Anda di halaman 1dari 1

TUGAS REVIEW MINGGUAN GERAKAN SOSIAL KELAS B

KULIAH : #11
TEMA PERKULIAHAN : Digital Movement
BAHAN REVIEW : John Postill. Rise of Nerd Politics Digital Activism and Political Change-Pluto
Press (2018)-138-159. And (Oxford Studies In Digital Politics) Kaitlynn Mendes,
Jessica Ringrose, Jessalynn Keller. Digital Feminist Activism Girls And Women
Fight Back Against Rape Culture. Oxford University Press (2019)
NAMA LENGKAP : VIVIH ASHFIA HAQ

MEDIA DIGITAL SEBAGAI GERAKAN BARU

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tulisan John Postill dan Kaitlyn Mendes, dkk terkait dengan gerakan yang
berbasis digital. Kedua buku tersebut memberikan pemaparan singkat transformasi gerakan sosial yang mengalami
perubahan dan menggunakan platform yang berbeda. Mobilisasi gerakan sosial sebagai bentuk protes sosial tidak lagi
mengalami kurangnya pergerakan masif dan tidak terstruktur. Jika sebelumnya protes hanya bergerak dengan sistem
berdemonstrasi di jalan, saat ini gerakan protes bisa diwadahi dengan media digital. Media digital sebagai bentuk framing
ruang protes guna menjadikan mobilisasi yang terstruktur dan terarah. Menurut pendapat saya, perkembangan teknologi
membuka ruang-ruang pergerakan baru termasuk di dalamnya media sosial, namun media digital adalah suatu perubahan
baru dalam proses gerakan demokrasi sehingga dalam hal ini menyebabkan banyak dari kelompok masyarakat yang
melakukan pergerakan yang tidak termobilisasi seperti munculnya hoax dan fenomena buzzer. Migrasi dari ruang protes
sosial yang lemah dan tertutup menjadi lebih terbukadan kontemporer. Tulisan ini akan membahas mengenai argumen
saya yang tertuang pada paragraf kedua dan ketiga. Adapun paragraf terakhir berisi kesimpulan dimana perkembangan
media digital yang menjadi ruang pergerakan baru tidak bisa terlepas dari keadaan bias seperti hoax dan buzzer.

Menurut pendapat saya, perkembangan teknologi membuka ruang-ruang pergerakan baru termasuk di dalamnya
media sosial. Adanya perkembangan budaya digital yang mengglobal juga mengakibatkan pergerakan masyarakat di
berbagai sektor kian masif di seluruh negara. Sebagai contoh pergerakan buruh, gerakan buruh tadinya hanya
diperkenalkan oleh negara-negara di eropa. Namun aktivitas May Day yang mendunia menyebabkan banyak kalangan
buruh di berbagai negara ikut menyuarakan hak-haknya. Media digital tentu menjadi peran dalam hal ini sebagai bentuk
framing yang menghasilkan demokrasi berbasis digital menjadi lancar dalam aksi sosialnya di negara-negara pro
demokrasi.

Disisi lain, perkembangan media digital adalah suatu perubahan baru dalam proses gerakan demokrasi sehingga
dalam hal ini menyebabkan banyak dari kelompok masyarakat yang melakukan pergerakan yang tidak termobilisasi
seperti munculnya hoax dan fenomena buzzer. Gerakan sosial yang masif dan terstruktur tidak menjamin semua
masyarakat berpartisipasi dalam sebuah gerakan tersebut. Ada beberapa masyarakat yang mungkin akan sinis dengan
sebuah pergerakan. Kehadiran digitalisasi yang memudahkan mengakses segala bentuk informasi pun dapat dipatahkan
dengan sistem buzzer dan hoax. Berita palsu membuat orang terjerumus dalam kesan negatif. Sehingga dengan
pergerakan di digitalpun tidak membuat semua orang akan bersikap pro demokrasi dan perubahan.

Sebagai penutup/ kesimpulan dari tulisan ini ingin menggarisbawahi bahwa perkembangan media digital yang
menjadi ruang pergerakan baru tidak bisa terlepas dari keadaan bias seperti hoax dan buzzer. Media digital sebagai bentuk
framing ruang protes guna menjadikan mobilisasi yang terstruktur dan terarah. perkembangan media digital adalah suatu
perubahan baru dalam proses gerakan demokrasi sehingga dalam hal ini menyebabkan banyak dari kelompok masyarakat
yang melakukan pergerakan yang tidak termobilisasi seperti munculnya hoax dan fenomena buzzer. Dengan demikian,
idealnya pergerakan di media digital perlu terus didorong dengan masyarakat yang melek politik. Media dapat dijadikan
sebagai wadah dalam pendidikan politik normatif, dan tidak melulu harus menjadikan ruang-ruang penyebaran kebencian.
Lalu timbul pertanyaan, apa yang menjadi kesulitan dalam pemberantasan hoax dan buzzer padahal banyak undang-
undang yang mengatur tentang kebijakan di media sosial?

Anda mungkin juga menyukai