7/Jun/2021
KAJIAN YURIDIS TERHADAP PENGATURAN seperti pembayaran iuran listrik (PLN), air
DAN PENERAPAN FINANCIAL TECHNOLOGY minum (PAM), pembayaran pajak, dan lain
(FINTECH) DALAM BENTUK LAYANAN PINJAM sebagainya saat ini tidak lagi mengandalkan
MEMINJAM BERBASIS TEKNOLOGI jasa/layanan secara langsung dengan
INFORMASI SERTA DAMPAK DISRUPSINYA1 konsumen, melainkan dapat dilakukan melalui
Oleh: Nivita Christine Rombot2 pembayaran secara online.
Ronny A. Maramis Kegiatan lembaga perbankan pun
Devy K.G. Sondakh dihadapkan pada tantangan di era Teknologi
Informasi, oleh karena dalam memberikan
ABSTRAK kredit, bank dituntut memperhatikan
Metode penelitian yang digunakan dalam persyaratan tertentu terhadap watak
penulisan tesis ini ialah penelitian hukum (character), kemampuan (capacity), modal
normatif yang menggunakan data sekunder (capital), agunan (collateral), dan prospek
yang mencakup bahan hukum primer, bahan usaha nasabah debitur (condition of economy)
hukum sekunder dan bahan hukum tertier yang atau prinsip 5C’s. 3 Pemberian kredit oleh
diperoleh melalui studi kepustakaan dengan lembaga perbankan memperhatikan pelbagai
mengkaji, menelaah dan mengolah peraturan aspek seperti persyaratan adanya
perundangan-undangan, jurnal-jurnal hukum, agunan/jaminan (collatereal) misalnya objek
artikel-artikel atau tulisan, ensiklopedia serta Hak Tanggungan berupa tanah, kebun,
kamus hukum melalui analisis secara normatif bangunan dan lainnya yang sudah tentu
dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan memerlukan waktu dalam penilaian lokasi dan
Perlindungan terhadap pelaku Dunia legalitas haknya, serta membutuhkan
Perbankan khususnya Fenomena inovasi hubungan secara langsung antara pemohon
disruptif muncul karena disertai banyak faktor kredit dengan bank.
yang mendukung. dimana masyarakat zaman Perkembangan perusahaan Financial
sekarang beralih menggunakan teknologi Technology (Fintech) sebagai perusahaan
karena ada empat alasan yaitu : kepastian, berbasis teknologi informasi, merupakan
kecepatan, kenyamanan dan keamanan. kenyataan baru dalam masyarakat. Sejarah
Sehingga dari teknologi yang lebih berinovasi Fintech sendiri dimulai pada bulan Maret 2015
tersebut dapat mengganggu bisnis atau pelaku dengan diadakannya pertemuan komunitas
pasar, sehingga peningkatan pengawasan Fintech. 4 Tetapi pengaturannya baru terwujud
merupakan bentuk perlindungan hukum yang ketika diberlakukan Peraturan Otoritas Jasa
diberikan oleh pihak terkait dalam hal ini BI dan Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang
OJK dalam mewujudkan sistem layanan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
keuangan yang memberikan dampak positif Teknologi.
bagi kemajuan ekonomi Indonesia. 1) Adapun beberapa peraturan terkait
Kata Kunci: Financial Technology (Fintech), dengan judul penelitian ini yaitu Undang-
Pinjam Meminjam, Teknologi Informasi, Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Disrupsinya Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, Undang-Undang Nomor 21
PENDAHULUAN Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
A. Latar Belakang Masalah Keuangan, Undang-Undang Nomor 8
Revolusi Industri 4.0 sudah diambang pintu, Tahun 1999 tentang Perlindungan
dan akan benar-benar mengubah cara kita Konsumen, Undang-Undang Nomor 11
hidup dan bekerja saat ini. Kedatangan era baru Tahun 2008 jo. Undang-Undang Nomor
ini dipicu oleh data dan perangkat terhubung 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
internet yang mampu mengumpulkan dan Transaksi Elektronik, Kitab Undang-
memproses aliran informasi. Layanan publik Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
17
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
5 C.F.G.Sunaryati Hartono. 1991. Politik Hukum Menuju 6Imam Kabul. 2005. Paradigma Pembangunan Hukum di
Satu Sistem Hukum Nasional. 2. Bandung: Alumni. 21 Indonesia. 2. Yogyakarta: Kurnia Kalam. 11.
18
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
mempunyai sisi negatif sekaligus positif. hatian guna tetap menjaga stabilitas moneter,
Dampak positif antara lain :7 stabilitas sistem keuangan, dan sistem
1) Segala kebijakan pemerintah yang pembayaran yang efisien, lancar, aman, dan
diberlakukan berdasarkan peraturan andal. Disamping itu, OJK mempunyai fungsi,
perundang-undangan; tugas, dan wewenang pengaturan,
2) Terjaminnya unsur kepastian hukum di pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
setiap perubahan yang ada; dan sektor jasa keuangan.8
3) Hukum berjalan searah dengan
pembangunan ekonomi sehingga tidak B. Rumusan Masalah
menghambat perekonomian negara. Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
Sedangkan dampak negatifnya antara maka dirumuskan beberapa masalah sebagai
lain: berikut :
a) Hukum sering digunakan sebagai 1. Bagaimana pengaturan hukum mengenai
legalitas dan/atau sarana untuk Financial Technology (Fintech) di
memaksakan suatu kehendak yang Indonesia ?
menguntungkan kepentingan pihak 2. Bagaimana penerapan hukum Fintech
tertentu dan merugikan orang dalam bentuk layanan pinjam-meminjam
banyak; berbasis teknologi informasi serta
b) Hukum lebih dianggap sebagai dampak disrupsinya ?
instrumen pendukung sistem
ekonomi, sehingga mengakibatkan C. Metode Penelitian
ekonomi lebih determinan atas Penelitian ini adalah penelitian hukum
hukum; normatif, atau disebut juga dengan penelitian
4) Menurunnya kesadaran dan ketaatan yuridis normatif, 9 atau penelitian doktrinal. 10
masyarakat terhadap hukum (peraturan Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji
perundang-undangan) yang berlaku. merumuskan bahwa penelitian hukum normatif
Sehubungan dengan Fintech yang adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
pengaturannya baru dalam bentuk Peraturan meneliti bahan pustaka atau data sekunder
Otoritas Jasa Keuangan, tidak terpisahkan dari belaka.11
kehadiran Fintech yang relatif masih baru dan Mukti Fajar N D dan Yulianto Ahmad
dinamikanya baru dapat diketahui sejauh mana merumuskan bahwa penelitian hukum normatif
aspek-aspek yang timbul sehingga di perlukan adalah penelitian yang meletakkan hukum
suatu instrumen hukum yang lebih tinggi sebagai sistem norma. Sistem norma yang
seperti Undang-Undang tentang Fintech atau dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,
penamaan lainnya. Untuk itu, penting bagi para kaidah dari peraturan perundang-undangan,
regulator merumuskan bagaimana seharusnya putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin
inovasi ini tetap dalam aturan. Di Indonesia (ajaran).12
sendiri, terdapat beberapa regulator yang Dalam penelitian ini bahwa yang digunakan
mengatur pertumbuhan sektor Fintech, antara pada Pendekatan Yuridis Normatif, adalah
lain Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan Pendekatan Perundang-Undangan (Statute
(OJK) dan KOMINFO. Regulator tersebut, approach) dimana dalam penelitian yang
mengatur penyelenggaraan Teknologi Finansial dilakukan, lebih ada pendalaman akan
untuk mendorong inovasi di bidang keuangan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan menerapkan prinsip perlindungan yang mengatur berbagai hal terkait dengan
konsumen serta manajemen risiko dan kehati- rumusan masalah yang menjadi pembahasan
7 Muhammad Rusydianto. 2017. Dinamika Hukum dan 10 Bambang Sunggono. 2001. Metodologi Penelitian
Ekonomi Dalam Realitas Sosial di Indonesia (Studi Kritis Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 43.
Terhadap KEbijakan Hukum-Ekonomi di Indonesia). Jurnal 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2015. Penelitian
Rechtsvinding. Volume 6 Nomor 3: 323. Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja
8 Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi. 2019. Grafindo Persada. 13.
Volume: 10 No. 1: Januari – September 2019. 51-66. 12 Mukti Fajar N D dan Yulianto Ahmad. 2010. Dualisme
9Zainuddin Ali. 2014. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Penelitian Hukum Normatif dan Hukum Empiris.
Sinar Grafika. 12. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 34.
19
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
dan tinjauan hukum normatif terhadap Hukum utang karena perjanjian layanan pinjam
Fintech dalam layanan simpan pinjam berbasis meminjam uang berbasis teknologi informasi.
teknologi informasi serta pengaruh disrupsi Pemberi pinjaman (Investor) adalah orang,
pada stabilitas lembaga keuangan akibat badan hukum, dan/atau badan usaha yang
kehadiran perusahaan Fintech. mempunyai piutang karena perjanjian layanan
pinjam meminjam uang berbasis teknologi
HASILDAN PEMBAHASAN informasi.15
A. Pengaturan Hukum Mengenai Financial Ketentuan Pasal 1754 KUHPerdata tersebut
Technology (Fintech) Di Indonesia menunjukkan bahwa seseorang yang
Pasal 1754 Kitab Undang-Undang Hukum meminjamkan sejumlah uang atau barang
Perdata disebutkan, pinjam-meminjam ialah tertentu kepada pihak lain, ia akan memberi
perjanjian dengan mana pihak yang satu kembali sejumlah uang yang sama sesuai
memberikan kepada pihak yang lain suatu dengan persetujuan yang disepakati. Dan juga
jumlah tertentu barang-barang yang menghabis dari defenisi Pasal 1754 KUHPerdata bahwa
karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak orang yang menerima pinjaman menjadi
yang belakangan ini akan mengembalikan pemilik mutlak barang pinjaman itu dan bila
sejumlah yang sama dari macam dan keadaan barang itu musnah maka yang bertanggung
yang sama pula. 13 Yang dimaksud dengan jawab adalah peminjam itu sendiri.
barang-barang dalam hal ini termasuk juga Adakalanya lembaga pembiayaan dalam
dengan uang. menjalankan usahanya melanggar aturan-
Dilihat dari bentuknya, perjanjian hutang aturan yang ada, apabila telah terbukti terjadi
piutang antara orang perseorangan pada pelanggaran terhadap kegiatan
umumnya dapat mempergunakan bentuk penyelenggaraan layanan Fintech jenis peer to
perjanjian baku (standard contract) maupun peer lending, tidak luput dari ancaman sanksi.
non baku tergantung kesepakatan para pihak. Pengaturan sanksi dalam POJK LPMUBTI harus
Pinjam meminjam uang pada saat ini bisa mengedepankan kepastian baik bagi pengguna
dilakukan diberbagai tempat, tidak jarang jasa maupun penyelenggara layanan Fintech
syarat dan proses pinjam meminjamnya pun jenis peer to peer lending. Sesuai Pasal 6 ayat (1)
semakin mudah. 14 Tidak jarang syarat dan huruf i Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
proses pinjam meminjamnya pun semakin tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
mudah. Salah satu bentuk perkembangan undangan, diatur bahwa materi muatan
teknologi melalui internet dalam bidang peraturan perundang-undangan harus
keuangan ini adalah financial technologi mencerminkan asas ketertiban dan kepastian
berbasis peer to peer lending. hukum, bahwa setiap materi muatan peraturan
P2P (peer-to-peer) Lending adalah perundang-undangan harus dapat mewujudkan
penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan kepastian hukum. Peraturan haruslah
Penerima Pinjaman dalam rangka melakukan mengandung kepastian yang berlaku sebagai
perjanjian pinjam meminjam melalui sistem norma pengatur, pembimbing, dan penuntun
elektronik dengan menggunakan jaringan perilaku ideal warga dalam kehidupan
internet dengan tidak memberikan jaminan bernegara yang dilengkapi dengan sistem
(agunan). Layanan P2P merupakan sanksi yang bersifat memaksa sehingga dapat
penyelenggara badan hukum Indonesia yang memberikan efek jera guna memperbaiki
menyediakan, mengelola, dan mengoperasikan perilaku menyimpang dan memulihkan
layanan pinjam meminjam uang berbasis keadaan kepada kondisi yang diidealkan.16
teknologi informasi. Penerima pinjaman adalah OJK selaku lembaga pengawas industri jasa
orang dan/atau badan hukum yang mempunyai keuangan, untuk melaksanakan tugas
20
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
pengawasannya yang terdapat dalam Pasal 8 FINTECH) nampaknya harus dilakukan. Hal ini
huruf i Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 diperlukan, mengingat pengaturan terkait
Tentang Otoritas Jasa Keuangan yaitu dengan Fintech hanya diatur dalam Peraturan
menetapkan peraturan mengenai tata cara OJK, yang hanya bersifat teknis dan sanksi
pengenaan sanksi sesuai dengan ketentuan administratif serta pencabutan izin. Sedangkan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa untuk memberikan efek jera terhadap pelaku
keuangan. Berdasarkan Pasal 9 huruf g dan pengguna Fintech ilegal dan dengan
huruf h Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 pelanggaran lainnya adalah sanksi yang
Tentang Otoritas Jasa Keuangan, menyatakan menjerahkan, baik secara administratif maupun
bahwa OJK mempunyai wewenang pidana. Oleh karena itu. Revisi UU OJK dan UU
menetapkan sanksi administratif terhadap terkait (seperti UU ITE dan Peraturan BI) terkait
pihak yang telah terbukti melakukan materi Fintech menjadi keniscayaan dan sangat
pelanggaran terhadap peraturan perundang- opsional sebagai wujud hukum responsif.
undangan di sektor jasa keuangan dan Sehingga hal tersebut akan diikuti oleh
memberikan dan mencabut izin usaha; izin peraturan OJK terkait teknis yang sesuai dengan
orang perseorangan; efektifnya pernyataan kebutuhan dalam pengaturan.19
pendaftaran; surat tanda terdaftar; persetujuan Keberadaan Fintech yang semakin
melakukan kegiatan usaha; pengesahan; berkembang akan membutuhkan regulasi
persetujuan atau penetapan pembubaran; dan tersendiri. Artinya, secara hukum responsif,
penetapan lain sebagaimana dimaksud dalam regulasi ini akan menjadi rujukan dalam
peraturan perundang-undangan di sektor jasa pembentukan rancangan Undang-Undang
keuangan.17 Fintech. Ekspektasinya, pengaturan terkait
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 21 Tahun Fintech akan terakomordir dengan kongkrit,
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan demikian regulasi yang menjadi acuan
yang menyatakan bahwa OJK berfungsi penyelenggaraan Fintech menjadi rujukan
menyelenggarakan sistem pengaturan dan dalam menyelesaikan sengketa dan melindungi
pengawasan yang terintegrasi terhadap konsumen dan menginklusifkan keuangan.20
keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa Melalui Undang-undang Nomor 8 Tahun
keuangan. 18 Namun adanya problematika 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Fintech, regulasi Fintech dianggap lemah dalam menetapkan 9 (Sembilan) hak konsumen,
pengaturan dan pengawasan. Sehingga karena diantaranya yaitu:21
hal tersebut, rekonstruksi regulasi Fintech harus 1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan
dilakukan oleh stakeholders. Pertama adalah keselamatan dalam mengkonsumsi
regulasi harus disesuaikan dengan kebutuhan, barang dan/atau jasa;
Fintech Ilegal, suku bunga tinggi dan 2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa
mekanisme penarikan kredit di lapangan secara serta mendapatkan barang dan/atau jasa
intimidatif merupakan kasus yang harus tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
dipertimbangkan. Tidak hanya itu, regulasi yang kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
terpadu pun sangat dibutuhkan, mengingat 3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan
tumpang tindih dan banyaknya kasus yang jujur mengenai kondisi dan jaminan
diselesaikan dengan hukum pidana. barang dan/atau jasa;
Melihat dari problematika tersebut, perlu 4) Hak untuk didengar pendapat dan
adanya regulasi mengikat dan mendidik, revisi keluhannya atas barang dan/atau jasa
Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang yang digunakan;
Otoritas Jasa Keuangan (Selanjutnya, UU OJK) 5) Hak untuk mendapatkan advokasi,
dan Rancangan Undang-Undang Fintech (RUU perlindungan, dan upaya penyelesaian
21
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
22Janus Sidabalok. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen dalma-sistem-hukum-nasional-html, Diakses pada tanggal
di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 97. 2 April 2021, pukul 22.51.
23 http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum- 24Mohammad Ramabayu Sutan Hassanudin Yusuf. Loc.cit.
teknologi/668-dinamika-konvergensi-hukum-telematika- 19-20.
22
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
ketentuan dari pasal 26 ayat (1) yaitu bahwa a) warga negara Indonesia dan/atau
setiap penggunaan informasi dan data privasi badan hukum Indonesia;
dalam media elektronik harus terlebih dahulu b) warga negara asing dan/atau badan
mendapatkan persetujuan dari pemilik data hukum asing.”
tersebut bersangkutan. Penerima pinjaman adalah orang dan/atau
Lebih lanjut lagi dalam revisi Undang- badan hukum yang mempunyai utang karena
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang perjanjian layanan pinjam meminjam uang
Informasi dan Transaksi Elektronik pada pasal berbasis teknologi informasi. Dalam peraturan
26 khususnya pasal 26 ayat (3) dan (4) ini juga dijelaskan mengenai yang termasuk ke
mengalami banyak kemajuan yaitu di dalam kategori ini, sebagaimana diatur Pasal 15
tambahkannya hak untuk dihapuskan apabila POJK P2PL, yaitu:26
suatu data pribadi dianggap sudah tidak relevan 1) “Penerima Pinjaman harus berasal dan
lagi dengan kebutuhannya. Hal ini penting berdomisili di wilayah hukum Negara
bahwa sebagai debitur dalam aplikasi pinjaman Kesatuan Republik Indonesia.
dana berbasis financial technology yang telah 2) Penerima Pinjaman sebagaimana
melaksanakan kewajiban pelunasan dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
pinjamannya harus adanya mekanisme a) orang perseorangan warga negara
penghapusan data pribadi yang diberikan Indonesia; atau
kepada penyedia jasa pinjaman dana berbasis b) badan hukum Indonesia.”
financial technology pada saat awal perjanjian Pemberi pinjaman adalah orang, badan
utang-piutang tersebut dibuat. Sehingga ketika hukum, dan/atau badan usaha yang
perjanjian utang-piutang telah selesai karena mempunyai piutang karena perjanjian layanan
pembayaran maka data pribadi yang diberikan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
sebagai persyaratan pengajuan pinjaman. informasi. Dalam peraturan ini juga dijelaskan
mengenai yang termasuk ke dalam kategori ini,
B. Penerapan Hukum Fintech dalam Bentuk sebagaimana diatur Pasal 16 POJK P2PL, yaitu:
Layanan Pinjam Meminjam Berbasis 1) Pemberi Pinjaman dapat berasal dari
Teknologi Informasi serta Dampak dalam dan/atau luar negeri.
Disrupsinya 2) Pemberi Pinjaman sebagaimana
Penyelenggara layanan pinjam meminjam dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
uang berbasis teknologi informasi yang a) orang perseorangan warga negara
selanjutnya disebut penyelenggara adalah Indonesia;
badan hukum indonesia yang menyediakan, b) orang perseorangan warga negara
mengelola, dan mengoperasikan layanan asing;
pinjam meminjam uang berbasis teknologi c) badan hukum Indonesia/asing;
informasi. Selanjutnya diatur pula mengenai d) badan usaha Indonesia/asing;
yang termasuk ke dalam Penyelenggara dan/atau
sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) dan e) lembaga internasional.
Pasal 3 ayat (1) POJK P2PL yaitu :25 Perjanjian atau kontrak elektronik yang
A. Pasal 2 dibentuk para pihak tersebut menimbulkan
(2) “Badan hukum Penyelenggara hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut
berbentuk : lahir dari hubungan kontraktual para pihak, baik
a) perseroan terbatas; atau bagi pemberi pinjaman, penerima pinjaman
b) koperasi.” maupun penyelenggara layanan fintech
B. Pasal 3 berbasis Peer to peer Lending. Secara garis
(1) “Penyelenggara berbentuk badan besar mekanisme Peer to peer Lending hampir
hukum perseroan terbatas sebagaimana sama dengan mekanisme perjanjian pinjam
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, meminjam uang yang dikenal dalam lapangan
dapat didirikan dan dimiliki oleh: hukum privat. Letak perbedaannya selain pada
keikutsertaan pihak ketiga (penyelenggara),
25Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) POJK P2PL. 26Pasal 15 POJK P2PL.
23
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
proses pembuatan perjanjian melalui media teknologi, maka terdapat pihak lain selaku
internet serta hubungan hukum para pihak penyelenggara layanan yang turut serta
yang terbangun antara para pihak melalui menjadi perantara antara para pihak.
sebuah perjanjian.27 Kedudukan penyelenggara adalah sebagai
Mengenai hubungan hukum para pihak pihak ketiga yang menyediakan platform
dalam pelaksanaan Peer to peer Lending yang marketplace bagi para pengguna,
terbangun dalam sebuah perjanjian atau mengkualifikasikan penerima pinjaman yang
kontrak elektronik, telah diatur pada Pasal 18 kredibel sesuai hasil akumulasi skor kredit,
POJK P2PL, yang menyatakan bahwa perjanjian serta mengontrol dan mengawasi jalannya
tersebut terbagi menjadi : transaksi yang terjadi antara pemberi pinjaman
a) perjanjian antara penyelenggara dengan dan penerima pinjaman. Pasal 18 POJK Nomor
pemberi pinjaman; dan 77/POKL.01/2016 tentang Layanan Pinjam
b) perjanjian antara pemberi pinjaman Meminjam Uang berbasis Teknologi Informasi
dengan penerima pinjaman. menyebutkan dua jenis perjanjian pelaksanaan
Selain lembaga perbankan, perusahaan peer kegiatan Peer to peer Lending yaitu :
to peer lending juga menawarkan keunggulan a) Perjanjian antara Penyelenggara
kompetitif untuk menyatukan pemberi Layanan Peer to peer Lending dengan
pinjaman. Keuntungan ini termasuk: margin pemberi pinjaman; dan
bunga yang sangat rendah karena biaya b) Perjanjian antara pemberi pinjaman
administrasi rendah, kemampuan untuk dengan penerima pinjaman. Perjanjian
menawarkan pinjaman kepada beberapa pinjam meminjam tersebut dilakukan
peminjam yang mungkin ditolak oleh bank dengan media elektronik.
(unbankabel), dan penggunaan inovatif mereka Peer to peer lending merupakan gambaran
yaitu teknologi untuk memberikan transparansi pasar online dimana pemberi pinjaman yang
yang lebih besar, fleksibilitas, cepat dan layanan juga disebut sebagai lender dapat
yang lebih nyaman bagi pemberi pinjaman atau meminjamkan uang kepada individu atau usaha
peminjam. kecil (borrower). Dalam hal ini, para peminjam
Layanan Peer to peer Lending bisa mendapatkan pendanaan dari banyak
mempermudah masyarakat yang ingin mencari individu serta pihak pemberi pinjaman dapat
modal usaha ataupun untuk kebutuhan pribadi memperoleh keuntungan langsung dari para
dengan proses yang singkat dan tanpa jaminan. penerima pinjaman. 29 Layanan pinjam
Terlebih lagi, layanan tersebut dapat menarik meminjam uang berbasis teknologi ini bagi
masyarakat yang belum terjangkau oleh bank pihak yang membutuhkan dana mereka dapat
baik karena lokasi tempat tinggalnya yang memenuhi kebutuhan dana tunai, sedangkan
terpencil maupun karena tidak memenuhi bagi para investor dapat menginvestasikan
kriteria penerima pinjaman Bank. Otoritas Jasa dananya. Hal tersebut dapat dilakukan secara
Keuangan (OJK) mengawasi langsung jalannya cepat, mudah dan efisien serta meningkatkan
kegiatan tersebut dan hingga saat ini kegiatan daya saing.
tersebut dipayungi oleh Peraturan OJK Nomor Keunggulan dari layanan pinjam meminjam
77/POKL.01/2016 tentang Layanan Pinjam uang berbasis teknologi informasi yaitu
Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, tersedianya berbagai keperluan pihak secara
Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor online untuk memenuhi, antara lain:
18/SEOJK.02/2017 serta beberapa aturan 1) Dokumen perjanjian untuk keperluan
perundang-undangan lainnya.28 para pihak dalam bentuk elektronik
Kegiatan Peer to peer Lending pada dasarnya 2) Kuasa hukum untuk mempermudah
merupakan kegiatan pinjam-meminjam antara transaksi
penerima pinjaman dan pemberi pinjaman 3) Penilaian risiko terhadap para pihak
namun karena pelaksanaannya menggunakan 4) Pengiriman informasi tagihan (collection)
27 https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/1234567 28Ibid
89/4643/Gaby%20Yolanda%20Arista%20Putri.pdf?seque 29Subekti.
1994. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT
nce=1&isAllowed=y, Diakses pada tanggal 27 februari Intermasa. 152.
2021. Pukul 18.00.
24
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
30Ibid. terkini/pages/OJK-Keluarkan-AturanBaru-Terkait-
31 Otoritas
Jasa Keuangan, “OJK Keluarkan Atuarn Baru Fintech.aspx, Diakses pada tanggal 27 Februari 2021,
Terkait Fintech (Online)”, dalam pukul 18.25.
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-
25
Lex Privatum Vol. IX/No. 7/Jun/2021
26