Anda di halaman 1dari 5

Kaitan Hortikultura dengan ilmu-ilmu lain

Zat pengatur tumbuh (hormon) tanaman

Zat pengatur tumbuh (hormon) tanaman adalah senyawa organik yang tidak termasuk hara,
terbentuk secara alami maupun buatan manusia. Zat pengatur tumbuh (hormon) tanaman
berperan penting terhadap produktivitas tanaman termasuk ke dalam komoditas hortikultura.
Zat pengatur tumbuh (hormon) tanaman dapat mendorong, menghambat, serta merubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik secara morfologis maupun fisiologis. Manfaat
dari zat pengatur tumbuh (hormon) tanaman adalah untuk penjarangan bunga/buah,
pembentukan tanaman, mendorong pembungaan dan pematangan buah yang seragam dan
serempak, pengurangan biji pada buah (misalnya semangka), dan pengkerdilan tanaman
(bonsai). Adapun contoh zatpengatur tumbuh tanaman adalah auksin, sitokinin, giberelin, asam
absisat, dan gas etilen.

Perbaikan mutu genetik (pemuliaan tanaman).

Pemuliaan tanaman adalah suatu metode merubah susunan genetik pada tanaman dengan
tujuan mendapat keunggulan pada sifat tanaman. Melalui penerapan ilmu ini pada hortikultura,
diperoleh sifat atau karakter tanaman yg lebih baik seperti hasil uang tinggi maupun kualitas
hasil yang bagus. Dengan teknik persilangan dapat diperoleh tanaman dengan bunga beraneka
warna, terbentuknya buah dengan daya tahan yang lebih lama, penciptaan buah tanpa biji
(partenokarpi), perakitan kultivar-kultivar yang panennya serempak, dan penciptaan tanaman
dengan perawakan tertentu. Untuk tanaman hortikultura yang bernilai sangat tinggi, penciptaan
jenis hibrida akan lebih menguntungkan.

Perbanyakan tanaman konvensional.

Perbanyakan tanaman secara konvensional dalam budidaya tanaman hortikultura dianggap


kurang efektif untuk diterapkan dikarenakan tidak berkelanjutan. Contohnya dengan Teknik
penyambungan (grafting) yang pada awalnya ditujukan untuk mendapatkan tanaman dengan
vigor yang lebih baik dan daya adaptasi terhadap kondisi tanah yang lebih luas. Saat ini,
berkembang ke industri tanaman buah yang memiliki perawakan kerdil dengan penggunaan
batang tengah atau interstock dari jenis kerdil.

Mekanisasi pertanian.

Dengan adanya alsintan, baik dengan tenaga manual (manusia) maupun mesin dapat
mempermudah dalam budidaya mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemanenan,
pemipilan/pengupasan hingga pengemasan produk. Pada kegiatan budidaya tanaman
hortikultura, penggunaan alsintan juga dapat mengefisiensi waktu. Contohnya, combine
harvester berguna untuk menuai, merontokkan, dan membersihkan hasil panen dalam satu
kegiatan.

Teknologi pengolahan hasil pertanian.


Dengan adanya bantuan teknologi hasil pertanian, hasil panen dapat diubah menjadi produk
yang bernilai ekonomi tinggi. Pengolahan produk produk hortikultura berpotensi untuk
mendapakan peluang yg luas secara lebih baik dan beragam produknya. Produk-produk
Hortikultura tidak hanya dibuat acar, manisan, asinan, jus dan selai, namun dianekaragamkan
menjadi berbagai produk seperti konsentrat, kecap dan sambal serta berbagai produk kalengan.

Berkembangnya kawasan industri dan meningkatnya polusi udara.

Berkembangnya kawasan industri menyebabkan meningkatnya polusi udara. Oleh karena


itu, diperlukan kawasan taman dan lingkungan hidup yang lebih nyaman. Pembangunan
lingkungan tersebut bertujuan untuk mengurangi efek dari pencemaran udara yang
disebabkan oleh aktivitas industri dan secara tidak langsung dapat menangani pemasanan
global. Selain itu permintaan akan tanaman hias dalam bentuk bunga potong pun telah
meningkat.

Socio Horticulture: budidaya tanaman Hortikultura bagi para pasien penderita


stress.

Berkembangnya penyakit stres dan gangguan mental (terutama di kota-kota besar) telah
menimbulkan dampak perkembangan cabang Ilmu Hortikultura yang lain, yaitu Socio
Horticulture. Socio Horticulture merupakan kegiatan budidaya tanaman Hortikultura bagi para
pasien penderita stress seperti mengarahkan untuk menanam berbagai tanaman hortikultura.
Hobi berkebun dapat menghindarkan kita dari serangan penyakit stress maupun gangguan
mental.

Fokus pengembangan Hortikultura Indonesia


Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura

Kawasan Agribisnis Hortikultura adalah suatu ruang geografis yang memiliki kesesuaian
ekosistem dan disatukan oleh fasilitas infrastruktur yang sama sehingga membentuk
kawasan  yang berisi berbagai kegiatan usaha termasuk penyediaan sarana produksi,
budidaya, penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran, serta berbagai kegiatan
pendukungnya. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan mutu hasil pertanian, mengembangkan keanekaragaman usaha pertanian
yang menjamin kelestarian fungsi dan manfaat lahan, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan Negara, meningkatkan kesejahteraan, kualitas
hidup, kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat petani, serta meningkatkan ikatan komunitas
masyarakat disekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan
keamanannya.

Penerapan Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management = SCM)


Manajemen Rantai Pasokan adalah suatu jejaring organisasi yang saling bergantung dan
bekerjasama secara menguntungkan melalui pengembangan sistem manajemen untuk
perbaikan sistem penyaluran produk, informasi, pelayanan dan dana dari pemasok ke pengguna
akhir (konsumen). Penerapan Manajemen Rantai Pasokan dilakukan agar peningkatan daya
saing tidak hanya dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan kualitas produk, tetapi juga
melalui pengemasan, pemberian merk, efisiensi, transportasi, informasi, penguatan
kelembagaan dan penciptaan inovasi secara kontinyu dan sistematik. Faktor-faktor pendukung
keberhasilan penerapan Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Pengelolaan Rantai
Pasokan diantaranya adalah kebijakan, sumber daya manusia, prasarana, sarana, teknologi,
kelembagaan, modal/pembiayaan, sistem informasi, sosial budaya dan lingkungan lain.

Penerapan Norma Budidaya Pertanian yang Baik (Good Agriculture Practices = GAP) dan
Standard Operating Procedure (SOP)

Penerapan Norma Budidaya Pertanian yang Baik (Good Agriculture Practices = GAP) dan
Standard Operating Procedure (SOP) menjadi panduan umum dalam melakukan budidaya
tanaman hortikultura secara benar dan tepat, sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu
produk yang baik, keuntungan optimum, ramah lingkungan dan memperhatikan aspek
keamanan, keselamatan dan kesejahteraan petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan.
Penerapan GAP melalui SOP bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memiliki
daya saing tinggi dibandingkan dengan produk luar negeri.

Tujuan dari penerapan GAP/SOP antara lain meningkatkan produktivitas dan mutu hasil buah-
buahan termasuk keamanan konsumsi, meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing,
empertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang
berkelanjutan, meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, serta memberi
jaminan keamanan terhadap konsumen. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah
terwujudnya keamanan pangan, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura berkelanjutan dan
peningkatan daya saing.

Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura (FATIH) untuk pengembangan investasi

Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura merupakan konsep yang digunakan untuk menciptakan
iklim usaha di bidang hortikultuta yang kondusif sekaligus dapat meningkatkan daya saing
produk. Selain menyatukan pelayanan dan program dari seluruh kelembagaan yang berperan
dalam pengembangan usaha, FATIH juga digunakan untuk membenahi dan meningkatkan
efisiensi dari pengelolaan rantai pasokan (SCM) komoditas hortikultura.
Dengan Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura para investor diharapkan dapat lebih tertarik
dan percaya diri untuk menanamkan investasinya mengingat pemerintah menyiapkan kondisi
yang lebih kondusif melalui upaya pengembangan iklim usaha yang lebih kondusif, pembenahan
pelayanan jasa publik, pengurangan pungutan baik resmi maupun tidak resmi dalam proses
perizinan dan percepatan proses perizinan, serta 3) peningkatan daya saing komoditi
hortikultura dengan pembenahan supply chain management (SCM) setiap komoditas
hortikultura terutama yang berorientasi ekspor dan komoditas.

Pengembangan Kelembagaan Usaha

Pengembangan Kelembagaan usaha merupakan unsur yang sangat penting untuk mendukung
pengembangan usaha bisnis hortikultura, meningkatkan efisiensi produksi, serta mengefektifkan
pelayanan yang menunjang pengembangan usaha agribisnis. Kelembagaan usaha menjadikan
petani memiliki kemandirian usaha dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan untuk mampu
bersaing. Pengembangan kelembagaan di tingkat petani diarahkan untuk membentuk kelompok
tani, asosiasi produsen atau koperasi usaha sehingga dapat meningkatkan posisi tawar
(bargaining position). Untuk memperkuat aspek kelembagaan, maka perlu dilakukan penguatan
manajemen kelompok melalui pola partisipatif, fasilitasi kemitraan antara kelompok tani dengan
pedagang atau pengusaha, fasilitasi pertemuan pelaku usaha untuk pengaturan logistik dan
distribusi, pertemuan pelaku usaha dalam rangka tukar-menukar informasi suplai dan distribusi,
disamping penguatan modal usaha kelompok.

Peningkatan konsumsi dan akselerasi ekspor.

Peningkatan konsumsi merupakan kesatuan aspek produksi dan distribusi. Produksi tidak dapat
naik tanpa adanya peningkatan konsumsi.Peningkatan konsumsi di dalam negeri dicapai melalui
berbagai upaya, antara lain dengan upaya pemasyarakatan peningkatan konsumsi sayuran
buah-buahan dalam bentuk promosi, kampanye, gerakan dan sosialisasi dengan bekerjasama
dengan instansi terkait, khususnya Departemen Pendidikan Nasional (Sekolah Dasar),
Departemen Dalam Negeri (PKK), Dharma wanita, Departemen Kesehatan (Ahli Gizi).
Sedangkan, untuk akselerasi ekspor dapat dicapai dengan penyediaan dan fasilitasi informasi
pasar internasional, peningkatan mutu produk, pemenuhan persyaratan perkarantinaan, serta
pengembangan kawasan gerbang ekspor.

Kegiatan pengembangan komoditas Hortikultura


Pengembangan kawasan.

Peningkatan produksi dan mutu.

Pengembangan Lembaga Mandiri dan Mengakar di Masyarakat (LM3).

Pengembangan kemitraan usaha.

Penataan manajemen rantai pasokan.


Pengembangan perbenihan.

Penyelenggaraan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

Kampanye dan promosi untuk meningkatkan apresiasi terhadap Hortikultura

Anda mungkin juga menyukai