Anda di halaman 1dari 7

BAB III CONCEPTUAL FRAMEWORK

2.1 Perekayasaan Pelaporan Keuangan

Perekayasaan Pelaporan Keuangan adalah proses pemikiran logis dan objektif


untuk membangun suatu struktur dan mekanisma pelaporan keuangan dalam
suatu negara untuk menunjang pencapaian tujuan negara. Perekayasaan
melibatkan pemilihan dan pertimbangan ideologi, teori, konsep dasar, dan
teknologi yang tersedia secara praktis dan teoretis dengan mempertimbangkan
faktor lingkungan negara.

Proses di dalam perekayasaan bukan merupakan upaya perseorangan,


melainkan merupakan upaya dari tim yang melibatkan berbagai disiplin
intelektual dan kekuatan poitik. Hal ini disebabkan perekayasaan merupakan
proses serius yang berdampak luas dan berjangka panjang. oleh karena itu,
badan legislatif pemerintah mempunyai peran yang penting dalam hal
perekayasaan, dan hasilnya dituangkan dalam dokumen resmi yang

A. Perekayasaan Sebagai Proses Deduktif


Penalaran dalam perekayasaan pelaporan keuangan bersifat deduktif
dan normative. Tujuan sosial dan ekonomi Negara dianggap telah
disepakati atau sesuatu yang berian (given) dan menjadi premis dalam
penalaran. Validitas konklusi yang dimuat dalam rerangka konseptual
dapat dievaluasi atas dasar kelogisan atau penalaran (logical validity)
Sebagai penalaran deduktif-normatif. Hendriksen (1982) menguraikan
aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan
untuk menghasilkan rerangka teoritis akuntansi (theoretical framework
for accounting) yaitu :
1) Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit-
unit usaha (entitas pelapor) dan lingkungannya.
2) Pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan yang diturunkan
dari pernyataan postulat.

1
3) Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju
(pemakai) dan kemampuan pemakai untuk memahami,
mengintrepetasi, dan menganalisis informasi yang disajikan.
4) Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan.
5) Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk
mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan dan
lingkungannnya.
6) Penentuan dan evaluasi terhadap kendala-kendala pengukuran
dan deskripsi unit usaha beserta lingkungannya.
7) Pengembangan dan penyusunan pernyataan umum (general
propositions) yang dituangkan dalam bentuk sutu dokumen
resmi yang menjadi pedoman umum dalam menyusun standar
akuntansi.
8) Perancang bangunan struktur dan format system informasi
akuntansi (prosedur, metode, dan teknik) untuk menciptakan,
menangkao, mengolah, meringkas, dan menyajikan informasi
sesuai dengan standar atau PABU).

2.2 Conceptual Framework

Proses perjalanan penyusunan Conceptual Framework dimulai pada tahun


1980 dan awal tahun 1990 di USA, Canada, UK dan Australia. Namun pada
tahun 1989, proses perkembangan conceptual framework mengalami
hambatan dari berbagai faktor, seperti kesulitan dalam pembentukan
fundamental issues yang berkaitan dengan measurement dan juga adanya
intervensi politik, sehingga prosesnya berjalan dengan lambat. Tetapi pada
tahun 2002, terdapat kemajuan yang pesat di dalam proses perkembangan
conceptual framework dikarenakan adanya IASB/FASB Convergence
Program, dimana dalam program tersebut dibutuhkan sebuah framework yang
kuat untuk memandu para pembuat accounting standards dalam
melaksanakan tugasnya. Sehingga pada tahun 2004, IASB dan FASB mulai
untuk membentuk sebuah conceptual framework yang lengkap dan konsisten.

2
Conceptual Framework of Accounting bertujuan untuk membuat sebuah teori
akuntansi yang lengkap, konsisten, dan terstruktur. Berikut ini adalah struktur
dari Conceptual Framework yang diilustrasikan dalam gambar dibawah ini :

Conceptual Framework itu sendiri didefinisikan oleh FASB sebagai berikut :

“... a coherent system of interrelated objectives & fundamentals that is


expected to lead to consistent standards and that prescribes the nature,
function and limits of financial accounting and reporting”. Kata ‘coherent
system’ dan ‘consistent’ mencerminkan bahwa FASB membuat framework
yang teoritis dan non-arbitary, serta kata ‘prescribes’ menunjukkan
pendekatan normatif dalam penyusunannya.

3
Namun meskipun IASB dan FASB telah berusaha untuk menyusun
conceptual framework tersebut, tidak semua akuntan memiliki pendapat yang
sama terhadap kehadiran conceptual framework ini. Beberapa akuntan
berpendapat bahwa membuat general theory melalui sebuah conceptual
framework tidak diperlukan. Mereka beralasan bahwa mereka dapat tetap
bertahan didalam pelaksanaan profesi akuntan tanpa sebuah teori yang secara
formal terstruktur.

Pernyataan tersebut memang benar adanya, namun muncul beberapa masalah


terkait praktik didalam akuntansi karena tidak adanya general theory of
accounting yang terstruktur. Salah satunya adalah, praktik akuntansi dinilai
sangat permissive dan tidak konsisten. Tiap-tiap entitas diperbolehkan untuk
memilih metode akuntansinya sendiri. Misalnya, perusahaan A menggunakan
metode Straight Line Method dalam menghitung depresiasi aset
perusahaannya, sedangkan perusahaan lain dapat saja menggunakan metode
depresiasi lain seperti Double Declining Method.

Maka dari itu, conceptual framework membawa beberapa manfaat dan peran
penting didalam akuntansi, diantaranya yaitu :

A. Financial reporting requirements dapat lebih konsisten dan logis, oleh


karena berasal dari sebuah konsep yang jelas, konsisten, dan
terstruktur. Misalnya, kini seluruh entitas diharuskan menggunakan
fair value dalam penilaian aset-nya, tidak lagi memakai historical cost
aset tersebut.
B. Adanya regulations yang dijelaskan didalam conceptual framework
memaksa pihak-pihak yang bertanggungjawab harus membuat laporan
yang sesuai dengan framework.
C. Pihak-pihak yang menyusun financial report dapat lebih bertanggung
jawab terhadap apa yang dibuatnya, karena seluruh requirements
dalam membuat financial report telah tertera jelas didalam framework.
D. Meminimalisir resiko dari over-regulation.

4
E. Baik preparers maupun auditors dapat lebih memahami financial
reporting requirements yang mereka buat atau periksa.
F. Pengaturan financial reporting requirements dapat lebih economical,
karena tiap issues yang muncul tidak perlu diperdebatkan kembali dari
berbagai sudut pandang.

Tujuan dari conceptual framework adalah untuk memberikan pedoman dalam


penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general
purposes financial statements).

Lebih lanjut lagi, IASB dan FASB menjelaskan tujuan utama financial
reporting adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang berguna
kepada users, baik itu investor maupun creditor. Informasi tersebut akan
dipilih berdasarkan dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan melaporkan informasi yang
berisi :

A. Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.


B. Berguna dalam menilai prospek arus kas.
C. Berisi tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya
tersebut dan perubahan yang ada di dalamnya.

Dalam menyediakan laporan keuangan yang berguna, seorang akuntan harus


memilih informasi mana yang akan disajikan. Oleh sebab itu, penting untuk
membangun kerangka kualitatif untuk membuat informasi menjadi berguna.
SFAC dan IASB menjelaskan mengenai qualitative characteristics. Berikut
adalah kerangka dari qualitative characteristics dalam akuntansi :

5
IASB’s framework lalu dikembangkan lebih lanjut mengikuti jejak FASB.
Pada periode 1987-2000, FASB membuat seven concept statement yang
mencakup topik-topik berikut:

A. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi


non-profit.
B. Karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang berguna.
C. Unsur-unsur laporan keuangan.
D. Kriteria dalam pengakuan dan pengukuran unsur-unsur.
E. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam
pengukuran akuntansi.

Kerangka tersebut menjelaskan konsep dasar dari laporan keuangan yang


disusun. Hal tersebut dijadikan sebagai pedoman IASB dalam membangun
standar akuntansi dan sebagai panduan dalam menyelesaikan masalah
akuntansi yang tidak dijelaskan secara langsung oleh IAS atau IFRS. IASB
menyatakan bahwa kerangka tersebut:

A. Mendefinisikan tujuan dari laporan keuangan.


B. Mengidentifikasi karakter kualitatif yang membuat informasi dari
laporan keuangan berguna.
C. Mengidentifikasi elemen dasar dari laporan keuangan dan konsep
untuk pengakuan
D. dan pengukuran dari laporan keuangan

Di dalam IAS 8 mensyaratkan bahwa manajemen harus menggunakan


kerangka tersebut dalam mengembangkan dan menerapkan aturan akuntansi
agar menghasilkan informasi yang :

A. Relevan dalam pembuatan keputusan ekonomi yang dibutuhkan oleh


users.

6
B. Reliable.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari laporan keuangan


adalah untuk memberikan informasi yang:

A. Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak


yang ingin memahahi kegiatan ekonomi dan bisnis perusahaan.
B. Membantu kreditor dan investor yang ada atau potensial, serta users
lain dalam menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian cash flow di
masa yang akan datang.
C. Mengenai sumber-sumber ekonomi, tuntutan terhadap sumber
ekonomi, dan perubahan di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai