Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

A DENGAN
DIARE AKUT DI LANTAI II PAVILIUN ADE IRMA SURYANI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO JAKARTA

DISUSUN OLEH :
CHESEA DWI CAHYANI
NIM : 1935010

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO
PRODI DIII KEPERAWATAN
JAKARTA
2021
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Diare
Akut di lantai 2 paviliun Ade Irma Suryani RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta.”

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan terimakasih, kepada :

1. Kolonel CKM Didin Saefudin, SKp, MARS selaku Ketua STIKes RSPAD
Gatot Soebroto
2. Ibu Sri Elyati, SST., M.Pd, M.Kes selaku pembimbing Akademi STIKes
RSPAD Gatot Soebroto

Makalah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan tentang Diare


Akut

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis menerima segala
masukan berupa saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik.

Jakarta, 28 Juni 2021

( Penulis )
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

C. Ruang Lingkup .................................................................................. 3

D. Metode Penulisan .............................................................................. 3

E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi .............................................................................................. 5

B. Etiologi .............................................................................................. 5

C. Klasifikasi ......................................................................................... 7

D. Patofisiologi ...................................................................................... 8

E. Manifestasi Klinik ............................................................................. 8

F. Komplikasi ........................................................................................ 10

G. Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 10

H. Penatalaksanaan ................................................................................ 11

I. Pathway ............................................................................................. 12

J. Konsep tumbuh kembang dan dampak hospitalisasi ........................ 13

K. Konsep Asuhan Keperawatan ........................................................... 14

1. Pengkajian ............................................................................. 14

2. Diagnose Keperawatan ......................................................... 19

3. Intervensi Keperawatan ........................................................ 20


iii

4. Implementasi Keperawatan ................................................... 22

5. Evaluasi ................................................................................. 23

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ......................................................................................... 25

B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 32

C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi Keperawatan ............................. 32

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ......................................................................................... 37

B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 37

C. Intervensi Keperawatan .................................................................... 39

D. Implementasi Keperawatan ............................................................... 39

E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 40

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 41

B. Saran ................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 44


1

BAB I
PENDAHULUAN

Pada Bab ini disusun untuk memberikan gambaran tentang isi makalah secara
keseluruhan, bab ini dibagi menjadi Sub-sub Bab yaitu Latar Belakang, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan.

A. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian pada
bayi dan anak balita (Kemenkes RI, 2015). Diare adalah buang air besar
sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan konsistensi cair (Brandt, et
al, 2015). Diare saat ini masih menjadi masalah yang sulit untuk di tanggulangi.

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, angka
kematian akibat diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak 42% dan angka
kesakitan balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut WHO, Penyakit diare
adalah penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan
bertanggung jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun. Penyakit
diare adalah penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, dan
sebagian besar hasil dari makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di
seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses ke air minum yang lebih baik
dan 2,5 miliar tidak memiliki sanitasi yang lebih baik. Diare akibat infeksi
tersebar luas di seluruh negara berkembang (WHO, 2017). Mayoritas kematian
ini 15% disebabkan oleh pneumonia diikuti dengan diare sebanyak 9%
(UNICEF, 2016). Perkiraan angka kematian anak-anak akibat diare di Nigeria
adalah sekitar 151, 700–175.000 per tahun (Dairo dalam Omele, 2019).

Di Indonesia menurut KEMENKES RI 2018, penyakit diare merupakan penyakit


endemis dan juga merupakan penyakit yang berpotensi Kejadian Luar Biasa
(KLB) disertai dengan kematian. Pada tahun 2018 terjadi 10 kali KLB yang
tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 756 orang dan
kematian 36 orang (CFR 4,76%). Angka kematian (CFR) diharapkan 1%),
2

sedangkan pada tahun 2018 CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun
2017 yaitu menjadi 4,76%.

Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014 insiden diare pada balita
yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita sebanyak 46,4%
(Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016). Target SDGs pada tahun
2030 mengakhiri kematian bayi dan balita dengan upaya mengurangi angka
kematian bayi dengan 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak bawah
lima tahun 25/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada An. A, dengan Diare Akut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khususnya diharapkan penulis mampu dalam :
a. Melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan pada klien dengan Diare
Akut.
b. Menganalisa data dari asuhan keperawatan pada klien dengan Diare Akut
menentukan diagnosa keperawatan.
c. Membuat rencana keperawatan pada klien dengan Diare Akut untuk
dilakukan tindakan keperawatan
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Diare Akut sesuai
rencana keperawatan yang telah disusun
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Diare Akut dengan
menggunakan SOAP
f. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara metode teori dan kasus nyata
serta penyelesaian alternatif pada klien dengan Diare Akut
3

g. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat

C. Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas tentang asuhan keperawatan pada An. A
dengan Diare Akut usia 5 tahun di Lantai 2 Paviliun Ade Irma Suryani selama 3
hari pada tanggal 15 - 17 Juni 2021 dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
1. Metode Deskriptif
Tipe studi kasus dengan mengambil salah satu kasus klien dengan Diare
Akut teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan dalam
pembuatan makalah ini adalah data primer didapat langsung dari klien. Data
sekunder dari keluarga, tenaga kesehatan, asuhan keperawatan yang terdapat
direkam medis.

2. Studi Kepustakaan
Yaitu mempelajari buku sumber dari internet yang berhubungan dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Diare Akut

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab yaitu meliputi:
Bab Satu :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab Dua : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, patofisiologi,
menifestasi klinis penatalaksanaan medis, pemeriksaan
penunjang, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi.
Bab Tiga : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab Empat : Pembahasan yang dimulai dari kesenjangan teori dan kasus
pada pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan,
4

pelaksanaan dan evaluasi kemudian dicari penyebab, serta


identivikasi faktor penunjang dan penghambat.
Bab Lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran untuk klien,
keluarga, perawat ruangan dan mahasiswa dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
5

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien
dengan Diare Akut yang terdiri dari : Pengertian, Patofisiologis (etiologi,
manisfestasi klinis, komplikasi, pathway,klasifikasi), penatalaksanaan, pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Definisi
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair.
Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat
dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan
sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air besar sebanyak
lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014).

Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang
air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat
disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat
dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih,
2013).

B. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau
penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal
dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan
mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada
bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana
bisa terlambat.
6

Faktor penyebab diare, antara lain :


a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis)
Adeno-virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lainlain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides);
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis); jamur (Candida albicans)

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti:


otitis media akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).

Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko terjadinya diare,
yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
7

b. Menggunakan botol susu.


c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja,
atau sebelum menjamaah makanan.

C. Klasifikasi Diare
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten
dan diare kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Diare Akut Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu. Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling
berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari
tubuh penderita, gradasi penyakit diare dapat dibedakan dala empat
kategori, yaitu:
a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari
berat badan
c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-
8% dari berat badan d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan
yang hilang lebih dari 8-10% dari berat badan.

2. Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.

3. Diare Kronik Diare kronis adalah diare hilang-timbull, atau berlangsung


lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap
gluten atau gangguan metabolism yang menurun. Lama diare kronik lebih
dari 30 hari. Diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau
persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
8

D. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor
diantaranya pertama factor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan
menyebabkan system transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi caoran dan elektrolit akan
meningkat. Kedua, factor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam
melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, factor
makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare. Keempat, factor psikologis dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
9

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, spoor, komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam

Bentuk Klinis diare menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015, yaitu :
1. Diare cair akut : Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari,
Tidak mengandung darah
2. Kolera : Diare yang sering dan banyak akan cepat menimbulkan dehidrasi berat,
atau Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB kolera, atau Diare dengan
hasil kultur tinja positif untuk V. Cholera 01 atau 0139
3. Disentri : Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
4. Diare persisten : Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
5. Diare dengan gizi buruk : Diare apapun yang disertai gizi buruk
6. Diare terkait antibiotika (antibiotic associated diarrhea) : Mendapat pengobatan
antibiotikoral spectrum luas
7. Invaginasi : Dominan darah dan lender dalam tinja, Massa intra abdominal
(abdominal mass), Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare menurut Nurarif, Amin Huda dan
Kusuma, Hardhi, 2015, yaitu :

1. Dehidrasi berat
Tanda dan gejala anak yang mengalami dehidrasi berat antara lain, Letargis/tidak
sadar, Mata kecung, Tidak bisa minum atau malas minum, Cubitan kulit perut
kembali sangat ( ≥ 2 detik). Pengobatannya dengan cara Beri cairan untuk diare
dengan dehidrasi berat.
10

2. Dehidrasi ringan atau sedang


Tanda dan gejala anak yang mengalami dehidrasi berat antara lain, Rewel,
gelisah, Mata cekung, Minum dengan lahap, haus, Cubitan kulit kembali dengan
lambat. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara beri anak cairan dengan
makanan untuk dehidrasi ringan, dan Setelah rehidrasi, nasehati ibu untuk
penanganan di rumah dan kapan kembali segera.

3. Tanpa dehidrasi
Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau
berat. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara beri cairan dan makanan
untuk menangani diare di rumah, Nasehati ibu kapan kembali segera, Kunjungan
ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik

F. Komplikasi
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa
terjadi pada diare:
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang.
4. Bakterimia.
5. Mal nutrisi.
6. Hipoglikemia.
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses
(colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
11

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.


d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.

H. Penatalaksaan
1. Mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah dengan
oralit. Cairan oralit diberikan sedikit demi sedikit dengan sendok, dengan
frekuensi sesering mungkin. Oralit dilengkapi dengan elektrolit sehingga
dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang Bersama cairan
2. Berikan zinc selama 10 -14 hari. Zinc berfungsi untuk memperbaiki epitel
usus supaya tidak sering diare. Caranya zinc dilarutkan dalam 1 sendok
air. Pemberian zinc untuk anak < 6 bulam ½ tablet dan > 6 bulan 1 tablet.
3. Pemberian ASI atau makanan pendamping ASI tetap diberikan agar anak
tidak kekurangan gizi. Pemberian susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya bebelac FL, Nutriloin Fl,
LLM dan lain-lain.
4. Segera ke fasilitas kesehatan, jika kondisi tidak membaik dalam 3 hari
atau buang air besar cair bertambah sering, muntah berulang -ulang,
makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah, sehingga bisa
mendapatkan antibiotic selektif dari dokter.
5. Nasihat yang meliputi makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan serta
cara menjaga kesehatan perorangan. Sebaiknya makanlah makanan
setengah padat (bubur, nasi tim), makanan rendah serat (tanpa buah, tanpa
sayur) dan rendah lemak
6. Pemberian obat antidiare sebaiknya jangan karena dapat beresiko dapat
menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya seperti mual, muntah
bahkan yang cukup berat timbul ileus paralitik (OTC DIGEST, 2011 :
27)
12

I. Pathway
13
14

J. Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan, Konsep Anak Usia Sekolah,


Dan Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Keluarga
1. Pertumbuhan
Adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambahnya
banyak sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya
multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara
kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu
bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa Jadi, pertumbuhan lebih
ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih
besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat
badan, tinggi badan dan lingkar kepala (Yuniarti, 2015).

2. Perkembangan
Adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensisasi sel, jaringan tubuh, organ-organ,
dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, aspek perkembangan
ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-
masing bagian tubuh (Yuniarti, 2015).

3. Konsep Anak Usia Sekolah


Pengertian anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun,
memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak
bergantung dengan orang tua. Banyak ahli menganggap masa ini sebagai
masa tenang atau masa latent, di mana apa yang telah terjadi dan dipupuk
pada masa- masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa
selanjutnya (Gunarsa, 2011 dalam Yuniarti,2015).

Menurut Wong (2010), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
15

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan


memperoleh keterampilan tertentu.

4. Konsep Dampak Hospitalisasi Pada anak


Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak
pada anak. Jika seorang anak dirawat dirumah sakit, maka anak tersebut
akan mudah mengalami krisis karena : anak akan mengalami stress akibat
perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya
dalam kebiasaan sehari- hari dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan
dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-
kejadian yang bersifat menekan. Reaksi anak dalam mengatasi krisis
tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman
sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, sistem dukungan (support
system) yang tersedia dan yang paling dekat dengan anak adalah ayah,
ibu atau keluarga, serta keterampilan koping dalam menangani stress pada
anak (Nursalam, 2013).

5. Konsep Dampak Hospitalisasi pada keluarga


Hampir semua orang tua mengalami reaksi yang luar biasa akibat dampak
hospitalisasi anak. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi dengan tidak
percaya, terutama jika penyakit tersebut mucul secara tiba-tiba dan serius,
takut, cemas, dan frustasi merupakan perasaan yang banyak diungkapkan
oleh orang tua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan
penyakit dan jenis prosedur medis yang digunakan. Sering kali
kecemasan yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang
sering terjadi pada anak (Wong, 2010)

K. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin,
tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
16

1. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3
kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10
kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14
hari atau lebih adalah diare persisten.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya pasien mengalami:
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan
kemungkinan timbul diare.
b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur
empedu.
c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan sifatnya makin lama makin asam.
d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit,
maka gejala dehidrasi mulai tampak.
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit
gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam
waktu 6 jam (dehidrasi berat)

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih
sering terjadi pada anak-anak dengan campak atau yang baru
menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari
penuruan kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi
campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya
seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi polio.
17

b. Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan


(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini merupakan
salah satu kemungkinan penyebab diare.
c. Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja,
menggunakan botol susu, tidak mencuci tangan setelah buang
air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah makanan.
d. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah
2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang
terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini
diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang
menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronkopneumonia, dan ensefalitis.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang
dapat menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang
tidak dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat
keluarga melakukan perjalanan ke daerah tropis.

5. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air
masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang
tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak
merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi
berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam,
2008).

b) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
18

 Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar


 Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
 Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar

2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami
dehidrasi, ubun - ubunnya biasanya cekung
b) Mata : Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk
kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan
atau sedang kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan
apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
c) Hidung : Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada
hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga : Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
o Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
o Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
o Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening,
tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
1. Jantung
(a) Inspeksi : Pada anak biasanya iktus kordis tampak
terlihat.
(b) Auskultasi : Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung
normal, diare dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung
pasien normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi
berat biasanya pasien mengalami takikardi dan bradikardi.
1. Paru – Paru
(a) Inspeksi : Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan
normal, diare dehidrasi ringan pernapasan normal hingga
19

melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya


dalam.
h) Abdomen
(a) Inspeksi : Anak akan mengalami distensi abdomen, dan
kram.
(b) Palpasi : Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik,
pada pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada
pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
(c) Auskultasi : Biasanya anak yang mengalami diare bising
ususnya meningkat

i) Ektremitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)


normal, akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan
CRT kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat
CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.

j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

c) Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan laboratrium
(a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum.
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5
mEq/L
(b) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa
adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis.
(c) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat.
(d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
20

Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein


leukosit dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH
menurun disebabkan akumulasi asama atau kehilangan basa
(e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik
2) Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
(1) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika
dicurigai mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika
pasien mengalami mual dan muntah.
(2) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan
segar melalui rektum.
(3) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien
jika pada pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang
bertujuan untuk menyingkirkan kanker.

(b) Radiologi
(1) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok
menjalani kolonoskopi
(2) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas

(c) Pemeriksaan Lanjutan


(1) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.
(2) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai
membutuhkan sampel feses dan serologi.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare
menurut NANDA Internasional (2015), adalah sebagai berikut:
a) Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi,
inflamasi, iritasi, malabsorbsi.
21

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering
BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan
turgor, penurunan imunologis.
e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
kurang sumber pengetahuan.

3. Intervensi Keperawatan
a) Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi,
inflamasi, iritasi, malabsorbsi
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan diare teratasi dengan KH :
- TTV dalam batas normal
- Pola eliminasi defeksi normal
- Mengonsumsi serat secara adekuat

Intervensi :

a) Monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk


dan warna
b) Monitor bising usus
c) Anjurkan klien untuk menghindari makan makanan pedas
d) Beri obat sesuai ketentuan
e) Anjurkan makan sedikit tapi sering

b) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif, kegagalan mekanisme regulasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan masalah kekurangan volume cairan teratasi dengan KH :
- TTV dalam batas normal
- Balance cairan seimbang
22

- Membrane mukosa lembab


- Berat badan stabil

Intervensi :

a) Monitor TTV
b) Catat Intake dan Output klien
c) Dorong keluarga untuk membantu meningkatkan asupan oral
d) Kolaborasi pemberian cairan IV
e) Beri obat sesuai ketentuan

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan faktor biologis, faktor psikologis, ketidakmampuan mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi dengan KH :
- Berat badan tidak menurun
- Asupan makanan tidak menyimpang
- Asupan cairan tidak menyimpang dari rentang normal
- Hidrasi sedikit menyimpang dari rentang normal

Intervensi :

a) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan


b) Intruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
c) Atur diet yang diperlukan (menyediakan makanan tinggi protein,
menambah atau mengurangi kalori, menambah atau mengurangi
vitamin, mineral)
d) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
e) Monitor adanya penurunan berat badan
f) Monitor adanya mual dan muntah
23

d) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering


BAB, perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan
turgor, penurunan imunologis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan masalah kerusakan integritas kulit teratasi dengan KH :
- Integritas kulit tidak terganggu
- Suhu kulit tidak terganggu
- Elastisitas tidak terganggu
- Perfusi jaringan tidak terganggu

Intervensi :

a) Monitor kehilangan cairan (misalnya muntah, diare)


b) Tingkatkan intake asupan cairan per oral
c) Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit
diberikan dengan aliran yang konstan dan sesuai\

e) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,


kurang sumber pengetahuan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam
diharapkan defisiensi pengetahuan teratasi dengan KH :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

Intervensi :

a) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit


dengan carayang tepat
b) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang
tepat
c) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
24

d) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang


proses penyakit yang spesifik
e) Hindari harapan yang kosong

4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika petrawata mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang teklah ditetapkan. Kemampuan
yang harus dimiliki perawatan pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemapuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemapuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan
evaluasi (Setiadi, 2012).

Dalam tahap pelaksanaan, dilaksanakan sesuai renana keperawatan, aspek


bio- psiko-spiritual, menjelaskan tindakan setiap yang akan dilakukan
kepada klien, sesuai dengan waktu yang telah dilakukan, menerapkan
teknik aseptik dan antiseptik agar tidak terjadi infeksi, mengutamakan
keselamatan pasien, dengan prinsip aman, nyaman dan privasi,
melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien dan
berpedoman pada prosedur yang sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP ).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011). Evaluasi terbagi atas dua pernyataan
antara lain; evaluasi formatif adalah hasil observasi dan analisa perawat
terhadap respon pasien segera pada saat atau setelah dilakukan tindakan
keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan. Sedangkan evaluasi
sumatif adalah Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
25

status kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.

Bentuk evaluasi menurut Deswani (2010) Evaluasi struktur difokuskan


pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan
keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Evaluasi proses
berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Evaluasi hasil berfokus pada respon dan fungsi pasien.
Respon perilaku pasien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan
dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
26

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan
pada An.A di lantai II Paviliun Ade Irma Suryani RSPAD Gatot Soebroto dengan
Diare Akut selama 3 x 24 jam, dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, Intervensi,
implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian
Klien masuk Tanggal 15 Juni 2021, di lantai II Paviliun Ade Irma Suryani
RSPAD Gatot Soebroto dengan Diare Akut. Tanggal pengkajian 15 Juni 2021,
dengan nomor register 828582 , dan didapatkan data sebagai berikut.

1. Data Biografi
a. Identitas Klien
Klien bernama An. A , jenis kelamin Perempuan tanggal lahir Jakarta,4
April 2016, suku bangsa Padang agama islam Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia klien belum sekolah.

b. Identitas Orang tua/ wali


Nama ibu Ny,D usia 35 tahun Pendidikan S1 pekerjaan Perawat agama
islam suku Padang, Nama ayah Tn.S usia 37 tahun, Pendidikan SI
pekerjaan wiraswasta agama islam suku Padang, alamat rumah yang
27

mudah dihubungi alamat Jln. Rumah Sakit Sukanto Komp. Depkes No.34
Kramat Jati, Jakarta Timur

2. Resume
Klien datang dari Poli Anak dengan keluhan Demam sejak minggu malam
dan BAB cair, sedikit berlendir, tidak ada darah, sudah 4X BAB, Orang tua
klien mengatakan anaknya malas minum, sudah BAK ± 2 kali sejak pagi
berwarna kuning pekat, Keluarga klien mengatakan anaknya demam,
Keluarga klien mengatakan tidak mengerti cara pembuatan larutam gula
garam. Klien tampak lesu, lemah, mukosa bibir tampak kering berwarna
pucat, bising usus : 35X/menit, bb klien 25 kg, Tb 110 cm. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan : S : 37,5◦C, N : 100X/menit, RR :22X/menit, kulit
teraba hangat, terpasang Infus RL 500ml, kulit klien teraba hangat, mukosa
bibir klien tampak kering dan pucat, mata klien tampak cekung, bising usus
35X/menit, orang tua klien tampak bingung ketika ditanyakan tentang
pembuatan larutan gula garam, intake klien : infus 500ml, minum : 300 ml,
Output : Urine 750ml, bab 200, balance cairan : intake – output : 800 – 950 : -
150. Klien mendapatkan PCT syr 3X10ml Oral, Zinc Syr 1X20 mg oral dan
dilakukan pemeriksaan Labolatorium dengan hasil HB : 12,7 g/dl, Leukosit :
6710/µ L, trombosit : 254.000/µL, Hematokrit : 37 %. Lalu, dilakukan
pemeriksaan Feses didapatkan : makro (keadaan :lunak, lender : ada, darah :
tidak ada) dan mikro ( Leukosit : 10-14 LpB, Eritrosit : 4-5/LpB), lalu
dilanjutkan untuk rawat inap dilanjutkan dengan pengkajian.

3. Riwayat Kesehatan masalalu


a. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Saat antenatal Tidak ada yang mengganggu Kesehatan ibu saat hamil,
pemeriksaan kehamilan ibu teratur, dan tidak ada pengobatan khusus saat
hamil, hanya pemberian vitamin dari dokter kandungan.
Saat masa natal usia kehamilan saat kelahiran 38 minggu persalinan
secara normal ditolong oleh bidan, keadaan bayi saat lahir segera
menangis dengan BB : 3000 gr, PB : 52cm.
Saat masa neonatal tidak ada gangguan yang serius pada anak, dan anak
minum ASI ibu.
28

b. Riwayat penyakit
Klien tidak memiliki alergi terhadap apapun, klien tidak pernah
mengalami kecelakaan, klien mendapat imunisasi campak, DPT, hepatitis
B, Polio, BCG

c. Pola kebiasaan
1) Pola pemenuhan nutrisi
Klien masih mengkonsumsi susu formula, makanan padat diberikan
saat usia 6 bulan cara pemberian secara oral, vitamin yang diberikan
sesuai yang dokter berikan, klien makan 3x sehari makanan padat
klien suka makan rendang, tidak ada alergi makanan, jumlah minum
perhari ±1500cc frekuensi 7-8 gelas
2) Pola Tidur
Klien biasa tidur siang 3-4 jam tidak ada kelainan tidur, kadang klien
sebelum tidur bermain handphone
3) Pola aktivitas
Klien biasanya bermain sesuai usianya
4) Pola kebersihan diri
Klien mandi 2x sehari menggunakan sabun secara mandiri kadang
dibantu ibunya.
Klien sudah bisa sikat gigi secara mandiri dengan frekuensi 3x sehari
waktu pagi, sore dan malam hari dengan dibantu menggunakan pasta
gigi
Klien biasanya 3 kali keramas dalam seminggu menggunakan
shampoo
Dan klien berpakaian sudah bisa mandiri.
5) Pola Eliminasi :
Klien BAB 1 x sehari waktu pagi kadang tidak tentu warna kuning
kecoklatan bau khas konsistensi tidak terlalu padat,
Klien BAK 5-6 kali sehari warna kuning tidak ada keluhan saat BAK
klien masih ngompol.
6) Kebiasaan lain :
29

Klien tidak menggigit jari, klien tidak menggigit kuku, klien


menghisap jari, klien tidak mempermainkan genetalia, klien tidak
mudah marah.

4. Riwayat Kesehatan keluarga


Ibu klien mengatakan ayahnya menderita Diabetes, dan ibunya menderita
Hipertensi dan Diabetes, koping keluarga baik spiritual sholat dan mengaji.

5. Riwayat Kesehatan lingkungan


Rumah terdapat ventilasi, lingkungan rumah baik, tidak ada kemungkinan
polusi tempat bermain sekitar rumah.

6. Riwayat Kesehatan sekarang


a. Riwayat penyakit sekarang
Klien mulai sakit pada tanggal 14 Juni 2021 keluhan utama klien demam
sejak minggu malam, Bab sudah 4X dengan konsistensi Cair.

b. Pengkajian fisik secara fungsional


1) Data Klinik
Keadaan Umum lemah, kesadaran composmentis GCS E;4, M;6,
V:5. RR : 22x/menit, N: 100x/menit S:37,5◦C
2) Nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan menurun, tidak ada peningkatan maupun penurunan
BB,Diit Rendah Serat Intake makan sehari 2x makan namun tidak
habis, minum 5 gelas perhari tidak ada muntah dan muntah. Mukosa
mulut berwarna pucat, gigi klien lengkap tidak ada karies, klien tidak
mengalami obesitas, integritas kulit normal klien tidak menggunakan
NGT.
3) Respirasi/ sirkulasi
Pernafasan 22x/menit, klien tidak mengalami sesak nafas, klien
sudah tidak batuk, tidak ada sakit dada, suara pernafasan normal,
tidak ada edema, temperature 37,5◦C
4) Eliminasi
30

Abdomen kembung, bising usus 36x/menit, ada mules, BAB 4x


sehari bau khas berwarna kuning kecoklatan, sedikit berlendir ada
diare konsistensi cair, BAK jumlah ± 800 cc frekuensi ±8 kali kali
sehari tidak ada sakit saat BAK, warna kuning bau khas. Rectum :
tidak ada iritasi tidak ada prolapse.
5) Aktivitas/ Latihan
Keseimbangan berjalan normal, kekuatan menggenggam normal,
bentuk kaki normal, otot kaki normal, klien lemah, tidak ada kejang
6) Sensori persepsi
Reaksi terhadap rangsangan normal, orientasi baik, pupil isokor,
konjungtiva kemerahan , pendengaran normal, penglihatan normal
7) Konsepsi diri
Kontak mata normal, postur tubuh normal, perilaku baik.
8) Tidur/ istirahat
Klien tidur nyenyak, tidak ada gangguan tidur
9) Seksualitas / reproduksi
Tidak ada benjolan pada buah dada, klien belum menstruasi

c. Dampak Hospitalisasi
Pada anak : Anak menjadi sedikit lebih rewel
Pada keluarga : kurang istirahat

d. Tahap Perkembangan
i. Motorik kasar : Klien mampu menggunakan otot-otot seperti
ikut latihan karate.
ii. Motorik halus :Klien sudah bisa menggambar seperti
menggambar mobil- mobilan.
iii. Bahasa : Klien sudah dapat berbicara dengan lancar, kata-kata jelas.
iv. Sosialisasi : Klien suka pergi untuk bermain bersama teman-
temannya di lingkungan rumah.

7. Pengkajian Resiko jatuh pada anak


Skor resiko jatuh klien 9, klien dalam resiko rendah terhadap jatuh
31

8. Skrining gizi anak


Score skrining gizi anak 1, dan anak tidak beresiko mal nutrisi

9. Pemeriksaan penunjang
Hasil Lab 15-06-2021

Hemoglobin : 12.7 (13.0 – 16.0 g/dL)


Hematocrit : 36* (37 – 49 %)
Segmen : 29* (50 – 70 %)
Limfosit : 59* (20 – 40 %)
Leukosit : 2510* (4500 – 13.500/µL)
trombosit : 254.000 (150.000 –
400.000/µL)

Hasil pemeriksaan Feses 15 – 06 -2021

Makroskopis
Warna Kuning kecokelatan
Konsistensi Cair
Lendir Negative
Darah (blood) Negative
Mikroskopis
Eritrosit 11/LpB
Leukosit 4/LpB

10. Penatalaksanaan

PCT Syr 3 X 10 ml Oral


Zinc Syr 1 X 20 mg Oral
Infus Nacl 500 ml / 24 jam 20 tpm / 8 jam makro

11. Data Fokus


Nama Klien /Umur : An.A/5 tahun
No.Kamar/Ruang : No. 104
32

Data Subjektif : keluarga klien mengatakan anaknya sudah BAB sebanyak 4


kali dalam sehari dengan bentik encer, ada lendirnya, Keluarga klien
mengatakan anaknya malas minum, urine berwarna kuning pekat, Keluarga
klien mengatakan anaknya demam, Keluarga klien mengatakan tidak mengerti
cara pembuatan larutam gula garam.

Data obyektif : Hasil TTV didapatkan S 38◦C, N 100X/menit, RR 22X/menit,


SaO₂ 96%, terpasang Infus RL 500ml, kulit klien teraba hangat, mukosa bibir
klien tampak kering dan pucat, mata klien tampak cekung, bising usus
35X/menit, orang tua klien tampak bingung ketika ditanyakan tentang
pembuatan larutan gula garam, hasil lab didapatkan Leukosit 6710/µL,
hemoglobin 12.7 %, segmen : 29 %, limfosit 59%, trombosit 254.000/µL,
intake klien : infus 500ml, minum : 300 ml, Output : Urine 750ml, bab 200,
balance cairan : intake – output : 800 – 950 : -150. Klien mendapatkan PCT
syr 3X10ml Oral, Zinc Syr 1X20 mg oral.

12. Analisa Data


Nama klien/umur : An.A/5 tahun
No.Kamar/Ruangan : No.104

No Data Masalah Etiologi


1 Ds : Kekurangan Kehilangan
1. Keluarga klien volume cairan cairan aktif
mengatakan anaknya
sudah BAB 4X sehari
dengan konsistensi encer
dan ada sedikit lender
2. Keluarga klien
mengatakan anaknya
malas minum, urine
berwarna kuning pekat

Do :
33

1. Mukosa bibir tampak


kering dan pucat
2. Mata tampak cekung
3. Bising usus 35X/menit
4. Terpasang Infus RL
5. Intake : infus : 500 ml,
minum : 300ml, output :
urine : 750 ml, bab : 200
Balance : Intake -Output :
800 – 950 : -150
2 DS : Diare Proses infeksi
1. Keluarga klien mengatakan
anaknya sudah BAB 4x
sehari dengan konsistensi
encer, dan sedikit berlendir
2. keluarga klien mengatakan
anaknya mengalami
demam
Do :
1. kulit klien teraba hangat
2. S 38◦C
3. hasil pemeriksaan feses :
- Makroskopis : (warna
kuning kecokelatan,
konsistensi cair, lendir
negative, darah (blood)
negative)
- Mikroskopis : (eritrosit
11/LpB, Leukosit 4/LpB)
3 Ds : Deficit Kurangnya
1. orang tua klien mengatakan pengetahuan infomasi
tidak mengerti cara tentang
pembuatan larutan gula pembuatan
garam larutan gula
34

Do : garam
1. orang tua klien tampak
bingung ketika ditanyai
pembuatan larutan gula
garam

13. Diagnosa Keperawatan


a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
b. Diare berhubungan dengan proses infeksi
c. Deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan gula garam
berhubungan dengan kurangnya informasi

14. Rencana, Implementasi dan Evaluasi


a. DX 1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam
diharapkan masalah kehilangan cairan teratasi.
KH :
- TTV dalam batas normal
- Balance cairan seimbang

Intervensi :

1. Monitor TTV
2. Catat Intake dan Output Klien
3. Beri Obat Zinc sesuai ketentuan
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan oral

Implementasi :

Tanggal 15 – 06 – 2021
Pukul 16.00 Memonitor TTV, hasil : S 37◦C, N 118x/mnt, RR 21x/mnt,
SaO₂ 95 %.

Tanggal 16 – 06 – 2021
35

Pukul 07.10 memonitor TTV, hasil : S 36,9 ◦C, N 110x/mnt, RR 20x/mnt,


SaO₂ 97 %. Pukul 08.05 memberikan obat zinc sesuai ketentuan, hasil :
obat masuk dengan lancar, tidak ada alergi. Pukul 10.00 mencatat intake
dan output klien, hasil : intake infus 500ml, minum 280 ml, output urine
600ml, bab 200, balance : intake – output : 780 – 800 : -20. Pukul 14.00
menganjurkan klien untuk meningkatkan asupan oral, hasil : keluarga klien
mengatakan sudah memberiksan makanan sedikit – sedikit

Tanggal 17 – 06 – 2021
Pukul 07.00 memonitor TTV, hasil : S 36.5 ◦C, N 105x/menit, RR
21x/menit, SaO₂ 98 %. Pukul 08.00 memberikan obat zinc sesuai
ketentuan, hasil : obat masuk dengan lancar, tidak ada alergi. Pukul 08.30
mencatat intake dan output klien, hasil : intake 500 ml, minum 400 ml,
output urine 700 ml, bab 100, balance : intake – output : 900 – 800 : +100.
Pukul 11.00 meng up infus, hasil : infus terlepas, sedikit keluar darah,
tangan tidak bengkak.

Evaluasi
S : orang tua klien mengatakan anaknya sudah tidak malas minum lagi,
Bab anaknya sudah tidak cair lagi
O : TTV dalam batas normal, hasil : S 36,5 ◦C, N 105x/menit, RR
21x/menit, SaO₂ 98 %, balance cairan seimbang, hasil intake : Infus 500
ml, minum : 400 ml, output : urine 700 ml, bab 100, balance cairan : intake
– output = 900 – 800 = +100, mukosa bibir tampak lembab, bising usus
25x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

b. DX 2. Diare b.d proses infeksi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah diare teratasi
KH :
- TTV dalam batas normal
36

- Pola eliminasi defekasi normal

Intervensi :

1. Kaji dan observasi pola BAB


2. Anjurkan klien untuk menghindari makanan pedas
3. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
4. Beri obat PCT sesuai ketentuan

Implementasi :

Tanggal : 15 – 06 -2021

Pukul 17.00 menganjurkan klien untuk menghindari makanan pedas,


hasil : orang tua klien tampak memahami dampak yang ditimbulkan
apabila anaknya memakan makanan yang pedas. Pukul 19.00
memberikan obar PCT sesuai ketentuan, hasil : PCT syr 10 ml oral,
masuk dengan lancar, tidak ada alergi.

Tanggal : 16 – 06 – 2021

Pukul 08.00 memberikan obat PCT sesuai dengan ketentuan, hasil :


PCT syr 10 ml oral, masuk dengan lancar, tidak ada alergi. Pukul
11.00 mengkaji dan mengobservasi pola BAB, hasil : frekuensi :
2x/hari, warna : kuning kecoklatan, konsistensi : cair. Pukul 13.00
mengajurkan klien untuk makan sedikit tapi sering, hasil : orang tua
klien tampak paham, orang tua klien mengatakan sudah memberikan
makanan kesukaan klien secara sering tapi sedikit sedikit tidak ada
mual ataupun muntah. Pukul 16.00 memberikan obat PCT sesuai
dengan ketentuan, hasil : PCT syr 10 ml oral, masuk dengan lancar,
tidak ada alergi. Pukul 24.00 memberikan obat PCT sesuai dengan
ketentuan, hasil : PCT syr 10 ml oral, masuk dengan lancar, tidak ada
alergi

Tanggal 17 – 06 – 2021

Pukul 06.00 mengkaji dan observasi pola BAB, hasil : frekuensi


2x/hari, warna kuning kecokelatan, konsistensi setengah padat. Pukul
37

08.05 memberikan obat PCT sesuai dengan ketentuan, hasil : PCT syr
10 ml oral, masuk dengan lancar, tidak ada alergi.

Evaluasi

S : orang tua klien mengatakan BAB anaknya sudah tidak cair lagi,
sudah tidak demam lagi

O : TTV dalam Batas Normal : S 36,5◦C, N 105x/menit, RR


21x/menit, SaO₂ 98%, pola eliminasi defekasi normal, hasil :
frekuensi 1x/hari, warna cokelat kekuningan, konsistensi : setengah
padat

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

c. DX 3. Deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan gula garam b.d


kurangnya informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit
diharapkan deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan gula garam
teratasi
KH :
- Orang tua klien mengerti tentang pembuatan larutan gula
garam
- Orang tua klien dapat mendemontrasikan pembuatan larutan
gula garam

Intervensi :

1. Lakukan PenKes tentang pembuatan larutan gula garam


2. Beri penjelasan tentang pembuatan larutan gula garam
3. Ajarkan orang tua klien dengan cara mendemontrasikan pembuatan
larutan gula garam

Implementasi :
38

Tanggal 17 – 06 -2021
Pukul 09.00 melakukan PenKes tentang pembuatan larutan gula
garam, hasil : orang tua klien dapat menyebutkan kembali cara
pembuatan larutan gula garam. Pukul 09.20 memberikan penjelasan
tentang pembuatan larutan gula garam, hasil : orang tua klien dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Pukul 09.25 mengajarkan orang
tua dalam mendemontrasikan pembuatan larutan gula garam, hasil :
orang tua klien dapat mendemontrsikan pembuatan larutan gula garam
dengan baik

Evaluasi :
Tanggal 17 – 06 – 2021
S : Orang tua klien mengatakan sekarang sudah mengetahui tentang
pembuatan Larutan Gula Garam beserta dosisnya
O : Orang tua klien tampak mengerti tentang pembuatan pembuatan
larutan gula garam, orang tua klien dapat mendemontrasikan
pembuatan larutan gula garam
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan. Klien dipulangkan

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada pada teori dengan
kesenjangan yang ada pada kasus, mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada tinjauan teori didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori,
diare disebabkan oleh factor infeksi, factor malabsorpsi, factor makanan dan
factor psikologis sedangkan pada kasus penyakit diare yang diderita karena factor
makanan. Pada teori terdapat tanda disekitar anus menjadi lecet, diueresis
berkurang tetapi di kasus tidak ada. Selain itu, pada teori terdapat pemberian asi
atau makanan pendamping sedangkan dikasus tidak ada karena klien sudah
39

berumur lima tahun sehingga diberikan makanan setengah padat, makanan


rendah serat dan rendah lemak.

Pengkajian di dapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori,


pengkajian ditemukan adanya keluhan muntah, anus yang lecet sedangkan pada
kasus tidak ada dikarenakan klien tidak mengalami mual muntah maupun anus
yang lecet. Saat ini dilakukan pengkajian klien sedang mendapatkan tindakan
medis untuk mengatasi keluhan klien. Pada teori dilakukan pemeriksaan
diagnostic Pemeriksaan AGD, pemeriksaan tinja, pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin dan pemeriksaan elektrolit sedangkan pada kasus hanya dilakukan
pemeriksaan AGD, pemeriksaan tinja sudah menunjang untuk mendiagnosis Diare
Akut.

Pada tahap pengkajian faktor penghambat tidak ditemukannya bagi penulis untuk
melakukan pengkajian. Faktor penunjang saat dilakukan pengkajian adalah
adanya kerjasama yang baik dimana orang tua dan klien sangat kooperatif serta
perawat ruangan yang selalu membantu penulis dalam mengumpulkan data-data.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan pada teori ditemuka lima diagnose keperawatan
sedangkan pada kasus ditemukan tiga diagnose keperawatan.

Diagnose keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah sebagai berikut :


1. Kekurangan Volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
Disini perawat mengangkat diagnose tersebut dikarenakan keluarga klien
mengatakan anaknya sudah BAB sebanyak 4x, anaknya malas untuk minum,
urine berwarna kuning pekat, mukosa bibir tampakkering

2. Diare b.d proses infeksi


Disini perawat mengangkat diagnose tersebut dikarenakan keluarga klien
mengatakan anaknya sudah BAB sebanyak 4x dengan konsistensi cair,
anaknya demam
40

3. Deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan gula garam b.d kurangnya


informasi
Disini perawat mengangkat diagnose tersebut dikarenakan orang tua klien
mengatakan tidak mengerti cara pembuatan larutan gula garam

Sedangkan, diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus ialah :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Disini perawat tidak mengangkat diagnose tersebut dikarenakan pada saat
pengkajian klien tidak ada mual dan muntah

2. Kerusakan integritas kulit


Disini perawat tidak mengangkat diagnose tersebut dikarenakan pada saat
pengkajian klien tidak menunjukan kerusakan integritas kulit

Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu orang tua dan
klien yang sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari
pembimbing yang memberikan arahan dan informasi sesuai dengan
kebutuhan penulis, sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam
merumuskan diagnosa keperawatan.

C. Intervensi Keperawatan
Dalam perencanaan disesuaikan dengan prioritas masalah dan kondisi klien.
Prioritas antara teori dan kasus berbeda. Pada kasus memprioritaskan kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan aktif karena apabila kita kekurangan cairan
dapat menyebabkan dehidrasi. Prioritas kedua yaitu, diare b.d proses infeksi
karena diare dapat menyebabkan dehidrasi, kejang, hypokalemia, dll. Prioritas
ketiga yaitu, deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan gula garam b.d
kurangnya informasi karena informasi pembuatan larutan gula garam sangat
penting bagi orang tua untuk penatalaksaan pertama bila anaknya diare.

Pada penetapan tujuan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada teori tidak ada batasan waktu dalam mengatasi masalah sedangkan pada
41

kasus penulis menetapkan batasan waktu 3 x 24 jam karena penulis diberikan


kesempatan memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, hal ini berdampak
pula pada penetapan kriteria yang disesuaikan dengan waktu yang diberikan
dalam memberikan asuhan keperawatan. Pada perencanaan, tidak semua
perencanaan pada teori ditulis pada kasus karena disesuaikan dengan kondisi
klien pada saat itu. Perencanaan pada kasus sudah dibuat berdasarkan SMART
(Spesifik, Measurable, Achievable, Realistic, Time) serta sudah disusun secara
sistematis (dari tindakan mandiri sampai kolaborasi) dan operasional agar
memudahkan dalam penulisan evaluasi, sedangkan pada teori tidak dibatasi
waktu hal ini disebabkan karena perawat bekerja dalam team.

Faktor penunjang dalam perencanaan yaitu adanya kerja sama antara penulis,
orang tua, klien dan perawat ruangan serta buku sumber yang berkaitan dalam
membuat perencanaan sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam
membuat perencanaan.

D. Implementasi Keperawatan
Pada pelaksanaan penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dan sesuai
dengan konsep dokumentasi keperawatan melalui metode dan langkah persiapan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan
dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan pada kasus proses
pelaksanaan keperawatan tindakan tidak dilakukan secara berurutan seperti pada
perencanaan tindakan yang telah dibuat karena disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan An. A pada saat itu. Penulis diberi kesempatan waktu tiga hari untuk
memberikan asuhan keperawatan, sehingga penulis dalam memberikan
pelaksanaan keperawatan atau tindakan dilanjutkan (didelegasikan kwepada
perawat ruangan). Setiap melakukan tindakan keperawatan, penulis melakukan
pendokumentasian yang dilengkapi dengan tanggal, pukul, dan tindakan yang
dilakukan serta respon klien setelah tindakan keperawatan.

Penulis tidak menemukan hambatan dalam melaksanakan rencana keperawatan


sehingga dalam melakukan rencana keperawatan penulis dapat melakukan
dengan maksimal dan dapat melakukan rencana keperawatan yang telah disusun.
Dan untuk alat-alat diruangan penulis tidak menemukan hambatan atau
42

kekurangan dalam hal alat-alat karena sudah tersedia di dalam ruangan


keperawatan. Faktor penunjang dalam memberikan asuhan keperawatan pada An.
A adalah orang tua yang sangat kooperatif dan mau menerima setiap tindakan
yang diberikan serta perawat ruangan yang mau bekerjasama dengan penulis
dalam melakukan rencana keperawatan yang telah dibuat.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan tindakan keperawatan maka langkah terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Penulis melakukan
evaluasi baik formatif dan sumatif. Evaluasi formatif penulis lakukan setiap
setelah melakukan tindakan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang penulis tentukan yaitu 3x24 jam.
Dari ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, ketiga diagnose
keperawatan tujuan tercapai dan masalah teratasi semua.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ditemukan setelah melakukan asuhan keperawatan penulis
dapat membuat kesimpulan yaitu :
1. Pengkajian
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada An. A dan membuat

kesimpulan bahwa pada kasus tidak ditemukan semua data yang terdapat

pada teori yang ditemukan hanya demam, BAB dengan konsistensi encer,

risiko kekurangan cairan, mukosa bibir yang tampak kering. Hal ini
43

memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon dari terhadap penyakit

berbeda tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya dan penanganannya

yang segera dilakukan. Selain itu, kerjasama dengan orang tua dan anak

sangat kooperatif serta kerjasama dengan perawat ruangan sehingga dapat

memberi informasi kepada penulis sehingga penulis tidak menemukan

hambatan dan penulis mampu mendapatkan data-data yang menunjang untuk

menentukan asuhan keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus tidak harus sesuai dengan
diagnosa yang ada pada teori karena diagnosa keperawatan yang ada pada
kasus disesuaikan dengan data yang didapat pada saat pengkajian sehingga
dalam hal ini memberikan pengalaman kepada penulis bahwa diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang
diperoleh saat pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya.

3. Perencanaan
Perencanaan yang dibuat, disesuaikan dengan kondisi klien, mulai dari

menetapankan tujuan, menetapkan kriteria hasil, serta menyusun rencana

tindakan yang akan dilakukan selama memberikan asuhan keperawatan.

Dalam menetapankan tujuan, harus ditentukan waktu pencapaian tujuan

sebagai dasar penulis untuk melakukan evaluasi sumatif. Rencana tindakan

dibuat sistematis dan menggunakkan metode SMART (Spesifik, Measurable,

Achievable, Raelistic, Time). Sehingga dapat dilaksanakan oleh perawat yang

bertugas selanjutnya atau oleh perawat yang akan menindak lanjuti

keperawatan yang diberikan.

4. Pelaksanaan
44

Pada kasus proses implementasi disesuaikan dengan rencana yang dibuat dan
semua tindakan yang telah dilakukan didokumentasikan pada catatan
keperawatan. Pada teori suatu tindakan dilaksanakan dengan standar
operasional prosedur. Pada tahap pelaksanaan tidak semua rencana tindakan
yang disusun oleh penulis dapat dilakukan, dan pelaksanaan juga disesuaikan
dengan keluhan klien saat itu, sehingga penulis bekerja sama dengan perawat
ruangan, penulis tidak menemukan hambatan faktor pendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada An. A adalah klien dan orang tua serta
perawat ruangan sangat kooperatif membantu penulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi pada An. A yang dilakukan pada tanggal 15 Juni 2021 ketiga
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien tujuan tercapai yaitu
diagnosa pertama kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
karena balance cairan sudah seimbang. Kedua, diare b.d proses infeksi karena
pola eliminasi defekasi sudah kembali normal dan tanda – tanda vital klien
dalam batas normal. Ketiga, deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan
gula dan garam b.d kurangnya informasi karena orang tua klien sudah
mengerti pembuatan larutan gula garam dan orang tua klien dapat
mendemonstasikan pembuatan larutan gula dan garam. Dari ketiga diagnose
yang ditemukan masalah teratasi semua.

B. Saran
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, sehingga penulis dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang ada pada selanjutnya penulis
akan menyampaikan saran yang ditujukan kepada perawat ruangan klien dan
keluarga sebagai berikut:
1. Klien dan orang tua agar dapat melakukan perawatan secara mandiri dan
memberikan obat yang dianjurkan oleh dokter.
2. Perawat ruangan agar tetap menggunakkan standar keperawatan dan
menuliskan perencanaan serta mendokumentasikan setiap tindakan yang
45

dilakukan dengan hasil yang nyata dan kerja sama yang sudah terjalin baik
dengan mahasiswa tetap dipertahankan.
3. Kerjasama yang meliputi klien, keluarga dan petugas agar tetap
dipertahankan dan ditingkatkan agar asuhan keperawatan yang diberikan
optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya Edisi 2. Jakarta: Erlangga
Wijoyo, yosef. 2013. Diare Pahami Penyakit dan Obatnya. Yogyakarta: PT Citra
Aji Parama.
Herdman, T, Heather. NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan: Defenisi
& Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC
46

Kemenkes RI. 2011. Buletin data dan kesehatan : Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta : kemenkes
Wong Donna L. 2008. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta
Nurasalam. 2011. Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Nurul Utami dan Nabila Luthfiana. 2016. Faktor – factor yang mempengaruhi
kejadian Diare pada Anak. Majority, 5(4).
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan .2011.
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai