(Laporan ini dibuat untuk persyaratan dalam Mata Kuliah Kultur Jaringan dan
Magang Kerja Program Studi Biologi)
DISUSU OLEH:
MAIKO B. POLANDOS
19 502 005
JURUSAN BIOLOGI
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaan dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu Praktek Kerja
Lapangan/ Magang yang berjudul “Proses Aklimatisasi Pada Kultur Jaringan
Jabon di Laboratorium Kultur Jaringan BPDASHL Tondano, Kima Atas,
Manado”. Pembuatan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam penilaian akhir kegiatan Praktek Kerja Lapangan. Dalam menyelesaikan
laporan ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa penulis
harapkan. Adapun harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan terlebih khusus bagi para pembaca.
Maiko B. Polandos
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Aklimatisasi..........................................................................................3
B. Peranan Green House Untuk Tanaman...................................................................4
C. Alat dan Bahan dalam Proses Aklimatisasi............................................................6
D. Tahapan-tahapan Aklimatisasi Tanaman................................................................8
1) Tahap pembuatan media dan sterilisasi..............................................................8
2) Tahap pembuatan larutan aklimatisasi..............................................................10
3) Tahap penyiapan wadah...................................................................................11
4) Tahap pembersihan dan penanaman planlet.....................................................12
5) Tahap pemeliharaan tanaman...........................................................................16
BAB III............................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
LAMPIRAN.....................................................................................................................21
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Campuran Media Tanam (Tanah).........................................................10
Gambar 2 Campuran Media Tanam (Cocopeat)....................................................10
Gambar 3 Campuran Media Tanam (Sekam)........................................................10
Gambar 4 Penyaringan cocopeat...........................................................................10
Gambar 5 Penyaringan cocopeat...........................................................................10
Gambar 6 Proses pencampuran media tanam........................................................10
Gambar 7 Pembuatan Larutan Aklimatisasi..........................................................11
Gambar 8 Bahan untuk penyiraman planlet...........................................................11
Gambar 9 Bahan larutan Aklimatisasi...................................................................11
Gambar 10 Pengisian media tanam di wadah ( net tray dan pot tray)...................12
Gambar 11 Wadah Media Tanam..........................................................................12
Gambar 12 Planlet yang akan di Aklimatisasi.......................................................13
Gambar 13 Proses Pembersihan Planlet.................................................................14
Gambar 14 Proses Pengeluaran Planlet dari Botol Kultur.....................................14
Gambar 15 Perendaman Planlet di Larutan Aklimatisasi......................................14
Gambar 16 Pengeringan Planlet.............................................................................14
Gambar 17 Penyiraman Planlet dengan Larutan Aklimatisasi dan Hormon Akar 14
Gambar 18 Penggunaan Plastik Bening sebagai sungkup.....................................15
Gambar 19 Planlet yang telah disungkup..............................................................15
Gambar 20 Tanaman setelah 5 hari dibuka sungkupnya.......................................15
Gambar 21 Perawatan Bibit Tanaman...................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka menghasilkan tanaman yang baik dan berkualitas diperlukan
bibit yang bermutu. Penyediaan bibit sebagai upaya pengembangan suatu
tanaman dalam suatu proses produksi merupakan aspek yang sangat penting
karena bibit adalah penentu keberhasilan pada tanaman yang menjadi objek
utama dalam pengembangan budidaya tanaman. Adapun faktor yang
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan bibit adalah
kesuburan media, penggunaan pupuk dan cara penanaman. Perbanyakan bibit
dapat dilakukan secara konvensional (persemaian) maupun modern.
Perbanyakn secara konvensional memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menghasilkan bibit dengan jumlah yang banyak. Perbanyakan secara modern
dengan teknologi baru dilaksanakan secara in vitro (di dalam laboratorium)
yaitu dengan teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu metode
mengisolasi bagian dari tanaman (sel, jaringan, organ yaitu, daun, akar
batang, tunas dan sebagainya) kemudian dibudidayakan pada lingkungan
aseptik sehingga tanaman dapat memperbanyak diri. Kultur jaringan sendiri
memanfaatkan sifat totipotensi tanaman dimana setiap sel berpotensi untuk
tumbuh dan berkembang menjadi individu lengkap seperti induknya. Manfaat
utama kultur jaringan adalah menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang
besar dalam jangka waktu yang relatif singkat, dengan sifat dan kualitas yang
diharapkan sama dengan induknya (Handayani, 2011).
Pada teknik kultur jaringan terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui
untuk dapat menghasilkan bibit tanaman yang diinginkan, yaitu tahap inisiasi,
tahap subkultur, tahap pengakaran, dan tahap aklimatisasi. Tahap aklimatisasi
merupakan tahap terakhir dan merupakan tahapan yang paling krusial.
Masalah yang paling ditemui dalam tahap aklimatisasi adalah stress pada
tanaman yang menyebabkan tanaman terkadang gagal dan berujung pada
matinya bibit. Untuk mengurangi stress pada tanaman di tahap aklimatisasi
1
diperlukan lingkungan ex vitro yang menyerupai lingkungan in vitro (Oktavia
et al., 2020). Adapun media tumbuh pada tahap aklimatisasi memiliki peranan
yang cukup penting khususnya bila planlet yang diaklimatisasi belum
membentuk sistem perakaran yang baik dikarenakan kondisi lapangan yang
berbeda dengan didalam botol.
Mahasiswa sebagai intelektual society diharapkan dapat mengatasi masalah-
masalah yang terjadi dalam proses aklimatisasi. Diharapkan setelah
melaksanakan magang, mahasiswa bersangkutan memperoleh pengetahuan
baru dan dapat menyelaraskan antara teori yang telah didapat dengan
kenyataan yang ada di lapangan sehingga mahasiswa dapat mencari jalan
keluar dan menyelesaikan masalah yang ditemui di lapangan nantinya.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian aklimatisasi menurut beberapa ahli di bidang kultur
jaringan?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan Green House dalam proses aklimatisasi?
3. Jelaskan bagaimana tahapan-tahapan dalam melakukan aklimatisasi?
4. Jelaskan hal yang harus diperhatikan dalam melakukan aklimatisasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara mempersiapkan tanaman untuk diaklimatisasi.
2. Memahami fungsi Green House
3. Mengetahui dan memahami tahap aklimatisasi tanaman hasil kultur
jaringan dalam media aklimatisasi.
4. Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan di kultur
jaringan.
5. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman berharga dengan mengenali
kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang kultur jaringan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aklimatisasi
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkan bagian tanaman,
baik berupa sel, jaringan maupun organ dalam kondisi aseptik secara in vitro
(Marlina & Rusnandi, 2007). Definisi lainnya kultur jaringan adalah isolasi
bagian tanaman baik itu sel, jaringan dan organ yang meliputi daun, batang,
akar dan tunas untuk menghasilkan bibit baru yang mirip dengan induknya.
Secara umum, produksi bibit melalui metode kultur jaringan memerlukan
beberapa tahap, yaitu penyediaan eksplan dari induk yang terpilih, sterilisasi
eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi, penanaman pada media untuk
penggandaan atau multiplikasi tunas, penanaman pada media perakaran atau
pembentukan planlet, dan aklimatisasi. Keuntungan perbanyakan bibit dengan
teknik kultur jaringan adalah menghasilkan individu baru dengan sifat yang
sama dengan induknya. Adapun beberapa tahapan yang dilakukan kultur
jaringan, ialah inisiasi, subkultur, pengakaran dan aklimatisasi. Berbeda
dengan tiga tahapan kultur jaringan lainnya pada tahap aklimatisasi
kebanyakan dilakukan di luar lingkungan aseptik. Aklimatisasi adalah
kegiatan paling akhir dari teknik kultur jaringan. Aklimatisasi merupakan
proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan
heterotrof) ke kondisi lingkungan yang tidak terkendali, baik suhu, cahaya,
dan kelembapan (Oleh et al., 2015).
Aklimatisasi dapat didefinisikan sebagai proses penyesuaian suatu organisme
untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Proses aklimatisasi sangat
penting karena akan menentukan apakah tanaman yang berasal dari in vitro
dapat beradaptasi atau tidak pada kondisi in vivo. Umumnya biakan harus
mempunyai perakaran dan pertunasan yang proporsional (Sukmadjaja &
Mariska, 2003). Keberhasilan aklimatisasi lebih ditentukan oleh jumlah akar
dan umur planlet yang akan diaklimatisasi. Pada tanaman tertentu, seperti
tanaman obat aklimatisasinya relatif mudah dan berhasil memperoleh
3
presentase tanaman yang hidup tinggi. Namun tata cara aklimatisasi tanaman
yang ada tidak berlaku umum, masing-masing tanaman hasil regenerasi kultur
in vitro biasa menghendaki aklimatisasi yang berbeda (Slamet, 2011).
Pada tahap aklimatisasi diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan
tahap yang krusial dan seringkali menyebabkan kematian pada planlet.
Kendala yang harus dihadapi dalam proses aklimatisasi adalah pemindahan
bibit dan botol ke dalam semai tray yang sulit dilakukan. Selain itu, bibit
dalam semai tray akan tumbuh baik apabila memiliki media tanam yang
cocok, perawatan dan pemupukan yang baik. Penanganan planlet yang kurang
baik terhadap aklimatisasi dapat mengakibatkan kematian tanaman. Kutikula
yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan
tanaman yang normal dan hal ini menyebabkan tanaman tersebut sangat
lemah daya untuk bertahan. Walaupun potensialnya tinggi, tanaman akan
tetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas. Maka dari itu
planlet yang telah ditanam di lingkungan yang memadai untuk
pertumbuhannya kemudian secara perlahan dilatih untuk terus dapat
beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di bedeng. Lingkungan inilah
yang dibuat dengan cara menutup planlet yang telah di tanam di net pot
dengan plastik bening.
Dalam proses aklimatisasi sebaiknya digunakan media tanam yang halus dan
lunak, sehingga akar bisa tumbuh optimal. Media aklimatisasi berupa sekam,
tanah, dan cocopeat. Media cocopeat adalah limbah hasil indsutri yang
berpotensi sebagai media karena memiliki daya serap air yang baik, pH netral
dan mengandung unsur hara alami yang dapat menunjang pembibitan
Prinsipnya, media harus cukup halus, dapat memegang air dengan baik, serta
bebas dari jamur dan penyakit. Media aklimatisasi sebaiknya disterilkan
dengan cara merebus atau menggunakan autoklaf. Tanah yang akan
digunakan disterilisasi dengan cara dikukus, kemudian untuk sekam
disterilisasi dengan cara disangrai, sedangkan cocopeat disterilisasi dengan
cara merendamnya diair mendidih. Adapun campuran media yang tanam
yang digunakan dalam proses aklimatisasi memiliki perbandingan 1 : 1 : 1.
4
B. Peranan Green House Untuk Tanaman
Green house dimanfaatkan dalam proses aklimatisasi tanaman karena didalam
green house lingkungan tumbuh tanaman bersifat terkendali (Setiawan et al.,
2021). Green house digunakan dalam adaptasi planlet sebelum benar-benar di
lepas di lapangan yang lingkungannya tidak terkendali. Green house
merupakan sebuah bangunan kontruksi dengan atap tembus cahaya yang
berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat
berkembang optimal. Manipulasi lingkunga ini dilakukan dalam dua hal,
yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan
memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki (MP, 2013). Green
house untuk daerah tropis sangat memungkinkan dan mempunyai banyak
keuntungan dalam produksi dan budidaya tanaman. Produksi dapat dilakukan
sepanjang tahun, di mana produksi dalam lahan yang terbuka tidak
memungkinkan karena adanya hujan yang sering dan angin yang kencang.
Struktur greenhouse di daerah tropis sering menggunakan sisinya untuk
melindungi dan mengontrol suhu dengan menggunakan ventilasi alamiah
maupun terkontrol dengan dilapisi jala (screens) yang mampu mengurangi
serangan serangga dan hama (Sukamto, 2014).
Dengan green house beberapa kondisi lingkungan berikut dapat dihindari,
antara lain:
1. Perubahan suhu dan kelembapan yang fluktiatif
2. Akibat buruk yang yang ditimbulkan dari radiasi sinar matahari jenis sinar
ultraviolet dan sinar infra red
3. Kekurangan air pada musim kemarau dan kelebihan air pada musim hujan
4. Hama dan binatang penganggu serta penyakit tanaman seperti jamur dan
bakteri
5. Tiupan angin kencang yang dapat merobohkan tanaman dan merusak
daun
6. Akibat buruk dari polusi udara.
Adapun kondisi lingkungan yang dapat diciptakan dengan adanya green
house, yaitu:
1. Kondisi cuaca yang mendukung pertumbuhan tanaman
5
2. Suhu, kelembapan dan intensitas cahaya matahari dapat diatur sesuai
kebutuhan
3. Penyiraman tanaman dapat diatur berkala
4. Kebersihan lingkungan dapat dijaga dengan baik sehingga terhindar dari
penyakit tanaman
5. Kenyamanan terhadap aktivitas produksi dan pengendalian mutu
6. Terlindung terhadap gangguan binatang/hama dan serangga peganggu.
6
aklimatisasi dari dalam botol
Untuk memotong bagian
8
Skalpel dan gunting cabang tanaman
Untuk menaruh planlet
yang telah dibersihkan
dari agar.
9 Untuk merendam
planlet di larutan
aklimatisasi selama 10
Toples menit
Untuk menyiram planlet yang
10 telah ditanam di wadah pot tray
Sendok plastik atau net tray.
Untuk menaruh homron
11 pertumbuhan akar yang akan
Wadah plastik disiram ke planlet
Sebagai wadah untuk menanam
12
Semai tray planlet yang diaklimatisasi
Sebagai wadah pembuatan
13
Ceret larutan aklimatisasi
Untuk mengukur ZPT (IBA)
dan Hormon Anti Stress
14 (Vitastar B) yang digunakan
dalam campuran larutan
Pipet tetes aklimatisasi
Untuk mengerikan planlet yang
telah direndam di larutan
15 aklimatisasi sebelum di tanam
di wadah berisi media tanah
Tissue (pot tray dan net tray)
16 Plastik bening Sebagai sungkup untuk
menghindari tanaman dari hama
7
penyakit dan menjaga
kelembapan pada tanaman
Untuk memberi tanda pada
17
Label papan nama planlet yang diaklimatisasi.
8
memiliki perbandingan 1 : 1 : 1. Media tanam dicampur sampai
tekstur tanah bisa digenggam sehingga diperlukan penambahan air AC
sehingga campuran bahan bisa tercampur dengan baik dan
menghasilkan tekstur yang diinginkan. Media yang telah disterilisasi
namun belum ingin digunakan dapat disimpan dalam bak plastik yang
ada di rumah kaca (Sukmadjaja & Mariska, 2003).
9
Gambar 1 Campuran Media Gambar 2 Campuran Media
Tanam (Tanah) Tanam (Cocopeat)
10
Larutan aklimatisasi merupakan larutan hormone yang digunakan
untuk menginduksi perakaran planlet serta untuk mengurangi stress
pada planlet (Sukmadjaja & Mariska, 2003). Larutan aklimatisasi
dibuat dengan mencampur air AC 1000 ml kemudian ditambahkan
ZPT golongan auksin yaitu IBA 1 ml dan Vitastart B 5 ml. Larutan ini
digunakan untuk merendam planlet yang telah dibersihkan selama 10
menit dan digunakan dalam menyiram planlet yang telah ditanam
dalam wadah pot tray ataupun net tray.
11
Wadah merupakan tempat yang berisi media tumbuh tanaman hasil
kultur. Jenis wadah yang digunakan yaitu pot tray dan net tray. Di
dalam wadah pengisian media tanah tidak terlalu padat atau remah
dengan tujuan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan
aliran air, mudah mengikat unsur hara, dan tahan lapuk dalam waktu
yang lama (Waluyo, 2009).
12
telah di sungkup dengan plastik bening untuk menjaga kelembapan
dan didiamkan beberapa jam di ruangan persiapan di lab sebelum di
taruh di green house.
13
Gambar 13 Proses Pembersihan Gambar 14 Proses Pengeluaran Planlet
Planlet dari Botol Kultur
14
disungkup
15
penyerapan air yang tidak sempurna sehingga terbentuk rongga
udara di jaringan xylem yang mengakibatkan terjadinya embolism.
b. Tanaman dibersihkan dari gulma dan di cek pengakarannya setiap
2 atau 3 hari sekali.
c. Daun tanaman yang layu dibuang setiap hari.
d. Tanaman yang mati langsung dipindahkan untuk mencegah
kontaminasi dengan tanaman yang lain
16
BAB III
17
3 hari sekali, dan tanaman yang mati langsung disingkirkan guna mengurangi
kontaminasi yang terjadi nantinya.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012). Penyebab Banyak Orang Beralih. Retrieved Juni 26, 2022, from
Firmansyahbetawi.wordpress.com
Kehutanan, D. (1989). Atlas Kayu Jilid II. Bogor: Badan Penelitian dan
Pengembangan.
Mulyana, D. C. (2011). Mengenal Kayu Jabon Merah dan Putih (2-36 hal). In
Panduan Lengkap Bisnis dan Bertanam Kayu Jabon (p. 142 hal). Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Oktavia, F., Stevanus, C. T., & Dessailly, F. (2020). Optimasi Kondisi Suhu Dan
Kelembaban Serta Pengaruh Media Tanam Terhadap Keberhasilan
Aklimatisasi Tanaman Karet Asal Embriogenesis Somatik. Jurnal Penelitian
Karet, 38(1), 1–16. https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v38i1.677
Sarjono, A., Sunoto, A., & Joni Devitra. (2017). Produksi Kayu Bulat dan Nilai
19
Harapan Lahan Jabon (Anthocephalus cadamba) di PT Intraca Hutani
Lestari. Jurnal Hutan Tropis, 5(1), 22–30.
Setiawan, R., Ulfa, H., Miftahuljannah, Ajza, D. S., & Setiawan, B. (2021).
Penggunaan Green House untuk Budidaya Hortikultura di Halaman Sekolah
SD Negeri 063 Lagi Agi. Jurnal Lepa-Lepa Open, 1(3), 480–487.
Slamet. (2011). Genetik Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 3A Bogor. Jurnal
Litbang Pertanian, 30(2), 48–54.
Sukamto, A. (2014). Manfaat dan Tujuan Green House. Retrieved Juli 9, 2022,
from Academia Edu Website: https://www.academia.edu
20
LAMPIRAN
21
22
s
23
24