2. Penentuan Biaya
Penentuan biaya dapat membagi biaya itu sendiri ke dalam komponen variabel dan
tetap memberikan dasar yang baik dalam pengendalian biaya. Penentuan biaya pun
memungkinkan untuk penyusunan laporan laba rugi menggunakan margin kontribusi yang
menekankan pada pola perilaku biaya dan memberikan perincian kepada manajemen
mengenai biaya-biaya, diantaranya:
a. Biaya teknik
Biaya ini meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead variabel. Biaya-biaya tersebut dapat dikendalikan secara langsung pada tingkat
organisasi terendah melalui penggunaan anggaran fleksibel dan standar, mengingat waktu
pemberian feedback yang singkat dan secara fisik dapat diamati oleh manajer yang
bertanggung jawab atas aktivitas yang bersangkutan.
a. Biaya tetap yang berkomitmen/biaya kapasitas
Biaya tetap yang berkomitmen atau biaya kapasitas merupakan seluruh biaya organisasi
dan pabrik yang terus terjadi (tanpa memedulikan tingkat aktivitas) dan yang tidak dapat
dikurangi tanpa merugikan kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan jangka
panjang.
b. Biaya diskresioner/biaya terprogram
Biaya diskresioner atau biaya terprogram muncul dari keputusan periodik (biasanya
tahunan) mengenai jumlah maksimum yang akan dikeluarkan dan biaya yang tidak
memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan antara input (yang diukur oleh
biaya) dan output (yang diukur dengan pendapatan atau tujuan lainnya).
d. Penyerapan Overhead
Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional adalah penyerapan
overhead. Ketika dasar dalam penyerapan overhead yang dipakai berbeda dengan yang
ditentukan sebelumnya, maka varians yang dibebankan akan terlalu tinggi atau terlalu
rendah.
g. Aspek Keperilakuan
Komponen kebijakan pengendalian yang dapat mempengaruhi respon manusia
adalah batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil umpan balik, keketatan
pemaksaan, serta penghargaan dan sanksi yang terkait dengan kebijakan pengendalian.
4. Kegunaan Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan sistem formal yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
pegawai secara periodik. Evaluasi kinerja sebagai proses penilaian oleh penilai (pejabat)
yang melakukan penilaian (appraisal) mengumpulkan informasi mengenai kinerja ternilai
(pegawai) yang dinilai (appraise) yang di dokumentasikan secara formal untuk menilai
kinerja ternilai dengan membandingkannya dengan standar kinerjanya secara periodik untuk
membantu pengambilan keputusan manajemen SDM. Tujuan dilakukannya evaluasi kinerja
adalah untuk memotivasi para karyawan agar para karyawan mematuhi standar perilaku
yang telah ditentukan sehingga dalam pencapaian tujuan perusahaan berlandaskan pada
etika yang baik dan bisa lebih maksimal. Evaluasi kinerja dilihat dari perspektif
pengembangan perusahaan atau pengembangan SDM pada umumnya mempunyai beberapa
manfaat, antara lain:
a. Mempererat hubungan kerja antara perusahaan dengan karyawan;
b. Memperbaiki kinerja karyawan dan perusahaan;
c. Menyesuaikan pembayaran kompensasi kepada karyawan;
d. Sebagai dasar pembuatan keputusan dalam penempatan karyawan;
e. Sebagai dasar untuk menetapkan pelatihan dan pengembangan pada karyawan;
f. Sebagai dasar untuk menyusun perencanaan dan pengembangan karir karyawan;
g. Sebagai dasar untuk melakukan evaluasi proses staffing;
h. Sebagai dasar defisiensi (peninjauan ulang) prosedur penempatan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Arfan Ikhsan. 2014. Akuntansi Keperilakuan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat
Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan: Akuntansi Multiparadigma. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Empat
Supriyono, R.A. 2016. Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press