Anda di halaman 1dari 3

Rendahnya Minat Baca di Indonesia

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang tidak terlepas dari kehidupan kita
sehari-hari.Dalam keseharian tentu kita selalu berkaitan dengan bacaan atau tulisan
baik itu uraian kecil di menu makan, berita di televisi,notifikasi pesan di
handphone,dan lain-lain.Selain itu keadaan dunia yang kian mengglobal juga
secara tidak langsung telah memaksa kita untuk mau tidak mau mempertajam
pengamatan kita terhadap informasi-informasi yang beredar. Keadaan inilah yang
menuntut kita untuk memperbaiki kualitas diri. Salah satu kunci untuk mencapai
beberapa poin tersebut adalah dengan membaca.

Minat baca yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sangat rendah.Hal ini
berdasarkan fakta ketika peringatan Hari aksara internasional 2022 yang
diperingati setiap tanggal 8 September. Hari ini sering disebut hari melek huruf
sedunia. Siapa sangka Indonesia didapuk sebagai salah satu negara dengan minat
baca paling rendah di dunia.Berdasarkan riset World’s Most Literate Nations
Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016
lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat
membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat
Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Meskipun minat baca rendah
ironisnya, Indonesia juga tercatat sebagai negara yang masyarakatnya paling
banyak omong di media sosial.Apalagi pasal mengomentari gaya hidup atau
menyangkut permasalahan orang lain. Netizen Indonesia pasti juaranya. Bisa
dibilang paling cerewet di medsos tapi minat baca rendah.

UNESCO menjelaskan bahwa minat baca di Indonesia sangat memperihatinkan.


Masyarakat Indonesia dengan minat baca hanya 0,001%.Dari data tersebut dapat
diartikan bahwa hanya ada 1 orang diantara sekian banyak masyarakat Indonesia
yang rajin membaca.

Fakta lainnya berdasarkan Kominfo pada tahun 2017 lalu. Indonesia ada
diurutan kelima pengguna gadget terbanyak di dunia. Data weresocialmedia di
tahun 2017 juga mengungkap masyarakat Indonesia bisa menatap layar gadget
kurang dari 9 jam per hari. Sehingga tak heran jika kita lebih mudah menemukan
orang yang bermain gawai ketimbang orang yang membaca buku. Fakta tersebut
bisa saling dikaitkan dengan masalah minat baca di Indonesia saat ini, baik dari
anak-anak, remaja, hingga orang dewasa lebih sering bermain gawai ketimbang
membaca buku. Perlu diperhatikan penggunaan gawai secara berlebihan bisa
membuat ketergantungan sehingga seseorang akan malas untuk belajar, semangat
belajar berkurang, termasuk juga ketertarikan akan membaca buku karena separuh
waktunya dipakai untuk bermain gawai.

Keterampilan membaca akan menuntun ke arah inovasi, sehingga ketika kita


memiliki banyak informasi yang didapatkan dari membaca maka akan
mempermudah dalam berinovasi. Selain itu, perlu diperhatikan dampak yang
timbul apabila memiliki keterampilan membaca yang rendah misalnya,(1) akan
menjadi generasi muda yang pemalas, (2) tidak memiliki banyak pengetahuan
sehingga tidak mampu bersaing dengan daerah maupun negara lain,bahkan dalam
hal pekerjaan,(3) sulit mengembangkan potensi dalam diri karna kurangnya
pengetahuan yang dimiliki.

Banyak cara dan solusi yang bisa kita gunakan untuk menumbuhkan minat baca
dalam diri yakni sebagai berikut, (1) mulailah dari bacaan yang disukai, (2)
menetapkan waktu ternyaman untuk membaca dan konsisten, (3) mengetahui fakta
bahwa dengan membaca akan membuat kita semakin pintar. Adapun bagi guru,
beberapa cara menarik minat baca siswa yaitu, (1) menyediakan berbagai buku
yang tepat, (2) perbanyak buku bergambar, hal ini membuat siswa lebih tertarik
untuk membacanya, (3) ciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan,
misalnya dengan membuat pojok literasi siswa, (4) menjadikan suatu kebiasaan,
misalnya mewajibkan siswa membaca 15 menit sebelum memulai pelajaran.
Dari beberapa fakta di atas,seharusnya mendorong pihak-pihak yang terkait untuk
sesegera mungkin memfasilitasi dan menganalisis apa saja yang menjadi penyebab
hal tersebut.Begitu pun sebagai pihak yang berpengaruh terhadap hal tersebut,
dengan pemahaman matang tentang pentingnya minat baca dan rasa miris melihat
tingkat baca Indonesia dimata dunia harusnya mampu mendorong diri kita untuk
memperbaiki kebiasaan dan mulai meningkatkan keterampilan membaca.

Anda mungkin juga menyukai