Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Anak Agung Ngurah Agung Kresnandra, S.E.,M.S.A.,Ak.,CA.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Ida Ayu Ratih Weda Dwijayani (2007531155)
Ni Putu Mila Purwitasari (2007531217)
Ni Putu Cahyani Wipagandhi (2007531247)
Ayu Cantika Amanda (2007531259)
I Gde Made Dhiyo Mahautama (2007531283)
Gambar 17-1
Pada gambar 17-1 berikut menggambarkan aliran fisik barang dan aliran biaya dalam
siklus persediaan dan penggudangan untuk sebuah perusahaan manufaktur. Bisa
diperhatikan pendebetan atas akun T persediaan bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik untuk melihat bagaimana siklus persediaan dan penggudangan berkaitan
dengan siklus pembelian dan pembayaran serta siklus penggajian dan personalia.
Keterikatan langsung dengan siklus penjualan dan penerimaan piutang terjadi pada saat
barang jadi berkurang (dikredit) dan pembebanan (pendebetan) ke akun harga pokok
penjualan (HPP). Terdapat 6 fungsi yang membentuk siklus persediaan dan penggudangan
yang akan dibahas yaitu sebagai berikut.
1. Pembuatan Order Pembelian
Siklus pembelian dan penggudangan dimulai dengan adanya permintaan bahan
baku untuk diproduksi. Permintaan pembelian adalah formular yang digunakan untuk
meminta agar bagian pembelian memesan persediaan. Permintaan ini bisa diinisiasi
oleh pegawai gudang ketika bahan baku dibutuhkan, atau oleh perangkat lunak
komputer yang secara otomatis akan memesan barang ketika persediaan mencapai
tingkat tertentu, yang dimana akan dipesan ketika ada permintaan untuk kebutuhan
produksi atau dipesan secara rutin setelah dilakukan perhitungan persediaan periodik.
2. Penerimaan Bahan Baku
Penerimaaan bahan baku juga merupakan bagian dari siklus pembelian dan
pembayaran yang meliputi inspeksi atas barang yang diterima untuk memeriksa
kebenaran jumlah maupun kualitasnya. Bagian penerimaan membuat laporan
penerimaan barang yang akan menjadi salah satu dokumen yang diperlukan sebelum
pembayaran bisa dilakukan. Setelah diperiksa, bahan baku akan dikirim ke gudang dan
copy dari laporan penerimaan barang atau electronic notifications berkenaan dengan
penerimaan barang biasanya dikirim juga ke bagian pembelian, bagian gudang, dan
bagian utang usaha. Pengawasan dan pertanggungjawaban diperlukan pada setiap
pengiriman atau perpindahan barang.
3. Penggudangan Bahan Baku
Setelah bahan baku diterima, biasanya bahan baku akan disimpan di dalam
gudang. Apabila bagian lain memerlukan bahan baku untuk produksi, pegawai bagian
produksi akan mengirimkan permintaan bahan baku yang telah mendapat otoritas dari
kepala bagian produksi, perintah kerja, atau dokumen serupa itu, yang dimana
menyebutkan jenis dan jumlah material yang diperlukan. Dokumen perintah ini
digunakan untuk memutakhirkan master file persediaan perpetual dan mencatat
pengiriman dari bahan baku ke akun persediaan barang dalam proses. Pada entitas yang
memiliki manajemen persediaan terintegrasi dan menggunakan sistem akuntansi
berkomputer, pemutakhiran ini berlangsung secara otomatis.
4. Pengolahan Barang
Proses pengolahan barang ini sangat bervariasi antara perusahaan satu dengan
perusahaan lainnya. Perusahaan menentukan barang yang akan diproduksi berdasarkan
pesanan tertentu dari konsumen, perkiraan penjualan, tingkat persediaan yang
ditetapkan di muka, atau atas dasar lainnya. Biasanya perusahaan memiliki bagian
khusus yang bertanggungjawab untuk menentukan jenis dan kuantitas barang yang
akan diproduksi
Suatu sistem akuntansi biaya yang memadai merupakan bagian yang penting
untuk fungsi pengolahan barang pada semua perusahaan manufaktur. Sistem akuntansi
biaya ini nantinya akan menghasilakn informasi untuk perncanaan dan pengawasan
manajemen dan penilaian persediaan untuk penyusunan laporan keuangan. Terdapat
dua jenis sistem akuntansi biaya, yaitu: sistem harga pokok pesanan (job cost system)
dan sistem harga pokok proses (process cost system). Dalam sistem akuntansi biaya
pesanan biaya akan dikumpulkan menurut pesanan individual pada saat bahan baku
dipakai dan biaya tenaga kerja terjadi. Sedangkan, sistem akuntansi biaya proses, biaya
akan dikumpulkan per proses dengan biaya per unit untuk setiap proses dibebankan
pada produk sepanjang proses yang dilaui.
Dalam sistem akuntansi biaya ini ada yang dinamakan catatan akuntansi biaya
yang dimana terdiri dari master files, spreadsheets, dan laporan yang mengumpulkan
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik per pesanan atau proses ketika
biaya-biaya tersebut terjadi. Saat pesanan atau produk selesai, biaya pokok yang
bersangkutan akan ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi berdasarkan
laporan bagian produksi.
5. Penyimpanan Barang Jadi
Setelah barang jadi selesai, barang tersebut akan disimpan di gudang dan
menunggu pengiriman ke konsumen. Di perusahaan yang memiliki pengendalian
internal yang baik, persediaan barang jadi berada dalam pengawasan fisik di lokasi yang
terpisah, yatu di area yang hanya bisa dimasuki oleh petugas tertentu saja. Pengendalian
atas barang jadi sering dipandang sebagai bagian dari siklus penjualan dan penerimaan
piutang.
6. Pengiriman Barang Jadi
Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan penerimaan
piutang. Pengiriman barang ke konsumen dalam pertukaran dengan kas atau aset
lainnya, seperti misalnya piutang usaha, menciptakan pertukaran asset yang diperlukan
untuk memenuhi kriteria pengakuan pendapatan. Pada kebanyakan transaksi penjualan,
pengiriman sebenarnya menjadi penyebab terjadinya pengakuan piutang usaha dan
penjualan dalam sistem akuntansi. Oleh karena itu, pengiriman barang jadi harus
diotorisasi dengan menggunakan dokumen pengiriman barang yang tepat.
Gambar 17-2
Gambar berikut meringkas lima bagian dari siklus pengauditan atas persediaan dan
penggudangan. Karena adanya saling keterkaitan antara siklus persediaan dan
penggudangan dengan siklus lainnya, beberapa bagian dari audit atas persediaan akan lebih
efisisen apabila diuji dengan pengujian audit atas siklus lainnya.
Observasi penghitungan fisik persediaan dan penetapan harga serta kompilasi persediaan
diaudit dengan menggunakan prosedur analitis dan pengujian rinci saldo (dua kotak
terakhir dalam gambar di atas).
D. Prosedur Analitis
Prosedur analitis sangat penting dalam pengauditan persediaan dan penggudangan,
sebagaiman juga dalam siklus-siklus lainnya. Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa
prosedur analitis yang sering digunakan serta kemungkinan kesalahan penyajian yang bisa
terindikasi apabila terjadi fluktuasi.
Hal penting dalam standar audit di atas adalah pemisahan antara "siapa yang
bertanggungjawab untuk melakukan penghitungan fisik dan "siapa yang melakukan
observasi atas penghitungan fisik tersebut.” Klien bertanggungjawab untuk menetapkan
prosedur penghitungan fisik yang akurat dan melaksanakan serta mencatat hasil
penghitungan tersebut. Auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi dan
mengobservasi prosedur klien, termasuk melakukan pengujian penghitungan (test count)
persediaan, dan menarik kesimpulan tentang kecukupan penghitungan fisik persediaan.
Selain hal-hal di atas, instruksi dan prosedur juga harus secara jelas menetapkan
siapa (atau tim) yang bertugas melakukan penghitungan, pengawasan (supervisi) oleh
personel perusahaan yang bertanggung jawab, verifikasi independen internal atas
penghitungan oleh personel lain, dan rekonsiliasi independen antara hasil penghitungan
fisik dengan master file persediaan perpetual.
Auditor perlu memahami penghitungan fisik yang akan dilakukan klien
sebelum perhitungan fisik berlangsung. Pemahaman ini selain diperlukan untuk
mengevaluasi efektivitas prosedur klien, juga berguna sebagai dasar untuk memberi
saran konstruktif kepada klien demi terselenggaranya penghitungan fisik yang efektif.
Apabila pengendalian penghitungan fisik persediaan klien tidak memadai, auditor harus
menggunakan waktu lebih banyak untuk memastikan bahwa penghitungan fisik akurat.
Tujuan Audit Saldo dan Pengujian Rinci Saldo untuk Penetapan Harga Persediaan dan
Kompilasi
3. Penilaian Persediaan
Dalam melakukan pengujian penilaian persediaan (sering disebut juga pengujian
harga), auditor berhadapan dengan tiga persoalan. Pertama, metoda harus sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. Kedua, penerapan metoda harus konsisten dari tahun ke
tahun. Ketiga, harus mempertimbangkan antara biaya perolehan dengan nilai pasar
(biaya pengganti atau nilai bersi bisa direalisasi). Karena metoda untuk memeriksa
penentuan harga persediaan tergantung pada apakah persediaan tersebut dibeli atau
diproduksi, maka kedua kategori ini akan kita bahas secara terpisah. Penetapan Harga
Persediaan yang dibeli tipe utama persediaan yang termasuk dalam kategori ini ialah
bahan baku, suku cadang, dan perlengkapan (supplies). Tahap pertama dalam
memeriksa penilaian persediaan yang dibeli, auditor harus memastikan apakah klien
metoda MPKP (masuk pertama keluar pertama), rata-rata tertimbang, atau metoda
lainnya. Auditor juga harus menentukan biaya mana yang harus dimasukkan dalam
penilaian suatu unsur dari persediaan. Sebagai contoh, auditor harus memutuskan
apakah biaya pengangkutan, penyimpanan, potongan harga, dan biaya lainnya harus
dimasukkan dan auditor harus membandingkan dengan tahun lalu untuk memastikan
bahwa biaya perolehan ditetapkan secara konsisten. Dalam memilih unsur persediaan
yang akan ditetapkan harganya, auditor harus fokus pada persediaan dengan saldo
rupiah yang besar dan pada produk yang diketahui memiliki fluktuasi harga yang tinggi.
Auditor juga harus menguji suatu sampel yang representatif dari semua jenis persediaan
dan bagian. Sampling variabel terstrata atau sampling unit moneter biasa digunakan
dalam pengujian ini. Auditor harus mendaftar jenis-jenis persediaan yang akan
diperiksa penetapan harganya dan minta klien menyiapkan faktur dari penjualan yang
bersangkutan. Auditor harus memeriksa faktur secukupnya yang merupakan bukti
pendukung keseluruhan persediaan yang diuji, terutama apabila klien menggunakan
metoda MPKP.
4. Penetapan Harga Persediaan yang Diproduksi
Dalam manetapkan harga barang dalam proses dan barang jadi, auditor harus
mempertimbangkan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Kebutuhan untuk memeriksa biaya-biaya tersebut menyebabkan audit atas barang
dalam proses dan barang jadi menjadi lebih kompleks dibandingkan dengan mengaudit
barang yang dibeli. Namun demikian, beberapa pertimbangan yang diterapkan dalam
pengauditan persediaan yang dibeli bisa diterapkan juga, seperti misalnya dalam hal
pemilihan unsur yang akan diuji, pengujian apakah biaya perolehan atau harga pasar
yang lebih rendah, dan penilaian kemungkinan persediaan menjadi sang.
Dalam menetapkan harga bahan baku dalam barang yang diproduksi, auditor harus
mempertimbangkan biaya perolehan per unit bahan baku maupun jumlah unit yang
diminta untuk menghasilkan satu unit output. Biaya perolehan per unit dapat diperiksa
dengan cara yang sama seperti pada persediaan yang dibeli lainnya, yaitu dengan
memeriksa faktur dari penjual atau master file persediaan perpetual. Auditor harus
memeriksa spesifikasi teknis, menginspeksi barang jadi, atau mencari metoda yang
sama untuk menentukan jumlah unit yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah
produk. Demikian pula, ketika memeriksa biaya tenaga kerja langsung, auditor harus
memeriksa biaya tenaga kerja langsung per jam dan jumlah jam kerja yang dibutuhkan
untuk menghasilkan sebuah produk. Biaya tenaga kerja langsung per jam dapat
diverifikasi dengan memeriksa daftar gaji atau upah dan kontrak kerja. Auditor dapat
menentukan jumlah jam kerja yang diperlukan untuk menghasilkan produk dari
spesifikasi teknis atau sumber lain semacam itu.
Overhead pabrik dalam barang dalam proses dan barang jadi tergantung pada
pendekatan yang digunakan klien untuk mengalokasikan overhead pabrik. Auditor
harus mengevaluasi metoda yang digunakan secara konsisten dan kewajarannya, serta
menghitung ulang untuk memastikan bahwa overhead pabrik telah dibebankan dengan
tepat. Sebagai contoh, apabila tarif didasarkan atas jumlah rupiah biaya tenaga kerja,
auditor dapat membagi total biaya overhead pabrik dengan total rupiah biaya tenaga
kerja langsung, untuk menentukan tarif overhead pabrik sesungguhnya. Tarif ini
kemudian dapat dibandingkan dengan tarif yang digunakan oleh klien untuk
menentukan biaya pokok per unit. Pengujian penetapan harga untuk barang dalam
proses dan barang jadi seringkali dilakukan bersamaan dengan pengujian biaya standar.
Apabila auditor telah menguji biaya standar dengan hasil memuaskan, auditor dapat
membatasi pengujian biaya pokok per unit persediaan akhir dengan menelusur harga
yang digunakan untuk menilai persediaan akhir ke catatan biaya standar. Apabila klien
memiliki catatan biaya standar, metoda yang efisien dan bermanfaat untuk menentukan
penilaian ialah dengan me-review dan menganalisis selisih (variances). Apabila selisih
dalam bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik kecil, hal itu
membuktikan bahwa catatan biaya bisa diandalkan.
a. Biaya Perolehan atau Harga Pasar
Dalam menetapkan harga persediaan, auditor harus mempertimbangkan apakah
biaya pokok pengganti (replacement cost) atau nilai bersin bisa direalisasi (net
realizable value) lebih rendah daripada biaya perolehan historis. Untuk barang jadi
yang dibeli dan bahan baku, auditor dapat menguji biaya pengganti dengan
memeriksa faktur dari penjual pada periode berikutnya atau faktur terakhir apabila
tidak ada pembelian yang terjadi setelah akhir tahun buku. Semua biaya produksi
harus dipertimbangkan dalam menetapkan nilai yang bisa direalisasi untuk barang
dalam proses dan barang jadi untuk persediaan yang diproduksi. Auditor harus
mempertimbangkan harga jual persediaan dan kemungkinan dampak dari fluktuasi
harga yang cepat untuk menetapkan nilai bersih bisa direalisasi.
H. Pengintegrasian Pengujian
1. Pengujian Siklus Pembelian dan Pembayaran
Apabila auditor memeriksa pembelian persediaan sebagai bahan dari pengujian
siklus pembelian dan pembayaran, auditor juga mendapat bukti tentang ketelitian bahan
baku yang dibeli dan semua biaya overhead pabrik, kecuali biaya tenaga kerja. Biaya
perolehan pembelian ini bisa mengalir langsung ke harga pokok penjualan atau menjadi
bagian terbesar dalam persediaan akhir baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Dalam pengauditan di mana klien memiliki master file persediaan perpetual, auditor
biasanya menguji hal ini sebagai bagian dari prosedur pengujian pengendalian dan
pengujian substantif golongan transaksi siklus pembelian dan pembayaran. Demikian
pula, apabila biaya produksi dibebankan ke pesanan atau proses individual, hal tersebut
biasanya diuji sebagai bagian dari siklus yang sama.
2. Pengujian Siklus Penggajian dan Personalia
Ketika auditor memeriksa biaya tenaga, kondisi yang sama diterapkan seperti
halnya pada pembelian. Dalam banyak hal, catatan akuntansi biaya untuk tenaga kerja
langsung dan tidak langsung dapat diuji sebagai bagian dari siklus penggajian dan
personalia.
3. Pengujian Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang
Hubungan antara siklus penjualan dan pengumpulan piutang dan siklus persediaan
dan penggudangan tidak seerat dua siklus yang baru saja kita bicarakan. Namun
demikian, kebanyakan pengujian audit dalam penggudangan barang jadi, dan
pengiriman serta pencatatan penjualan dilakukan ketika siklus penjualan dan
pengumpulan piutang terjadi. Apabila klien menggunakan catatan akuntansi biaya,
auditor bisa menguji standar harga pokok penjualan pada waktu yang bersamaan
dengan pelaksanaan pengujian penjualan.
4. Pengujian Akuntansi Biaya
Pengujian atas catatan akuntansi biaya berarti memeriksa pengendalian yang
mempengaruhi persediaan yang tidak diperiksa auditor sebagai bagian dari penguiian
atas ketiga siklus yang lalu. Auditor menguji pengendalian fisik, pemindahan biaya
bahan baku ke barang dalam proses, pemindahan biaya produksi barang yang sudah
selesai ke barang jadi, master file persediaan perpetual, dan catatan biaya per unit.
5. Persedican Fisik, Penetapan Harga, dan Kompilasi
Penghitungan fisik persediaan, penetapan harga, dan kompilasi ketiganya sama
pentingnya dalam pengauditan persediaan karena kesalahan penyajian dalam salah satu
aktivitas tersebut akan menyebabkan Kesalahan penyajian persediaan dan harga pokok
penjualan. Dalam kebanyakan audit, harga pokok penjualan adalah residu dari
persediaan awal persediaan ditambah pembelian bahan baku, tenaga keria, dan biaya
overhead pabrik lainnya dikurangi persediaan akhir. Karena harga pokok penjualan
adalah residual dan sering merupakan salah satu akun terbesar dalam laporan laba-rugi,
maka jelas betapa pentingnya arti pengauditan atas persediaan akhir.
Dalam menguji persediaan fisik, auditor bisa menitikberatkan pada master file
persediaan perpetual jika master file tersebut sudah diuji sebagai bagian dari satu atau
lebih siklus yang telah kita bahas di atas dan nampak bisa dipercaya. Jika demikian,
auditor dapat mengobservasi dan menguji penghitungan fisik persediaan pada suatu
waktu tertentu selain dari saat akhir tahun dan mengandalkan pada catatan perpetual
yang telah mencatat secara memadai kuantitas persediaan. Ketika menguji harga pokok
per unit, sampai pada suatu batas tertentu, auditor juga bisa mengandalkan pada
pengujian catatan biaya yang dilakukan selama pengujian substantif golongan
transaksi. Catatan standar biaya juga berguna untuk pembandingan dengan harga pokok
per unit yang sesungguhnya. Apabila biaya standar digunakan untuk mencerminkan
biaya perolehan historis, harus diuji dahulu keandalannya.
Dan yang terakhir, ketika auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif yang berkaitan dengan transaksi dan saldo persediaan, mereka juga
mengintegrasikan pengujian yang berkaitan dengan tujuan audit saldo dengan
pengujian yang dilakukan untuk memenuhi keempat tujuan penyajian dan
pengungkapan. Standar akuntansi mensyaratkan untuk mengungkapkan metoda
penilaian persediaan dan informasi persediaan lain yang relevan, misalnya informasi
MPKP, dalam catatan kaki. Auditor harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian klien mengenai pengungkapan persediaan dan melakukan pengujian atas
pengendalian tersebut dan pengujian substantif lain untuk mendapatkan bukti yang
cukup dan tepat untuk ke empat tujuan penyajian dan pengungkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Haryono Jusup, Al. 2002. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.