Anda di halaman 1dari 3

Bab 1

Dengan apa seorang anak beradab?


“Wajib atas seorang anak berakhlak dengan akhlak yang baik dari kecilnya.”
Cara amal;
1. Kita yakini bahwa belajar ilmunya akhlaq adalah wajib bagi kita, sehingga kita berusaha mencari
ilmunya akhlak atau ngaji akhlak.
Dari Umar ra, Dia berkata: “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Saw, suatu hari tiba-
tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat
hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun yang
mengenalnya. Hingga kemudian Dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya
kepada lutut Beliau seraya berkata: “Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang
islam?”Maka Rasulullah Saw bersabda: “Islam adalah tidak ada Tuhan yang disembah selain
Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
puasa ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah jika mampu menempuh jalannya.” Kemudian dia
berkata: “Kamu benar”. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan.
Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukanlah kepadaku tentang iman”. Beliau bersabda:
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”. Kemudian dia
berkata: “Kamu benar”. Dia berkata lagi: “Beritahukanlah aku tentang ihsan”. Beliau bersabda:
“Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau
tidak mampu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Kemudian dia berkata:
“Beritahukan aku tentang hari kiamat.” Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari
yang bertanya.” Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya. ”Beliau bersabda: “Jika
seorang hamba melahirkan tuannya, dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan
dada, miskin dan penggembala domba, berlomba-lomba meninggikan bangunan.”Kemudian
orang itu pergi dan aku berdiam diri sebentar. Selanjuttnya rasulullah bersabda: “Tahukah
engkau siapa yang bertanya?” Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. ” Beliau
bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan ilmu agama
kalian.” (HR. Muslim)

 Hadist diatas menunjukkan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Rasul untuk mengajari tentang
ilmu agama kepada para sahabat, yaitu mengajari Islam, Iman, Ihsan. Islam itu perbuatan lahir
atau ibadah, Iman itu yakin atau perbuatan hati. Ihsan itu akhlak atau hasil dari iman dan
buahnya ibadah. Akhlak yang baik yaitu suatu perbuatan atau sikap yang muncul di karenakan
adanya Ihsan.
 Kita yakini bahwa akhlak termasuk bagian dari ilmu agama yang wajib untuk dipelajari.
Nabi bersabda “menuntut ilmu agama adalah kewajiban bagi tiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
 Kita utamakan belajar ilmu agama termasuk akhlak, yang hukumnya wajib, dari pada ilmu
dunia yang hukumnya fardhu kifayah atau sunnah.
 Kita berusaha belajar ilmunya akhlak atau ngaji akhlak karena diperintahkan oleh Allah.

 Tiap –tiap kewajiban adalah amanah, tiap-tiap amanah terdapat beban kewajiban yang harus
ditanggung. Orang yang telah mendapat beban kewajiban disebut mukallaf.

 Syarat mukallaf ada 3 yaitu


1. Baligh. Seseorang dikatakan baligh jika terdapat salah satu tanda dari 3 tanda yaitu
1. Telah sempurna berumur 15 tahun.
2. Keluarnya air mani setelah umur 9 tahun Hijriyah bagi laki-laki dan perempuan.
3. Keluar darah haid setelah umur 9 tahun Hijriyah bagi perempuan.
2. Berakal sehat
3. Telah sampai ilmu padanya.
2. Kita yakini bahwa akhlak yang baik itu penting, sehingga kita berusaha belajar berakhlak yang
baik dengan cara berusaha iman dan banyak beramal sholeh.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya diantara orang-orang yang paling aku cintai dan paling
dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik
akhlaknya.”
 Kita berusaha menjadi orang-orang yang dicintai Nabi, dengan cara kita berusaha berakhlak
dengan akhlak yang baik.
Nabi bersabda “sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tetapi
Dia melihat hati dan perbuatan kalian.” (HR. Baihaqi)

 Dalam hadist diatas yang menunjukkan akhlak adalah “Dia melihat hati dan perbuatan
kalian”. Siapa yang berakhlak maka ia akan merasa bahwa hati dan amalnya akan selalu
dilihat oleh Allah.
 kita hindari hanya menyibukkan diri dengan mencari dunia, misalnya keterkenalan, kekayaan,
dll. Tanpa pernah memikirkan akhirat yaitu belajar iman dan amal sholeh , sebab kita
termasuk orang yang rugi dan hina di hadapan Allah.
 kita berusaha menggunakan dunia untuk meraih akhirat yaitu dengan belajar iman dan amal
sholeh serta kita yakin bahwa hati dan amal selalu dilihat oleh Allah. maka, walaupun kita
dipandang rendah dan miskin oleh kebanyakan manusia, akan tetapi kita termasuk orang yang
beruntung dan mulya di hadapan Allah.
 kita hindari hanya memperbanyak ilmu dan amal, akan tetapi tidak memperhatikan gerak
gerik hati kita. Sehingga menjadikan kita sombong, riya’,ujub,dll.
Rosulullah bersabda: “Tiada suatu dosa yang besar disisi Allah selain dari akhlaq yang buruk.
Sesungguhnya akhlaq yang baik itu benar-benar dapat melebur dosa-dosa, sebagaimana sinar
matahari mencairkan salju. Dan sesungguhnya akhlaq yang buruk itu benar-benar merusak
amal baik, sebagaimana cuka’ merusak madu.”
 Kita berusaha meminta ampunan Allah, dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Misalnya
kita mulyakan ulama’ dan menghormati majelisnya dalam rangka meminta ampunan Allah.
3. kita berusaha belajar berakhlak dengan akhlaq yang baik sejak dari kecil, dan mengajari anak
anak dengan akhlak yang baik sejak kecilnya.
Rasulullah bersabda: “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.
 Kita berusaha belajar berakhlak dengan akhlak yang baik sejak dari kecil, atau sekarang
jangan di tunda-tunda.
Rasulullah bersabda: “Mengajarkan adab pada anak itu, sungguh lebih baik bagi seseorang dari
pada bersedekah satu sha’ (2,75 kg).” (HR. Tirmidzi)
 Kita berusaha mengajari anak-anak dengan akhlak yang baik
 Beban kewajiban dalam belajar akhlak di bagi menjadi 2 yaitu
1. Anak belum mukallaf, maka beban ditanggung oleh orang tua. Jadi, Orang tua yang
wajib mengajari anaknya berakhlak dengan akhlak yang baik. Anak yang belum
mukallaf dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Belum umur 7 tahun hijriyah dan belum mumayyiz. Mumayyiz adalah anak
yang sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk, dan telah mandiri.
Wajib bagi orang tua untuk mengajari anak tentang akhlaq yang baik. wajib
memberikan contoh pada anaknya tentang akhlaq yang baik.
2. Belum berumur 7 tahun hijriyah tapi telah mumayyiz.
Wajib bagi orang tua mengajari anak tentang akhlak yang baik. wajib
mengingatkan dan mengajak anaknya berakhlak dengan akhlak yang baik.
3. Telah umur 7 tahun hijriyah dan telah mumayyiz.
Wajib bagi orang tua mengajari anak tentang akhlak yang baik. Wajib
mengingatkan dan mengajak anaknya berakhlak dengan akhlak yang baik, boleh
disertai ancaman, peringatan, atau paksaan.
Beban kewajiban orang tua terhadap anak itu bisa diwakilkan, yang mewakili disebut wali
anak yaitu orang yang punya hak terhadap anak, sebab punya hak terhadap anak, maka
punya beban kewajiban mengajari anak tentang akhlak yang baik. Ada 2 macam wali anak:
1. Wali angkat atau asuh yaitu orang yang menggantikan kewajiban dan tugas
orang tua terhadap anak.
2. Wali amanat yaitu orang yang mendapat kepercayaan dari orang tua. Jika orang
tua tidak mampu mengajari anaknya tentang akhlak yang baik, maka wajib bagi
orang tua untuk mencarikan orang yang dipercaya mampu mengajari anaknya
akhlak yang baik atau menitipkan anaknya ditempat yang dipercayai bisa
mengajari anaknya akhlak yang baik. Akan tetapi, orang tua tetap punya
kewajiban membiayai anak.
2. Anak telah mukallaf, maka beban kewajiban telah di tanggung oleh dirinya sendiri.
Orang tua atau wali anak sudah terlepas dari beban kewajiban. Artinya orang tua sudah
tidak mendapatkan dosa jika anak tidak belajar akhlak, sebab dosa sudah ditanggung oleh
diri anak sendiri. Akan tetapi orang tua punya kewajiban menyampaikan ilmu,
mengingatkan, dan mengajak kebaikan pada anak tanpa adanya paksaan.

Anda mungkin juga menyukai