Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

DosenPengampu :
Alam Tarlam M.Ag

Disusunoleh :
 Fatihah putri jamali 2122.050190
 Narlina 2122.050218
 Hernawati 2122.050217

Program Studi
PIAUD

PROGRAM PIAUD
STAI MIFTAHUL HUDA SUBANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.
Berkat rahmat dan limpahannya, Penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik tentang “Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Dinasti
Abbasiyah ”

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber
pemikiran kepada pembaca.Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
kami terima dengan senang hati guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga dengan
adanya makalah ini dapat bermanfaat untuk penyusun maupun pembacanya.

Subang , Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………………………

Daftar ISI……………………………………………………………………………….

BAB I……………………………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………………………..

A.Latar Belakang……………………………………………………………………….

B.Rumusan Masalah……………………………………………………………………

C.Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….

BAB II…………………………………………………………………………………..

PEMBAHASAN………………………………………………………………………..

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


B. Pemerintahan Dinasti Abbasyiah
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah

D. Hasil Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah

E. Ilmuwan/Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah

F. Bidang ekonomi
G. Kemunduran Dinasti Abbasyiah
BAB III………………………………………………………………………………..

PENUTUP……………………………………………………………………………

Kesimpulan…………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban islam mulai di bangun oleh Nabi Muhammad saw, ketika berhasil merumuskan
masyarakat Madani dan piagam Madinah.  Kemudian dilanjutkan oleh Khulafa Rasyidin (Abu
Bakar, Umar Ibn Khatab, Ustman Ibn Affan dan Ali Ibn Thalib) sistem yang dikembangkan pada
saat itu adalah sistem demokrasi di mana pucuk pimpinan di pilih mulai musyawarah oleh
beberapa orang yang di tunjuk oleh kaum muslimin atau khalifah sebelumnya.

Pada masa itu umat islam telah mencapai pusat kemuliaan. Baik dalam bidang ekonomi,
peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah brkembang berbagai macam cabang ilmu
pengetahuan pasca meninggalnya Ali dan naiknya Muawiyah, sistem pemerintahan dalam Islam
berubah dratis dari sistem kekhilafahan ke Monarkhi Absolut. Monarkhi Absolut di buktikan
dengan di pilihnya Yazid sebagai putra mahkota, kemudian mengangkat dirinya sebagai
Kholifah fi Allah, mulailah babak baru dalam pemerintahan Islam dan berlangsung terus
menerus sampai kepada Khalifah Turki Usmani sebagai konsep pemerintahan Khalifah
(penguasa dan pemimpin tertinggi rakyat) terakhir dalam dunia Islam.

Dinasti Abbasyiah merupakan dinasti islam yang paling berhasil dalam mengembangkan
peradaban islam. Pemerintah dinasti ini sangat peduli dalam upaya pengembangan fasilitas untuk
kepentingan tersebut, pengembangan pusa-pusat riset dan terjemah serta Baitu Hikam, majlis
munadzarah, dan pusat studi lainnya.

Dinasti Abbasyiah adalah masa dimana umat islam membangun pemerintahan, yang ilmu adalah
sebagai landasan utamanya, sebagai suatu keniscayaan yang diwujudkan dalam membawa umat
ke suatu negri idaman, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam
sejarah.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang sejarah berdirinya Abbasyiah, pemerintah dinasti
Abbasyiah, masa kejayaan dinasti Abbasyiah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dinasti Abbasyiah?
2. Bagaimana pemerintahan pada masa dinasti Abbasyiah?
3. Kemajuan apa saja yang telah diperoleh dinasti Abbasyiah?
4. Apa sebab kemunduran dinasti Abbasyiah?
C. Tujuan Penulisan.
1. Untuk Mengetahui sejarah dinasti Abbasyiah?
2. Untuk Mengetahui pemerintahan pada masa dinasti Abbasyiah?
3. Untuk Mengetahui Kemajuan apa saja yang telah diperoleh dinasti Abbasyiah?
4. Untuk Mengetahui sebab kemunduran dinasti Abbasyiah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Abbasyiah, nama dinasti kekhalifahan yang berkuasa mulai 749M hingga 1258 M (132 H-656 H)
ini diambil dari nenek moyangnya Al-Abbas bin ‘Abdul Mutalib bin Hasyim, paman Rasulullah. 
Dinasti Abbasyiah didirikan oleh Abu al-‘Abbas al-Saffah dan sekaligus sebagai khalifah
pertama.

Al-Saffah artinya sang penumpah darah, yang kemudian menjadi julukannya. Julukan itu
merupakan pertanda buruk karena dinasti yang baru muncul ini mengisyaratkan bahwa mereka
lebih mengutamakan kekuatan dalam menjalannkan kebajikannya. Dari 750 M hingga 1258 M,
penerus Abu Al-Abbas memegang pemerintahan meskipun mereka tidak selalu berkuasa. Orang
Abbasyiah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan
negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler (mulk) Dinasti Umayyah.

Sebagai ciri khas keagamaan dalam istana kerajaannya, dalam berbagai kesempatan seremonial,
seperti ketika dinobatkan sebagai khalifah dan pada shalat jumat, khalifah mengenakan jubah
(burdah) yang pernah dikenakan oleh saudara sepupunya, Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi,
masa pemerintahannya begitu singkat. As-Saffah meninggal (754 M-755M) karena penyakit
cacar air keika berusia 30 tahun.

Abu Ja’far (754 M-775 M), yang mendapat julukan Al-Manshur adalah kholifah terbesar Dinasti
Abbasyiah, meskipun bukan seorang muslim yang shaleh. Dialah sebenarnya, bukan As-Saffah,
yang benar-benar membangun dinasti baru itu. Seluruh khalifah yang berjumlah 35 orang berasal
dari garis keturunannya.

Pada masa kejayaan intelektual, merupakan kemajuan signifikan terkait perkembangan dalam
kebudayaan dan peradaban islam pada abad ke 8 sampai 12. Golden Prime  berati masa
keemasan dalam perkembangan intelektual yang membawa Baghdad sebagai pusat dinamika
intelektual Muslim pada masanya, dimana dalam periode ini orang-orang Muslim memenuhi rasa
haus mereka terhadap belajar dan memenuhi rasa candu pada ilmu-ilmu yang belum pernah
diketahui sebelumnya. Peradaban islam meraih pertumbuhannya dan Muslim menjadi pemimpin
dari pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan.

Munculnya Dinasti Abbasyiah sering dihubungkan dengan kejatuhan Dinasti Umayah.Dalam


satu hal terdapat perbedaan yang sangat mendasar: Dinasti Umayyah terdiri atas orang Arab,
sementara Dinasti Abbasyiah lebih bersifat internasional. Dinasti Abbasyiah merupakan
kejayaan orang islam baru, tempat orang Arab hanya menjadi salah satu unsur dari berbagai
bangsa yang membentuk kerajaan itu.

Kekuasaan dinasti Abbasyiah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima
abad. Selama dinasti ini berkuasa pola pemerintah yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu,
para sejarawan biasanya membagi masa pemerintah Bani Abbasyiah menjadi lima periode.

1. Periode pertama (132 H/750 M s/d 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia Pertama.
2. Periode kedua (232 H/847 M s/d 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
3. Periode ketiga (334 H/945 M s/d 447 H/1105 M), masa kekuasaan dinasti Buwaihi dalam
pemerintah Khalifah Abbasyiah. Periode ini disebut pengaruh periode kedua.
4. Periode keempat (447 H/1105 M s/d 590 H/1195 M), masa kekuasaan dinasti Saljuk yang
biasa disebut dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode kelima (590 H/1195 M s/d 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad.
Dinasti Abbasyiah, seperti halnya dengan dinasti lain dalam sejarah islam,mencapai masa
kejayaan politik dan intelektual mereka setelah didirikan. Kekhalifahan Baghdad yang didirikan
oleh As-Saffah dan al-Manshur mencapai masa keemasannya antara masa khalifah ketiga, al-
Mahdi dan khalifah kesembilan, al-Wastiq, dan lebih khusus lagi pada masa Harun Ar-Rasyid
dan anaknya, Al-Ma’mun. Hal ini karena pada masa kedua khalifah yang hebat itulah, dinasti
Abbasyiah memiliki kesan baik dalam ingatan politik, dan menjadi dinasti paling terkenal dalam
sejarah islam. Seorang penulis antologi, Ats-Tsa’alabi (w. 1038 M) menyatakan. Dari para
khalifah Abbasyiah, “sang pembuka” adalah Al- Manshur, “sang penengah” adalah Al-Ma’mun,
dan “sang penutup” adalah Al-Mu’tadhid (892-902) adalah benar.

B. Pemerintahan Dinasti Abbasyiah


Dalam pemerintahan dinasti Abbasyiah kepala Negara adalah khalifah, yang setidaknya dalam
teori memegang semua kekuasaan. Ia dapat melimpahkan otoritas sipilnya kepada orang wazir,
otoritas pengadilan kepada seorang hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada seorang jendral
(amir), namun kholifah tetap menjadi pengambil keputusan akhir dalam semua urusan
pemerintah. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas pemerintahnya khalifah Baghdad mengikuti
pola administrasi persia. Penolakan masyarakat terhadap pemerintah sekuler Umayyah
dimanfaatkan Abbasyiah dengan menampilkan diri sebagai pemerintahan imamah, yang
menekankan karakteristik dan kewajiban religius.

Pemerintah kepemimpinan secara turun-temenurun seperti yang dilakukan pada masa Umayyah
yang diikuti oleh dinasti Abbasyiah, beserta dampak buruknya. Khalifah yang sedang berkuasa
akan menunjuk penggantinya seorang anak, atau saudaranya yang menurutnya paling tepat.
Khalifah dibantu oleh pejabat rumah tangga istana yang bertugas memperkenalkan utusan dan
pejabat yang akan mengunjungi khalifah. Ada juga seorang eksekutor yang menjadi tokoh
penting istana yang bertugas dibawah tanah istana, yakni tempat penyiksaan.

Ada beberapa biro dalam pemerintahan Abbasyiah, biro pajak, biro arsip menangani semua
surat-surat resmi, dokumen politik serta instruksi dan ketetapan khalifah, dewan penyelidik atau
semacam pengadilan tingkat banding pengadilan tinggi, departemen kepolisian dan pos.
Kekuatan militer dinasti Abbasyiah terdiri atas pasukan infantri yang bersenjata tembok, pedang
dan perisai, pasukan panah dan pasukan yang mengenakan pelindung kepala dan dada serta
bersenjatakan tembok panjang. Peradaban dan kebudayaan islam tumbuh karean dinasti
Abbasyiah lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam dari pada peluasan
wilayah.
Dunia islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur, sebaliknya, dunia Barat masih
dalam keadaan gelap gulita, bodoh dan primitif. Dunia islam telah sibuk mengadakan
penyelidikan di laboratorium dan observator, dunia Barat asik dengan jampi-jampi dan dewa-
dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad telah menimbulkan
dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan baru yakni kebudayaan islam.
Dalam sejarah pemerintahan Bani Abbasiyah tercatat ada 38 khalifah yang menjabat,salah satu
diantra khalifah tersebut yaitu : Al-Wastiq .Pada pemerintahan dinasti Abbasyiah di atas, masa
keemasan hanya berlangsung sampai khalifah Al-Wasitq (842-847 M). Para kahalifah benar-
benar tokoh yang sangat kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus.
Kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Namun, setelah periode
ini berakhir, pemerintah bani Abbasyiah mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat
dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah

tersebut. Beliau mendirikan lembaga ilmu pengetahun yang diberi nama “BAITUL


HIKMAH” sebagai pusat penerjemahan, penelitian, dan pengkajian ilmu perpustakaan serta lembaga
pendidikan (Perguruan Tinggi).

Buah dari perhatian tersebut kaum muslimin dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Dan
hasilnya bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal juga
ulama-ulama besar yang sangat tersohor seperti halnya Imam Abu Hanafi-Imam Malik-Imam Syafei-
Imam Hambali, Imam Bukhari, dan Imam Muslim.

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar
lainnya membuka peluang sebesar-besarnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Para
khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu, menghormati para sarjana dan
memuliakan para pujangga.

Mereka sungguh menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, mereka menerapkan subtansi dari mempraktikkan
syariat Islam: bahwa tinggi rendahnya derajat dan martabat seseorang tergantung pada banyak sedikitnya
pengetahuan yang ia miliki di samping ketakwaannya pada Allah swt. Allah swt. berfiman dalam Q.S al-
Mujaddalah/58: 11: Artinya: “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (Q.S al-Mujadalah/58: 11)

Para khalifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat menghargai dan memuliakannya. Oleh karena
itu, mereka membuka peluang seluas-luasnya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh
mahasiswa baik dari kalangan Islam maupun kalangan lainnya. Para khalifah sendiri pada umumnya
seorang ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan para pujangga. Kebebasan berfikir sangat
dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan untuk berijtihad mengembangkan daya intelektualnya
dan bebas dari belenggu taqlid. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan umum atau agama berkembang
sangat tinggi. Sebagai bukti antara lain:

Dibentuk Korps Ulama yang anggotanya terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama yang bertugas
menerjemahkan, membahas, dan menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno, sehingga pada masa itu
muncullah tokoh-tokoh muslim yang menyebarluaskan agama Islam dan menghasilkan karya-karya yang
besar.

Didirikanlah Baitul Hikmah sebagai pusat penterjemahan, penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan
baik agama maupun umum.

Didirikan ‘Majelis Munazarat’ yaitu suatu tempat berkumpulnya para sarjana muslim, untuk membahas
ilmu pengetahuan, para sarjana muslim diberi kebabasan berfikir atas ilmu pengetahuan tersebut.

D. Hasil Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah

Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah sangat pesat,
sehingga lahir beberapa ilmu dalam agama Islam, antara lain sebagai berikut.

a. Ilmu Hadis

Ilmu hadis adalah ilmu yang mempelajari tentang hadis dari sunat, perawinya, isi, dll. Pada masa itu
bermunculan ahli-ahli hadis yang besar dan terkenal beserta hasil karyanya, antara lain:

Imam Bukhari, lahir di Bukharo 194 H di Bagdad, kitabnya yang termasyur adalah al-Jami’us sahih dan
terkenal dengan sahih Bukhari.

Imam Muslim wafat tahun 216 H di Naisabur. Kitabnya Jami’us dan terkenal dengan ‘Sahih Muslim”.

Abu Dawud dengan kitab hadisnya berjudul “Sunan Abu Dawud”.

Ibnu Majah dengan kitab hadisnya Sunan Ibnu Majah.

At-Tirmidzi sebagai kitabnya ‘Sunan Tirmidzi’.

b. Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir adalah ilmu yang menjelaskan tentang makna/kandungan ayat Al-Qur’an. Sebab-sebab
turunnya ayat/Asbabun nuzulnya, hukumnya, dan lain-lain. Adapun ahli tafsir yang termasyur ketika itu
antara lain:

Abu Jarir at-Tabari dengan tafsirnya Al-Qur’anul Azim sebanyak 30 juz.

Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany (mu’tazilah), tafsirnya berjumlah 14 jilid.

c. Ilmu Fikih

Ilmu fikih yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam (segala sesuatu yang diwajibkan,
dimakruhkan, dibolehkan, dan yang diharamkan oleh agama Islam).

d. Filsafat Islam

Filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala sesuatu
yang ada, sebab asal hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Manfaat
filsafat Islam adalah untuk menemukan hakikat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah dan merupakan bukti
kebesaran-Nya. Allah swt. berfirman: Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (Q.S.
Ali-‘Imran/3: 190)

e. Ilmu Tasawuf

Ilmu tasawuf yaitu ilmu yang mengajarkan cara-cara membersihkan hati, pikiran, dan ucapan dari sifat
yang tercela sehingga tumbuh rasa taqwa dan dekat kepada Allah swt. Untuk dapat mencapai kebahagiaan
abadi (bersih lahir dan batin). Orang muslim yang menjalani kehidupan tasawuf disebut sufi.

f. Sejarah

Sejarah ialah ilmu yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lampau yang meliputi waktu dan
tempat peristiwa itu terjadi, pelakunya, peristiwanya dan disusun secara sistematis. Dengan mempelajari
sejarah seseorang dapat mengambil pelajaran, manfaat, dan hikmahnya dari peristiwa tersebut. Allah swt.
berfirman dalam Surah Yusuf ayat 111 : Artinya: “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf/12: 111)

g. Kedokteran

Pada masa Dinasti Abbasiyah kedokteran mengalami perkembangan dan kemajuan, khususnya tatkala
pemerintahan Harun ar-Rasyid dan khalifah-khalifah besar sesudahnya. Pada waktu itu sekolah-sekolah
tinggi kedokteran didirikan sehingga banyak mencetak sarjana kedokteran.

h. Matematika

Para tokohnya antara lain:


Al-Khawarizmi (194-266 H). Beliau telah menyusun buku Aljabar dan menemukan angka nol (0). Angka
1-9 berasal dari Hindu, yang telah dikembangkan oleh umat Islam (Arab).

Umar Khayam. Buku karyanya adalah Treatise On Algebra dan buku ini telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Prancis.

i. Astronomi

Astronomi ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan, dan bintang-bintang serta planet-
planet yang lain. Tokoh-tokohnya adalah :

Abu Mansur al-Falaqi

Jabir al-Batani, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama.

E. Ilmuwan/Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah

a. Ahli Filsafat Islam antara lain:

Al-Kindi (185-252 H/805-873 M), terkenal dengan sebutan ‘Filosof Arab’, beliau menerjemahkan buku-
buku asing ke dalam bahasa Arab. Bermacam-macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat. Al-Kindi
bukan hanya filosof, tetapi juga ahli ilmu matematika, astronomi, farmakologi, dan sebagainya.

Al Farabi (180-260 H/780 – 863 M), beliau menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Al
Farabi banyak menulis buku mengenai logika, matematika, fisika, metafisika, kimia, etika, dan
sebagainya. Filsafatnya mengenai logika antara lain dalam bukunya “Syakh Kitab al Ibarah Li Aristo”,
menjelaskan logika adalah ilmu tentang pedoman yang dapat menegakkan pikiran dan dapat
menunjukkannya kepada kebenaran. Dia diberi gelar guru besar kedua, setelah Aristoteles yang menjadi
guru besar pertama. Buah karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.

Ibnu Sina (Abdullah bin Sina) (370 - 480H/980 - 1060 M). Di Eropa dikenal dengan nama Avicena.
Sejak kecil ia telah belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika, teolog Islam, ilmu-ilmu kedokteran dan
Islam. Beliau seorang dokter di kota Hamazan, Persia, yang aktif mengadakan penelitian tentang berbagai
macam jenis penyakit. Beliau juga terkenal dengan idenya mengenai faham serba wujud atau wahdatul
wujud, juga ahli fisika dan ahli jiwa. Pada usia 17 tahun ia sangat terkenal. Karangan Ibnu Sina berjumlah
lebih dari dua ratus buku, yang terkenal antara lain: 1. Asy Syifa, buku ini adalah buku filsafat, terdiri atas
empat bagian yaitu logika, fisika, matematika, dan metafisika. 2. Al-Qanun atau Canon of Medicine.
Menurut penyebutan orang-orang barat, buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan pernah
menjadi buku standar untuk Universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ke-17.

Ibnu Rusyd. Dilahirkan di Cardova pada tahun 250 H/1126 M dan meninggal dunia tahun 675 H/1198
M. Dia dikenal di Eropa dengan nama Averoes. Dia adalah ahli filsafat yang dikenal dengan sebutan
bapak Rasionalisme. Dia juga ahli ilmu hayat, ilmu fisika, ilmu falak, ilmu akhlak dan juga ilmu
kedokteran, ilmu fikih. Karyanya antara lain: a. Fasul Maqal fima Baina al Hikmati Wasyari’at Minal
Ittisal. b. Bidayatul Mujtahid c. Tahafutut Tahafud d. Fikih. Karangan beliau hingga kini masih banyak
dijumpai di perpustakaan Eropa dan Amerika.
b. Ahli Kedokteran Muslim

Hunain Ibnu Iskak, lahir pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M. Beliau adalah dokter
spesialis mata, karyanya adalah buku-buku tentang berbagai penyakit, dan banyak menerjemahkan buku-
buku kedokteran yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.

Ibnu Sina, di samping filosof juga sebagai tokoh kedokteran, bukunya yang sangat terkenal di bidang
kedokteran adalah Al-Qanun Fi Al-tib dijadikan buku pedoman kedokteran di Universitas-universitas
Eropa maupun negara-negara Islam.

c. Ahli Sejarah

Ibnu Qutaibah (828 M – 889 M) dengan hasil karyanya Uyun Al Akhbar yang berisi sejarah politik
negeri-negeri Islam. At-Thabari (839 M – 923 M) menulis tentang sejarah para rasul dan raja-raja.  Ibnu
Khaldun (1332 M – 1406 M) hasil karyanya Al Ihbar banyaknya 7 jilid dan setiap jilidnya berisi 500
halaman.

d. Ahli Fikih

Imam Abu Hanifah (80 – 150 H/700 – 767 M) beliau menyusun madzhabnya yaitu madzhab Hanafi.

Imam Malik Bin Anas, lahir di Madinah tahun 93 H/788 M dan meninggal di Hijaz pada tahun 170
H/788 M, beliau menyusun madzhab Maliki.

Imam Syafii nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin Syafi’i (150 – 204 H/767 – 802 M), sewaktu
berumur 7 tahun sudah hafal Al Quran dan menyusun madzhabnya yaitu madzhab Syafi’i.

Imam Hambali (164 – 241 H/780 – 855 M), beliau menyusun madzhabnya, yaitu madzhab Hambali.

Para mujtahidin mencurahkan segala kemampuannya untuk mendapatkan ilmu-ilmu praktis dalam syariat
Islam sehingga umat Islam dengan mudah melaksanakannya.

e. Ahli Tasawuf

Rabi’ah Adawiyah (lahir di Baghdad tahun 714 M ajaran tasawufnya dinamakan ‘Mahabbah’.

Abu Hamid bin Muhammad bin ahmad Ghozali (1059– 111 M) - hasil karyanya yang terkenal
adalah ‘Ihya Ulumuddin’.

Abdul Farid Zunnun Al Misri, lahir tahun 156 H/773 M – 245 H/860 M), beliau dapat membaca
Hieroglif yang ditinggalkan di zaman Firaun (Mesir).

F. Bidang ekonomi
a. Perdagangan dan industri
Segala usaha yang ditempuh untuk memajukan perdagangan dengan memudahkan jalan-
jalannya, seperti di bangun sumur dan tempat peristirahatan di jalan-jalan yng dilewati oleh
kafilah dagang, dibangun armada-armada dagang, dan dibangun armada-armada untuk
melindungi pantai negara dari serangan bajak laut. Serta membentuk suatu badan khusus yang
bertugas mengawasi pasaran dagang, mengatur ukuran timbangan, menentukan harga pasar
(mengatur politik dagang) agar tidak terjadi penyelewengan.

b. Pertanian dan perkebunan


Kota-kota administrasi seperti Basrah, Khufah, Mosul, dan al-Wasit pusat usaha-usaha
pengembangan pertanian dan rawa-rawa di sekitar Kuffah dikeringkan dan dikembangkan
menjadi  kawasan pertanian yang subur, untuk menggarap daerah-daerah pertanian tersebut di
datangkanlah buruh tani dalam jumlah yang besar dari Asia Timur guna menciptakan ekonomi
pertanian dan perkebunan yang intensif. Di samping itu usaha untuk mendorong kaum tani agar
lahir lebih intensif dilakukan beberapa kebijakan antara lain:
1. Memperlakukan ahli zimmah dan nawaly dengan perlakuan yang baik dan adil, serta
menjamin hak milik dan jiwa mereka.
2 . Mengambil tindakan yang keras terhadap pejabat yang berlaku kejam terhadap petani.
3. Memperluas daerah pertanian dan membangun kanal-kanal dan bendungan baik besar atau
kecil, sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak ada irigasi.

c. Pendapatan negara
Selain dari sektor perdagangan, pertanian, dan perindustrian, sumber pendapatan negara juga
berasal dari pajak. Pada masa Harun al-Rasyid, pemasukan pada sektor ini mencapai 272 juta
dirham dan 4,5 juta dinar. Sementara pada masa al-Mu’tashim, pajak yang berhasil terkumpul
meningkat sebesar 314.271.350 dirham dan 5.102.00 dirham. Kemudian zakat yang dibebankan
atas tanah produktif, hewan ternak, emas dan perak, barang dagangan, dan harta milik lainnya
yang mampu berkembang baik secara alami maupun setelah diusahakan.

d. Sistem moneter
Alat tukar yang digunakan adalah mata uang dinar (emas) dan Dirham (perak). Penggunaan mata
uang ini secara ekstensif mendorong tumbuhnya perbankan. Hal ini disebabkan para pelaku
ekonomi yang melakukan perjalanan jauh, sangat beresiko jika membawa kepingan-kepingan
uang kredit. Sehingga bagi para pedagang yang melakukan perjalanan digunakanlah sistem yang
dalam perbankan moderen disebut cek, yang waktu itu dinamakan shakk. Dengan adanya sistem
ini pembiayaan menjadi fleksibel. Artinya uang bisa didepositokan di satu bank di tempat
tertentu, kemudian bisa ditarik atau dicairkan lewat cek di bank lain. Dan cek hanya bisa
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang yaitu bank. Bank pada masa ini kejayaan islam juga
sudah memberikan kredit bagi usaha-usaha perdagangan dan industri. Selain itu juga bank sedah
menjalankan fungsi sebagai currency exchange (pertukaran mata uang).

G. Kemunduran Dinasti Abbasyiah


Faktor penyebab kemunduran Dinasti Abbasyiah antara lain:
a. Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasyiah yang didirikan Bani Abbasy bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilatarbelakangi persamaan nasib sesama kekuasaan Bani Umayah, keduanya sama-
sama tertindas, setelah Abbasyiah berdiri, persekutuan tetap dipertahankan. Pada masa ini
persaingan antar bangsa memicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa
untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasyiah berdiri.

b. Kemunduran ekonomi
Khalifah Abbasyiah mengalami kemunduran ekonomi bersama dengan kemunduran dibidang
politik. Pada periode pertama, pemerintah Abbasyiah merupakan yang kaya. Dan yang masuk
lebih besar daripada pengeluaran, sehingga baitul mal penuh dengan harta. Setelah khalifah
mengalami periode kemunduran, negara mengalami defisit anggaran, dengan demikian terjadi
kemerosotan ekonomi.

c. Konflik keagamaan
Konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra pada masa khilafah Abbasiyah, sehingga
mangakibatkan perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlussunnah,
dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan
untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
d. Ancaman dari luar
Selain yang disebutkan diatas, ada faktor-faktoe eksternal yang menyebabkan kemunduran
dinasti Abbasyiah lemah dan hancur, pertama, perang salib yang berlangsung beberapa
gelombang menelan banyak korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintahan Abbasyiah
terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam mejadi lemah, apalagi serangan
Hulangu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan Abbasyiah mejadi
lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan Mongol.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinasti Abbasyiah merupakan masa pemerintahan umat islam yang merupakan asa keemasan
dan kejayaan dari peradaban uumat islam yang pernah ada. Pada masa dinasti Abbasyiah
kekayaan negara melimpah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban islam
mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari
kalangan umat islam, baik itu dalam bidang agama, bidang umum dan bidang ekonomi dan juga
melahirkan tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun
Al-Rasyid kesejahteraan umat islam sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak dari
kajayaan dinasti Abbasyiah pembangunan dilakukan dimana-mana.

Namun diakhir pemerintahan khalifah dinasti Abbasyiah, islam mengalami keterpurukan yang
sangat rendah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara Mongol yang telah menghancurkan pusat
peradaban umat islam di Baghdad Mongol ke wilayah kekuasaan Islam mejadi lemah, apalagi
serangan Hulangu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan
Abbasyiah mejadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan Mongol.
DAFTAR PUSTAKA

Ali As-Salus, Imamah & Khalifah, Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Akram Dhiyaudi Umari, Masyarakat Madani Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi,
Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Badri Yatim, Sejarah Peradan Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006.
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, Bandung: Cv Pustaka Setia, 2010.
C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, London: Routledge, 1988.
22-1-15 jam 09.45 WIB.
Musyarifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik,PerkembanganIlmu Pengerahuan Islam, Jakarta:
Prenada Media, 2004,
Maurice Lombard, The Golden Age Of Islam New York: American Elsevier, 1975.
Nur Chamid, Sejarah Pemikiran Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Philip K. Hitti, History of The Arabs, Jakarta: SerambiIlmuSemesta, 2010.
SamsulMunir Amin, SejarahPeradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2009.

Anda mungkin juga menyukai