Anda di halaman 1dari 4

SUBJEK PAJAK DAN OBJEK PAJAK PENGHASILAN

Pada tahun 1983 dilakukan reformasi di bidang perpajakan yang salah satunya menghasilkan
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang mulai berlaku pada
tanggal 1 Januari 1984. Undang – Undang tersebut mengalami beberapa kali perubahan dengan
undang – Undang :
1. Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 7 Tahu 1983
tentang Pajak Penghasilan.
2. Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan.
3. Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan, dan
4. Nomor 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang – Undang Nomor 7
tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

 SUBJEK PAJAK
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, menjelaskan bahwa sebjek pajak
penghasilan terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.
A. Subjek Pajak Dalam Negeri
Subjek pajak dalam negeri terdapat dalam Pasal 2 ayat (3) UU No.36 Tahun 2008, yaitu:
1. Orang Pribadi
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang
dalam tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai maksud atau niat untuk
tinggal di Indonesia. Jadi orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri ini
adalah orang yang tinggal di Indonesia atau mempunyai maksud atau niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia. Ini dimulai pada saat dilahirkan di Indonesia atau
sejak hari pertama berada di Indonesia dan berakhir pada saat meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya.

2. Warisan yang belum terbagi


Warisan yang belum dibagi sebagai subjek pajak ini tidaklah permanen, melainkan
hanya sampai warisan ini selesai dibagi, artinya dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya cukup menggunakan NPWP yang meninggal. Atau jika warisan itu
telah dibagi, maka kewajiban perpajakan beralih pada ahli waris. Sedangkan untuk
warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebgai subjek pajak
luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu
bentuk usaha tetap di Indonesia, maka tidak dianggap sebagai subjek pajak pengganti.

3. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.


Badan bisa berupa perseroan terbatas (PT), CV, Firma, dll.

B. Subjek Pajak Dalam Negeri dan Luar Negeri


Pasal 2 ayat (4), UU No. 36 Tahun 2008, menjelaskan pengertian subjek pajak luar negeri
yakni:
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat tinggal kedudukan di Indonesia, yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2. Bentuk Usaha Tetap


Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha pribadi dari orang yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia seperti WNA atau WNI belum lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan berada di Indonesia dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
di Indonesia. Bentuk Usaha Tetap dapat beruba kedudukan manajemen, kantor
perwakilan, cabang perusahaan, dll.

3. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari, dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dan tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui badan usaha tetap di Indonesia.

 OBJEK PAJAK
Penghasilan yang termasuk objek pahak dalam Pasal 4 ayat (1) UU No.36 Tahun 20008,
yaitu:
Penghasilan adalah setap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
wajib pajak, baik yang dapat dipakai untuk menambah kekayaan wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia, maupun dari luar Indonesia, dengan nama dan dalam bentuk apapun
termasuk:
1. Pengganti atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang industry, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan dalam undang-
undang ini.
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk :
a. Keuntungan karena pengalihan harta perseroan, dan badan lainnya
b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham atau lainnya
c. Keuntungn karena likuidasi, penggabungan atau lainnya dalam bentuk apapun
d. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan dan lainnya
e. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, permodalan dalam perusahaan pertambangan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang dibebankan sebagai biaya
6. Bunga
7. Deviden
8. Royalty
9. Sewa dan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan dan perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuaran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
WP yang menjalankan usaha
16. Tambahan kekayaan neto yang berasala dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
17. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah
18. Imbalan bungan
19. Surplus Bank Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Susyanti, Jeni, & Dahlan, Ahmad. (2015). PERPAJAKAN. Malang. Empat Dua Media
Fitriya. Ulasan Lengkap Pajak Penghasilan: Jenis, Objek, Subjek, Tarif dan Contoh. Klik
Pajak. 22 Maret 2022. Diakses pada 20 September 2022. https://klikpajak.id/blog/pajak-
penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/

Anda mungkin juga menyukai