Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR

METODE SEISMIK TG3105

MODUL KE – 03

PROCESSING DAN INTERPRETASI SEISMIK REFRAKSI DENGAN


METODE HAGIWARA DAN GRM
Oleh:

Erika Cesmiranda Siagian 120120044

Asisten :

Anthonia Melba Putri 119120005


Dinda Selta Ewani Buulolo 119120019
Mu’amar Hafiz 119120084
Kiki Harfianza 119120111
Andika Bornardo Sipahutar 119120122
Ahmad Maulana Sidik 119120133
Anugrah Mario Tamba 119120161
Muhammad Luthfi 119120167
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022
DAFTAR ISI

ii
DAFTAR TABEL

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
I. TUJUAN
Adapun tujuan dalam praktikum modul ini adalah sebagi berikut :
a) Dapat mengolah data dan menginterpretasikan seismik refraksi dengan
menggunakan metode Hagiwara dan GRM.
b) Dapat membandingkan hasil yang diperoleh dengan metode Hagiwara dan
GRM.
c) Mempelajari karakteristik jejak sinar terhadap model sintetik.
d) Mencitrakan anomali bawah permukaan berdasarkan data first break dari
data seismik.

5
II. DASAR TEORI

2.1 Seismik Refraksi


Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui
penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode untuk
memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang penelitian
lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang seismik yang
menjalar di bawah permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan pada sifat
penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila
dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan
suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan
gelombang lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba
gelombang pada masing-masing . . Metode ini hanya memanfaatkan gelombang
langsung dan gelombang P refraksi yang menjalar pada bidang batas lapisan batuan
seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses penjalaran gelombang langsung dan gelombang refraksi

Metode seismik refraksi melakukan pengukuran waktu tempuh gelombang P


(pada setiap titik sepanjang bidang batas lapisan) yang dihasilkan dari sumber energi
impulsive. Suatu sumber gelombang (palu, drop weight, dinamit, air gun, dll)
dibangkitkan di permukaan bumi. Karena material bumi bersifat elastik maka
gelombang seismik yang terjadi akan menjalar ke dalam bumi dalam berbagai arah.
Pada bidang batas antar lapisan, gelombang ini sebagian dipantulkan dan sebagian

6
lain dibiaskan. Di permukaan bumi gelombang tersebut diterima oleh serangkaian
detektor (geophone) kemudian dicatat atau direkam oleh suatu alat di atas permukaan.

Ada beberapa metode interpretasi dasar yang bisa digunakan dalam metode
seismik refraksi, antara lain metode waktu tunda, metode Intercept Time, dan metode
rekonstruksi muka gelombang (Raharjo, 2002) Pada perkembangan lebih lanjut,
dikenal beberapa metode lain yang digunakan untuk menginterpretasikan bentuk
topografi dari suatu bidang batas, antara lain metode Time Plus Minus, metode
Hagiwara dan Matsuda, dan metode Reciprocal Hawkins.

2.2 Metode Hagiwara

Metode Delay Time Hagiwara adalah pengembangan dari metode Delay Time
untuk struktur dua lapis. Metode ini mampu menggambarkan kedalaman lapian
pertama di bawah sumber dan di bawah geophone. Apabila dibandingkan dengan
metode delay time lainnya, metode hagiwara termasuk yang paling kompleks. Pada
metode Hagiwara, asumsi yang digunakan adalah undulasi bawah permukaan tidak
terlalu besar (kemiringan mendekati nol atau < 200 ).

Gambar2.2 Lintasan Gelombang Bias Struktur Dua Lapis (Sismanto, 1999)


Pada gambar diatas, V1 dan V2adalah kecepatan lapisan pertama dan kecepatan
lapisan kedua, i adalah sudut kritis refraksi. Dengan hukum Snellius diperoleh :

A dan B adalah titik tembak dan P adalah titik penerima (geophone). Lintasan
gelombang bias dari A ke P adalah A  A”  P”  P dan lintasan dari B ke P adalah B
 B”  P”’  P.

7
2.3 Metode GRM
Metode GRM merupakan penggambaran terakhir dari metode waktu tunda (plus
minus). Inteerpretasi dapat diterapkan pada medium yang memiliki kecepatan tidak
homogen. Grafik waktu datang gelombang pertama seismic pada masing-masing
geophone memberikan informasi mengenai kedalaman dan kondisi bawah permukaan.
Informasi ini kemudian akan diolah dan di interpretasi sehingga menggambarkan
suatu penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari lapisan yang dilalui
gelombang seismic (Wiley, 1997).

Gambar 1 Model seismic bias dua lapis

Ketebalan lapisan pertama dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

TD adalah waktu tempuh gelombang yang berkaitan dengan ketebalan medium di atas
refraktor yang disebut time depth (TD), maka

lapisan pertama dan v2 adalah kecepatan lapisan kedua. Ketebalan lapisan kedua dapat
dihitung menggunakan persamaan berikut :

dengan dengan h2 adalah ketebalan lapisan kedua, TD adalah time depth pada shot
point, v1 adalah kecepatan lapisan pertama, v2 adalah kecepatan lapisan kedua, v3

8
adalah kecepatan lapisan ketiga dan h1 adalah ketebalan lapisan pertama (Telford, et
al. 1990).
Metode Generalized Reciprocal (GRM) disarankan untuk digunakan untuk
memetakan struktur bawah permukaan dengan variasi lateral. Metode ini terutama
tergantung pada parameter tunggal yang disebut jarak XY optimum. Pada pemisahan
XY optimum, sinar untuk masing-masing geophone muncul dari dekat titik yang sama
pada refraktor. Nilai ini didasarkan pada determinasi heuristik dan itu selalu
merupakan masalah yang meragukan. Ketidakpastian jarak XY optimum akan dibahas
pada beberapa model sintetis.

III. LANGKAH PENGERJAAN

3.1 Langkah Kerja


1. Buka program Tesseral Pro dan create new model pada kiri atas.

2. Lalu, pilih create new model. Pilih simple model. Atur panjang penampang 125
m dan kedalaman 30 m. Atur compressional velocity pada base polygon sebesar
1600 m/s.
3. Tambahkan beberapa poligon baru dengan menggunakan ikon hingga
membentuk 2 perlapisan masing-masing bernilai V1 = 400 m/s dan V2 = 1600
m/s (pada kotak dialog polygon properties, yang dicentang manual hanyalah
kecepatan). Adapun model perlapisannya adalah sebagai berikut:

9
4. Setelah selesai membuat kedua model tersebut, aktifkan frame model 1, pilih
menu Model, tekan submenu Acquisition Geometry.
5. Pada kotak dialog, pilih Fixed receiver position lalu Next. Pilih All Parameters,
isikan pada kotak dialog source untuk number 3, step 62.5 m, from 0 m, dan to
125 m lalu Next. Pada kotak dialog receivers (geophones), pilih all parameters
dan isikan number 24, step 5 m, from 5 m dan to 120 m. Pada kotak dialog
selanjutnya, set active geophone 24, lalu tekan Finish.

6. Pilih menu Run -> 2D Run Modeling. Apabila diminta untuk menyimpan model,
maka simpan model terlebih dahulu. Setelah kotak dialog General sudah muncul,
pada shotgather record, isikan start 0 ms, stop 300 ms, dan step 0.5 ms lalu
tentukan lokasi penyimpanan untuk hasil rekaman ke dalam direktori yang
diinginkan, klik Next. Pada kotak dialog Wavelet, masukkan nilai frekuensi 100
Hz, klik Next. Pada kotak dialog Addition, centang kotak Attenuation, lalu klik
Finish. Setelah muncul kotak dialog Run Modeling, klik tombol Run Modeling.
Tunggu hingga proses selesai.
7. Kemudian file *.sgy yang dihasilkan pada tahap sebelumnya akan dilakukan
splitting sesuai dengan data shootgather agar dapat dilakukan picking first break.
Pilih menu Run -> General Purpose Procedure -> Split Seismogram by

10
Shotgathers. Pada kotak dialog Split seismogram by source, tekan tombol
untuk meng-load data, lalu pilih file *.sgy yang ingin displit, setelah itu tekan
OK.
8. Buka aplikasi SEIRA, kemudian pilih tab Pick Tools, pada toolbar klik tombol

untuk membuka file *.sgy yang telah di-splitting. Setelah data ter-load,
kemudian lakukan picking first break dengan menekan tombol , lalu lakukan
picking pada trace data seismik tersebut.
9. Setelah data selesai dipicking, kemudian simpan data dengan menekan tombol

pada toolbar. Lakukan langkah h hingga i untuk data near, mid dan far.
10. Kemudian buka aplikasi Excel, buka file yang telah di-picking, kemudian
lakukan perhitungan untuk interpretasi model menggunakan metode ITM dan
Plus-Minus secara manual.

11
3.2 Diagram Alir

Start

Buat pemodelan menggun


akan Tesseral

Buat polygon untuk tentukan lapisan

Input seluruh data yang diperlukan

Maka model baru akan keluar dan simpan data

Buka Seira dan open data Tesse


ral Gath AP-C -0 dan Gath AP-C -2

Lakukan Picking pada Trace

Diperoleh hasil data Near dan Far

Input data Near dan Far ke Ms.Excel

Olah data sesuai ketentuan

Fi nish

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Model sintetik dengan model lapisan miring

Gambar 2. Model sintetik dengan model lapisan miring


4.1.2 Kurva T – X

Gambar 3. Kurva T_X


4.1.3 Nilai v1 dan v2 pada tabel Ms. Excel
✓ Pada metode ITM
V1 near direct 0.384615385
V2 near refract 1.359064963
V1 far direct 0.399201597

13
V2 far refract 2.034587996
V1 rata rata 0.391908491
V2 rata-rata 1.69682648
Tabel 1. Nilai v1 dan v2 metode ITM
✓ Pada metode Plus – Minus
V2 V1

0.75 0.39190849
4.75 0.39190849
2.25 0.39190849
3.75 0.39190849
3.5 0.39190849
2.75 0.39190849
2.75 0.39190849
4.5 0.39190849
2.75 0.39190849
2.75 0.39190849
Tabel 2. Nilai v1 dan v2 metode Plus - Minus
4.1.4 Penampang bawah permukaan metode ITM dan Plus – Minus
✓ Pada metode ITM

Gambar 4. Penampang bawah permukaan metode ITM

14
✓ Pada metode Plus – Minus

Gambar 5. Penampang bawah permukaan metode Plus - Minus


4.1.5 Nilai z pada tabel metode ITM dan Plus – Minus
✓ Pada metode ITM
z 9.95337486
Tabel 3. Nilai z metode ITM
✓ Pada metode Plus – Minus
Z

1.738980747
2.538739462
2.55710452
2.923276396
3.212996561
3.345942272
3.491418023
4.001837288
4.121812944
4.267288695
Tabel 4. Nilai z metode Plus – Minus

15
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan interpretasi pemodelan dengan menggunakan
metode ITM dan Plus – Minus dengan menggunakan software Tesseral dan Seira.
Pada saat melakukan rekaman data sintetik menggunkan software Tesseral Pro
digunakan data dari dua lapisan, dimana lapisan pertama bernilai V1 = 400 m/s
sedangkan pada lapisan kedua V2 = 1600 m/s sehingga dihasilkan dua lapisan yang
dapat dilihat pada gambar 2. Data sintetik yang dibuat pada Tesseral memilki
pengaruh pada pembuatan model penampang geologi dengan rekaman data sintetik.
Dimana dalam menentukan hasil model penampang sintetik dibutuhkan hasil dari
rekaman data sintetik yang berupa data Near dan data Far yang diperoleh setelah
proses picking yang data awalnya berasal dari rekaman sintetik. Pada setiap lapisan
memiliki kecepatan yang berbeda-beda karena semakin dalam suatu lapisan maka
semakin besar kecepatannya. Rekaman data sintetik sangat berpengaruh karena
rekaman data sintetik akan dioleh menggunakan Microsoft Excel untuk mendapatkan
model penampang geologi.
Pada penampang geologi menggunakan metode ITM dapat dilihat dari gambar 4
diatas terdapat dua lapisan dimana lapisan berwarna orange merupakan boundary
yang bernilai 65.04662514 sedangkan lapisan berwarna biru menunjukkan topografi
yang bernilai 75. Metode ITM hasilnya relative kasar,sehingga metode ini hanya
akurat apabila dilakukan untuk kondisi geologi yang tidak kompleks.
Pada penampang geologi menggunakan metode Plus-Minus dapat dilihat dari
gambar 5 diatas terdapat dua lapisan dimana lapisan berwarna orange merupakan
boundary yang berkisar antara 70.7327113 - 73.26101925 sedangkan lapisan
berwarna biru menunjukkan topografi yang bernilai 75.
Metode Plus-Minus merupakan metode interpretasi yang digunakan untuk
menginterpretasikan bawah permukaan untuk kasus dua lapisan yang lebih kompleks.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan data-data pada data boundarynya. Dimana
data boundary pada metode plus-minus dilakukan sama dengan metode ITM yaitu
diperoleh dengan pengurangan topografi dengan kedalaman (z). Akan tetapi nilai
kedalaman (z) pada metode ini mempunyai data yang berbeda-beda. Sehingga karena

16
data kedalaman (z) yang berbeda-beda tersebut menghasilkan bentuk lapisan yang
kurang rata. Perbedaan penampang geologi metode Plus-Minus dengan metode ITM
terlihat dari batas lapisan pada metode Plus-Minus yang tidak rata sedangkan pada
metode ITM terlihat rata.

17
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1. Metode Intercept Time adalah metode T-X (waktu terhadap jarak) yang merupakan
metode yang paling sederhana dan hasilnya cukup kasar sehingga metode ini tidak
hanya dapat digunakan pada struktur geologi yang tidak kompleks.
2. Metode Plus-Minus merupakan metode intepretasi yang digunakan untuk
menginterpretasikan bawah permukaan berdasarkan data seismik refraksi untuk
kasus dua lapis yang lebih kompleks.

18
DAFTAR PUSTAKA

Raharjo, S. (2002). Analisis Kecepatan Perambatan Gelombang Bias pada Medium


dan Faktor Kualitas Medium di Lereng Barat Gunung Merapi. Yogyakarta:
Skripsi S-1 Universitas Gajah Mada.

Staff Asisten Pratikum Seismik Refraksi. (2015). Buku Panduan Seismik Refraksi.
Yogyakarta: Laboratorium Geofisika Eksplorasi,Fakultas Teknologi
Mineral,UPN "Veteran".

Modul 2. Simulasi Akuisisi Data 2D seismik Refraksi dan Interpretasi Model


Kedalaman,Lampung Selatan : Institut Teknologi Sumatera.

Susilawati. (2004). Seismik Refraksi (Dasar Teori dan Akuisisi Data). Sumatera
Utara: USU Digital Library.

Muhlisah, N., Magfirah, R. A., Mutiah, I. N., & Pratama, A. (2020). Analisis Litologi
Bawah Permukaan Teluk Liukang Menggunakan Metode Seismik Refraksi.
Dewantara Journal of Technology, 34-37.

Nurdiyanto, B., Hartanto, E., Ngadmanto, D., Surnadi, B., & Susilanto, P. (2011).
Penentuan tingkat kekerasan batuan menggunakan metode seismik refraksi.
Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 212.
LAMPIRAN

1. Hasil pickingan near dan far

Gambar 6. Hasil pickingan Far

19
Gambar 7. Hasil pickingan Near

2. Pengolahan metode ITM pada Excel

TIME NEAR FAR OFFSET TOPOGRAFI Boundary


0 2.75 85 5 75 65.04662514
1 15.75 83.5 10 75 65.04662514
2 19.75 81 15 75 65.04662514
3 22 79.75 20 75 65.04662514
4 25.25 75.25 25 75 65.04662514
5 29.75 73.5 30 75 65.04662514
6 32.5 71 35 75 65.04662514
7 36.5 68.75 40 75 65.04662514
8 41 65.75 45 75 65.04662514
9 44 63.5 50 75 65.04662514
10 47.75 60.5 55 75 65.04662514
11 51.5 59.25 60 75 65.04662514
12 55.5 56 65 75 65.04662514
13 58.75 53.5 70 75 65.04662514
14 62 51.5 75 75 65.04662514
15 66.75 48.75 80 75 65.04662514
16 70.25 45.5 85 75 65.04662514

20
17 73.5 43 90 75 65.04662514
18 77 41.5 95 75 65.04662514
19 81.5 40.75 100 75 65.04662514
20 85 40.25 105 75 65.04662514
21 89.75 28.25 110 75 65.04662514
22 91 14.75 115 75 65.04662514
23 95.5 3 120 75 65.04662514
Tabel 5. Pengolahan ITM pada Excel

3. Pengolahan Plus – Minus pada Excel

TAH TD+ TD- TD' DELTA TD V2 V1 SUDUT TD+ RATA-RATA Z Topografi Boundary

90.3

1 10.25 -140.3 12.25 -1.25 0.75 0.39190849 0.549832771 16.7 1.738980747 75 73.26101925

2 13 -134 15 2.75 4.75 0.39190849 0.082600949 17.41666667 2.538739462 75 72.46126054

3 13.25 -128.8 15.25 0.25 2.25 0.39190849 0.175074553 17.96875 2.55710452 75 72.44289548

4 15 -122.5 17 1.75 3.75 0.39190849 0.104700115 18.64285714 2.923276396 75 72.0767236

5 16.5 -115 18.5 1.5 3.5 0.39190849 0.112209175 19.25 3.212996561 75 71.78700344

6 17.25 -109.8 19.25 0.75 2.75 0.39190849 0.142999038 19.8 3.345942272 75 71.65405773

7 18 -103 20 0.75 2.75 0.39190849 0.142999038 20.4375 3.491418023 75 71.50858198

8 20.5 -98 22.5 2.5 4.5 0.39190849 0.087201248 21.25 4.001837288 75 70.99816271

9 21.25 -90.75 23.25 0.75 2.75 0.39190849 0.142999038 21.625 4.121812944 75 70.87818706

10 22 -85 24 0.75 2.75 0.39190849 0.142999038 22 4.267288695 75 70.7327113

Tabel 6. Pengolahan Plus – Minus pada Excel

21

Anda mungkin juga menyukai