Hadist diatas menunjukkan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Rasul untuk mengajari tentang
ilmu agama kepada para sahabat, yaitu mengajari Islam, Iman, Ihsan. Islam itu perbuatan lahir
atau ibadah, Iman itu yakin atau perbuatan hati. Ihsan itu akhlak atau hasil dari iman dan
buahnya ibadah. Akhlak yang baik yaitu suatu perbuatan atau sikap yang muncul di karenakan
adanya Ihsan.
Kita yakini bahwa akhlak termasuk bagian dari ilmu agama yang wajib untuk dipelajari.
Nabi bersabda menuntut ilmu agama adalah kewajiban bagi tiap muslim. (HR. Ibnu Majah)
Kita utamakan belajar ilmu agama termasuk akhlak, yang hukumnya wajib, dari pada ilmu
dunia yang hukumnya fardhu kifayah atau sunnah.
Kita berusaha belajar ilmunya akhlak atau ngaji akhlak karena diperintahkan oleh Allah.
Tiap tiap kewajiban adalah amanah, tiap-tiap amanah terdapat beban kewajiban yang harus
ditanggung. Orang yang telah mendapat beban kewajiban disebut mukallaf.
Dalam hadist diatas yang menunjukkan akhlak adalah Dia melihat hati dan perbuatan
kalian. Siapa yang berakhlak maka ia akan merasa bahwa hati dan amalnya akan selalu
dilihat oleh Allah.
kita hindari hanya menyibukkan diri dengan mencari dunia, misalnya keterkenalan, kekayaan,
dll. Tanpa pernah memikirkan akhirat yaitu belajar iman dan amal sholeh , sebab kita
termasuk orang yang rugi dan hina di hadapan Allah.
kita berusaha menggunakan dunia untuk meraih akhirat yaitu dengan belajar iman dan amal
sholeh serta kita yakin bahwa hati dan amal selalu dilihat oleh Allah. maka, walaupun kita
dipandang rendah dan miskin oleh kebanyakan manusia, akan tetapi kita termasuk orang yang
beruntung dan mulya di hadapan Allah.
kita hindari hanya memperbanyak ilmu dan amal, akan tetapi tidak memperhatikan gerak
gerik hati kita. Sehingga menjadikan kita sombong, riya,ujub,dll.
Rosulullah bersabda: Tiada suatu dosa yang besar disisi Allah selain dari akhlaq yang buruk.
Sesungguhnya akhlaq yang baik itu benar-benar dapat melebur dosa-dosa, sebagaimana sinar
matahari mencairkan salju. Dan sesungguhnya akhlaq yang buruk itu benar-benar merusak
amal baik, sebagaimana cuka merusak madu.
Kita berusaha meminta ampunan Allah, dengan berakhlak dengan akhlak yang baik. Misalnya
kita mulyakan ulama dan menghormati majelisnya dalam rangka meminta ampunan Allah.
3. kita berusaha belajar berakhlak dengan akhlaq yang baik sejak dari kecil, dan mengajari anak
anak dengan akhlak yang baik sejak kecilnya.
Rasulullah bersabda: Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat.
Kita berusaha belajar berakhlak dengan akhlak yang baik sejak dari kecil, atau sekarang
jangan di tunda-tunda.
Rasulullah bersabda: Mengajarkan adab pada anak itu, sungguh lebih baik bagi seseorang dari
pada bersedekah satu sha (2,75 kg). (HR. Tirmidzi)
Kita berusaha mengajari anak-anak dengan akhlak yang baik
Beban kewajiban dalam belajar akhlak di bagi menjadi 2 yaitu
1. Anak belum mukallaf, maka beban ditanggung oleh orang tua. Jadi, Orang tua yang
wajib mengajari anaknya berakhlak dengan akhlak yang baik. Anak yang belum
mukallaf dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Belum umur 7 tahun hijriyah dan belum mumayyiz. Mumayyiz adalah anak
yang sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk, dan telah mandiri.
Wajib bagi orang tua untuk mengajari anak tentang akhlaq yang baik. wajib
memberikan contoh pada anaknya tentang akhlaq yang baik.
2. Belum berumur 7 tahun hijriyah tapi telah mumayyiz.
Wajib bagi orang tua mengajari anak tentang akhlak yang baik. wajib
mengingatkan dan mengajak anaknya berakhlak dengan akhlak yang baik.
3. Telah umur 7 tahun hijriyah dan telah mumayyiz.
Wajib bagi orang tua mengajari anak tentang akhlak yang baik. Wajib
mengingatkan dan mengajak anaknya berakhlak dengan akhlak yang baik, boleh
disertai ancaman, peringatan, atau paksaan.
Beban kewajiban orang tua terhadap anak itu bisa diwakilkan, yang mewakili disebut wali
anak yaitu orang yang punya hak terhadap anak, sebab punya hak terhadap anak, maka
punya beban kewajiban mengajari anak tentang akhlak yang baik. Ada 2 macam wali anak:
1. Wali angkat atau asuh yaitu orang yang menggantikan kewajiban dan tugas
orang tua terhadap anak.
2. Wali amanat yaitu orang yang mendapat kepercayaan dari orang tua. Jika orang
tua tidak mampu mengajari anaknya tentang akhlak yang baik, maka wajib bagi
orang tua untuk mencarikan orang yang dipercaya mampu mengajari anaknya
akhlak yang baik atau menitipkan anaknya ditempat yang dipercayai bisa
mengajari anaknya akhlak yang baik. Akan tetapi, orang tua tetap punya
kewajiban membiayai anak.
2. Anak telah mukallaf, maka beban kewajiban telah di tanggung oleh dirinya sendiri.
Orang tua atau wali anak sudah terlepas dari beban kewajiban. Artinya orang tua sudah
tidak mendapatkan dosa jika anak tidak belajar akhlak, sebab dosa sudah ditanggung oleh
diri anak sendiri. Akan tetapi orang tua punya kewajiban menyampaikan ilmu,
mengingatkan, dan mengajak kebaikan pada anak tanpa adanya paksaan.