Anda di halaman 1dari 14

PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA BEJANA

DENGAN VARIASI NAOH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Pencelupan 1

Disusun Oleh

Nadhira Rahmanda Putri (21420043)

Rafly Prahmantia Putra (21420046)

Nurhasanah Ummil Atqiya (21420049)

Maghfira Izzani Fadillah (21420058)

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2022
I. MAKSUD DAN TUJUAN
- Membandingkan hasil pencelupan dengan variasi cara atau metode dan
resep pencelupannya.
- Menganalisa dan mengevaluasi hasil pencelupan kain kapas

II. TEORI DASAR


Dalam pencelupan kapas dengan zat warna bejana larut, bahan di warnai
dengan zat warna bejana larut sehingga diperoleh hasil celup dengan warna
tertentu yang merata dan mempunyai tahan luntur tertentu. Dalam proses ini
perlu dilakukan pemilihan zat warna dan zat pembantu tekstil yang sesuai
dengan bahan yang akan dicelup, penentuan skema proses dan resep yang
tepat, perhitungan kebutuhan zat yang tepat, pelaksanaan proses
pencelupan yang baik sesuai skema proses dan hasil celupnya sesuai
dengan target.
1. Serat Selulosa
Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa
polimer selubiosa, dengan derajat polimerisasi (DP) yang bervariasi,
contoh Dprayon 500 – 700, sedang DP kapas sekitar 3000, makin
rendah DP daya serap airnya makin besar, contoh: moisture regain (MR)
rayon 11 - 13 % sedang kapas 7 – 8 %. Gugus –OH polimer pada
selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan
ikatan dengan zat warna. Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi
kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses
pencelupannya dilakukan dala suasana alkali.

2. Zat Warna Bejana Larut


Zat warna bejana larut adalah leuso zat warna bejana yang
distabilkan dalam suasana alkali, sehingga dalam pemakaiannya lebih
mudah karena larut dalam air dan tidak memerlukan proses
pembejanaan.
Zat warna bejana larut yang berasal dari zat warna bejana jenis
indigo dikenal dengan nama dagang indigosol sedang yang berasal dari
zat warna bejana jenis antrakuinon dikenal denga nama dagang
antrasol, contoh: Struktur molekul zat warna bejana larut jenis
antrakuinon, Cl Solubilized Vat Blue 4 (Antrasol Blue 4).
Zat warna bejana yang dirubah menjadi zt warna bejana larut
umumnya adalah warna bejana jenis IK yang molekulnya relatif kecil,
sehingga afinitas zat warna bejana larut relatif kecil tetapi
pencelupannya mudah merata dan tahan luntur warna terhadap
pencuciannya tinggi karena pada akhir proses pencelupannya zat
waarna bejana larut dirubah kembali menjadi zat warna bejana yang
tidak larut. Zat warna bejana larut harganya sangat mahal sehingga
hanya digunakan untuk pencelupan bahan katun kualitas tinggi. Selain
untuk mewarnai katun, zat warna bejana larut juga digunakan terutama
untuk pencelupan sutra atau wol.

Berdasarkan struktur kimia molekulnya, zat warna bejana


digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Golongan indigoid
Golongan ini mengandung kromofor –CO-C=C-CO- dan pada
umumnya merupakan derivat dari indigotin atau tioindigo. Sifat :
senyawa leukonya berwarna kuning muda dan larut dalam alkali
lemah.
2. Golongan anthraquenon
Sifat : - senyawa leuko berwarna lebih tua dari pada warna aslinya -
larut dalam alkali kuat
Bentuk zat warna bejana ada 4 macam, yaitu :
1. Powder :
 berkadar tinggi
 molekul berukuran besar
 memerlukan vlot besar
 kerataan rendah
2. Microfine powder :
 lebih lembut dari pada Powder
 untuk proses kontinyu atau semi kontinyu
 proses dengan sistem padding
3. Micro powder :
 lebih halus dari pada Microfine powder
 pemakaian dengan konsentrasi tinggi
 kerataan cukup baik
4. Colloisal :
 berbentuk pasta
 sangat cocok untuk proses kontinyu
 pemakaian dengan konsentrasi rendah

 Tahapan Proses Pencelupan dengan Zat Warna Bejana Larut:


- Persiapan larutan celup larutan zat warna bejana larut Dengan
perhitungan yanag tepat, lartan pencelupan disiapkan sesuai dengan
resep pencelupan.
- Pencelupan Ainitas zat warna bejana larut relatif kecil, sehingga perlu
dibantu dengan penambahan NaCl sebagai pendorong penyerapan zat
warna sehigga zat warna larut akan masuk ke pori-pori serat kapas.
Selulosa + Zw Selulosa. Zw
- Pembangkitan Warna Zat warna bejana larut tidak dapat langsung
dioksidasi, melainkan harus dirubah terlebih dahulu menjadi asam leuco
dengan cara dihidrolisis dengan asam sulfat, asam leuco selanjutnya
dioksidasi sehingga menjadi bentuk zat warna bejana yaang tidak larut
dan berikata secara fisika dengan serat.

III. DIAGRAM ALIR

Pembuatan leuko zat warna

Na2S2O4

Proses pencelupan Reduktor

H2O2 oksidator

Oksidasi (airing)
Pencucian sabun

Bilas dan keringkan

IV. ALAT DAN BAHAN


4.1 Alat
- Piala porselen
- Gelas piala
- Gelas ukur
- Pipet
- Pengaduk
- Timbangan
- Gunting
- Bunsen

4.2 Bahan

- Kain kapas
- Zat warna bejana
- Pembasah
- Na2S2O4
- NaOH pekat
- NaCI
- Pendispersi nonionik
- Sabun

V. RESEP
5.1 Resep Pencelupan
Zat warna bejana 1% owf
Pembasah 2 mL/L
Na2S2O4 5 g/L
NaOH pekat (variasi) 15, 20, 25, 30 g/L
NaCI 0 g/L
Waktu 30 menit
Suhu optimum 60°C ± 5oC
Vlot 1:40

5.2 Resep pembuatan Leuko


Zat warna 1 gram
Na2S2O4 3 gram
NaOH 2 ml
Zat pendispersi 1 tetes
Air 100 ml
5.3 Resep oksidasi
H2O2 5 ml/L
Vlot 1 : 30
Suhu 800C
Waktu 15 menit

5.4 Resep Pencucian


Sabun 0,5 - 1 g/L
Na2CO3 1-2 g/L
Waktu 15 menit
Suhu 80°C
Vlot 1:20

VI. FUNGSI ZAT


- Na2S2O4 : Reduktor untuk mereduksi zat warna bejana menjadi asam
leuco
- NaOH : Melarutkan leuco zat warna bejana ( merubah asam leuco yang
tidak larut menjadi leuco yang larut )
- Pembasah : Meratakan dan mempercepat proses pembasahan kain
- Pendispersi nonionik : Mendispersikan zat warna bejana yang belum
berubah menjadi leuco
- NaCI : mendorong penyerapan zat warna
- H2O2 : mengoksidasi garam leuco zat warna bejana agar kembali ke
bentuk semula yang tidak larut ( untuk pembangkitan warna )
- Na2CO3 : mendapatkan suasana alkali
- Sabun : proses pencucian setelah proses pencelupan guna
menghilangkan zat warna bejana yang menempel di permukaan serat
pada kain hasil celupan.

VII. SKEMA PROSES

H2O2
Leuco Zat warna 60-70oC Kain
Pembasah
80o
Na2SO4
NaCl
NaOH
Kain

40o

T(OC)
10 15 20 30 15
0
t(menit)

PROSES PENCELUPAN PROSES OKSIDASI

VIII. CARA KERJA


- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Menghitung kebutuhan zat warna dan semua zat pembantu yang
dibutuhkan
- Timbang terlebih dahulu kain
- Pembuatan leuko terlebih dahulu
- Memasukkan zat warna bejana, zat pembasah, Na2S2O4 , NaOH
- Masukkan kain ke dalam gelas piala yang sudah diisi dengan larutan
- Panaskan sampai suhu 60oC selama 30 menit, turunkan suhu
selama 10 menit hingga suhunya berkurang
- Setelah 30 menit, Siapkan larutan oksidai
- Panaskan dan masukkan kain kembali selama 15 menit dengan suhu
80oC
- Siapkan larutan untuk pencucian lalu lakukan proses pencelupan
kain pada suhu 80oC dengan waktu 15 menit
- Bilas dengan air dingin, lalu keringkan kain
- Evaluasi hasil kain.

IX. DATA PENGAMATAN


IX.1. Ketuaan Warna
Data pengamatan atau evaluasi ini dilakukan dengan
menggunakan metode rangking dengan 1 memiliki ketuaan warna
yang terbaik.
IX.2. Kerataan Warna
Data pengamatan atau evaluasi ini dilakukan dengan
menggunakan metode rangking range 1-4 dengan 4 memiliki
kerataan warna yang terbaik.

Berikut tabel pengamatan untuk Pencelupan Zat Warna Bejana


Variasi NaOH:
Variasi Hasil Uji Sampel Kain Ranking Rangking
Ketuaan Kerataan
NaOH
15

3 2

NaOH
20

1 1
NaOH
25

2 4

NaOH
30

4 3

X. DISKUSI

Pada praktikum ini, kami melakukan variasi pada NaOH yang berfungsi
melarutkan leuco zat warna bejana. Zat warna bejana bersifat sulit larut
dalam air, oleh karena itu zat warna bejana harus dibuat leuko terlebih
dahulu dengan bantuan Na2S2O4, NaOH, dan zat pendispersi lalu dilarutkan
dalam air.

Setelah leuko dibuat, lalu tambahkan resep pencucian sesuai dengan zat
yang sudah dihitung terlebih dahulu kebutuhannya. Ketika larutan sudah
dibuat, larutan tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu 60℃ , lalu kain
harus cepat-cepat dimasukkan, agar zat warna tersebut tidak cepat
teroksidasi oleh udara. Kain dicelup di dalam larutan tersebut selama 30
menit.

Kain yang sudah dilakukan proses pencelupan tidak langsung dibilas


maupun dicuci, tetapi kain tersebut harus dilakukan proses oksidasi agar
warna dari zat warna yang asli kembali. Kain di oksidasi dengan suhu 80 ℃
selama 15 menit. Kemudian kain dibilas bersih setelah proses oksidasi
selesai.

Hasil dari hasil pencelupan zat warna bejana ini dengan variasi yang
NaOH yang kami lakukan. Dari hasil tersebut, seharusnya semakin banyak
NaOH yang digunakan, maka kain seharusnya memiliki warna yang paling
tua, namun ternyata tidak demikian. Hal tersebut dapat terjadi dengan
kemungkinan larutan zat warna bejana sudah teroksidasi karena didiamkan
terlalu lama sehingga kembali lagi ke warna semulanya, ataupun
perhitungan keperluan zat yang tidak sesuai dengan yang sudah dihitung
seharusnya.

XI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang kelompok kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa NaOH pekat memiliki fungsi melarutkan leuco zat warna
bejana (merubah asam leuco yang tidak larut menjadi garam leuco yang
larut). Dari sampel uji yang telah dipraktikkan, terlihat bahwa semakin
banyak NaOH yang digunakan, maka kerataan yang dihasilkan lebih baik
dan semakin tua. Dalam contoh uji diatas, terlihat bahwa hasil kain yang
menggunakan variasi NaOH pekat 30 mL/L memiliki kerataan yang paling
baik dan ketuaan warna paling bagus diantara yang lainnya.
XII. DAFTAR PUSTAKA
- Dede dan Elly k. 2005. Bahan Ajar Praktek Pencelupan 1. Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil Bandung.
- https://pdfcoffee.com/laporan-praktikum-pencelupan-pdf-free.html

XIII. LAMPIRAN
 Perhitungan Resep dan Oksidator
 Variasi NaOH 15 mL/L
Perhitungan Resep
- Berat kain = 4,47 gram
- Kebutuhan larutan = 4,47 × 40=178,8 ml/ L
1 100
- Zat warna bejana = × 4,47=0,0447× =4,47 ml /L
1000 1
2
- Pembasah = ×178,8=0,35 mL /L
1000
5
- Na2S2O4 = ×178,8=0,89 gram
1000
15
- NaOH = ×178,8=2,6 mL /L
1000
- NaCl = 0
- Kebutuhan air = 178,8−4,47−0,35=174,03 mL / L

Perhitungan Oksidator

5
- H2O2 = ×134,1=0,6
1000
- Kebutuhan larutan = 30 × 4,47=134,1 mL /L
- Kebutuhan air = 134,1−0,6=133,43 ml /L

 Variasi NaOH 20 mL/L


Perhitungan Resep
- Berat kain = 4,49 gram
- Kebutuhan larutan = 4,49 × 40=179,6 ml/ L
1 100
- Zat warna bejana = × 4,49=0,0449 × =4,49 ml/ L
1000 1
2
- Pembasah = ×179,6=0,3 mL /L
1000
5
- Na2S2O4 = ×179,6=0,8 gram
1000
20
- NaOH = ×179,6=3,5 mL /L
1000
- NaCl = 0
- Kebutuhan air = 179,6−4,49−0,3=174,8 mL / L

Perhitungan Oksidator

5
- H2O2 = ×134,7=0,6 ml / L
1000
- Kebutuhan larutan = 30 × 4,49=134,7 mL / L
- Kebutuhan air = 134,7−0,6=134,02ml / L
 Variasi NaOH 25 mL/L
Perhitungan Resep
- Berat kain = 4,57
- Kebutuhan larutan = 4,57 × 40=182,2 ml/ L
1 100
- Zat warna bejana = × 4,57=0,0457× =4,57 ml /L
1000 1
2
- Pembasah = ×182,2=0,36 mL/ L
1000
5
- Na2S2O4 = ×182,2=0,91 gram
1000
25
- NaOH = ×182,2=4,57 mL / L
1000
- NaCl = 0
- Kebutuhan air = 182,2−4,57−0,36=177,27 mL / L

Perhitungan Oksidator

5
- H2O2 = ×137,1=0,6 ml/ L
1000
- Kebutuhan larutan = 30 × 4,57=137,1 mL/L
- Kebutuhan air = 137,1−0,6=136,4 ml / L

 Variasi NaOH 30 mL/L


Perhitungan Resep
- Berat kain = 4,53 gram
- Kebutuhan larutan = 4,53 × 40=181,2ml / L
1 100
- Zat warna bejana = × 4,53=0,0453 × =4,53 ml/ L
1000 1
2
- Pembasah = ×181,2=0,3 mL/ L
1000
5
- Na2S2O4 = ×181,2=0,9 gram
1000
30
- NaOH = ×181,2=5,4 mL /L
1000
- NaCl = 0
- Kebutuhan air = 181,2−4,53−0,3=176,31 mL/ L

Perhitungan Oksidator

5
- H2O2 = ×135,9=0,68 ml /L
1000
- Kebutuhan larutan = 30 × 4,53=135,9 mL/L
- Kebutuhan air = 135,9−0,68=135,2 ml /L

 Resep Pencucian
 Variasi NaOH 15 mL/L
1
- Sabun = ×89,4=0,08ml / L
1000
1
- Na2CO3 = ×89,4=0,08 gram
1000
- Kebutuhan air = 20 × 4,47=89,4 ml /l

 Variasi NaOH 20 mL/L


1
- Sabun = ×89,8=0,08 ml /L
1000
1
- Na2CO3 = ×89,8=0,08 gram
1000
- Kebutuhan air = 20 × 4,49=89,8 ml /l

 Variasi NaOH 25 mL/L


1
- Sabun = ×137,1=0,1ml / L
1000
1
- Na2CO3 = ×137,1=0,1 gram
1000
- Kebutuhan air = 20 × 4,57=137,1 ml /l

 Variasi NaOH 30 mL/L


1
- Sabun = ×135,9=0,1 ml/ L
1000
1
- Na2CO3 = ×135,9=0,1 gram
1000
- Kebutuhan air = 20 × 4,53=135,9 ml /l

Anda mungkin juga menyukai