diharapkan nyeri akan intensitas nyeri
Meningkat menurun dengan - Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil: - Identifikasi respons
1. Keluhan nyari (4 nyeri non verbal
cukup menurun) - Identifikasi faktor yang
2. Gelisah (3 sedang) memperberat dan
3. Pola napas (4cukup memperingan nyeri
membaik ) - Identifikasi pengetahuan
4. Tekanan darah (3 dan keyakinan tentang
sedang) nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
- Kolborasi dengan dokter
untuk pemberian obat
- Ajarkan teknik relaksasi
nafas dalam

2. Risiko Syok b/d Setelah dilakukan - Monitor frekuensi dan


Kekurangan tindakan keperawatan kekuatan nadi
Volume Cairan selama 3 x24 jam di - Monitor frekuensi
harapkan tingkat syok napas
membaik dengan Kriteria - Monitor tekanan darah
hasil: - Monitor berat badan

18
1. Kekuatan nadi (4 - Monitor waktu
Cukup meningka) pengisian kapiler
2. Saturasi oksigen - Monitor elastisitas atau
(4 cukup turgor kulit
meningkat) - Monitor kadar albumin
3. Pucat (5 dan protein total
menurun) - Monitor hasil
4. Tekanan nadi (5 pemeriksaan serum
membaik) - Monitor intake dan
5. Frekuensi napas output cairan
(5 membaik) - Kolaborasi pemberian
antiinflamasi

3. Ansietas B.D Setelah dilakukan - Identifikasi saat tingkat


Kebutuhan Tidak tindakan keperawatan ansietas berubah
Terpenuhi selama 3 x24 jam di - Monitor tanda-tanda
harapkan klien tdk ansietas
gelisah Kriteria hasil : - Motivasi
1. Perilaku gelisah mengidentifikasi situasi
(1 menurun) yang memicu
2. Perilaku tegang (1 kecemasan
menurun) - Jelaskan prosedur,
3. Keluhan pusing (1 termasuk sensasi yang
menurun) mungkin dialam
4. Konsentrasi (3 - Anjurkan keluarga tetap
sedang) bersama pasien
5. Pola tidur (3
sedang)

4. Implementasi Keperawatan
No Hari/tanggal Jam No implementasi
dx
1. 29/07/20 9.00 1 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik urasi,

19
s/d frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
9.40 - Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
- Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Berikan obat ibu profen sesuai anjuran
dokter
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

2 29/07/20 9.45 2 - Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi


s/d - Memonitor frekuensi napas
10.25
- Memonitor tekanan darah
- Memonitor berat badan
- Memonitor waktu pengisian kapiler
- Memonitor elastisitas atau turgor kulit
- Memonitor kadar albumin dan protein total
- Memonitor hasil pemeriksaan serum
- Memonitor intake dan output cairan
- Memberikan obat antiinflamasi sesuai
anjuran dokter

3 29/02/20 10.25 3 - Mengidentifikasi saat tingkat ansietas


s/d berubah
11.00
- Memonitor tanda-tanda ansietas
- Memotivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
- Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi

20
yang mungkin dialam
- Menganjurkan keluarga tetap bersama
pasien

5. Evaluasi
No Hari/tanggal Jam No Evaluasi
. Dx
1 1/02/20 12.15 1 S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri saat
bergerak
O: Pasien tampak meringis kesakitan (skala 4)
TD : 90/80 mmHg
Suhu : 36,50C
Nadi : 68 x/menit
RR : 20 x/menit
A: Masalah Nyeri Akut b/d Agen Cedera
Fisiologis d.d Frekuensi Nadi Meningkat
belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
- Identifikasi skala nyeri pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat

2 1/03/20 12.45 2 S : pasien mengatakan masih merasa pusing


O:- pasien tampak lesu
-Pasien tampak pucat
A: Masalah Risiko Syok b/d Kekurangan
volume Cairan belum teratasi
P: intervensi di lanjutkan
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat antiimflamasi

3 1/03/20 13.05 3 S: - Pasien mengatakan sudah faham dengan

21
apa yang terjadi
- Pasie mengatakan sudah bisa menerima
keadaan
O: - pasien tampak sudah tidak gelisah
- Pasien tampak lebih tenang
A: masalah teratasi
P: intervensi di hentikan

22
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda.

Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :


1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain
yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa
hidup di luar tubuh

23
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain).Bandung:Indonesia Saintika
Medika
Nurarif. H, dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediaAction
Purwaningrum, E. D., & Fibriana, A. I. (2017). HIGEIA JOURNAL OF
PUBLIC HEALTH. Jakarta:International
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta: Media Hardy.
Morgan. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:Media Made K
Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai