Anda di halaman 1dari 10

Lex Privatum Vol. IX/No.

7/Jun/2021

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN seperti pembayaran iuran listrik (PLN), air
DAN PENERAPAN FINANCIAL TECHNOLOGY minum (PAM), pembayaran pajak, dan lain
(FINTECH) DALAM BENTUK LAYANAN PINJAM sebagainya saat ini tidak lagi mengandalkan
MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI jasa/layanan secara langsung dengan
INFORMASI SERTA DAMPAK DISRUPSINYA1 konsumen, melainkan dapat dilakukan melalui
Oleh: Nivita Christine Rombot2 pembayaran secara online.
Ronny A. Maramis Kegiatan lembaga perbankan pun
Devy K.G. Sondakh dihadapkan pada tantangan di era Teknologi
Informasi, oleh karena dalam memberikan
ABSTRAK kredit, bank dituntut memperhatikan
Metode penelitian yang digunakan dalam persyaratan tertentu terhadap watak
penulisan tesis ini ialah penelitian hukum (character), kemampuan (capacity), modal
normatif yang menggunakan data sekunder (capital), agunan (collateral), dan prospek
yang mencakup bahan hukum primer, bahan usaha nasabah debitur (condition of economy)
hukum sekunder dan bahan hukum tertier yang atau prinsip 5C’s. 3 Pemberian kredit oleh
diperoleh melalui studi kepustakaan dengan lembaga perbankan memperhatikan pelbagai
mengkaji, menelaah dan mengolah peraturan aspek seperti persyaratan adanya
perundangan-undangan, jurnal-jurnal hukum, agunan/jaminan (collatereal) misalnya objek
artikel-artikel atau tulisan, ensiklopedia serta Hak Tanggungan berupa tanah, kebun,
kamus hukum melalui analisis secara normatif bangunan dan lainnya yang sudah tentu
dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan memerlukan waktu dalam penilaian lokasi dan
Perlindungan terhadap pelaku Dunia legalitas haknya, serta membutuhkan
Perbankan khususnya Fenomena inovasi hubungan secara langsung antara pemohon
disruptif muncul karena disertai banyak faktor kredit dengan bank.
yang mendukung. dimana masyarakat zaman Perkembangan perusahaan Financial
sekarang beralih menggunakan teknologi Technology (Fintech) sebagai perusahaan
karena ada empat alasan yaitu : kepastian, berbasis teknologi informasi, merupakan
kecepatan, kenyamanan dan keamanan. kenyataan baru dalam masyarakat. Sejarah
Sehingga dari teknologi yang lebih berinovasi Fintech sendiri dimulai pada bulan Maret 2015
tersebut dapat mengganggu bisnis atau pelaku dengan diadakannya pertemuan komunitas
pasar, sehingga peningkatan pengawasan Fintech. 4 Tetapi pengaturannya baru terwujud
merupakan bentuk perlindungan hukum yang ketika diberlakukan Peraturan Otoritas Jasa
diberikan oleh pihak terkait dalam hal ini BI dan Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang
OJK dalam mewujudkan sistem layanan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
keuangan yang memberikan dampak positif Teknologi.
bagi kemajuan ekonomi Indonesia. 1) Adapun beberapa peraturan terkait
Kata Kunci: Financial Technology (Fintech), dengan judul penelitian ini yaitu Undang-
Pinjam Meminjam, Teknologi Informasi, Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Disrupsinya Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, Undang-Undang Nomor 21
PENDAHULUAN Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
A. Latar Belakang Masalah Keuangan, Undang-Undang Nomor 8
Revolusi Industri 4.0 sudah diambang pintu, Tahun 1999 tentang Perlindungan
dan akan benar-benar mengubah cara kita Konsumen, Undang-Undang Nomor 11
hidup dan bekerja saat ini. Kedatangan era baru Tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor
ini dipicu oleh data dan perangkat terhubung 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
internet yang mampu mengumpulkan dan Transaksi Elektronik, Kitab Undang-
memproses aliran informasi. Layanan publik Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),

1Artikel Tesis 3 Djoni S, Gazali dan Rachmadi Usman. 2012. Hukum


2Mahasiswa pada Pascasarjana Unsrat, NIM. Perbankan. 2. Jakarta: Sinar Grafika. 272.
18202108050 4 Nur Kholis. 2018. Perbankan Dalam Era Baru Digital.

Jurnal Economicus. Vol. 9 No. 1: 84.

17
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor penting, sedangkan bagi negara industri,


99 Tahun 2018 tentang Aset Kripto, Hukum Kekayaan, Hukum Kontrak, Hukum
Peraturan Bank Indonesia No. Perusahaan, Hukum Perbankan dan Hukum
19/12/PBI/2017 tentang Perburuhan sangat penting di samping Hukum
Penyelenggaraan Teknologi Finansial dan Tanah, Hukum Laut, Hukum Pertambangan.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor Akan tetapi dengan berkembangnya
77/POJK.01/2016 tentang Layanan masyarakat industri menjadi masyarakat post-
Pinjam Meminjam Uang Berbasis industri, maka bidang-bidang hukum ini
Teknologi Informasi. ditambah pula dengan serentetan hukum yang
Pasal 1 Angka 3 Peraturan Otoritas Jasa mengatur pertukaran jasa dan layanan seperti
Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 Hukum Perdagangan Internasional dan
merumuskan bahwa Penanaman Modal Asing, Hukum Angkasa,
“Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Hukum Telekomunikasi, Hukum Lingkungan.
Teknologi Informasi adalah Hukum Telekomunikasi yang dimaksudkan
penyelenggaraan layanan jasa keuangan sebagai hukum mengatur bagian dari teknologi
untuk mempertemukan pemberi pinjaman informasi di Indonesia, sudah terwujud ke
dengan penerima pinjaman dalam rangka dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
melakukan perjanjian pinjam meminjam jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
dalam mata uang rupiah secara langsung tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
melalui sistem elektronik dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
menggunakan jaringan internet.” tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Sesuai pengertian ini, hubungan antara para mengakui sebagaimana di dalam Penjelasan
pihak tidak lagi bersifat secara langsung (face to Umumnya, bahwa saat ini telah lahir rezim
face) atau secara tatap muka, melainkan hanya hukum baru yang dikenal dengan hukum siber
terjalin melalui sistem elektronik. Penjelasan atau hukum telematika. Hukum siber atau
Umum Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Cyber Law, secara internasional digunakan
Nomor 77/POJK.01/2016, menjelaskan bahwa untuk istilah hukum yang terkait dengan
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis pemanfaatan teknologi informasi dan
Teknologi Informasi sangat membantu dalam komunikasi. Berdasarkan penjelasan umum
meningkatkan akses masyarakat terhadap tersebut, pengaturan lebih lanjut tertuang ke
produk jasa keuangan secara online dengan dalam peraturan perundang-undangan yaitu
berbagai pihak tanpa perlu saling mengenal. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Konsekuensi hukum akibat perkembangan Informasi dan Transaksi Elektronik, yang
Fintech tidak hanya terjadi di antara lembaga kemudian dirubah dengan Undang-Undang
Perbankan dengan perusahaan Fintech, Nomor 19 Tahun 2016.
melainkan juga dengan Pemerintah bersama Permasalahan ketika kemajuan teknologi
Dewan Perwakilan Rakyat dalam hal perlunya lebih cepat daripada pengaturannya yang di
pembentukan peraturan perundangan yang Indonesia terutama diatur dalam ketentuan
mengatur tentang Fintech. Kenyataannya, peraturan perundang-undangan, juga disentil
Fintech lebih dahulu ada dan berkembang oleh Imam Kabul, yang menyatakan secara tak
dalam masyarakat, dalam arti kata kehadiran terelakkan pembangunan sistem hukum
Fintech mendahului kehadiran peraturan kemudian lebih berorientasi kepada kebutuhan
perundang-undangan. Fintech sebagai salah masyarakat (based on social needs). Hukum
satu cara atau model dalam dunia bisnis, berkembang seirama dengan perkembangan
dengan sendirinya aspek hukum bisnis yang zaman dan karenanya pembangunan hukum itu
juga disebut hukum ekonomi terkait pula di haruslah bersifat terus menerus.6
dalamnya. Menurut Muhammad Rusydianto, dampak
C. F. G. Sunaryati Hartono,5 mengemukakan dari sistem kapitalisme dan teori hukum
dalam suatu negara agraris, Hukum Tanah, pembangunan terhadap peraturan perundang-
Hukum Keluarga dan Hukum Waris sangat undangan yang berlaku di Indonesia

5 C.F.G.Sunaryati Hartono. 1991. Politik Hukum Menuju 6Imam Kabul. 2005. Paradigma Pembangunan Hukum di
Satu Sistem Hukum Nasional. 2. Bandung: Alumni. 21 Indonesia. 2. Yogyakarta: Kurnia Kalam. 11.

18
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

mempunyai sisi negatif sekaligus positif. hatian guna tetap menjaga stabilitas moneter,
Dampak positif antara lain :7 stabilitas sistem keuangan, dan sistem
1) Segala kebijakan pemerintah yang pembayaran yang efisien, lancar, aman, dan
diberlakukan berdasarkan peraturan andal. Disamping itu, OJK mempunyai fungsi,
perundang-undangan; tugas, dan wewenang pengaturan,
2) Terjaminnya unsur kepastian hukum di pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
setiap perubahan yang ada; dan sektor jasa keuangan.8
3) Hukum berjalan searah dengan
pembangunan ekonomi sehingga tidak B. Rumusan Masalah
menghambat perekonomian negara. Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
Sedangkan dampak negatifnya antara maka dirumuskan beberapa masalah sebagai
lain: berikut :
a) Hukum sering digunakan sebagai 1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai
legalitas dan/atau sarana untuk Financial Technology (Fintech) di
memaksakan suatu kehendak yang Indonesia ?
menguntungkan kepentingan pihak 2. Bagaimana penerapan hukum Fintech
tertentu dan merugikan orang dalam bentuk layanan pinjam-meminjam
banyak; berbasis teknologi informasi serta
b) Hukum lebih dianggap sebagai dampak disrupsinya ?
instrumen pendukung sistem
ekonomi, sehingga mengakibatkan C. Metode Penelitian
ekonomi lebih determinan atas Penelitian ini adalah penelitian hukum
hukum; normatif, atau disebut juga dengan penelitian
4) Menurunnya kesadaran dan ketaatan yuridis normatif, 9 atau penelitian doktrinal. 10
masyarakat terhadap hukum (peraturan Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji
perundang-undangan) yang berlaku. merumuskan bahwa penelitian hukum normatif
Sehubungan dengan Fintech yang adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
pengaturannya baru dalam bentuk Peraturan meneliti bahan pustaka atau data sekunder
Otoritas Jasa Keuangan, tidak terpisahkan dari belaka.11
kehadiran Fintech yang relatif masih baru dan Mukti Fajar N D dan Yulianto Ahmad
dinamikanya baru dapat diketahui sejauh mana merumuskan bahwa penelitian hukum normatif
aspek-aspek yang timbul sehingga di perlukan adalah penelitian yang meletakkan hukum
suatu instrumen hukum yang lebih tinggi sebagai sistem norma. Sistem norma yang
seperti Undang-Undang tentang Fintech atau dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,
penamaan lainnya. Untuk itu, penting bagi para kaidah dari peraturan perundang-undangan,
regulator merumuskan bagaimana seharusnya putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin
inovasi ini tetap dalam aturan. Di Indonesia (ajaran).12
sendiri, terdapat beberapa regulator yang Dalam penelitian ini bahwa yang digunakan
mengatur pertumbuhan sektor Fintech, antara pada Pendekatan Yuridis Normatif, adalah
lain Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan Pendekatan Perundang-Undangan (Statute
(OJK) dan KOMINFO. Regulator tersebut, approach) dimana dalam penelitian yang
mengatur penyelenggaraan Teknologi Finansial dilakukan, lebih ada pendalaman akan
untuk mendorong inovasi di bidang keuangan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan menerapkan prinsip perlindungan yang mengatur berbagai hal terkait dengan
konsumen serta manajemen risiko dan kehati- rumusan masalah yang menjadi pembahasan

7 Muhammad Rusydianto. 2017. Dinamika Hukum dan 10 Bambang Sunggono. 2001. Metodologi Penelitian
Ekonomi Dalam Realitas Sosial di Indonesia (Studi Kritis Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 43.
Terhadap KEbijakan Hukum-Ekonomi di Indonesia). Jurnal 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2015. Penelitian

Rechtsvinding. Volume 6 Nomor 3: 323. Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
8 Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi. 2019. Grafindo Persada. 13.
Volume: 10 No. 1: Januari – September 2019. 51-66. 12 Mukti Fajar N D dan Yulianto Ahmad. 2010. Dualisme
9Zainuddin Ali. 2014. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Penelitian Hukum Normatif dan Hukum Empiris.
Sinar Grafika. 12. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 34.

19
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

dan tinjauan hukum normatif terhadap Hukum utang karena perjanjian layanan pinjam
Fintech dalam layanan simpan pinjam berbasis meminjam uang berbasis teknologi informasi.
teknologi informasi serta pengaruh disrupsi Pemberi pinjaman (Investor) adalah orang,
pada stabilitas lembaga keuangan akibat badan hukum, dan/atau badan usaha yang
kehadiran perusahaan Fintech. mempunyai piutang karena perjanjian layanan
pinjam meminjam uang berbasis teknologi
HASILDAN PEMBAHASAN informasi.15
A. Pengaturan Hukum Mengenai Financial Ketentuan Pasal 1754 KUHPerdata tersebut
Technology (Fintech) Di Indonesia menunjukkan bahwa seseorang yang
Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum meminjamkan sejumlah uang atau barang
Perdata disebutkan, pinjam-meminjam ialah tertentu kepada pihak lain, ia akan memberi
perjanjian dengan mana pihak yang satu kembali sejumlah uang yang sama sesuai
memberikan kepada pihak yang lain suatu dengan persetujuan yang disepakati. Dan juga
jumlah tertentu barang-barang yang menghabis dari defenisi Pasal 1754 KUHPerdata bahwa
karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak orang yang menerima pinjaman menjadi
yang belakangan ini akan mengembalikan pemilik mutlak barang pinjaman itu dan bila
sejumlah yang sama dari macam dan keadaan barang itu musnah maka yang bertanggung
yang sama pula. 13 Yang dimaksud dengan jawab adalah peminjam itu sendiri.
barang-barang dalam hal ini termasuk juga Adakalanya lembaga pembiayaan dalam
dengan uang. menjalankan usahanya melanggar aturan-
Dilihat dari bentuknya, perjanjian hutang aturan yang ada, apabila telah terbukti terjadi
piutang antara orang perseorangan pada pelanggaran terhadap kegiatan
umumnya dapat mempergunakan bentuk penyelenggaraan layanan Fintech jenis peer to
perjanjian baku (standard contract) maupun peer lending, tidak luput dari ancaman sanksi.
non baku tergantung kesepakatan para pihak. Pengaturan sanksi dalam POJK LPMUBTI harus
Pinjam meminjam uang pada saat ini bisa mengedepankan kepastian baik bagi pengguna
dilakukan diberbagai tempat, tidak jarang jasa maupun penyelenggara layanan Fintech
syarat dan proses pinjam meminjamnya pun jenis peer to peer lending. Sesuai Pasal 6 ayat (1)
semakin mudah. 14 Tidak jarang syarat dan huruf i Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
proses pinjam meminjamnya pun semakin tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
mudah. Salah satu bentuk perkembangan undangan, diatur bahwa materi muatan
teknologi melalui internet dalam bidang peraturan perundang-undangan harus
keuangan ini adalah financial technologi mencerminkan asas ketertiban dan kepastian
berbasis peer to peer lending. hukum, bahwa setiap materi muatan peraturan
P2P (peer-to-peer) Lending adalah perundang-undangan harus dapat mewujudkan
penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan kepastian hukum. Peraturan haruslah
Penerima Pinjaman dalam rangka melakukan mengandung kepastian yang berlaku sebagai
perjanjian pinjam meminjam melalui sistem norma pengatur, pembimbing, dan penuntun
elektronik dengan menggunakan jaringan perilaku ideal warga dalam kehidupan
internet dengan tidak memberikan jaminan bernegara yang dilengkapi dengan sistem
(agunan). Layanan P2P merupakan sanksi yang bersifat memaksa sehingga dapat
penyelenggara badan hukum Indonesia yang memberikan efek jera guna memperbaiki
menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan perilaku menyimpang dan memulihkan
layanan pinjam meminjam uang berbasis keadaan kepada kondisi yang diidealkan.16
teknologi informasi. Penerima pinjaman adalah OJK selaku lembaga pengawas industri jasa
orang dan/atau badan hukum yang mempunyai keuangan, untuk melaksanakan tugas

13 Supramono Gatot. 2013. Perjanjian Utang Piutang. 16 E.


Fernando M. Manullang. 2007. Menanggapi Hukum
Jakarta: Prenada Media Group. 9. Berkeadilan Tinjauan Hukum Kodrat dan Anatomi Nilai.
14Ibid Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 317.
15 Muhammad Abdulkadir. 1990. Hukum Perikatan.

Bandung: Citra Aditya Bakti. 55.

20
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

pengawasannya yang terdapat dalam Pasal 8 FINTECH) nampaknya harus dilakukan. Hal ini
huruf i Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 diperlukan, mengingat pengaturan terkait
Tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu dengan Fintech hanya diatur dalam Peraturan
menetapkan peraturan mengenai tata cara OJK, yang hanya bersifat teknis dan sanksi
pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan administratif serta pencabutan izin. Sedangkan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa untuk memberikan efek jera terhadap pelaku
keuangan. Berdasarkan Pasal 9 huruf g dan pengguna Fintech ilegal dan dengan
huruf h Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 pelanggaran lainnya adalah sanksi yang
Tentang Otoritas Jasa Keuangan, menyatakan menjerahkan, baik secara administratif maupun
bahwa OJK mempunyai wewenang pidana. Oleh karena itu. Revisi UU OJK dan UU
menetapkan sanksi administratif terhadap terkait (seperti UU ITE dan Peraturan BI) terkait
pihak yang telah terbukti melakukan materi Fintech menjadi keniscayaan dan sangat
pelanggaran terhadap peraturan perundang- opsional sebagai wujud hukum responsif.
undangan di sektor jasa keuangan dan Sehingga hal tersebut akan diikuti oleh
memberikan dan mencabut izin usaha; izin peraturan OJK terkait teknis yang sesuai dengan
orang perseorangan; efektifnya pernyataan kebutuhan dalam pengaturan.19
pendaftaran; surat tanda terdaftar; persetujuan Keberadaan Fintech yang semakin
melakukan kegiatan usaha; pengesahan; berkembang akan membutuhkan regulasi
persetujuan atau penetapan pembubaran; dan tersendiri. Artinya, secara hukum responsif,
penetapan lain sebagaimana dimaksud dalam regulasi ini akan menjadi rujukan dalam
peraturan perundang-undangan di sektor jasa pembentukan rancangan Undang-Undang
keuangan.17 Fintech. Ekspektasinya, pengaturan terkait
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun Fintech akan terakomordir dengan kongkrit,
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan demikian regulasi yang menjadi acuan
yang menyatakan bahwa OJK berfungsi penyelenggaraan Fintech menjadi rujukan
menyelenggarakan sistem pengaturan dan dalam menyelesaikan sengketa dan melindungi
pengawasan yang terintegrasi terhadap konsumen dan menginklusifkan keuangan.20
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa Melalui Undang-undang Nomor 8 Tahun
keuangan. 18 Namun adanya problematika 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Fintech, regulasi Fintech dianggap lemah dalam menetapkan 9 (Sembilan) hak konsumen,
pengaturan dan pengawasan. Sehingga karena diantaranya yaitu:21
hal tersebut, rekonstruksi regulasi Fintech harus 1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan
dilakukan oleh stakeholders. Pertama adalah keselamatan dalam mengkonsumsi
regulasi harus disesuaikan dengan kebutuhan, barang dan/atau jasa;
Fintech Ilegal, suku bunga tinggi dan 2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa
mekanisme penarikan kredit di lapangan secara serta mendapatkan barang dan/atau jasa
intimidatif merupakan kasus yang harus tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
dipertimbangkan. Tidak hanya itu, regulasi yang kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
terpadu pun sangat dibutuhkan, mengingat 3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan
tumpang tindih dan banyaknya kasus yang jujur mengenai kondisi dan jaminan
diselesaikan dengan hukum pidana. barang dan/atau jasa;
Melihat dari problematika tersebut, perlu 4) Hak untuk didengar pendapat dan
adanya regulasi mengikat dan mendidik, revisi keluhannya atas barang dan/atau jasa
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang yang digunakan;
Otoritas Jasa Keuangan (Selanjutnya, UU OJK) 5) Hak untuk mendapatkan advokasi,
dan Rancangan Undang-Undang Fintech (RUU perlindungan, dan upaya penyelesaian

17Ibid Rekonstruksi Konsep Penyelesaian Sengketa Peer-To-Peer


18 Santi, Ernama., Budiharto., Saptono, Hendro. 2017. Lending. Jurnal Legislatif. Vol. 3 No. 1: 126.
Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan terhadap Financial 20Nabila Aulia Rahma, Adi Fauzanto, Keri Pranata. Op.Cit.

Technology (POJK Nomor 7/pojk.01/2016). Jurnal Hukum 127.


Bisnis. Vol. 6 No. 3: 3. 21Pasal 4 UUPK
19 Nabila Aulia Rahma, Adi Fauzanto, Keri Pranata. 2019.

Responsif Law System Of Financial Technology: Upaya

21
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

sengketa perlindungan konsumen secara Dalam pemanfaatan teknologi informasi,


patut; perlindungan data pribadi menjadi salah satu
6) Hak untuk mendapat pembinaan dan bagian dari hak privasi seseorang. Untuk
pendidikan konsumen; memberikan kepastian hukum dan rasa aman
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani kepada pengguna system elektronik, dalam
secara benar dan jujur serta tidak Undang-Undang ini diatur tentang
diskriminatif; perlindungan data privasi seseorang yang
8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, tercantum pada pasal 26 ayat (1) Undang-
ganti rugi dan/atau penggantian, apabila Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
barang dan/atau jasa yang diterima tidak Informasi dan Transaksi Elektronik yang
sesuai dengan perjanjian atau tidak berbunyi sebagai berikut:
sebagaimana mestinya; “Kecuali ditentukan lain oleh peraturan
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan, pengguna setiap
peraturan perundang-undangan lainnya. informasi melalui media elektronik yang
Dari kesembilan butir hak konsumen yang menyangkut data privasi seseorang harus
diberikan di atas, terlihat bahwa masalah dilakukan atas persetujuan orang yang
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan bersangkutan.”
konsumen merupakan hak yang paling pokok Dalam penjelasan pasal 26 ayat (1) Undang-
dan utama dalam perlindungan konsumen. Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Tindakan perusahaan-perusahaan fintech Informasi dan Transaksi Elektronik dijelaskan
P2P Lending, baik yang legal maupun illegal bahwa hak pribadi dalam ketentuan pasal
dalam penagihan pinjaman uang kepada tersebut adalah sebagai berikut:24
konsumen dengan cara mengintimidasi dan 1) Hak merupakan hak untuk menikmati
melakukan pengancaman serta menyebarkan kehidupan pribadi dan bebas dari segala
data pribadai konsumen di media sosial macam gangguan.
sangatlah tidak memperlihatkan asas-asas 2) Hak pribadi merupakan hak untuk dapat
perlindungan konsumen, khususnya asas berkomunikasi dengan orang lain tanpa
keamanan dan keselamatan konsumen tindakan memata-matai.
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 3) Hak pribadi merupakan hak untuk
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang mengawasi akses informasi tentang
Perlindugnan Konsumen yang dimaksudkan kehidupan pribadi dan data seseorang.
untuk memberikan jaminan atas keamanan dan Jadi sebagaimana yang diatur dalam pasal 26
keselamatan kepada konsumen dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan Informasi dan Transaksi Elektronik, bahwa
barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau pengguna setiap informasi dan data privasi
digunakan. 22 Berbagai kemudahan adalah melalui media elektronik yang dilakukan tanpa
melakukan transaksi pinjaman uang secara adanya persetujuan pemilik data tersebut
online dalam platform berupa aplikasi-aplikasi adalah sebuah pelanggaran terhadap hak
yang dapat diunduh di smartphone. Sebenarnya privasi seseorang.
akan menjadi persoalan hukum, khususnya Selanjutnya dalam ketentuan Undang-
pengamanan dalam sistem informasi itu Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
sendiri. Tanpa pengamanan yang ketat dan perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
canggih, perkembangan teknologi yang Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
maksimal kepada masyarakat. Teknologi digital Elektronik pasal 26 ayat (2) terdapat sebuah
memungkinkan penyalahgunaan digital ketentuan baru yaitu tentang diberikannya hak
memungkinkan penyalahgunaan informasi terhadap pemilik data pribadi yang merasa
secara mudah, sehingga masalah keamanan dirugikan untuk melakukan suatu gugatan atas
system informasi menjadi sangat penting.23 kerugian yang timbul karena dilanggarnya

22Janus Sidabalok. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen dalma-sistem-hukum-nasional-html, Diakses pada tanggal
di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 97. 2 April 2021, pukul 22.51.
23 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum- 24Mohammad Ramabayu Sutan Hassanudin Yusuf. Loc.cit.

teknologi/668-dinamika-konvergensi-hukum-telematika- 19-20.

22
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

ketentuan dari pasal 26 ayat (1) yaitu bahwa a) warga negara Indonesia dan/atau
setiap penggunaan informasi dan data privasi badan hukum Indonesia;
dalam media elektronik harus terlebih dahulu b) warga negara asing dan/atau badan
mendapatkan persetujuan dari pemilik data hukum asing.”
tersebut bersangkutan. Penerima pinjaman adalah orang dan/atau
Lebih lanjut lagi dalam revisi Undang- badan hukum yang mempunyai utang karena
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang perjanjian layanan pinjam meminjam uang
Informasi dan Transaksi Elektronik pada pasal berbasis teknologi informasi. Dalam peraturan
26 khususnya pasal 26 ayat (3) dan (4) ini juga dijelaskan mengenai yang termasuk ke
mengalami banyak kemajuan yaitu di dalam kategori ini, sebagaimana diatur Pasal 15
tambahkannya hak untuk dihapuskan apabila POJK P2PL, yaitu:26
suatu data pribadi dianggap sudah tidak relevan 1) “Penerima Pinjaman harus berasal dan
lagi dengan kebutuhannya. Hal ini penting berdomisili di wilayah hukum Negara
bahwa sebagai debitur dalam aplikasi pinjaman Kesatuan Republik Indonesia.
dana berbasis financial technology yang telah 2) Penerima Pinjaman sebagaimana
melaksanakan kewajiban pelunasan dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
pinjamannya harus adanya mekanisme a) orang perseorangan warga negara
penghapusan data pribadi yang diberikan Indonesia; atau
kepada penyedia jasa pinjaman dana berbasis b) badan hukum Indonesia.”
financial technology pada saat awal perjanjian Pemberi pinjaman adalah orang, badan
utang-piutang tersebut dibuat. Sehingga ketika hukum, dan/atau badan usaha yang
perjanjian utang-piutang telah selesai karena mempunyai piutang karena perjanjian layanan
pembayaran maka data pribadi yang diberikan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
sebagai persyaratan pengajuan pinjaman. informasi. Dalam peraturan ini juga dijelaskan
mengenai yang termasuk ke dalam kategori ini,
B. Penerapan Hukum Fintech dalam Bentuk sebagaimana diatur Pasal 16 POJK P2PL, yaitu:
Layanan Pinjam Meminjam Berbasis 1) Pemberi Pinjaman dapat berasal dari
Teknologi Informasi serta Dampak dalam dan/atau luar negeri.
Disrupsinya 2) Pemberi Pinjaman sebagaimana
Penyelenggara layanan pinjam meminjam dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
uang berbasis teknologi informasi yang a) orang perseorangan warga negara
selanjutnya disebut penyelenggara adalah Indonesia;
badan hukum indonesia yang menyediakan, b) orang perseorangan warga negara
mengelola, dan mengoperasikan layanan asing;
pinjam meminjam uang berbasis teknologi c) badan hukum Indonesia/asing;
informasi. Selanjutnya diatur pula mengenai d) badan usaha Indonesia/asing;
yang termasuk ke dalam Penyelenggara dan/atau
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) dan e) lembaga internasional.
Pasal 3 ayat (1) POJK P2PL yaitu :25 Perjanjian atau kontrak elektronik yang
A. Pasal 2 dibentuk para pihak tersebut menimbulkan
(2) “Badan hukum Penyelenggara hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut
berbentuk : lahir dari hubungan kontraktual para pihak, baik
a) perseroan terbatas; atau bagi pemberi pinjaman, penerima pinjaman
b) koperasi.” maupun penyelenggara layanan fintech
B. Pasal 3 berbasis Peer to peer Lending. Secara garis
(1) “Penyelenggara berbentuk badan besar mekanisme Peer to peer Lending hampir
hukum perseroan terbatas sebagaimana sama dengan mekanisme perjanjian pinjam
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, meminjam uang yang dikenal dalam lapangan
dapat didirikan dan dimiliki oleh: hukum privat. Letak perbedaannya selain pada
keikutsertaan pihak ketiga (penyelenggara),

25Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) POJK P2PL. 26Pasal 15 POJK P2PL.

23
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

proses pembuatan perjanjian melalui media teknologi, maka terdapat pihak lain selaku
internet serta hubungan hukum para pihak penyelenggara layanan yang turut serta
yang terbangun antara para pihak melalui menjadi perantara antara para pihak.
sebuah perjanjian.27 Kedudukan penyelenggara adalah sebagai
Mengenai hubungan hukum para pihak pihak ketiga yang menyediakan platform
dalam pelaksanaan Peer to peer Lending yang marketplace bagi para pengguna,
terbangun dalam sebuah perjanjian atau mengkualifikasikan penerima pinjaman yang
kontrak elektronik, telah diatur pada Pasal 18 kredibel sesuai hasil akumulasi skor kredit,
POJK P2PL, yang menyatakan bahwa perjanjian serta mengontrol dan mengawasi jalannya
tersebut terbagi menjadi : transaksi yang terjadi antara pemberi pinjaman
a) perjanjian antara penyelenggara dengan dan penerima pinjaman. Pasal 18 POJK Nomor
pemberi pinjaman; dan 77/POKL.01/2016 tentang Layanan Pinjam
b) perjanjian antara pemberi pinjaman Meminjam Uang berbasis Teknologi Informasi
dengan penerima pinjaman. menyebutkan dua jenis perjanjian pelaksanaan
Selain lembaga perbankan, perusahaan peer kegiatan Peer to peer Lending yaitu :
to peer lending juga menawarkan keunggulan a) Perjanjian antara Penyelenggara
kompetitif untuk menyatukan pemberi Layanan Peer to peer Lending dengan
pinjaman. Keuntungan ini termasuk: margin pemberi pinjaman; dan
bunga yang sangat rendah karena biaya b) Perjanjian antara pemberi pinjaman
administrasi rendah, kemampuan untuk dengan penerima pinjaman. Perjanjian
menawarkan pinjaman kepada beberapa pinjam meminjam tersebut dilakukan
peminjam yang mungkin ditolak oleh bank dengan media elektronik.
(unbankabel), dan penggunaan inovatif mereka Peer to peer lending merupakan gambaran
yaitu teknologi untuk memberikan transparansi pasar online dimana pemberi pinjaman yang
yang lebih besar, fleksibilitas, cepat dan layanan juga disebut sebagai lender dapat
yang lebih nyaman bagi pemberi pinjaman atau meminjamkan uang kepada individu atau usaha
peminjam. kecil (borrower). Dalam hal ini, para peminjam
Layanan Peer to peer Lending bisa mendapatkan pendanaan dari banyak
mempermudah masyarakat yang ingin mencari individu serta pihak pemberi pinjaman dapat
modal usaha ataupun untuk kebutuhan pribadi memperoleh keuntungan langsung dari para
dengan proses yang singkat dan tanpa jaminan. penerima pinjaman. 29 Layanan pinjam
Terlebih lagi, layanan tersebut dapat menarik meminjam uang berbasis teknologi ini bagi
masyarakat yang belum terjangkau oleh bank pihak yang membutuhkan dana mereka dapat
baik karena lokasi tempat tinggalnya yang memenuhi kebutuhan dana tunai, sedangkan
terpencil maupun karena tidak memenuhi bagi para investor dapat menginvestasikan
kriteria penerima pinjaman Bank. Otoritas Jasa dananya. Hal tersebut dapat dilakukan secara
Keuangan (OJK) mengawasi langsung jalannya cepat, mudah dan efisien serta meningkatkan
kegiatan tersebut dan hingga saat ini kegiatan daya saing.
tersebut dipayungi oleh Peraturan OJK Nomor Keunggulan dari layanan pinjam meminjam
77/POKL.01/2016 tentang Layanan Pinjam uang berbasis teknologi informasi yaitu
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, tersedianya berbagai keperluan pihak secara
Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor online untuk memenuhi, antara lain:
18/SEOJK.02/2017 serta beberapa aturan 1) Dokumen perjanjian untuk keperluan
perundang-undangan lainnya.28 para pihak dalam bentuk elektronik
Kegiatan Peer to peer Lending pada dasarnya 2) Kuasa hukum untuk mempermudah
merupakan kegiatan pinjam-meminjam antara transaksi
penerima pinjaman dan pemberi pinjaman 3) Penilaian risiko terhadap para pihak
namun karena pelaksanaannya menggunakan 4) Pengiriman informasi tagihan (collection)

27 https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/1234567 28Ibid

89/4643/Gaby%20Yolanda%20Arista%20Putri.pdf?seque 29Subekti.
1994. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT
nce=1&isAllowed=y, Diakses pada tanggal 27 februari Intermasa. 152.
2021. Pukul 18.00.

24
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

5) Penyediaan informasi status pinjaman Berbasis Teknologi Informasi. Adapun


kepada para pihak sanksi yang dapat dikenakan bagi
6) Penyediaan escrow account dan virtual perusahaan Fintech yang bermasalah
account di perbankan kepada para pihak, yaitu sanksi pidana, sanksi perdata
sehingga seluruh pelaksanaan maupun sanksi administratif.
pembayaran dana berlangsung dalam 2. Perlindungan terhadap pelaku Dunia
sistem perbankan.30 Perbankan khususnya Fenomena inovasi
Perkembangan fintech yang pesat di disruptif muncul karena disertai banyak
Indoneisa membuat semakin tingginya faktor yang mendukung. dimana
permintaan atas kemajuan teknologi. Salah masyarakat zaman sekarang beralih
satunya masuknya P2P Lending di Indonesia. menggunakan teknologi karena ada
Peer to peer lending adalah salah satu empat alasan yaitu : kepastian,
primadona alternative investasi di Indonesia. Di kecepatan, kenyamanan dan keamanan.
Indonesia, peer to peer lending mulai dikenal Sehingga dari teknologi yang lebih
sejak awal tahun 2015, ketika beberapa berinovasi tersebut dapat mengganggu
perusahaan P2P Lending mencoba membuka bisnis atau pelaku pasar, sehingga
pasar di Indonesia dan ternyata mendapatkan peningkatan pengawasan merupakan
sambutan yang cukup baik. bentuk perlindungan hukum yang
P2P Lending menjanjikan solusi bagi orang diberikan oleh pihak terkait dalam hal ini
yang memerlukan pinjaman dan orang yang BI dan OJK dalam mewujudkan sistem
mencari alternatif investasi. Peminjam layanan keuangan yang memberikan
mendapatkan pinjaman terjangkau dengan dampak positif bagi kemajuan ekonomi
proses mudah dan cepat, sedangkan pemberi Indonesia.
pinjaman mendapatkan pengembalian berbasis
bunga karena telah mendanai pinjaman. B. Saran
Penerbitan POJK mengenai fintech khususnya 1. Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga
terkait Layanan Pinjam Meminjam Uang pengawas kegiatan perbankan
Berbasis Teknologi Informasi (Peer to Peer diharapkan untuk lebih banyak
Lending) merupakan tindak lanjut atas melakukan sosialisasi terkait aturan-
komitmen OJK untuk mengembangkan fintech aturan terhadap masyarakat khususnya
yang telah dicanangkan sejak tahun 2016.31 penyelenggara Financial Technology
dalam bentuk Pinjam Meminjam
PENUTUP Berbasis Teknologi Informasi (Peer to
A. Kesimpulan Peer Lending) yaitu peraturan nomor
1. Pengaturan hukum yang mengatur 77/POJK.01/2016. Regulasi yang
mengenai Financial Technology (Fintech) dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal
Di Indonesia, yaitu Kitab Undang-Undang ini OJK juga harus memberikan berbagai
Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang- kemudahan bagi bisnis Fintech agar
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang dapat menumbuhkan inovasi yang kreatif
Pembentukan Peraturan Perundang- artinya tidak perlu menjawab regulasi
Undangan, Undang-Undang Nomor 21 baru tetapi menguatkan regulasi yg
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa sudah ada sebelumnya.
Keuangan, Undang-Undang Nomor 11 2. Regulasi yang dikeluarkan oleh
Tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor pemerintah dalam hal ini OJK harus
19 Tahun 2016 tentang Informasi dan memberikan berbagai kemudahan bagi
Transaksi Elektronik, Peraturan Otoritas bisnis Fintech agar dapat menumbuhkan
Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 inovasi yang kreatif untuk mengurangi
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang dampak disrupsi. Perlu diatur mekanisme

30Ibid. terkini/pages/OJK-Keluarkan-AturanBaru-Terkait-
31 Otoritas
Jasa Keuangan, “OJK Keluarkan Atuarn Baru Fintech.aspx, Diakses pada tanggal 27 Februari 2021,
Terkait Fintech (Online)”, dalam pukul 18.25.
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-

25
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021

perlindungan data pribadi yang spesifik Muhammad Abdulkadir. 1990. Hukum


sebagai payung hukum perlindungan Perikatan. Bandung: Citra Aditya
data pribadi dalam penggunaan Bakti.
teknologi informasi, dimana di dalamnya E. Fernando M. Manullang. 2007. Menanggapi
juga mengatur perlindungan data pribadi Hukum Berkeadilan Tinjauan
dalam kegiatan pinjam P2P Lending. Hukum Kodrat dan Anatomi Nilai.
Jakarta: PT. Kompas Media
DAFTAR PUSTAKA Nusantara. 317.
Djoni S, Gazali dan Rachmadi Usman. 2012. Santi, Ernama., Budiharto., Saptono, Hendro.
Hukum Perbankan. 2. Jakarta: 2017. Pengawasan Otoritas Jasa
Sinar Grafika. Keuangan terhadap Financial
Nur Kholis. 2018. Perbankan Dalam Era Baru Technology (POJK Nomor
Digital. Jurnal Economicus. Vol. 9 7/pojk.01/2016). Jurnal Hukum
No. 1: 84. Bisnis. Vol. 6 No. 3: 3.
C.F.G. Sunaryati Hartono. 1991. Politik Hukum Nabila Aulia Rahma, Adi Fauzanto, Keri Pranata.
Menuju Satu Sistem Hukum 2019. Responsif Law System Of
Nasional. 2. Bandung: Alumni. Financial Technology: Upaya
Imam Kabul. 2005. Paradigma Pembangunan Rekonstruksi Konsep Penyelesaian
Hukum di Indonesia. 2. Sengketa Peer-To-Peer Lending.
Yogyakarta: Kurnia Kalam. Jurnal Legislatif. Vol. 3 No. 1: 126.
Muhammad Rusydianto. 2017. Dinamika Janus Sidabalok. 2006. Hukum Perlindungan
Hukum dan Ekonomi Dalam Konsumen di Indonesia. Bandung:
Realitas Sosial di Indonesia (Studi Citra Aditya Bakti.
Kritis Terhadap KEbijakan Hukum- Subekti. 1994. Pokok-Pokok Hukum Perdata.
Ekonomi di Indonesia). Jurnal Jakarta: PT Intermasa.
Rechtsvinding. Volume 6 Nomor 3:
323.
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi.
2019. Volume: 10 No. 1: Januari –
September 2019. 51-66.
Zainuddin Ali. 2014. Metode Penelitian Hukum.
Jakarta: Sinar Grafika.
Bambang Sunggono. 2001. Metodologi
Penelitian Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2015.
Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada..
Mukti Fajar N D dan Yulianto Ahmad. 2010.
Dualisme Penelitian Hukum
Normatif dan Hukum Empiris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar..
Abintoro Prakoso. 2016. Penemuan Hukum.
Sistem, Metode, Aliran dan
Prosedur dalam Menemukan
Hukum. Yogyakarta: Laks Bang
Pressindo. 95.
Supramono Gatot. 2013. Perjanjian Utang
Piutang. Jakarta: Prenada Media
Group.

26

Anda mungkin juga menyukai