Anda di halaman 1dari 53

PANDUAN PRAKTIKUM

TEKNIK
SILVIKULTUR

TIM PENYUSUN:

Faradila Mei Jayani, S.Hut., MSi.

Arief Juniarto, S.Hut., MSi.

REKAYASA KEHUTANAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
PANDUAN PRAKTIKUM
TEKNIK SILVIKULTUR

Nama:

NIM :

Tim Penyusun:
Faradila Mei Jayani, S.Hut., MSi.
Arief Juniarto, S.Hut., MSi.

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


JURUSAN TEKNIK PROSES DAN HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
DAFTAR ISI

1. Pendahuluan …………………………………………………………………… 1
2. Pengujian mutu benih tanaman kehutanan ……………………………………. 2
3. Pengunduhan dan ekstraksi biji ………………………………………………... 8
4. Pematahan dormansi dan uji perkecambahan benih …………………………… 14
5. Persiapan media sapih dan penyapihan ……………………………………..… 20
6. Teknik penyetekan ………………………………………………...…………… 25
7. Penanaman ……………………………………………………………………... 31
8. Pemeliharaan tanaman muda …………………………………………………... 37
9. Penjarangan ……………………………………………………………………. 43
Daftar Pustaka 42
PRAKTIKUM I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Kuliah dan Praktikum


Mata kuliah Teknik Silvikultur memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada mahasiswa Program Studi Rekayasa Kehutanan mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan pohon dan pembentukan tegakan hutan dalam
upaya pengelolaan hutan tanaman. Mahasiswa juga belajar tentang teknologi
perbanyakan tanaman hutan secara generatif dan vegetatif, penanaman,
pemeliharaan tanaman, dan aplikasi teknik silvikultur dalam rehabilitasi, reklamasi,
dan restorasi hutan dan lahan. Praktikum mata kuliah ini memberikan keterampilan
kepada mahasiswa mengenai pengujian mutu benih tanaman kehutanan,
pengunduhan dan ekstraksi biji, pematahan dormansi, uji perkecambahan benih,
persiapan media sapih dan penyapihan, teknik penyetekan, penanaman,
pemeliharaan tanaman muda, dan penjarangan.

B. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
pohon dan proses ekofisiologis pohon
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengelolaan hutan tanaman
3. Mahasiswa mampu melaksanakan teknologi perbanyakan tanaman hutan secara
generatif dan vegetatif
4. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman
5. Mahasiswa mampu menjelaskan penerapan teknik silvikultur dalam rehabilitasi,
reklamasi, dan restorasi hutan dan lahan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem-sistem silvikultur di Indonesia

C. Ujian Praktikum
Ujian praktikum dilaksanakan pada minggu ke-15

D. Penilaian Praktikum
Kuis : 20%
Laporan : 40%
Ujian Praktikum : 40%

1
PRAKTIKUM II
PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN KEHUTANAN

A. Pendahuluan
Pengujian mutu benih merupakan hal yang penting dilakukan untuk
menghidarkan para pelaku usaha pembibitan dan persemaian dari kerugian. Benih
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budi Daya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4 merupakan
tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakkan tanaman. Menurut Widajati et al. (2003), benih memiliki
peranan penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman.
Keuntungan penggunaan benih bermutu yaitu:
1. Mengurangi resiko kerugian biaya, tenaga, dan waktu akibat benih tidak
tumbuh
2. Menghasilkan bibit berkualitas
3. Bibit tumbuh seragam dan cepat
Menurut Ilyas (2012), karakteristik mutu benih dibagi menjadi empat yaitu
mutu genetik, mutu fisik (analitik), mutu fisiologi, dan mutu saniter (patologis).
Mutu genetik merupakan hasil dari potensi genetik embrio. Mutu saniter
dipengaruhi ada tidaknya penyakit (patogen) dalam permukaan benih. Mutu
fisiologis merujuk pada kemampuan benih untuk berkecambah. Mutu fisik merujuk
pada persentase benih murni dalam satu lot benih. Satu lot benih dapat berisikan
benih murni dan bahan lain yang terbawa seperti kulit buah, kerikil, benih lain,
maupun benih rusak.
Pengujian mutu fisik dapat dilakukan dengan uji kemurnian benih. Menurut
Widajati et al. (2003), pengujian kemurnian benih dilakukan untuk mengetahui
mutu fisik benih dengan membandingkan benih murni dengan kotoran fisik yang
terbawa. Semakin besar persentase benih murni maka semakin bagus mutu benih.

B. Tujuan:
Mahasiswa mampu melakukan pengujian mutu fisik dan fisiologi benih tanaman
kehutanan

C. Bahan dan Alat


❖ Benih sengon (Falcataria falcata (L.) Greuter & R. Rankin)
❖ Neraca (timbangan)
❖ Kalkulator
❖ Tampah
❖ Nampan
❖ Plastik
❖ Gelas plastik
❖ Kapas
❖ Label
❖ Botol spray

2
D. Prosedur Kerja
I. Uji Kemurnian Benih
a. Siapkan benih sengon
b. Bagilah masing-masing benih tersebut menjadi 4 bagian kuadran seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Benih yang berada dalam kuadran I dan IV
dicampur kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Benih yang berada dalam
kuadran II dan III dicampur kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Bagian ini
disebut sampel kerja. Setiap kelompok mendapat satu bagian untuk menjadi
sampel praktikum.

I II

III IV

Gambar 1 Pemisahan benih sengon menjadi 4 bagian

c. Timbanglah benih tersebut lalu catat beratnya sebagai berat awal (B1)
d. Pisahkan benih dan bahan lain yang terbawa seperti kulit buah, kerikil,
benih lain, maupun benih rusak
e. Timbanglah benih yang sudah dipisahkan kemudian catat beratnya sebagai
berat benih murni (B2)
f. Hitung persen kemurnian benih dengan persamaan sebagai berikut

%kemurnian = B2 x 100%
B1

B1: Berat benih awal


B2: Berat benih murni

II. Jumlah benih/kg


a. Ambillah benih sengon sebanyak 30 biji sebanyak 3 ulangan
b. Timbang benih dan catat berat benih tersebut. Konversi berat benih tersebut
dalam kg sehingga didapatkan jumlah benih dalam 1 kg benih

III. Uji Perkecambahan Benih


a. Siapkan 40 benih sengon yang bagus
b. Rendam 20 benih sengon menggunakan air panas (±80°C) hingga air
menjadi dingin selama 24 jam lalu tiriskan benih
c. Susun kapas pada wadah lalu semprot dengan air
d. Susun 20 benih yang direndam dan 20 benih yang tidak direndam di dalam
wadah
e. Lakukan penyemprotan kembali
f. Tutup benih menggunakan kain dan letakkan pada tempat yang teduh
g. Benih sengon biasanya berkecambah pada umur 5-14 hari
h. Lakukan penyemprotan setiap hari untuk memastikan kapasnya basah.
Jangan sampai tergenang untuk menghindari jamur. Amati dan catat
perubahan benih setiap hari selama 2 minggu

3
Persentase kecambah : Benih yang berkecambah x 100%
Jumlah total benih

HASIL DAN PEMBAHASAN

4
5
6
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

7
PRAKTIKUM III
PENGUNDUHAN DAN EKSTRAKSI BIJI

A. Pendahuluan
Perbanyakan tanaman hutan secara generatif berarti memperbanyak tanaman
menggunakan biji hasil perkawinan antara bunga jantan dan bunga betina. Sebagian
besar biji tanaman kehutanan terbungkus pada buahnya sehingga diperlukan
kegiatan pengunduhan buah untuk mengumpulkan biji-biji tersebut. Biji tanaman
kehutanan yang berada di dalam buah sebagian besar tidak dapat langsung
digunakan untuk perbanyakan tanaman. Perlu dilakukan kegiatan ekstraksi buah
agar biji dapat dikecambahkan.
Ekstraksi biji merupakan proses pengeluaran biji dari buah maupun polong
(Mulyana dan Asmarahman, 2012). Ekstraksi biji dilakukan untuk memisahkan biji
dari bagian tanaman yang lain seperti tangkai malai, daging buah, dan kulit buah.
Ekstraksi biji terdiri atas dua macam yaitu ekstraksi kering dan ekstraksi basah.
Ekstraksi kering dilakukan pada buah yang berbentuk polong seperti akasia (Acacia
mangium Willd.) dan flamboyan (Delonix regia (Bojer ex Hook.) Raf.) maupun
memiliki daging buah yang kering seperti mahoni (Swietenia macrophylla King).
Ekstraksi basah dilakukan pada tanaman yang memiliki daging buah yang basah
seperti gmelina (Gmelina arborea Roxb. ex Sm.) dan karet (Hevea brasiliensis
(Willd. ex A.Juss.)).

B. Tujuan:
Mahasiswa mampu mempraktikan cara pengunduhan benih tanaman kehutanan
dan teknik ekstraksi benih dari buah polong dan berdaging

I. Pengunduhan Buah
a. Bahan dan Alat
❖ Pohon yang sedang berbuah
❖ Gunting stek
❖ Kantung plastik
❖ Label

b. Prosedur Kerja
1. Carilah pohon-pohon yang sedang berbuah. Pohon yang dipilih yaitu
pohon yang memiliki buah polong (famili Leguminosae) maupun
berdaging
2. Unduhlah buah yang telah masak
3. Masukkan buah-buah yang telah diunduh ke dalam kantung plastik
4. Berilah label pada kantung yang berisi buah-buah tersebut dengan
keterangan:
a. Jenis buah
b. Tanggal pengunduhan
c. Lokasi pengunduhan

8
II. Ekstraksi Buah
a. Bahan dan Alat
❖ Buah berpolong (famili Leguminosae) dan buah berdaging
❖ Ember
❖ Tampah
❖ Tongkat kayu
❖ Plastik
❖ Cutter

b. Prosedur
1. Buah Berpolong
a. Ambillah buah dari famili Leguminosae yang sudah kering kulitnya
b. Pukul buah yang telah kering kulitnya tersebut dengan tongkat kayu
hingga bijinya keluar
c. Pilihlah biji-biji yang telah keluar tersebut dengan menampinya
menggunakan tampah
d. Khusus biji akasia, perlu dibuang selaput yang berwarna kuning dari
bijinya dengan cara menumbuk dengan menggunakan kayu
kemudian ditampi kembali
e. Masukkan biji-biji tersebut ke dalam plastik
f. Berilah label pada plastik yang berisi biji-biji tersebut dengan
keterangan
a. Jenis biji
b. Tanggal pengunduhan
c. Lokasi pengunduhan

2. Buah Berdaging
a. Ambillah buah berdaging yang sudah diunduh
b. Rendamlah buah tersebut dalam air selama beberapa hari
c. Kupaslah daging buah tersebut menggunakan pisau
d. Cucilah biji-biji tersebut untuk menghilangkan daging dan selaput
lain
e. Keringkan biji-biji tersebut dengan cara dijemur

HASIL DAN PEMBAHASAN

9
10
11
12
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

13
PRAKTIKUM IV
PEMATAHAN DORMANSI DAN UJI PERKECAMBAHAN
BENIH

A. Pendahuluan
Benih dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu benih rekalsitran dan benih
ortodoks (Ilyas, 2012). Kedua tipe benih ini berkaitan dengan perbedaan penanganan
saat penyimpanannya. Benih rekalsitran yaitu benih yang tidak tahan dengan
pengeringan dan suhu rendah sehingga memerlukan penanganan khusus saat
penyimpanan dan transportasi. Benih ortodoks yaitu benih yang tahan dikeringkan
sampai kadar air rendah (4%) dan tahan disimpan pada suhu sangat rendah (<0 °C).
Beberapa benih tanaman kehutanan memiliki sifat dormansi yang
menunjukkan bahwa benih tidak berkecambah meskipun berada pada lingkungan
yang sesuai untuk perkecambahan. Menurut Ilyas (2012), dormansi benih merupakan
cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan teknik pematahan dormansi sebelum
benih dikecambahkan. Tidak semua benih memiliki teknik pematahan dormansi yang
sama. Ada beberapa teknik pematahan dormansi misalnya dengan perendaman air
mendidih kemudian air dingin, direndam dalam H2SO4, maupun disangrai.

B. Tujuan:
Mahasiswa mampu melakukan teknik-teknik pematahan dormansi benih dan menguji
perkecambahan benih

C. Bahan dan Alat


❖ Benih sengon (Falcataria falcata (L.) Greuter & R. Rankin)
❖ Air
❖ Media tabur (tanah dan pasir halus dengan perbandingan 1:1)
❖ Bak kecambah

D. Prosedur Kerja
1. Lakukan pematahan dormansi benih sengon dengan merendam benih dalam air
panas (±80 °C) kemudian biarkan sampai dingin selama 24 jam (Baskorowati,
2014)
2. Lakukan pematahan dormansi benih trembesi dengan merendam benih dalam air
dengan suhu ±60 °C kemudian biarkan sampai 72 jam (Lubis, 2013)
3. Siapkan media tabur yang berupa pasir halus dan tanah dengan perbandingan 1:1
(Baskorowati, 2014)
4. Kecambahkan benih sengon dan trembesi pada media tabur dengan diberi jarak
±0.5 cm satu sama lain
5. Siram dan amati pertumbuhannya setiap dua hari sekali selama 2 minggu.

14
HASIL DAN PEMBAHASAN

15
16
17
18
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

19
PRAKTIKUM V
PERSIAPAN MEDIA SAPIH DAN PENYAPIHAN

A. Pendahuluan
Salah satu faktor penentu keberhasilan pertumbuhan bibit di lapangan yaitu
kualitas semai hasil perbanyakan di persemaian. Keberhasilan produksi semai
didukung oleh media sapih yang berkualitas. Menurut Andayani et al. (2017) media
sapih yang baik yaitu mudah didapatkan, murah, dan mudah diolah. Media sapih juga
sebaiknya mengandung unsur hara, dapat memegang air sehingga media
pertumbuhan bibit tidak kering, mempunyai porositas yang baik agar perakaran bibit
dapat tumbuh dengan baik, tidak mengandung hama dan penyakit maupun bahan
yang bersifat racun, ringan dan kompak sehingga memudahkan proses pengangkutan.
Kualitas semai dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk hayati pada
media sapih. Salah satu jenis pupuk hayati yaitu mikoriza (Simanungkalit et al.
2014). Menurut Smith dan Read (2008), mikoriza merupakan bentuk hubungan
simbiotik antara fungi dan akar tanaman tingkat tinggi. Tanaman diuntungkan karena
mendapat pasokan unsur hara sedangkan fungi mendapatkan hasil fotosintesis dari
tanaman. Fungi mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara karena
memiliki jaringan hifa eksternal yang mampu memperluas bidang penyerapan unsur
hara dari dalam tanah.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mempraktikkan teknik pengolahan media sapih serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan semai
2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan mikoriza untuk meningkatkan
pertumbuhan semai

C. Bahan dan Alat


❖ Topsoil
❖ Kompos
❖ Pupuk hayati mikoriza
❖ Semai sengon (Falcataria falcata (L.) Greuter & R. Rankin)
❖ Polybag
❖ Penggaris

D. Prosedur Kerja
1. Masukkan media sapih ke dalam polybag dengan perlakuan:
❖ Topsoil
❖ Topsoil + kompos
❖ Topsoil + kompos + mikoriza
2. Ambil semai dari bak tabur atau bedeng tabur menggunakan pencukil dari
bambu yang ujungnya runcing
3. Buatlah lubang-lubang pada media sapih kemudian masukkan akar semai ke
dalam lubang lalu tutup dengan media. Tekanlah area sekitar semai agar semai
dapat berdiri tegak
4. Susun polybag yang sudah berisi semai kemudian disiram

20
5. Taruhlah polybag-polybag yang telah ditanami dengan semai tersebut ke dalam
6. Ukurlah tinggi semai seminggu sekali pada setiap perlakuan selama 4 minggu
kemudian catat hasilnya dalam Tabel 1. Pengukuran dilakukan dengan 3 kali
ulangan.

Tabel 1. Pertumbuhan tinggi semai .....................................


No. Perlakuan Tinggi (cm)
Minggu ke-
1 2 3 4
a b c x a b c x a b c x a b c x
1 Topsoil
2 Topsoil + kompos
3 Topsoil + mikoriza
4 Topsoil + kompos
+ mikoriza

7. Gambar grafik pertumbuhan tinggi semai tersebut seperti ditunjukkan pada


Gambar 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi (cm)

Minggu ke-

Gambar 2 Pengaruh media untuk pertumbuhan tinggi semai sengon

21
22
23
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

24
PRAKTIKUM VI
TEKNIK PENYETEKAN

A. Pendahuluan
Perbanyakan tanaman hutan dapat dilakukan dengan cara vegetatif, salah
satunya yaitu penyetekan. Menurut Gunawan (2016), stek merupakan teknik
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk
dari bagian-bagian tanaman tersebut. Bagian tanaman yang dapat diijadikan sebagai
bahan stek yaitu akar, batang, dan pucuk daun.
Teknik perbanyakan tanaman dengan cara stek memiliki keunggulan dan
kekurangan. Keunggulan perbanyakan tanaman dengan penyetekan yaitu tidak
memerlukan keahlian khusus atau peralatan yang rumit, biaya relatif sedikit, waktu
perbanyakan singkat, menghasilkan tanaman yang baru dalam jumlah banyak dan
seragam, sifat unggul tanaman induk bisa diwariskan. Kekurangan teknik stek yaitu
tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek, penyerapan air dan nutrisi
oleh akar kurang baik dibandingkan dengan teknis sambung dan okulasi, tansaman
yang dihasilkan memiliki perakaran yang terbatas dan tidak memiliki akar tunggang,
tanaman baru mudah roboh jika tertiup angina kencang.

B. Tujuan
Mahasiswa mampu mempraktikkan teknik-teknik penyetekan dalam
perbanyakan tanaman secara vegetatif

I. Penyiapan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)


a. Bahan dan Alat
❖ ZPT (Rootone-F)
❖ Air
❖ Gelas plastik 200 ml
❖ Pengaduk
❖ Timbangan

b. Prosedur Kerja
1. Timbanglah ZPT dengan berat 0 g, 1 g, dan 3 g kemudian masukkan ke
dalam gelas plastik
2. Masukkan air ke dalam gelas plastik sedikit demi sedikit lalu diaduk sampai
terbentuk pasta
3. Simpanlah pasta yang telah dibuat pada tempat yang teduh

II. Penyetekan
a. Bahan dan Alat
❖ Pucuk akasia (Acacia mangium Willd.) dan kayu putih (Melaleuca
leucadendra (L.) L.
❖ Pasta ZPT
❖ Cutter
❖ Polybag
❖ Plastik bening (sebagai penutup stek)

25
b. Prosedur Kerja
1. Persiapkan bahan stek dengan jumlah seperti pada Tabel 2 berikut

Tabel 2. Jumlah bahan stek yang digunakan menurut jenis


Bahan stek Berat ZPT
0 1g 3g
Akasia 3 3 3

Kayu putih 3 3 3

2. Persiapkan media penyetekan dengan campuran topsoil dan pasir dengan


perbandingan 1:1 lalu masukkan ke dalam polybag
3. Potong bahan stek dengan cutter pada bagian bawah untuk bahan stek
pucuk. Potong bahan stek pada bagian atas dan bawah untuk stek batang.
Sisakan 2 buah daun pada tiap bahan stek
4. Oleskan pasta ZPT yang telah disiapkan sebelumnya pada bahan stek
5. Tanamlah bahan stek yang telah diolesi hormon tersebut ke dalam polybag
yang berisi media kemudian tutup dengan plastik bening
6. Peliharalah stek tersebut pada lingkungan yang teduh
7. Amati keberhasilan penyetekan dengan mengamati % stek yang berakar
kemudian catat hasilnya pada Tabel 3.
8. Buatlah grafik untuk setiap perlakuan seperti ditunjukkan pada Gambar 3

Tabel 3. Persentase keberhasilan stek dengan perlakuan hormon


Jumlah stek berakar
No. Jenis tanaman Berat ZPT (g)
0 1 3
1. Akasia a
b
c
Rata-rata
2. Kayu putih a
b
c
Rata-rata

26
HASIL DAN PEMBAHASAN

%Berakar

Konsentrasi
Hormon (g)
Gambar 3 Pengaruh hormon terhadap perakaran stek

27
28
29
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

30
PRAKTIKUM VII
PENANAMAN

A. Pendahuluan
Keberhasilan pembangunan hutan salah satunya ditentukan oleh kegiatan
penanaman. Menurut Mulyana et al. (2010) kegiatan penanaman bibit di lapangan
sebaiknya dilakukan pada musim penghujan atau pada bulan November-Februari.
Jika penanaman dilakukan di luar musim penghujan maka sebaiknya dilakukan
penyiraman dengan frekuensi sebanyak dua kali sehari. Bibit yang dipilih untuk
ditanam yaitu bibit yang sudah siap tanam, ukurannya seragam, dan terhindar dari
hama dan penyakit.
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum penanaman yaitu pengolahan lahan,
pembuatan larikan, dan pembuatan lubang tanam. Kegiatan penanaman juga
membutuhkan ajir yang diletakkan di dekat tanaman. Fungsi ajir yaitu membentu
tanaman tumbuh tegak dan sebagai penanda.

B. Tujuan
Mahasiswa mampu mempraktikkan cara melakukan penanaman

C. Alat dan Bahan


❖ Bibit sengon (Falcataria falcata (L.) Greuter & R. Rankin) yang sudah siap
tanam
❖ Cangkul
❖ Ajir 1 m
❖ Cat warna merah
❖ Kuas
❖ Label gantung

D. Prosedur Kerja
1. Warnailah ujung ajir menggunakan cat berwarna merah sepanjang 10 cm
2. Buatlah larikan searah kontur
3. Buatlah lubang-lubang tanam yang berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan
jarak tanam 3 m x 3 m susuai dengan arah kontur yang sudah dibuat
4. Siapkan bibit sengon kemudian buka polybagnya
5. Tanamlah bibit secara tegak lalu timbun menggunakan tanah kemudian
padatkan menggunakan cangkul atau diinjak secara perlahan
6. Tancapkan ajir di samping tanaman yang sudah ditanam dan berilah label pada
ajir

31
HASIL DAN PEMBAHASAN

32
33
34
35
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

36
PRAKTIKUM VIII
PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

A. Pendahuluan
Pemeliharaan perlu dilakukan agar bibit tubuh baik di lapangan. Kegiatan
pemeliharaan juga bertujuan memperkecil kematian bibit saat ditanam di lapangan
dan membantu mempercepat pertumbuhannya. Menurut Baskorowati (2014)
pemeliharaan tanaman muda bisa dilakukan dengan penyulaman, penyiangan,
pendangiran, pemupukan, dan penjarangan. Penyulaman dilakukan untuk mengganti
tanaman yang mati atau tidak tumbuh dengan baik dengan tanaman yang baru.
Penyulaman dilakukan saat tanaman berumur satu sampai dua bulan setelah tanam,
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma yang mengganggu tanaman
pokok. Gulma ini menjadi pesaing bagi tanaman pokok dalam mendapatkan unsur
hara, air, dan cahaya. Pendangiran dilakukan untuk menggemburkan tanah.
Pemangkasan cabang dilakukan untuk menghilangkan cabang-cabang yang dapat
menghasilkan mata kayu. Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kandungan
unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.

B. Tujuan
Mahasiswa terampil dalam melakukan pemeliharaan tanaman muda yaitu
penyiangan, pendangiran, pemupukan, dan pemangkasan cabang

C. Alat dan Bahan


❖ Tanaman kehutanan yang telah berumur 3 bulan atau lebih
❖ Pupuk NPK
❖ Neraca
❖ Plastik
❖ Pita ukur
❖ Golok
❖ Parang
❖ Cangkul
❖ Gunting stek

D. Prosedur Kerja
I. Penyiangan, Pendangiran, dan Pemupukan
a. Bersihkan gulma pada lingkaran di sekeliling tanaman pokok menggunakan
parang. Diameter jalur yang disiangi sepanjang 2 meter yaitu 1 meter di
kanan tanaman pokok dan 1 meter di kiri tanaman pokok.
b. Kumpulkan vegetasi yang telah disiangi dengan cara ditumpuk pada jalur
yang tidak disiangi.
c. Gemburkan tanah pada lingkaran di sekitar tanaman pokok menggunakan
cangkul. Diameter jalur yang didangir sepanjang 1 meter yaitu 0.5 meter di
kanan tanaman pokok dan 0.5 meter di kiri tanaman pokok.
d. Taburkan pupuk NPK dengan dosis 50 g/tanaman pada sekeliling tanaman
dengan lebar hingga batas tajuk tanaman sedalam 5-10 cm lalu tutup dengan
tanah.

37
e. Tutuplah tanah yang telah diberi pupuk menggunakan potongan vegetasi
hasil penyiangan. Vegetasi tersebut berfungsi sebagai mulsa.
f. Hitung prestasi kerja dalam melakukan kegiatan penyiangan, pendangiran,
dan pemupukan.

II. Pemangkasan Cabang


a. Amatilah tegakan pohon yang bercabang banyak
b. Pangkaslah cabang-cabang yang sudah tidak produktif menggunakan gunting
stek
c. Hitung prestasi kerja dalam melakukan kegiatan pemangkasan cabang

HASIL DAN PEMBAHASAN

38
39
40
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

41
PRAKTIKUM IX
PENJARANGAN

A. Pendahuluan
Penjarangan merupakan suatu tindakan silvikultur yang bertujuan
mengurangi jumlah pohon yang tumbuh pada suatu tegakan (Nurkin, 2019).
Tindakan silvikultur ini biasanya dilakukan ketika tajuk-tajuk pohon dalam tegakan
mulai bersentuhan. Menurut Wanggai (2009), penjarangan dilakukan untuk
memberikan ruang tumbuh yang lebih baik pada pohon-pohon yang memiliki potensi
untuk menghasilkan produksi kayu yang optimum. Sebagian pohon yang memiliki
pertumbuhan kurang bagus akan ditebang. Penjarangan ini berdampak pada
pembentukan tajuk dan batang bagi pohon-pohon yang tidak ditebang. Pohon-pohon
ini akan mendapatkan ruang tumbuh, cahaya matahari, air, dan unsur hara yang lebih
baik karena berkurangnya persaingan antar pohon. Kegiatan ini akan menghasilkan
tegakan hutan yang memiliki massa kayu yang besar dan berkualitas tinggi pada
akhir daur.

B. Tujuan:
Mahasiswa mampu mempraktikan kegiatan penjarangan tegakan

C. Alat dan Bahan


❖ Alat tulis
❖ Peta kerja
❖ Kompas
❖ Meteran jahit
❖ Tambang
❖ Cat
❖ Kuas

D. Prosedur Kerja
1. Buatlah Petak Coba Penjarangan (PCP) berbentuk lingkaran dengan luas 0.1
ha (r = 17.8 meter) pada tegakan yang akan dilakukan penjarangan
2. Tentukan pohon tengah dalam PCP lalu tandai pohon tersebut sebagai pohon
nomor 1. Berilah tanda pada pohon tengah dengan ketinggian 130 cm dari
pangkal pohon seperti pada Gambar 4
3. Berilah nomor pada pohon yang lain dengan mengikuti arah jarum jam yang
dimulai dari barat daya. Penomoran pohon harus menghadap pohon tengah.
Berilah tanda pada pohon yang akan ditebang dengan tanda seperti Gambar
5
4. Berilah tanda pada pohon yang akan ditebang dengan tanda silang pada
ketinggian 130 cm dari pangkal pohon. Tanda silang menghadap pohon
tengah. Tulislah keliling pohon tersebut.
5. Catatlah:
P = Peninggi pohon
NP = Jumlah pohon dalam PCP
Nn = Jumlah pohon normal
Nmp = Jumlah pohon yang akan dimatikan dalam PCP

42
6. Data hasil pengukuran dan rekapitulasi dicatat dalam Tabel 4 dan Tabel 5.

Petak :
PCP No :
Umur : Nmn :
Peninggi : Nmp :
Bonita : Np :
Nn :
Tanggal :
Nama :

Gambar 4 Penulisan pada pohon tengah

130 cm

X
Keliling = cm
Nomor Pohon =

Gambar 5 Penulisan pada pohon yang akan ditebang

43
Lokasi : No.Kelompok :
Petak : Pencatat :
Jenis tanaman : Jarak tanam :
Tahun tanam :

Tabel 4. Data pohon ditebang dalam PCP


No. Keliling (cm) Tinggi total (m) Volume (m3) Keterangan

Jumlah
Rata-rata

44
Tabel 5. Rekapitulasi data dalam PCP
No PCP P (m) Nn Np Nmn Nmp Volume
(batang) (batang) (batang) (batang) (m3)

Jumlah
Rata-
rata

45
7. Bahaslah:
• Data yang diperoleh
• Kriteria penetapan pohon tengah dan pohon yang dimatikan
• Faktor-faktor yang menentukan intensitas penjarangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

46
47
48
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

49
DAFTAR PUSTAKA

Andayani ST, Wahyudiono HS, Prijono A, Woesono HB, Suwadji S, Rahayu K, Hadi
DS, Saputro SH. 2017. Panduan Praktek Kerja Lapangan. Yogyakarta: Institut
Pertanian STIPER.

Baskorowati L. 2014. Budidaya Sengon Unggul (Falcataria moluccana) untuk


Pengembangan Hutan Rakyat. Jakarta: IPB Press.

Gunawan E. 2016. Perbanyakan Tanaman: Cangkok, Setek, Okulasi, Sambung, dan


Biji. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Ilyas S. 2012. Ilmu dan Teknologi Benih: Teori dan Hasil-Hasil Penelitian. Bogor: IPB
Press.

Lubis YA. 2013. Pengaruh lama waktu perendaman dengan air terhadap daya kecambah
trembesi (Samanea saman) [Skripsi]. Lampung: Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.

Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2010. Bertanam Jabon: Investasi Kayu yang


Cepat dan Menguntungkan. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Mulyana D, Asmarahman C. 2012. Untung Besar dari Bertanam Sengon. Jakarta:


AgroMedia Pustaka.

Nurkin B. 2019. Buku Ajar Silvikultur. Makassar: Fakultas Kehutanan Universitas


Hasanuddin.

Simanungkalit RDM. 2003. Cendawan Mikoriza Arbuskuler. Dalam Simanungkalit


RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W, (Penyunting), Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Lahan Pertanian.

Smith SE, Read DJ. 2008. Mycorrhizal Symbiosis. London: Academic Press.

Wanggai F. 2009. Manajemen Hutan: Pengelolaan Hutan Sumberdaya Hutan secara


Berkelanjutan. Jakarta: Grasindo.

Widajati E, Murniati E, Palupi ER, Kartika T, Suhartanto MR, Qadir A. 2013. Dasar
Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor: IPB Press.

50

Anda mungkin juga menyukai