Anda di halaman 1dari 1

Bit.

ly/TreaserStudyFKUNPAD

Menurut saya hal yang harus dievaluasi pertama dari system tutorial. Sebenarnya problem based
learning memang sudah bagus , namun sepengalaman saya semasa sekolah S1 dulu kami menjadi tidak
terarah sampai sedalam dan sedangkal apa kami harus mempelajari setiap point learning issue.
Terkadang dosen tutor tidak pernah memberikan kami masukan atau jawaban saat kami menemui
kebingungan terkait materi yg dibahas sesuai LI dan malah seringkali bertanya balik sehingga jadi
semakin bingung. Saya masih ingat juga dulu saat jaman semester 5 dan 6 kami kekurangan dosen tutor
sehingga harus tutorial sendiri dengan teman teman kelompok yang notabene juga sama-sama tidak
mengerti sehingga sering kali kami salah memahami materi LI. Memang bagus belajar berdasarkan satu
kasus, tapi hal ini membuat kebanyakan mahasiswa tidak belajar materi-materi atau penyakit lain dan
hanya berfokus pada point2 yang ada di LI saja dan tidak tahu harus dibahas sedalam apa.

Pernah ada salah satu konsulen dari departemen bedah waktu itu mengajar dan menurut beliau kualitas
FK UNPAD jauh sekali dibawah swasta-swasta akreditasi B/C yg kurang terkenal dan menurut beliau
lebih bagus sitem pembelajaran zaman dulu dimana menggunakan diktat, kegiatan perkuliahan dipenuhi
lecture2 dari dosen/konsulen departemen langsung, belajar anatomi dengan insisi cadaver sendiri (tidak
hanya lihat observasi saja), dibandingkan PBL sekarang. Sejujurnya saya sangat sedih mendengar kita
dibanding-bandingkan seperti itu, tapi saya juga setuju pendapat dokter tersebut karna saya sendiri
memang merasakan betapa jauhnya level skill dan teori kami dibandingkan teman sejawat dari FK negri
maupun swasta lain.

Kemudian untuk masa profesi alangkah baiknya durasi coassisstant diperpanjang menjadi 2 tahun
seperti FK lainnya dan lebih banyak stase di RS jejaring dibandingkan RSHS. Karena sejujurnya di RSHS
kami sulit mendapat kasus dan tindakan yg sesuai dengan kompetensi dokter umum. Meskipun ada tapi
sangat jarang sekali dan harus berebutan terutama tindakan. Kami tidak bisa handling pasien sendiri
karna terhalang residen dan pada akhirnya hanya mengerti follow up dan TTV saja dan tidak mengerti
apa-apa tentang pasiennya. Untuk bimbingan dengan konsulen di RSHS pun juga sulit karena rata-rata
sibuk sekali. Memang ada bimbingan dari residen, namun karena mereka juga punya kesibukan dan
tugas masing-masing sehingga tidak banyak juga materi yang bisa diajarkan, terkadang hanya kasus-
kasus superfisial saja (tidak semua residen juga). Sejujurnya saya sering merasa rendah diri bila bertemu
dengan sejawat FK lain apalagi swasta, betapa gesitnya mereka dan skill tindakan yang mereka kuasai
jauh lebih banyak dan lebih lihai.

Anda mungkin juga menyukai