Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan data merupakan salah satu tindak lanjut dari penyajian data.
Menyajikan beberapa ukuran yang dipakai sebagai parameter untuk digunakan
sebagai bahan bantuan dalam menafsirkan suatu gejala atau sesuatu yang akan
diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Ukuran tersebut ialah ukuran
pemusatan (tendensi sentral), ukuran lokasi dan ukuran dispersi (penyimpangan).

Ukuran pemusatan data adalah nilai tunggal dari data yang dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas dan singkat tentang pusat data yang juga
mewakili seluruh data. Ada beberapa ukuran pemusatan data yang harus dikuasai
guru yaitu rata-rata hitung (mean), median, modus, rata-rata ukur (geometris),
rata-rata harmonik, kuartil, desil dan persentil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Mean ?

2. Apa itu Median ?

3. Apa itu Modus ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Apa itu Mean ?

2. Untuk Mengetahui Apa itu Median ?

3. Untuk Mengetahui Apa itu Modus ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

UKURAN PEMUSATAN
Ukuran pemusatan data adalah nilai tunggal dari data yang dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas dan singkat tentang pusat data yang juga mewakili seluruh
data. Ukuran pemusatan data dapat digunakan untuk menganalisis data lebih lanjut.
Ada beberapa macam ukuran pemusatan data, antara lain rata-rata (mean), median,
dan modus.

2.1 Rata-rata ( Mean)


Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan
dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data. Mean merupakan suatu ukuran
pemusatan data. Mean merupakan wakil kumpulan data atau nilai arata-rata yang
dianggap suatu nilai yang paling dekat dengan hasil ukuran yang sebenarnya. Mean
suatu data juga merupakan statistik karena mampu menggambarkan bahwa data
tersebut berada pada kisaran mean data tersebut. Mean tidak dapat digunakan sebagai
ukuran pemusatan untuk jenis data nominal dan ordinal. Rata-rata ( Mean ) terbagi
menjadi rata-rata hitung dari data tunggal, rata-rata hitung dari data yang telah
dikelompokkan, rata-rata geometris dari data tunggal, rata-rata geometris dari data
yang dikelompokkan, rata-rata harmonis data tunggal, dan rata-rata harmonis data
yang dikelompokkan.

2.1.1 Rata-rata Hitung

a. Rata-rata Hitung dari Data Tunggal


Rata-rata hitung dari data tunggal dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan
seluruh nilai dan membaginya dengan banyaknya data. Rata-rata hitung dari data
tunggal dirumuskan dengan :

2
=
x x x
1 2 3
 ....  xn
n

Atau

1
i 1
=
n

Keterangan :
= rata-rata

n = banyaknya data

Contoh 1 :
Dari hasil tes 10 siswa kelas IV SDN 1 Indralaya diperoleh data : 3, 7, 6, 5, 3,
6, 9, 8, 7, dan 6. Tentukan rata-rata dari data tersebut !
Penyelesaian :
Diketahui :

n = 10
Ditanya : rata-rata dari data tersebut ?
Jawab :
3  7  6  5  3  6  9  8  7  6 60
=  6
10 10

3
Jadi, nilai rata-ratanya adalah 6.

Contoh 2 :
Hitunglah rata-rata dari 6, 5, 9, 7, 8, 8, 7, 6 !
Penyelesaian :
56677889
=
8
56
= 7
8
Jadi, nilai rata-ratanya adalah 7.

Contoh 3 :
Jumlah buku yang diproduksi oleh sebuah mesin cetak selama tujuah hari
adalah sebagai berikut :
25.000, 20.000, 24.000, 15.000, 30.000, 35.000, dan 40.000.
Berapa ribu rata-rata produksi per hari ?
Penyelesaian :
Diketahui :

n=7
Ditanya : berapa ribu rata-rata produksi per hari ?
Jawab :
25.000  20.000  24.000  15.000  30.000  35.000  40.000
=
7
189.000
=  27.000
7
Jadi, rata-rata produksi 27.000/hari.

4
Contoh 4 :
Dari 40 siswa yang mengikuti ulangan matematika didapat data sebagai
berikut :
Siswa yang mendapat nilai 4 ada 5 orang, nilai 5 ada 10 orang, nilai 6 ada 12
orang, nilai 7 ada 8 orang, nilai 8 ada 3 orang, dan nilai 9 ada 2 orang.
Tentukan rata-ratanya !
Penyelesaian :

X fi fixi
4 5 20
5 10 50
6 12 72
7 8 56
8 3 24
9 2 18
Jumlah 40 240

20  50  72  56  24  18
=
40
240
= 6
40
Jadi, nilai rata-ratanya adalah 6.

b. Rata-rata Hitung dari Data Berkelompok


Rata-rata untuk data yang telah dikelompokkan pada hakikatnya sama dengan
menghitung rata-rata data pada distribusi frekuensi tunggal dengan mengambil
titik tengah kelas sebagai x1.

5
Contoh 1 :

Nilai Matematika 50 siswa adalah sebagai berikut.

Nilai Frekuensi
52-58 2
59-65 6
66-72 7
73-79 20
80-86 8
87-93 4
94-100 3
Jumlah 50

Berdasarkan tabel di atas, tentukan rata-ratanya !

Penyelesaian :

Untuk mencari rata-rata hitung, kita pergunakan nilai tengah ( X1 ).

Nilai xi fi xifi
52-58 55 2 110
59-65 62 6 372
66-72 69 7 483
73-79 76 20 1.520
80-86 83 8 664
87-93 90 4 360
94-100 97 3 291
Jumlah 50 3800

6
3800
= 76
50
Jadi, nilai rata-ratanya adalah 76.

Selain menggunakan nilai tengah, rata-rata hitung data yang sudah


dikelompokkan dapat dicari dengan menggunakan rata-rata sementara, yaitu
dengan mengambil xi dengan frekuensi terbanyak dan member tanda Q, yang
dinyatakan dengan rumus :

Keterangan :
X0 = rata-rata sementara
P = panjang kelas
n = banyaknya data

Contoh 2 :
Dengan menggunakan rata-rata sementara, contoh 1 dapat diselesaikan
sebagai berikut :
Nilai fi xi ci fi .ci
52-58 2 55 -3 -6
59-65 6 62 -2 -12
66-72 7 69 -1 -7
73-79 20 76 0 0
80-86 8 83 1 8
87-93 4 90 2 8
94-100 3 97 3 9
Jumlah 50 0

7
=

7
76 + ( 0)
50

76
Jadi, rata-ratanya adalah 76.

Contoh 3 :
Tentukan rata-rata dari data berikut ini !
Berat Badan ( kg ) Frekuensi
40-44 1
45-49 6
50-54 10
55-59 2
60-64 1

Penyelesaian :
Berat Badan Titik Tengah fi fi. xi
( kg ) ( xi )
40-44 42 1 42
45-49 47 6 282
50-54 52 10 520
55-59 57 2 114
60-64 62 1 62

8
5

f x
i 1
i i
1.020
= 5
=  51
f
20
i
i 1

Jadi, rata-ratanya adalah 51.

Selain dengan cara di atas, ada cara lain untuk menghitung rata-rata yaitu
dengan menentukan rata-rata sementara terlebih dahulu sebagai berikut.
a. Menentukan rata-rata sementara
b. Menentukan simpangan (d) dari rata-rata sementara
c. Menghitung simpangan rata-rata baru dengan rumus berikut ini

f d
i 1
i i
= + n

f i 1
i

d. Menghitung rata-rata sesungguhnya

Keterangan :

= rata-rata sementara

f d
i 1
i i
= jumlah frekuensi x simpangan

9
Perhatikan contoh soal berikut ini.

Carilah rata-rata dari data berikut dengan menggunakan rata-rata sementara !


Data Frekuensi
4 3
5 7
6 10
7 4
8 6

Penyelesaian :
Data fi di fi. di
4 3 -2 -6
5 7 -1 -7
6 10 0 0
7 4 1 4
8 6 2 12
5 5

f
i 1
i
= 30 f d
i 1
i i
=3

Diambil rata-rata sementara 6.


5

f d
i 1
i i
3
Simpangan rata-rata = 5
=  0,1
f
30
i
i 1

Rata-rata = rata-rata sementara + simpangan rata-rata


= 6 + 0,1
= 6,1

10
Jadi, nilai rata-ratanya adalah 6,1.

2.1.2 Rata-rata Geometri

Rata-rata ukur geometri adalah rata-rata yang diperoleh dengan mengalikan


semua data dalam suatu kelompok sampel, kemudian diakarpangkatkan dengan
banyaknya data sampel tersebut. Karena mengikuti proses akar pangkat, maka apabila
terdapat unsur data yang bernilai negatif maka rata-rata ukur tidak bisa dilakukan.
Ada 2 jenis data rata-rata geometri yaitu rata-rata geometri dari data tunggal dan rata-
rata geometri dari data kelompok.

a. Rata-rata geometri dari data Tunggal

Dalam mencari hasil rata-rata geometri dari data tunggal bisa menggunakan 2
cara yaitu :

1. Cara Biasa. Rata-rata geometri G dari sekumpulan angka x1, x2, x3…..xn
adalah akar pangkat n dari perkalian angka-angka tersebut, dinyatakan
dengan rumus :

G=

G=rata-rata geometri

n = Banyaknya data pengamatan

x= data

Contoh :

Tentukan rata-rata geometri dari 4,9,6 !

Jawab :

G=

11
G=

G=6

2. Cara Logaritma. Dengan rumus :


Log G= Log

Contoh :

Tentukan rata-rata geometri dari data 3,6,9,12 !

Jawab :

G=
G= (3.6.9.12)1/4
log G= (log 3+log 6+log 9+log 12)

log G= (0,477 +0,778 +0,954 + 1,079)

log G=

log G=0,822
G=6,64

b. Rata-rata geometri dari data yang dikelompokkan


Dalam mencari hasil dari rata-rata geometri yang berkelompok, kita harus
mencari terlebih dahulu :

f1 : frekuensi (terdapat di data pada tabel)

x1 : data ( )

Log x1 : Logaritma dari data x

Lalu masukkan ke dalam rumus :

12
log G =

Perhatikan contoh berikut ini :

Contoh :

Tabel 4-2
Nilai Matematika 50 Siswa
Nilai Frekuensi

52-58 2

59-65 6

66-72 7

73-79 20

80-86 8

87-93 4

94-100 3

Jumlah 50

Berdasarkan tabel tersebut, hitunglah rata-rata geometrisnya

Jawab :

Nilai f1 x1 Log x1 f1 Log x1

52-58 2 55 1,7403 3,4806

59-65 6 62 1,7924 10,7544

13
66-72 7 69 1,8388 12,8716

73-79 20 76 1,8808 37,6160

80-86 8 83 1,9190 15,3520

87-93 4 90 1,9542 7,8168

94-100 3 97 1,9868 5,9601

Jumlah 50 93,8515

log G =

log G =

log G = 1,8770

G=75,4

2.1.3 Yang TRIAN

2.2 Nilai Rata-rata Pertengahan ( Median)


A. Pengertian Nilai Rata-rata Pertengahan (Median)

Yang dimaksud dengan Nilai Rata- rata Pertengahan atau Median ialah suatu nilai
atau suatu angka yang membagi suatu distribusi data ke dalam dua bagian yang sama
besar. Dengan kata lain, Nilai Rata-rata Pertengahan atau Median adalah nilai atau
angka yang di atas nilai atau angka tersebut terdapat 1/2N dan di bawahnya juga
terdapar 1/2 N. Itulah sebabnya nilai Rata-rata ini dikenal sebagai Nilai Pertengahan
atau Nilai Posisi Tengah, yaitu nilai yang menunjukkan pertengahan dari suatu
distribusi data.

14
Dalam statistik, median (Me) diartikan sebagai titik tengah atau nilai yang
membagi seperangkat data menjadi dua bagian sama banyak. Jika ditemukan nilai
median adalah 40, maka berarti 50% data lebih kecil dari 40 dan 50% lagi lebih besar
dari 40. Misalnya, median dari perangkat data berikut: 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10,
mediannya adalah 7. Dalam contoh ini, tiga buah nilai lebih kecil dari 7 (yaitu nilai,
4, 5, dan 6) dan tiga buah nilai lainnya lebih besar dari 7 (yaitu nilai 8, 9, dan 10).
Subjek dengan skor 7 persis berada di tengah-tengah rentangan skor. Hal ini dapat
terjadi jika perangkat data jumlah subjek) itu ganjil. Kalau jumlah subjeknya genap,
median akan sama dengan setengah dari dua skor yang berada ditengah-tengah.

B. Penggunaan Nilai Rata-Rata Pertengahan (Median)

Nilai rata-rata pertengahan atau median kita cari atau kita hitung, apabila kita
berhadapan dengan kenyataan seperti disebutkan berikut ini:

 Kita tidak memiliki waktu yang cukup luas atau longgar untuk menghitung
nilai rata-rata hitung (Mean)-nya.
 Kita tidak ingin memperoleh nilai rata-rata dengan tingkat ketelitian yang
tinggi, melainkan hanya sekedar ingin mengetahui skor atau nilai yang
merupakan nilai pertengahan dari data yang sedang kita teliti.
 Distribusi frekuensi data yang sedang kita hadapi itu bersifat a simetris (tidak
normal)
 Data yang sedang kita teliti itu tidak akan dianalisis secara lebih dalam lagi
dengan menggunakan ukuran statistik lainnya.

C. Kebaikan dan Kelemahan Median

Kebaikan yang dimliki oleh median sebagai ukuran rata-rata ialah, mediannya
dapat diperoleh dalam waktu yang singkat, karena proses perhitungannya sederhana

15
dan mudah, Adapun kelemahannya ialah, median sebagai ukuran rata-rata sifatnya
yang kurang teliti.

D. Cara Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan

Ada beberapa cara untuk Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan, seperti dapat diikuti
pada uraian berikut ini.
1. Cara Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal
Dalam mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal ini ada dua
kemungkinan yang kita hadapi. Kemungkinan pertama ialah data tunggal itu
seluruh skornya berfrekuensi 1; sedangkan kemungkinan kedua, bahwa data
tunggal yang akan kita cari Nilai Rata-rata Pertengahannya itu sebagian atau
seluruh skornya berfrekuensi lebih dari 1.
a. Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal yang seluruh
skornya berfrekuensi 1
Di sini pun kita berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu : (1) Data
Tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1 itu, Number of Cases-nya
merupakan bilangan gasal (ganjil) dan (2) Data Tunggal yang seluruh skornya
berfrekuensi 1 itu, Number of Cases-nya merupakan bilangan genap (bukan
bilangan gasal).
1) Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal yang seluruh
skornya berfrekuensi 1 dan Number of Cases-nya berupa bilangan
gasal.
Untuk data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1 dan Number
of Cases-nya berupa bilangan gasal (yaitu : N = 2n + 1 ), maka median
data yang demikian itu terletak pada bilangan yang ke (n+1).
Contoh :
9 orang Mahasiswa menempuh Ujian Lisan dalam mata kuliah Teknik
Evaluasi Pendidikan. Nilai mereka adalah sebagai berikut : 65, 75, 60,
70, 55, 50, 80, 40, 30. Untuk mengetahui nilai berapakah yang

16
merupakan Nilai Rata-rata Pertengahan atau Median dari kumpulan
nilai hasil ujian tersebut.
Pertama deretan itu kita atur mulai dari terendah sampai nilai yang
tertinggi :
30 40 50 60 65 70 75 80
Kita lihat dalam deretan nilai diatas, bilangan ke-1 adalah 30,
bilangan ke-2 = 40, bilangan ke-3 = 50, bilangan ke-4 = 55, bilangan
ke-5 = 60, bilangan ke-6 = 65, bilangan ke-7 = 70, bilangan ke-8 = 75,
dan bilangan ke-9 = 80.
Karena N = 9, sedangkan rumus bilangan gasal adalah N=2n+1, maka
9=2n+1
9 = 2n + 1
9 - 1 = 2n
2n = 8
n = 4
dengan demikian nilai yang merupakan Nilai Rata-rata Pertengahan
atau Median dari hasil ujian lisan tersebut adalah nilai (bilangan) yang
ke-(4+1) atau bilangan ke 5, yaitu nilai 60.
2) Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal yang
seluruh skornya berfrekuensi 1, dan Number of Casesnya berupa
bilangan genap
Untuk Data Tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1 dan Number
of Cases-nya merupakan bilangan genap (yaitu: N = 2n), maka Median
atau Nilai Rata-rata Pertengahan data yang demikian itu terletak antara
bilangan yang ke-n dan ke (n +1 ).
Contoh :
Tinggi badan 10 orang calon yang mengikuti tes seleksi Penerimaan
Calon Penerbang menunjukkan angka sebagai berikut : 168 162 169
170 164 167 161 166 163 dan 165 cm.

17
Cara mencari Nilai Rata-rata Pertengahan atau Mediannya
sama seperti telah dikemukakan di atas, yaitu pertama-tama deretan
angka itu terlebih dahulu kita atur berderet, mulai la dari nilai terendah
sampai dengan nilai yang tertinggi.
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170
Karena N = 10 (merupakan bilangan bulat) sedang rumus untuk
bilangan bulat adalah N = 2n, maka: 10 = 2n = 5
Jadi median atau Nilai Rata-rata Pertengahan dari tinggi badan 10
orang peserta tes seleksi Calon Penerbangan itu terletak antara
bilangan ke-5 dan ke (5+1), atau antara bilangan ke-5 dan ke-6.
Dalam deretan angka-angka di atas, bilangan ke-5 adalah 165,
sedangkan bilangan ke-6 adalah 166.

165  166
Jadi Median = = 165,50
2

Jika kedua data yang telah dijadikan contoh di atas kita tuangkan
dalam bentuk Tabel Distribusi Frekuensi dan kemudian kita cari
mediannya, keadaannya adalah sebagai berikut :
Median Nilai Hasil Ujian Lisan dari 9 orang mahasiswa
X F

80 1

75 1

70 1

65 1

60 1

18
55 1

50 1

40 1

30 1

Total 9=N

Median

19
Median Tinggi badan 10 orang calon yang mengikuti tes calon penerbang

X f
170 1

169 1

168 1

167 1

166 1
Median
165 1

164 1

163 1

162 1

161 1 165  166


Mdn = = 165,50
2
Total 10 = N

b. Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal yang sebagian atau
seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu. Apabila Data Tunggal yang akan
kita cari Nilai Rata-rata Pertengahan atau Mediannya, sebagaian atau seluruh
skornya berfrekuensi lebih dari satu, sebaliknya kita tidak menggunakan cara
seperti yang telah dikemukakan di atas, melainkan kita gunakan rumus sebagai
berikut :

1 1
Mdn = £ ( 2 N - fkb ) atau Mdn = u – ( 2 N - fka )
f1 f1

20
Mdn = Median
£ = lower limit ( Batas Bawah Nyata dari skor yang mengandung
Median).
fkb = Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
Median.
f1 = frekuensi asli (frekuensi dari skor yang mengandung median).
N = number of Cases
U = upper limit (Batas atas nyata dari skor yang mengandung Median).
Fka = frekuensi kumulatifyang terletak diatas skor yang mengandung median

Contoh :
Skor berikut ini menunjukkan usia 50 orang guru Agama Islam yang bertugas
pada Sekolah Dasar Negeri di suatu Kecamatan

26 28 27 24 31 27 25 28 26 30
29 27 26 30 25 23 31 28 26 27
31 24 27 29 27 30 28 26 29 25
23 29 27 26 28 25 27 28 30 25
24 29 31 27 26 28 27 26 27 27

Untuk mencari median dari data semacam ini, terlebih dahulu kita siapkan
Tabel frekuensinya, terdiri dari lima kolom. Kolom 1: skor usia, kolom 2:
tanda atau jari, kolom3: frekuensi, kolom 4 : frekuensi kumulatif yang
dihitung dari bawah, dan kolom 5: frekuensi kumulatif yang dihitung dari
atas.

Setelah Tabel frekuensinya kita selesaikan pembuatannya, maka


langkah berikutnya secara berturut-turut adalah :

21
1. Pertama-tama data kita bagi menjadi dua bagian yang sama besar, yaitu
masing-masing sebesar ½ N; pada pertengahan distribusi data itulah
terletak Median yang akan kita cari.
karena N = 50, maka ½ N = ½ x 50 = 25 (25 orang guru agama Islam).
Perhatian kita arahkan pada kolom tabel 3.7

Tabel 3.7
Nilai Tanda/ jari-jari F Fkb Fka
(X)
31 IIII 4 50 = N 4
30 IIII 4 46 8
29 IIII 5 42 13
28 IIII II 7 37 20
27 IIII IIII II 12 30 32

26 IIII III 8 18 40
25 IIII 5 10 45

24 III 3 5 48
23 II 2 2 50 = N
Total 50 = N

Titik pertengahan data sebesar 25 itu terkandung pada frekuensi


kumulatif 30. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa nilai
pertengahan usia guru agama islam itu terletak pada skor 27, atau skor yang
mengandung median adalah skor 27.
2. Karena skor yang mengandung Median adalah skor 27, maka dengan
mudah dan cepat dapat kita ketahui :
a. Lower limitnya, yaitu : 27 – 0,50 = 26,50; jadi £ = 26,50
b. Frekuensi aslinya (f1) = 12

22
c. Frekuensi kumulatif yang terletak di bawah skor yang mengandung
Median (fkb ) yaitu 18.
3. Dengan diketahuinya £, fi , dan fkb maka dengan mensubstitusikannya ke
dalam rumus pertama, dapat kita peroleh mediannya :

1
25  18
Mdn = £ + ( 2 N - fkb ) = 26,50 + ( )
f1 12
7
= 26,50 + = 26,50 + 0,583
12
= 27,083 (dapat dibulatkan menjadi 27).
Selanjutnya kita gunakan rumus yang kedua untuk mencari Median dari data di
atas. Perhatikan tabel berikut :

Distribusi frekuesni untuk mencari Median (Nilai Rata-rata Pertengahan) usia


dari sejumlah 50 orang guru agama islam
Nilai Tanda/ jari-jari F Fkb Fka
(X)
31 IIII 4 50 = N 4
30 IIII 4 46 8
29 IIII 5 42 13
28 IIII II 7 37 20
27 IIII IIII II 12 30 32

26 IIII III 8 18 40
25 IIII 5 10 45

24 III 3 5 48
23 II 2 2 50 = N
Total 50 = N

23
1. Titik pertengahan data terletak pada ½ N yaitu ½ X 50 = 25. Dalam frekuensi
kumulatif yang dihitung dari atas (fka), titik pertengahan data sebesar 25 itu
terkandung pada fkb sebesar 32. Dengan demikian dapat kita ketahui skor
yang mengandung Median, yaitu skor 27.
2. Karena skor yang mengandung Median adalah 27, maka dengan mudah dapat
kita ketahui:
a. Batas atas nyata dari skor yang mengandung Median yaitu 27 + 0,50 =
27,50 atau u = 27,50.
b. Frekuensi kumulatif yang terletak di atas skor yang mengandung Median
(fka) adalah 20.
c. Frekuensi aslinya atau frekuensi dari skor yang mengandung median
adalah 12; jadi fi = 12.
3. Dengan diketahuinya : u, fi, dan fkb maka dengan mensubtitusikannya kedalam
rumus kedua, dapat diperoleh Mediannya :

1
25  20
Mdn = u - ( 2 N - fka ) = 27,50 -
f1 12
= 27,50 – 5/12 = 27,50 – 0,417
= 27,083 (dapat dibulatkan menjadi 27).

2.3 MODUS

Ukuran rata-rata ketiga yang kita pelajari disini adalah Modus atau Mode,
yang umumnya dilambangkan dengan Mo.

Modus tidak lain adalah suatu sekor atau nilai yang mempunyai frekuensi
paling banyak; dengan kata lain, skor atau nilai yang memiliki frekuensi
maksimal dalam distribusi data. Modus adalah nilai data yang paling sering
muncul atau nilai data frekuensinya paling besar.

24
Modus digunakan untuk gejala-gejala yang sering terjadi, diberi simbol dengan
, dan umumnya dipakai sebagai “nilai rata-rata” bagi data kualitatif.

Jika kita menyebutkan keadaan Indonesia di luar Negeri, misalnya di


Amerika, umumnya bagi orang-orang Amerika yang pengetahuannya “masih
rendah” negara Indonesia disamakannya dengan pulau Bali. Hal ini disebabkan
karena Pulau Bali merupakan gejala yang paling sering mereka dengar dan
mereka ketahui.

Jika Anda mengajar dalam kelas tertentu, kebetulan salah seorang murid Anda
membuat kegaduhan ketika Anda mengajar. Biasanya Anda menyimpulkan
bahwa kelas itu merupakan kelas yang gaduh. Ini disebabkan karena kegaduhan
saat Anda mengajar yang memberikan kesan seolah-olah begitulah kelas
seharusnya.

Bagi seorang guru “tidak bagi” berkata demikian. Jangan sesekali


beranggapan bahwa seorang anak berbuat kesalahan maka selamanya anak
tersebut dianggap sebagai anak yang nakal, anak yang selalu berbuat kesalahan.
Atau mungkin sebaliknya, sekali anak memperoleh nilai baik, untuk selanjutnya
anak itu dianggap sebagai anak yang pandai. Semua ini disebabkan karena
pengaruh kesan pertama yang memberikan rangsangan lebih, seolah-olah
begitulah gejala itu sebelumnya.

Negara kita sudah bebas buta huruf, artinya frekuensi yang bebas buta huruf
jauh lebih besar dari orang-orang yang masih buta huruf. Oleh sebab itu Anda
tidak usah heran jika masih banyak orang yang masih buta huruf. Dan masih
banyak lagi kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan modus. Kematian
disebuah tempat disebabkan oleh malaria, kebanyakan kecelakaan lalu lintas
umumnya disebabkan kecerobohan pengemudi, ini berarti masing-masing
merupakan modus penyebab kematian pada kecelakaan lalu lintas.

25
Penggunaan Modus

1. Kita ingin memperoleh nilai yang menunjukkan aturan rata-rata dalam waktu
yang paling singkat.
2. Dalam mencari nilai yang menunjukkan rata-rata itu kita meniadakan faktor
ketelitian, artinya ukuran rata-rata itu kita kehendaki hanya bersifat kasar saja.
3. Dari data yang sedang kita teliti (kita cari modusnya) kita hanya ingin
mengetahui ciri khasnya saja.

 Sifat-sifat Modus
1. Dalam seperangkat data , modus bisa tidak ada dan bisa lebih dari satu.
2. Modus atau mode dapat ditempatkan pada distribusi yang memiliki kelas terbuka
3. Modus atau mode tidak terpengaruhi oleh bilangan-bilangan ekstream , dari
suatu distribusi.
4. letak modus atau nilai modus yang sebenarnya sukar ditemukan , karena itu
kebanyakan hamya berdasarkan taksiran dalam suatu distribusi.
5. Perhitungan Modus atau mode tidak didasarkan pada seluruh nilai pengamatan,
tetapi didasarkan pada individu yang berada pada titik terjadinya pemusatan
yang banyak.
6. Untuk perhitungan perhitungan secar aljabar lebih lanjut , modus tidak dapat
digunakan.
7. Modus atau mode tidak sepopuler ukuran rata rata hitung atau mean dan Median.

Data yang belum dikelompokkan bisa memiliki satu modus, dua modus, atau
mungkin tidak mempunyai modus. Data yang memiliki satu modus disebut
monomodus, sedangkan data yang memiliki dua modus disebut bimodus.

1. Modus Data Tunggal


Mencari modus untuk data tunggal dapat dilakukan dengan mudah cepat
sekali; yaitu hanya dengan memeriksa (mencari) mana di antara skor yang

26
ada, yang memiliki frekuensi paling banyak. Skor atau nilai yang memiliki
frekuensi paling banyak itulah yang kita sebut Modus.
Contohnya
- Tentukan modus dari data berikut ini!
5,7,7,6,8,6,6,5,8,6
Jawab:
Setelah data diurutkan diperoleh : 5, 5, 6, 6, 6, 6, 7, 7, 8, 8,
Modus (
- Misalkan data tentang tentang usia 50 orang Guru Agama Islam yang
tercantum pada Tabel 3.7 dapat kita cari modusnya sebagai berikut :
Usia f
(X)
31 4
30 4
29 5
28 7
Mo (27) (12) = f maksimal
26 8
25 5
24 3
23 2
Total 50 = N
Modus untuk data diatas adalah usia 27 tahyn. Mengapa demikian ?
Sebab sejumlah 50 orang Guru Agama Islam tersebut, yang paling
banyak adalah berusia 27 tahun.
- Delapan buah mobil sedang melaju di suatu jalan raya. Kecepatan
kedelapan mobil tersebut adalah sebagai berikut:
60, 80, 70, 50, 60, 70, 45, 75
Tentukan modus kecepatan mobil!

27
Jawab :
Jika data diurutkan, maka hasilnya adalah sebagai berikut :
45, 50, 60, 60, 70, 70, 75, 80
Hasil pengamatan dari pengurutan di atas bisa diketahui nilai data 60 dan
70 adalah nilai data yang paling sering muncul (masing – masing dua
kali).Sehingga gugus data tersebut dikatakan bimodal. Oleh karena itu
modus sekelompok data di atas ada 2 adalah 60 dan 70
- 2, 4, 5, 5, 6, 7, 7, 8, 8, 9
Jika diurutkan 2, 4, 5, 5, 6, 7, 7, 8, 8, 9
Nilai yang sering muncul adalah angka 5, 7 dan 8 masing-masing muncul
dua kali. sehingga modus ada tiga yaitu, 5, 7, 8. Gugus data tersebut
dikatakan multimodal karena modusnya lebih dari dua.
- Sembilan orang siswa memiliki nilai ujian sebagai berikut.
77,62,72,54,76,57,81,70
Tentukan modus nilai siswa!
Jawab :
Jika diurutkan, susunannya akan seperti berikut.
54, 57,62,70,72,76,77,81
Dari pengamatan, tidak ada satupun nilai data yang sering muncul. Oleh
karena itu, data diatas tidak memiliki modus.

2. Modus Data Berkelompok


Untuk data berkelompok, dalam hal ini adalah distribusi frekuensi, modus
hanya dapat diperkirakan. Nilai yang paling sering muncul akan berada pada
kelas yang memiliki frekuensi terbesar. Kelas yang memiliki frekuensi
terbesar disebut kelas modus.
Modus data berkelompok dapat dicari dengan rumus-rumus sebagai berikut.

28
Rumus 1:

xi

Keterangan:

= Modus

= batas bawah nyata dari interval yang mengandung modus

Ingat kembali!

Untuk mencari nilai L (memiliki nilai nyata) dari tepi bawah yang
merupakan nilai relative untuk menenmukan nilai L (tepi bawah
kelas modus) maka nilai tersebut dikurangi 0,50.

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya

= interval kelas

29
Contoh:

Dari tabel berikut didapatkan data distribusi usia 60 nasabah baru “ PT


Asuransi Angin Ribut”

Usia Frekuensi
25 – 29 8
30 – 34 14
35 – 39 10
Kelas
40 – 44 18
Modus
45 – 49 7
50 – 54 3
Jumlah 60

Diketahui:

L = 40 – 0,50

= 39,50

i =5

= 18 – 10

= 18 – 7

11

Penyelesaian

xi

30
= 39,50 + [ x5

= 39,50 + x5

= 39,50 + 2, 11

= 41,61

Rumus 2:

xi

Keterangan:

= Modus

= upper limit (batas atas nyata dari interval yang mengandung modus)

Ingat kembali!

Untuk mencari nilai u (memiliki nilai nyata) dari tepi atas yang
merupakan nilai relative untuk menenmukan nilai u (tepi bawah
kelas modus) maka nilai tersebut ditambah 0,50.

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya

= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya

= interval kelas

31
Contoh

Dari tabel berikut didapatkan data distribusi usia 60 nasabah baru “ PT


Asuransi Angin Ribut”

Usia Frekuensi
25 – 29 8
30 – 34 14
35 – 39 10
Kelas
40 – 44 18
Modus
45 – 49 7
50 – 54 3
Jumlah 60

Diketahui:

u = 44 + 0,50

= 44,50

i =5

= 18 – 10

= 18 – 7

11

Penyelesaian

xi

32
= 44,50 - [ x5

= 44,50 - x5

= 44,50 - 2,89

= 41,61 (jawaban sama dengan rumus nomor 1)

Contoh Soal:

1. Nilai Hasil Ujian Semester Mata Kuliah Ilmu Perbandingan Agama dari
40 Orang Mahasiswa
Interval Nilai f
85 – 89 2
80 – 84 2
75 – 79 3
70 – 74 4

Interval yang 65 – 69 5
mengandung ( 60 – 64) (10)
Modus 55 – 59 5
50 – 54 4
45 – 49 3
40 – 44 2
35 – 39 1
Jumlah 40 = N

Dari tabel di atas dapat kita ketahui, interval nilai yang mengandung
Modus adalah interval 60 – 64, karena interval nilai tersebutlah yang
memiliki frekuensi yang paling banyak. Dengan diketahuinya interval
yang mengandung Modus, maka berturut – turut dapat kita ketahui:

33
L = 60 – 0,50

= 59,50

i =5

= 10 – 5

= 10 – 5

Penyelesaian

xi

= 59,50 + [ x5

= 59,50 + x5

= 59,50 + 2,5

= 62

Jadi, modus dari data di atas adalah 62

34
2. Disediakan data siswa yang diambil dari jarak tempuh para atlet yang
berlomba. Tentukan modus dari data berikut.
Jarak Tempuh (Km) Frekuensi
21 – 30 6
31 – 40 4
Kelas
41 – 50 20
Modus
51 – 60 16
61 – 70 10
71 – 80 4
Jumlah 60

Diketahui:

u = 50 + 0,50

= 50,50

i = 10

= 20 – 4

16

= 20 – 16

Penyelesaian

xi

= 50,50 - [ x 10

= 50,50 - x 10

35
= 50,50 – 2

= 48,5

Jadi, modus dari data di atas adalah 48,5

3. Tentukan modus dari tabel berikut ini.


Berat Badan 100 Orang Mahasiswa PGSD Universitas Sriwijaya Tahun
2018.
Berat Badan (kg) Banyaknya Mahasiswa (f)
60 – 62 10
63 – 65 25
Kelas
66 – 68 32 Modus
69 – 71 15
72 – 74 18
Jumlah 100

Diketahui

L = 66 – 0,50

= 65,50

i =3

= 32 – 25

= 32 – 15

17

Penyelesaian

36
xi

= 65,50 + [ x3

= 65,50 + x3

= 65,50 + 0,875

= 66,375

Jadi, modus dari data di atas adalah 66,375

4. Tentukan nilai modus dari data di bawah ini dengan diameter dari 40
buah pipa.
Diameter Pipa (mm) Frekuensi (f)
65 – 67 2
68 – 70 5
71 – 73 13
74 – 76 14
Kelas
77 – 79 4
Modus
80 – 82 2
Jumlah 40

Diketahui:

u = 76 + 0,50

= 76,50

i =3

= 14 – 13

37
= 14 – 4

10

Penyelesaian

xi

= 76,50 - [ x3

= 76,50 - x3

= 76,50 – 2,72

= 73,78

Jadi, modus dari data di atas adalah 73,78

5. Hitunglah modus dari data berikut ini.


Kelas Interval Frekuensi
31 – 40 1
41 – 50 2
51 – 60 5
61 – 70 15
Kelas
71 – 80 25
Modus
81 – 90 20
91 – 100 12
Jumlah 80

Diketahui:

u = 80 + 0,50

= 80,50

38
i = 10

= 25 – 15

10

= 25 – 20

Penyelesaian

xi

= 80,50 - [ x 10

= 80,50 - x 10

= 80,50 – 3,33

= 77,17

Jadi, modus dari data di atas adalah 77,17

3. Kebaikan dan Kelemahan Modus


Kebaikan modus dapat menolong diri kita dalam waktu yang paling singkat
memperoleh ukuran rata-rata yang merupakan ciri khas dari data yang kita
hadapi.
Kelemahannya ialah kurang teliti karena modus terlalu mudah atau terlalu
gampang diperoleh (dicapai). Selain itu, jika frekuensi maksimal yang
terdapat dalam distribusi frekuensi data yang kita teliti itu lebih dari satu buah,
maka akan kita peroleh modus yang banyaknya lebih dari satu buah.
Kemungkinan lainnya, bisa terjadi bahwa dalam suatu distribusi frekuensi
tidak dapat kita cari atau tentukan Modusnya, disebabkan karena semua skor

39
yang ada mempunyai frekuensi yang sama. Walhasil, sebagai salah satu
ukuran rata-rata, modus sifatnya labil (tidak stabil).

40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat
ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data.

a. Rata-rata Hitung dari Data Tunggal

Rata-rata hitung dari data tunggal dapat diperoleh dengan cara


menjumlahkan seluruh nilai dan membaginya dengan banyaknya data.
Rata-rata hitung dari data tunggal dirumuskan dengan :

=
x x x
1 2 3
 ....  xn
n

atau

1
i 1
=
n

b. Rata-rata Hitung dari Data Berkelompok


Rata-rata untuk data yang telah dikelompokkan pada hakikatnya sama
dengan menghitung rata-rata data pada distribusi frekuensi tunggal dengan
mengambil titik tengah kelas sebagai x1.

Nilai Rata- rata Pertengahan atau Median ialah suatu nilai atau suatu
angka yang membagi suatu distribusi data ke dalam dua bagian yang sama
besar.

Dalam statistik, median (Me) diartikan sebagai titik tengah atau nilai yang
membagi seperangkat data menjadi dua bagian sama banyak. Jika ditemukan
nilai median adalah 40, maka berarti 50% data lebih kecil dari 40 dan 50%

41
lagi lebih besar dari 40. Misalnya, median dari perangkat data berikut: 4, 5, 6,
7, 8, 9, dan 10, mediannya adalah 7

Kebaikan yang dimliki oleh median sebagai ukuran rata-rata ialah,


mediannya dapat d iperoleh dalam waktu yang singkat, karena
proses perhitungannya sederhana dan mudah, Adapun kelemahannya
ialah, median sebagai ukuran rata-rata sifatnya yang kurang teliti.

1) Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal yang seluruh


skornya berfrekuensi 1 dan Number of Cases-nya berupa bilangan
gasal.
Untuk data tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1 dan Number
of Cases-nya berupa bilangan gasal (yaitu : N = 2n + 1 ), maka median
data yang demikian itu terletak pada bilangan yang ke (n+1).
2) Mencari Nilai Rata-rata Pertengahan untuk Data Tunggal yang
seluruh skornya berfrekuensi 1, dan Number of Casesnya berupa
bilangan genap
Untuk Data Tunggal yang seluruh skornya berfrekuensi 1 dan Number
of Cases-nya merupakan bilangan genap (yaitu: N = 2n), maka Median
atau Nilai Rata-rata Pertengahan data yang demikian itu terletak antara
bilangan yang ke-n dan ke (n +1 ).

Modus adalah nilai data yang paling sering muncul atau nilai data
frekuensinya paling besar.

Modus digunakan untuk gejala-gejala yang sering terjadi, diberi simbol


dengan , dan umumnya dipakai sebagai “nilai rata-rata” bagi data
kualitatif.

1. Modus Data Tunggal


Mencari modus untuk data tunggal dapat dilakukan dengan mudah cepat
sekali; yaitu hanya dengan memeriksa (mencari) mana di antara skor yang

42
ada, yang memiliki frekuensi paling banyak. Skor atau nilai yang memiliki
frekuensi paling banyak itulah yang kita sebut Modus.

2. Modus Data Berkelompok


Untuk data berkelompok, dalam hal ini adalah distribusi frekuensi, modus
hanya dapat diperkirakan. Nilai yang paling sering muncul akan berada pada
kelas yang memiliki frekuensi terbesar. Kelas yang memiliki frekuensi
terbesar disebut kelas modus.
Modus data berkelompok dapat dicari dengan rumus-rumus sebagai berikut.

Rumus 1:

xi

3. Kebaikan dan Kelemahan Modus


Kebaikan modus dapat menolong diri kita dalam waktu yang paling singkat
memperoleh ukuran rata-rata yang merupakan ciri khas dari data yang kita
hadapi.
Kelemahannya ialah kurang teliti karena modus terlalu mudah atau terlalu
gampang diperoleh (dicapai). Selain itu, jika frekuensi maksimal yang
terdapat dalam distribusi frekuensi data yang kita teliti itu lebih dari satu buah,
maka akan kita peroleh modus yang banyaknya lebih dari satu buah.
Kemungkinan lainnya, bisa terjadi bahwa dalam suatu distribusi frekuensi
tidak dapat kita cari atau tentukan Modusnya

43
DAFTAR PUSTAKA

Tjalla, Awaluddin. dkk. (2008). Bahan Ajar Statistika Pendidikan 2 SKS. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Herrhyanto, Nar dan M. Akib Hamid. (2012). Jakarta: Universitas Terbuka.

Subana. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sudijono, A. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

https://www.rumusstatistik.com/2013/08/rata-rata-ukur-geometrik.html

44

Anda mungkin juga menyukai