Anda di halaman 1dari 23

BUKU

PANDUAN
Program Pelepasan Bantuan Dalam
Kegiatan Makan

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
buku panduan Asesmen Anak Dengan Hambatan Kecerdasan
Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam setiap prosesnya.
Kami berharap buku panduan asesmen anak dengan
hambatan kecerdasan ini dapat berguna dalam menambah
pengetahuan dan pemahaman mengenai proses pelaksanaan
asesmen pada anak dengan hambatan kecerdasan. Kami
menyadari bahwa buku panduan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami sangat terbuka terhadap
kritik dan saran yang sangat membangun ke arah yang lebih
baik.

Bandung, Januari 2022

Tim
Penyusun

i
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

IDENTIFIKASI ...............................................................................................................1

ASESMEN......................................................................................................................2

CARA MENYUSUN INSTRUMEN.................................................................... 8

TINDAK LANJUT .....................................................................................................14

CARA PENILAIAN................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................20

ii
IDENTIFIKASI
Identifikasi menurut Swassing (1985) memiliki dua konsep
yaitu konsep screening dan identifikasi aktual. Wardani (1995)
dalam Munawir Yusuf, M,Psi mengatakan bahwa identifikasi
merupakan langkah awal dan sangat penting untuk menandai
munculnya kelainan atau kesulitan pada anak berkebutuhan
khusus.
Identifikasi ialah kegiatan awal yang mendahului proses
asesmen. Identifikasi atau kegiatan mengenal yang dimaknai
sebagai proses penjaringan atau proses menemukan kasus yaitu
menemukan anak yang mempunyai kelainan/masalah, atau
proses mendeteksi anak berkebutuhan khusus sejak dini. Istilah
identifikasi dimaknai sebagai usaha orang tua atau tenaga didik
untuk melihat apakah ada hambatan dalam perkembangan
anak, baik dalam fisik, intelektual, atau sosial-emosinya
dibandingkan dengan anak lainnya.
Tujuan identifikasi ialah mengumpulkan informasi
mengenai seorang anak untuk selanjutnya dilihat apakah anak
tersebut memiliki hambatan baik pada fisik, intelektual, maupun
sosial-emosinya. Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan
identifikasi ABK dilakukan untuk lima keperluan, yaitu: (1)
Penjaringan (screening), (2) Pengalih tanganan (referal), (3)
Klasifikasi, (4) Perencanaan pembelajaran, dan (5) Pemantauan
kemajuan belajar.

Tahap identifikasi biasanya dilakukan oleh orang-orang


terdekat atau yang sering bergaul dengan anak tersebut seperti

1
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

orang tua, guru, dan semacamnya. Seperti yang dikatakan oleh


Norman D. Sundberg (2002) dalam Tin Suharmini (2005).
“Gathering informastion to be used for treatment (parents
teachers, and physician) provide data on the child functioning”.
Setelah identifikasi akan dilakukan tahap asesmen yang akan
dilakukan oleh tenaga ahli seperti psikolog, terapis, dokter, dan
semacamnya.

ASESMEN
Asesmen merupakan kegiatan profesional yang dilakukan
secara khusus menentukan diagnosa dari gangguan atau
kelainan yang dialami seseorang. Menurut Lenner (1988)
asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi
tentang seseorang anak yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan
keadaan anak.

Dalam konteks pendidikan , Hargrove dan Poteet (1984)


menempatkan asesmen sebagai salah satu dari tiga aktivitas
penting di bidang pendidikan bahkan mengawali dari aktivitas
yang lain, ialah (1) asesmen (2) diagnostik (3) preskriptif. Dengan
demikian maka asesmen dilakukan untuk menegakkan
diagnosis, dan berdasarkan diagnosis tersebut dilakukan
langkah berikutnya ialah preskripsi, yakni perencanaan program
pendidikan. Pengumpulan data untuk asesmen dapat dilakukan
dengan cara – cara sebagai berikut:

2
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

1. Observasi, yakni mengamati anak, dari segi


perkembangannya, perlakuan dan perbuatannya, serta
kebiasaan sehari - hari
2. Tes, yaitu memberikan seperangkat instrumen yang berisi
soal – soal sesuai dengan aspek yang hendak diujikan dan
digali pada anak.
3. Wawancara, yaitu mengumpulkan informasi melalui
komunikasi verbal berupa tanya jawab melalui guru
maupun wali murid.
4. Inventori, yaitu alat untuk mengukur karakteristik
kepribadian atau keterampilan seseorang.

Pada dasarnya tujuan asesmen adalah untuk memperoleh


informasi yang nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan
dalam merancang rencana pembelajaran bagi anak yang
bersangkutan. Menurut Salvia dan Ysseldyke seperti dikutip oleh
Lerner (1988:54) dalam Dr.Mulyono Abdurrahman (1995), dalam
kaitannya dengan upaya penanggulangan kesulitan belajar,
asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu untuk:

a. penyaringan (screening),
b. pengalihtanganan (referral)
c. klasifikasi (classification)
d. perencanaan pembelajaran (instructional planning)
e. pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress).

Sedangkan menurut Sunardi & Sunaryo (2006)


mengatakan bahwa secara umum asesmen bermaksud untuk:

3
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

a. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat, dan


komprehensif tentang kondisi anak saat ini.
b. Mengetahui profil anak secara utuh, terutama
permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi,
potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya,
serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak
c. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan
memonitor kemajuannya

Tahapan asesmen secara garis besar dibagi menjadi dua


tahap, yakni proses identifikasi atau penjaringan (screening)
untuk menjaring anak yang memiliki kebutuhan khusus dan
tahap asesmen untuk menentukan profil anak yang menjadi
bekal untuk penyusunan program belajar yang akan disesuaikan
berdasarkan profil anak tersebut. Dibawah ini merupakan
tahapan screening/identifikasi/penjaringan jika disajikan dalam
bentuk bagan.

4
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

Pada tahap screening (penjaringan) akan didapatkan


kasus dan masalah pada anak tertentu, sumber informasi
didapatkan dari keterangan orang tua, guru dan dari siswa itu
sendiri. Untuk mendapatkan informasi dari pihak orang tua
atau guru, perlu dilakukan sebuah wawancara maupun
pemberian angket. Sedangkan untuk mendapatkan informasi
dari siswa bisa dilakukan melalui tes maupun observasi.
Setelah informasi – informasi tersebut didapatkan, maka akan
diketahui tingkat kemampuan siswa pada aspek tertentu.
Dibawah ini merupakan tahapan yang dilakukan setelah

5
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

screening/identifikasi/penjaringan jika disajikan dalam bentuk


tabel.

Setelah dilakukan proses penjaringan atau identifikasi,


akan didapatkan anak yang memiliki masalah tertentu,
kemudian hambatan yang dimiliki anak perludianalisis secara
lebih lanjut melalui tes. Setelah hasil tes didapatkan,
analisislah varian error dan varian strategi pada jawaban anak.
Setelah itu, kita dapat menyusun profil anak yang terdiri atas

6
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

kelebihan, kekurangan dan kebutuhan anak. Kemudian


berdasarkan kebutuhan yang dimiliki oleh anak, dibuatlah
program untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang
dimilikinya, dan diimplementasikan kedalam intervensi.
Maka dapat disimpulkan beberapa tahapan yang perlu
dilakukan dalam melakukan asesmen diantaranya:
1. Perencanaan, meliputi aspek – aspek apa yang akan
menjadi fokus dalam asesmen, waktu pelaksanaan dan
tempat pelaaksanaan.
2. Proses screening, screening dilakukan untuk
mengetahui anak dan kesulitan apa yang dihadapi
dengan cara mewawancarai orang tua dan guru di
sekolah. Lalu, untuk siswa diberi instrumen tes agar
dapat dilihat kemampuannya. Proses ini bertujuan
untuk menyaring anak yang akan masuk kedalam
proses asesmen. Dari proses ini dicari anak dengan skor
yang tidak memenuhi persyaratan atau berada dalam
frustration level untuk selanjutnya dibawa ke proses
identifikasi lanjutan dan anak terus diberikan
instrumen tes identifikasi yang diturunkan secara
bertahap sampai diketahui level/kelas kemampuan
anak.
3. Proses asesmen, setelah melalui serangkaian proses
identifikasi dan telah diketahui kemampuan anak,
masuklah anak kedalam proses asesmen untuk digali
lebih dalam varian strategi yang digunakan anak dalam

7
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

mengerjakan soal pada proses identifikasi.


4. Menyusun profil, setelah dilakukan proses asesmen,
disusunlah profil anak untuk mengetahui pelayanan
apa yang harus diberikan pada anak Profil anak ini berisi
kelebihan/kekuatan, kekurangan/kelemahan, dan
kebutuhan anak.
5. Menyusun rekomendasi program, pada tahap ini
disusunlah rencana program yang akan diberikan pada
anak. Program atau layanan ini harus dapat memenuhi
kebutuhan anak dan mengatasi kekurangannya.
6. Intervensi, merupakan suatu tindakan yang dilakukan
untuk menangani kesulitan dan kebutuhan anak.
Intervensi merupakan implementasi dari program.

CARA MENYUSUN INSTRUMEN


Melaksanakan asesmen tentunya harus memiliki dasar
pelaksanaannya, mulai dari identifikasi awal hingga kegiatan
asesmen itu sendiri. kisi-kisi dan instrumen identifikasi
maupun asesmen tergantung pada aspek apa yang ingin di
asesmen, aspek asesmen tersebut dibagi menjadi 2 yaitu,
perkembangan dan akademik. Kisi-kisi untuk asesmen pada
aspek perkembangan diambil dari psikologi dasar menurut
ahli dan milestone. Sedangkan untuk aspek akademik kisi-kisi
dan instrumen diambil dari kurikulum pendidikan. Sebelum
menyusun lembar instrumen asesmen, kita perlu membuat
kisi – kisinya terlebih dahulu.

8
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

Pada aspek perkembangan penyusunan kisi-kisi dan


instrumen asesmen biasanya diambil dari psikologi dasar
dan milestone. Psikologi dasar ini diambil dari pandangan
atau pendapat para ahli yang, biasanya untuk 1 kisi-kisi dan
instrumen diambil dari 1 pendapat ahli untuk menentukan
hal atau aspek apa saja yang akan di tes-kan pada anak yang
akan diasesmen. Sedangkan milestone diambil dari tahap
perkembangan anak seperti aspek kognitif, sosial emosi,
motorik, dan sebagainya. Sebagai contoh untuk
perkembangan milestone pada pengembangan diri, sebagai
berikut:
Kompetensi Aspek Indikator Teknik
Merawat Diri 1. Mampu 1.1 Anak mengenal
makan dan alat makan (piring, Tes
minum dalam mangkuk, sendok, peforma
kehidupan garpu, gelas)
sehari-hari 1.2 Anak mampu
dengan cara menggunakan alat Tes
yang benar makan dengan peforma
baik dan benar
1.3 Anak mampu
makan Tes
menggunakan peforma
tangan
1.4 Anak mampu
Tes
makan makanan
peforma
berkuah

9
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

1.5 Anak mampu


Tes
makan makanan
peforma
kemasan
1.6 Anak mampu
minum Tes
menggunakan peforma
sedotan
1.7 Anak mampu
minum Tes
menggunakan peforma
gelas / cangkir
1.8 Anak mampu
Tes
minum minuman
peforma
kemasan
2. Mampu 2.1 Anak mampu
membersihka memelihara Tes
n dan kebersihan tangan peforma
menjaga dan kaki
kesehatan 2.2 Anak mampu Tes
badan mencuci wajah peforma
dengan cara 2.3 Anak mampu Tes
yang benar menggosok gigi peforma
2.4 Anak mampu
Wawanc
melakukan
ara
kegiatan mandi
2.5 Anak mampu
Wawanc
mencuci rambut
ara
(keramas)

10
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

2.6 Anak mampu


Wawanc
menggunakan
ara
toilet
2.7 Anak mampu
membersihkan diri Wawanc
setelah BAK dan ara
BAB
2.8 Anak mampu
wawanc
memelihara kuku
ara
tetap bersih

11
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

Setelah dilakukan identifikasi selanjutnya adalah


langkah asesmen. Sebagai contoh untuk perkembangan
milestone pada pengembangan diri aspek keterampilan
merawat diri, sebagai berikut:
No. Task analisis BB MB BSH BSB

1. Memegang sendok

2. Mengambil makanan dari piring


menggunakan sendok

3. Menggerakan sendok ke arah


mulut

12
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

4. Menyuapkan makanan kedalam


mulut

5. Melepaskan sendok dari mulut

6. Mengunyah makanan yang sudah


ada pada mulut

7. Menelan makanan

13
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

TINDAK LANJUT
Setelah didapatkan jumlah nilai dari hasil asesmen
yang dilakukan maka yang selanjutnya harus dilakukan
adalah penyusunan profil anak seperti kelebihan, kekurangan,
dan kebutuhannya.

Penyusunan profil merupakan sesuatu yang penting


dilakukan karena merupakan bagian dari tujuan kegiatan
asesmen ini, adapun tujuan-tujuan dari kegiatan asesmen
adalah:

a) Untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan


anak secara individual, yang meliputi aspek fisik
motorik, kognitif, bahasa, sosio emosional, dan
sebagainya.
b) Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan
maupun identifikasi penyebab masalah belajar pada
anak.
c) Untuk memberikan tempat dan program yang tepat
untuk anak.
d) Untuk membuat perencanaan program (curriculum
planning).
e) Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah
perkembangan pada anak.
f) Untuk kajian penelitian.

Selanjutnya, apabila sudah diperoleh profil mengenai


kelebihan, kelemahan dan kebutuhan anak, disusunlah

14
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

sebuah rekomendasi program. Program yang diberikan


kepada anak setelah tahap asesmen tergantung pada
kebutuhan anak tersebut, kebutuhan anak dilihat dari
kekurangan anak. Contoh program yang direncanakan adalah
pengembangan diri dalam aspek merawat diri Program
Pelepasan Bantuan Dalam Kegiatan Makan, Menurut Hayati
(dalam Abadi, Asmiati, & Septiani, 2021) keterampilan merawat
diri adalah keterampilan diri untuk mengurus atau menolong
diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak
tergantung pada orang lain. Keterampilan merawat diri
merupakan keterampilan dasar seseorang dalam merawat
dirinya sendiri. Contoh keterampilan merawat diri, yaitu
menggosok gigi, mencuci tangan, makan, minum, dan lain
sebagainya.

Program pengembangan diri tidak terlepas dari


kemampuan masing-masing anak. Kondisi anak akan
berpengaruh terhadap pelaksanaan program
pengembangan diri. Hal tersebut dipengaruhi oleh unsur-
unsur yang ada pada kemampuan pribadi anak.dalam
Depdikbud (dalam Basuni, 2012) unsur-unsur dalam
kemampuan merawat diri sendiri antara lain:

a. Unsur perwujudan bakat dan potensi pribadi

Tujuan dari perwujudan bakat dan potensi pribadi adalah


agar anak dengan hambatan kecerdasan dapat menyatakan
pikiran, perasaan, dan keinginannya, baik melalui lisan, tulisan,
ataupun isyarat. Bentuk nyata dalam perwujudan hal tersebut

15
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

adalah kemampuan kemampuan merawat diri seperti mandi,


makan, minum, dll. dengan tercapainya kemampuan tersebut
berarti mereka telah dapat membantu meningkatkan harga
diri dalam lingkungan pergaulannya.

b. Unsur hubungan manusia

Pergaulan, komunikasi, dan hubungan antarmanusia


memang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan sebab anak
dengan hambatan kecerdasan di samping sebagai individu
yang unik, mereka juga merupakan makhluk sosial yang
dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat terlepas sama sekali
dari orang lain. Berdasarkan hal tersebut, maka mereka harus
dilatih dan dididik untuk mengenal serta bergaul dengan
orang lain secara sopan.

c. Unsur kemampuan ekonomi

Yang dimaksud dengan istilah kemampuan ekonomi


adalah kemampuan untuk dapat mencukupi kebutuhan
hidupnya sendiri. Ini berarti bahwa mereka diharapkan
mempunyai penghasilan sendiri melalui pekerjaan yang
dipilihnya sesuai dengan batas-batas kemungkinan
kemampuannya. Oleh karena itu, pengertian kemampuan
ekonomi meliputi berbagai aspek antara lain pemilihan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan anak.

d. Unsur tanggung jawab sebagai warga negara


Yang dimaksud dengan pengertian tanggung jawab sebagai
warga negara adalah mengikuti kegiatan atau aktivitas sosial,
tegang rasa terhadap sesama, toleransi, dan memenuhi

16
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

kewajiban sesuai dengan ketentuan atas peraturan yang


berlaku. Hal ini terutama diharapkan dapat diwujudkan dengan
perbuatan nyata, bukan hanya sekedar kata-kata saja.

CARA PENILAIAN
Cara penilaian yang diperoleh dari anak dilihat dari skor
yang telah ditetapkan di tiap kriteria butir tes, nilai atau skor
dari tiap tes dapat dilihat dari jenis kriteria tes tersebut, apakah
itu tes yang melibatkan bantuan berupa secara verbal,
bantuan fisik, atau bantuan fisik dan verbal. Adapun contoh
tabel kriteria penilaian yang telah disesuaikan dengan lembar
instrumen Merawat diri Program Pelepasan Bantuan Dalam
Kegiatan Makan, adalah sebagai berikut:
Hasil
No. Aktivitas yang diamati
0 1
Memegang sendok
(Pendamping berada di belakang siswa,
1. menggenggam tangan siswa dan membantu
siswa dalam memegang sendok serta
mengucapkan tahapan tersebut)
Mengambil makanan dari piring menggunakan
sendok
(Pendamping berada di belakang siswa,
2.
menggenggam tangan siswa dan bersama-
sama menyendok makanan serta
mengucapkan tahapan tersebut)

17
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

Menggerakan sendok ke arah mulut


(Pendamping berada di belakang siswa,
3. menggenggam tangan siswa dan bersama-
sama menggerakan sendok ke arah mulut
siswa serta mengucapkan tahapan tersebut)
Menyuapkan makanan ke dalam mulut
(Pendamping berada di belakang siswa,
4. menggenggam tangan siswa dan bersama-
sama menyuapkan makanan ke dalam mulut
siswa serta mengucapkan tahapan tersebut)
Melepaskan sendok dari mulut
(Asesor berada di belakang siswa,
5. menggenggam tangan siswa dan bersama-
sama melepaskan sendok dari mulut siswa
serta mengucapkan tahapan tersebut)

Kriteria Penilaian:
Skor Kategori Indikator Perilaku
Dengan bantuan Melakukan tugas yang diberikan atau
verbal dan fisik diperintahkan dengan bantuan verbal
1
dan fisik secara langsung dari guru atau
orang lain.
Tidak mau Tidak melakukan tugas meskipun
0 melakukan sama dengan bantuan secara fisik dan verbal.
sekali

18
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

Level Kinerja:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑛𝑎𝑘
x 100%
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

0% - 25% : belum berkembang


26% - 50% : mulai berkembang
51% - 75% : berkembang sesuai harapan
76% - 100% : berkembang sangat baik

19
BUKU PANDUAN | KELOMPOK 5

DAFTAR PUSTAKA

Basuni, M. (2012). Pembelajaran Bina Diri pada Anak Tunagrahita


Ringan. Jurnal Pendidikan Khusus 9(1), 12-22.
Fridani, L. (n.d.). Perencanaan Asesmen Perkembangan pada
Anak Usia Dini. 1, 1–32.
Munawaroh, T. (t.t). Peningkatan Kemampuan Pengembangan
Diri dalam Memakai Baju Melalui Teknik Shaping pada
Siswa Tunagrahita Ringan Kelas IV SLB Kopri Kauman.
Jurnal Pena SD, 5(1), 53-61.
Soendari, T. 2011. Asesmen dalam Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung:Amanah Offset.
Yuwono, Iman. 2015. IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS SETTING PENDIDIKAN
INKLUSIF. Banjarmasin: Penerbit Pustaka Banua.

20

Anda mungkin juga menyukai