Anda di halaman 1dari 4

A.

TUJUAN
a. Untuk mengukur debit air yang mengalir dari suatu penampang tertentu per satuan
waktu
b. Untuk

B. ALAT DAN BAHAN


a. Selang
b. Pita ukur
c. Abny level
d. Yalon
e. Handphone

C. DASAR TEORI
1. Pengertian Sungai
Sungai merupakan wadah atau tempat menampung dan mengalirkan air hujan yang
jatuh disuatu DAS ketempat yang lebih rendah dan umumnya bermuara di
laut/lautan. Potamologi adalah cabang ilmu hidrologi yang khusus mempelajari air
yang mengalir di atas permukaan tanah dan di dalam badan sungai. Potamologi
mempelajari air hujan yang telah mencapai permukaan tanah, mengalir di
permukaan tanah (overland flow ), hingga air tersebut menjadi aliran sungai (runoff).
2. Pengukuran Sungai
Pengukuran sungai lebih utama ditujukan untuk mengukur besarnya debit air sungai.
Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang sungai per
satuan waktu. Pengukuran debit air tidak dilakukan disembarang tempat dan
sembarang kondisi sungai. Pengukiran debit agar hasilnya teliti dan valid, maka
harus mengikuti persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing model
atau formula debit.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran debit adalah :
1. Pemilihan tempat pengukuran ( Gauging Site )
Dalam pengukuran debit air biasanya dilakukan pengukuran tinggi muka air dan
parameter sungai lainnya. Untuk melaksanakan pengukuran tersebut,
penempatan stasiun pengukuran harus memperhatikan 4 hal, yaitu:
a. Tempat pengukuran harus mudah dicapai pengamat
b. Kondisi tempat harus sesuai dengan alat yang digunakan
c. Kedudukan tempat harus stabil
d. Kondisi alat harus standar dan stabil
2. Pemilihan lokasi pengukiran tinggi muka air
Syarat yang harus diperhatikan, diantaranya :
a. Tidak terlalu dekat dengan percabangan sungai, untuk menghindari efek
back water
b. Berada di hulu dan hilir dari bangunan hidrologi, seperti bendungan
c. Mudah dicapai (dekat dengan jembatan )
d. Berada pada bagian sungai yang lurus agar diperoleh ketelitian yang tinggi
e. Berada pada dasar sungai yang stabil
3. Syarat pengukuran kecepatan aliran
Adapun syarat yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Penampang hendaknya tegak lurus dengan badan sungai, dan kecepatan
aliran pada semua titik hendaknya seragam.
b. Dapat menghasilkan kurva distribusi kecepatan aliran yang teratur.
c. Kecepatan aliran lebih besar dari 10/15 sentimeter per-detik.
d. Dasar sungai hendaknya dipilih yang stabil.
e. Kedalaman air hendaknya lebih dari 30 cm.
f. Hendaknya tidak ada aliran yang melampaui tebing.
g. Hendaknya tidak terdapat tumbuhan atau benda pengganggu.
4. Alat untuk mengukur tinggi muka air
a. Alat ukur manual berupa papan duga (staff gauge )
b. Alat ukur otomatis berupa Automatic Water Level Recorder
5. Metode pengukuran debit air
Debit air adalah besarnya volume air yang mengalir melalui penampang tertentu
persatuan waktu. Debit air merupakan fungsi dari luas penampang dikalikan
kecepatan aliran. Luas penampang saluran yang terbentuk teratur dihitung
menurut rumus bentuk bangunnya, sedangkan penampang yang tidak teratur
dihitung dengan menggunakan prinsip rata-rata kedalaman air.
Adapun cara pengukuran debit dengan menggunakan 3 metode, yaitu :
a. Pengukuran Debit dengan Metode Slope Area
Prinsip rumus debit air dengan metode slope area adalah mengalirkan luas
penampang saluran dengan kecepatan aliran. Luas penampang saluran
diukur dan dihitung sesuai rumus bentuk bangun saluran. Sedangkan
kecepatan aliran merupakan fungsi dari bentuk penampang, kekasaran
dasar saluran, dan kemiringan permukaan air. Pada prinsip peran kekasaran
saluran adalah semakin kasar dasar saluran, akan semakin besar hambatan,
dan berati semakin kecil kecepatan aliran air. Sedangkan kemiringan
permukaan air ditentukan oleh beda tinggi antara titik hulu dan hilir sungai.
Semakin besar kemiringan dasar saluran akan semakin besar beda tinggi
permukaan air, sehingga akan semakin cepat aliran air.
Adapun rumus debit air sungai dengan metode Slope Area sebagai berikut:

Q=A.V V = 1.n. R 2/3. S1/2

Keterangan :
Q = Debit air (m3 / detik )
A = Luas penampang saluran ( m2 )
V = Kecepatan aliran air ( m/detik )
n = Angka kekhasan saluran
R = A/P
P =Parimeter basah
S = H/L
H = Beda tinggi air dihulu dan hilir (m)
L = Jarak antara titik hulu dan hilir ( m )
b. Pengukuran Debit Sungai dengan Metode Apung
Pada prinsipnya rumus debit air sungai metode apung merupakan hasil kali
luas penampang sungai dengan kecapatan aliran. Cara memperoleh nilai
luas penampang sunagi sama seperti dalam metode Slope area. Sedangkan
kecepatan aliran air diperkirakan berdasarkan kecepatan pelampung yang
dihanyutkan dalam air. Dalam hal ini kecepatan aliran air diperoleh dengan
cara mengalikan kecepatan hanyut pelampung dengan nilai koofisien.
Adapun rumus debit air sungai dengan metode apung seperti ini :

Q = A. V V = K. u

u = L/T

K= 1- 0.116 ( √ 1−a - 0,1

Keterangan :
Q = Debit air ( m3/ detik )
A = luas penampang saluran ( m2 )
V = Kecepatan aliran air ( m/detik )
K = Nilai Koofisien
u = Kecepatan hanyut pelampung ( m/detik )
L = Jarak hulu ke hilir pengamatan ( m )
T = Waktu tempuh pelampung dari hulu ke hilir ( detik )
a = Kedalaman tangkai dibagi kedalaman air
c. Pengukuran Debit Air Sungai Dengan Bendung ( Weir )
Weur adalah alat pembendung air dengan bentuk tertentu yang digunakan
untuk mengukur debit air saluran. Bentuk yang banyak dipergunakan pada
metode ini adalah bentuk segitiga, segiempat, dan persegi panjang. Weir
dapat dibuat dari pelat besi yang digores dengan bentuk tertentu
ditengahnya. Weir ini dipasang dalam sungai, sehingga seluruh aliran air
terbendung dan mengalir melalui bagian weir yang digores tersebut.
Beberapa rumus pengukuran debit dengan weir disajikan sebagai berikut :
1. Rumus Segitiga siku-siku

Q = K.h 5/2

Keterangan :
Q = debit ( m3/ menit )
h = tinggi muka air diatas weir ( m )
K = koefisien debit
= 81.2 + 0,24/h + (8,4 + 12/√ D ¿( h/B – 0.09 )2
B = Lebar Saluran ( m )
D = Tinggidari dasar saluran ke titik terendah dari weir ( m )
Keterbatasan penerapan rumus ini adalah :
B = 0,50 m sampai 1,20 m
D = 0,10 m sampai 0,75 m
h = 0,70 m sampai 0,26 m
h ¿ B/3
2. Bendung Persegi Empat

Q = K . b . h 3/2

Keterangan :
Q = Debit ( m3/ menit )
b = lebar mercu ( m )
h = tinggi muka air diatas weir ( m )
K = koefisien debit
= 107,1 + 0,177/h + 14,2h/D + 25,7 n (B-b) h/DB + 2,04nB/D
B = Lebar saluran ( m )
D = Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir ( m )

Keterbatasan penerapan rumus ini adalah :


B = 0,50 m sampai 6,30 m
D = 0,15 m sampai 5,50 m
b = 0,15 sampai 5,00 m
bD/ B2 ¿ 0,06
h = 0,03 m sampai 0,45nb m
3. Bendung Lebar Penuh

Q = KBh 3/2

Keterangan :
Q = debit ( m/menit )
B = Lebar bendung ( m )
h = tinggi muka air di atas weir ( m )
K = Koefisien debit
= 107,1 + (0.177/h + 14,2h/D) (1 + ∙)
D = Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari weir ( m )
∙ = suku pengoreksi
Untuk D ¿ 1 m → ∙ = 0
Untuk D ¿ 1 m → ∙ = 0,55 ( D-1 )
Prasayarat penetapan rumus ini adalah :
B = Lebih dari 0,50 m
D = 0,30 m sampai B m ( tetapi h kurang dari 0,8 m )
H ¿ B/4

Anda mungkin juga menyukai