(ALIRAN SYI’AH)
Dosen Pengampu : Drs. Nursaman, M.Pd.I
KELOMPOK D :
M. Ainul Yaqin
Wafiyul Ahdi
M. Syauqi Rosyidi
Siti Sofiatus Saniah
Sa’adatul Hikmah
PASURUAN
2021
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Aliran Syiah
2.2 Latar Belakang ,unculnya Aliran Syiah
2.3 Tokoh Pendiri Dalam Aliran Syiah
2.4 Sekte – sekte Dalam Aliran Syiah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
PUSTAKA ..........................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kesempatan pembahasan makalah kali ini kami akan membahas tentang
pengertian, latar nelakang, tokoh-tokohnya, sekte sektenya hingga pokok pokok
pemikirannya. Sehingga dalam pembahasan ini semoga dapat memberikan
pemahaman singkat mengenai syiah yang sebenarnya.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah
merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah
“perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masa
pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat
pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin.
3
2.4 Sekte-Sekte Dari Aliran Syiah
1. Al-Kaisaniyah
a. Mereka tidak percaya adanya roh Tuhan menetes ke dalam tubuh Ali ibn Abi
Thalib, seperti kepercayaan orang-orang Saba’iyah.
b. Mereka mempercayai kembalinya imam (raj’ah) setelah meninggalnya.
Bahkan kebanyakan pengikut al-Kaisaniyah percaya bahwa Muhammad Ibn
Hanafiyah itu tidak meninggal, tetapi masih hidup bertempat di gunung
Radlwa.
c. Mereka menganggap bahwa Allah Swt. itu mengubah kehendak-Nya menurut
perubahan ilmu-Nya. Allah Swt. Memerintah sesuatu, kemudian memerintah
pula kebalikannya.
d. Mereka mempercayai adanya reinkarnasi (tanasukh al-arwah).
e. Mereka mempercayai adanya roh.
2. Az-Zaidiyah
4
Fatimah binti Muhammad SAW, berpengetahuan luas tentang agama, zahid
(hidup hanya dengan beribadah), berjihad dihadapan Allah SWT dengan
mengangkat senjata dan berani.
3. Al-Imamiyah
5
kepemimpinan Abu Bakar, Umar, maupun Utsman. Bagi mereka persoalan
imamah adalah salah suatu persoalan pokok dalam agama atau ushuludin. Sekte
imamah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan yang besar adalah golongan
Isna' Asyariyah atau Syi'ah dua belas.
a. Ilmu al-Faidh al-Ilahi, yang Allah melimpahkannya pada imam. Maka dengan
itu imam-imam, mempunyai kedudukan di atas manusia pada umumnya dan
beilmu belebihi manusia lainnya. Mereka secara khusus mempunyai ilmu
yang tidak dimiliki orang lain. Baginya mengetahui ilmu Syari’at melebihi
apa yang diketahui.
b. Sesungguhnya iman itu tidak harus tampak dan di kenal masyarakat, tetapi
boleh jadi samar bersembunyi. Namun demikian tetap harus ditaati. Dialah al-
Mahdi yang member petunjuk kepada manusia, sekalipun dia tidak tampak
pada beberapa waktu. Dia tentu muncul, dan hari kiamat tidak akan dating
sampai al-Mahdi itu muncul, memenuhi bumi ini dengan keadilan,
sebagaimana kejahatan dan kezaliman telah merajalela.
c. Sesungguhnya imam itu tidak bertanggungjawab di hadapan siapa pun.
Seorang pun tidak boleh menyalahkannya, apa pun yang diperbuatnya.
Masyarakat harus membenarkan bahwa apa yang diperbuatnya adalah baik,
tidak ada kejelekan sedikitpun. Sebab imam mempunyai ilmu yang tidak
dapat dicapai orang lain. Karena itulah mereka menetapkan bahwa imam itu
ma’shum.
4. Al-Ghaliyah
6
sekte tersebut menggunakan nama tokoh yang membawa atau memimpinnya.
Sekte-sekte ini awalnya hanya ada satu, yakni faham yang dibawa oleh Abdullah
Bin Saba’ yang mengajarkan bahwa Ali adalah Tuhan. Kemudian karena
perbedaan prinsip dan ajaran, Syi’ah ghulat terpecah menjadi beberapa sekte.
Meskipun demikian seluruh sekte ini pada prinsipnya menyepakati tentang hulul
dan tanasukh. Faham ini dipengaruhi oleh sistem agama Babilonia Kuno yang ada
di Irak seperti Zoroaster, Yahudi, Manikam dan Mazdakisme.
a. Tanasukh yang merupakan keluarrnya roh dari satu jasad dan mengambil
tempat pada jasad yang lain. Faham ini diambil dari falsafah Hindu. Penganut
agama Hindu berkeyakinan bahwa roh disiksa dengan cara berpindah ke
tubuh hewan yang lebih rendah dan diberi pahala dengan cara berpindah dari
satu kehidupan kepada kehidupan yang lebih tinggi. Syi’ah Ghulat
menerapkan faham ini dalam konsep imamahnya, sehingga ada yang
menyatakan seperti Abdullah Bin Muawiyah Bin Abdullah Bin Ja’far bahwa
roh Allah berpindah kepada Adam seterusnya kepada imam-imam secara
turun-temurun.
b. Bada’ yang merupakan keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya
sejalan dengan perubahan ilmuNya, serta dapat memerintahkan dan juga
sebaliknya. Syahrastani menjelaskan lebih lanjut bahwa bada’ dalam
pandangan Syi’ah Ghulat memiliki bebrapa arti. Bila berkaitan dengan ilmu,
maka artinya menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan yang
diketahui Allah. Bila berkaitan dengan kehendak maka artinya
memperlihatkan yang benar dengan menyalahi yang dikehendaki dan hukum
yang diterapkanNya. Bila berkaitan dengan perintah maka artinya
yaitumemerintahkan hal lain yang bertentangan dengan perintah yang
sebelumnya. Faham ini dipilih oleh Mukhtar ketika mendakwakan dirinya
dengan mengetahui hal-hal yang akan terjadi, baik melalui wahyu yang
diturunkan kepadanya atau melalui surat dari imam. Jika ia menjanjikan
kepada pengikutnya akan terjadi sesuatu, lalu hal itu benar-benar terjadi
seperti yang diucapkan, maka itu dijustifikasikan sebagai bukti kebenaran
ucapannya. Namun jika terjadi sebaliknya, ia mengatakan bahwa Tuhan
menghendaki bada’
c. Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat
mempercayai bahwa Imam Mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.
Faham raj’ah dan mahdiyah ini merupakan ajaran seluruh sekte dalam Syi’ah.
Namun mereka berbeda pendapat tentang siapa yang akan kembali. Sebagian
mengatakan bahwa yang akan kembali itu adalah Ali dan sebagian lagi
megatakan bahwa yang akan kembali adalah Ja’far As-Shaddiq, Muhammad
bin Al-Hanafiyah bahkan ada yang mengatakan Mukhtar ats-Tsaqafi.
7
d. Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Syi’ah Ghulat
menyerupakan salah seorang imam mereka dengan Tuhan atau menyerupakan
Tuhan dengan makhluk. Tasbih ini diambil dari faham hululiyah dan
tanasukh dengan khaliq.
e. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua
bahasa dan ada pada setiap individu manusia. Hulul bagi Syi’ah ghulat berarti
Tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus disembah.
f. Ghayba yang artinya menghilangkan Imam Mahdi. Ghayba merupakan
kepercayaan Syi’ah bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak
dapat dilihat oleh mata biasa. Konssep ghayba pertama kali diperkenalkan
oleh Mukhtar Ats-Tsaqafi pada tahun 66 H/686 M di Kufa ketika
mempropagandakan Muhammad Bin Hanafiyah sebagai Imam.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pokok-pokok kaum aliran syiah dibagi menjadi 5 pokok pikiran utama yang
harus dianut oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an
nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
Dalam perkembangannya syiah dibagi menjadi empat sekte yaitu, sekte al-
kaisaniah, az-zaidiah, al-imamiah, dan al-ghaliyah. Dimana ke empat sekte
tersebut memiliki doktrin dan pokok-pokok ajaran yang masing-masing berbeda.
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003
http://syafieh.blogspot.com/2013/04/ilmu-kalam-syiah-tokoh-dan-ajarannya.html
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003. Hal
89
Ibid hal 90
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung,2003. Hal
9
10