A DENGAN
DIARE AKUT DI LANTAI II PAVILIUN ADE IRMA SURYANI
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO JAKARTA
DISUSUN OLEH :
CHESEA DWI CAHYANI
NIM : 1935010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Diare
Akut di lantai 2 paviliun Ade Irma Suryani RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta.”
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan terimakasih, kepada :
1. Kolonel CKM Didin Saefudin, SKp, MARS selaku Ketua STIKes RSPAD
Gatot Soebroto
2. Ibu Sri Elyati, SST., M.Pd, M.Kes selaku pembimbing Akademi STIKes
RSPAD Gatot Soebroto
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis menerima segala
masukan berupa saran dan kritik agar makalah ini menjadi lebih baik.
( Penulis )
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Definisi .............................................................................................. 5
B. Etiologi .............................................................................................. 5
C. Klasifikasi ......................................................................................... 7
D. Patofisiologi ...................................................................................... 8
F. Komplikasi ........................................................................................ 10
H. Penatalaksanaan ................................................................................ 11
I. Pathway ............................................................................................. 12
1. Pengkajian ............................................................................. 14
5. Evaluasi ................................................................................. 23
A. Pengkajian ......................................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 41
B. Saran ................................................................................................. 43
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini disusun untuk memberikan gambaran tentang isi makalah secara
keseluruhan, bab ini dibagi menjadi Sub-sub Bab yaitu Latar Belakang, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan.
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian pada
bayi dan anak balita (Kemenkes RI, 2015). Diare adalah buang air besar
sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan konsistensi cair (Brandt, et
al, 2015). Diare saat ini masih menjadi masalah yang sulit untuk di tanggulangi.
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, angka
kematian akibat diare pada balita di Nigeria dan India sebanyak 42% dan angka
kesakitan balita dengan diare sebanyak 39%. Menurut WHO, Penyakit diare
adalah penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan
bertanggung jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tahun. Penyakit
diare adalah penyebab utama kematian anak dan morbiditas di dunia, dan
sebagian besar hasil dari makanan dan sumber air yang terkontaminasi. Di
seluruh dunia, 780 juta orang tidak memiliki akses ke air minum yang lebih baik
dan 2,5 miliar tidak memiliki sanitasi yang lebih baik. Diare akibat infeksi
tersebar luas di seluruh negara berkembang (WHO, 2017). Mayoritas kematian
ini 15% disebabkan oleh pneumonia diikuti dengan diare sebanyak 9%
(UNICEF, 2016). Perkiraan angka kematian anak-anak akibat diare di Nigeria
adalah sekitar 151, 700–175.000 per tahun (Dairo dalam Omele, 2019).
sedangkan pada tahun 2018 CFR Diare mengalami peningkatan dibanding tahun
2017 yaitu menjadi 4,76%.
Berdasarkan Survey morbiditas diare pada tahun 2014 insiden diare pada balita
yaitu 27%, dan tahun 2016 diperkirakan jumlah penderita sebanyak 46,4%
(Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2016). Target SDGs pada tahun
2030 mengakhiri kematian bayi dan balita dengan upaya mengurangi angka
kematian bayi dengan 12/1000 kelahiran hidup dan angka kematian anak bawah
lima tahun 25/1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada An. A, dengan Diare Akut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khususnya diharapkan penulis mampu dalam :
a. Melakukan pengkajian dan asuhan keperawatan pada klien dengan Diare
Akut.
b. Menganalisa data dari asuhan keperawatan pada klien dengan Diare Akut
menentukan diagnosa keperawatan.
c. Membuat rencana keperawatan pada klien dengan Diare Akut untuk
dilakukan tindakan keperawatan
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Diare Akut sesuai
rencana keperawatan yang telah disusun
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Diare Akut dengan
menggunakan SOAP
f. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara metode teori dan kasus nyata
serta penyelesaian alternatif pada klien dengan Diare Akut
3
C. Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas tentang asuhan keperawatan pada An. A
dengan Diare Akut usia 5 tahun di Lantai 2 Paviliun Ade Irma Suryani selama 3
hari pada tanggal 15 - 17 Juni 2021 dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
1. Metode Deskriptif
Tipe studi kasus dengan mengambil salah satu kasus klien dengan Diare
Akut teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan dalam
pembuatan makalah ini adalah data primer didapat langsung dari klien. Data
sekunder dari keluarga, tenaga kesehatan, asuhan keperawatan yang terdapat
direkam medis.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu mempelajari buku sumber dari internet yang berhubungan dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Diare Akut
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab yaitu meliputi:
Bab Satu :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab Dua : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, patofisiologi,
menifestasi klinis penatalaksanaan medis, pemeriksaan
penunjang, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi.
Bab Tiga : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab Empat : Pembahasan yang dimulai dari kesenjangan teori dan kasus
pada pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan,
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien
dengan Diare Akut yang terdiri dari : Pengertian, Patofisiologis (etiologi,
manisfestasi klinis, komplikasi, pathway,klasifikasi), penatalaksanaan, pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Definisi
Diare merupakan pengeluaran feses yang berbentuk tidak normal dan cair.
Bisa juga didefinisikan dengan buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi BAB lebih dari biasanya. Bayi dapat
dikatakan diare bila BAB sudah lebih dari 3 kali sehari buang air besar, dan
sedangkan neonatus dikatakan diare jika sudah buang air besar sebanyak
lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia dewi, 2014).
Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang
air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat
disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat
dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih,
2013).
B. Etiologi
Menurut Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai
infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya
merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau
penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal
dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare akan
mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit diare terutama pada
bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana
bisa terlambat.
6
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).
Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resiko terjadinya diare,
yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
7
C. Klasifikasi Diare
Ada tiga jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten
dan diare kronik. Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Diare Akut Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dan konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat
mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2
minggu. Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling
berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari
tubuh penderita, gradasi penyakit diare dapat dibedakan dala empat
kategori, yaitu:
a) Diare tanpa dehidrasi
b) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yan hilang 2-5% dari
berat badan
c) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-
8% dari berat badan d) Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan
yang hilang lebih dari 8-10% dari berat badan.
2. Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.
D. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor
diantaranya pertama factor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan
menyebabkan system transporaktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi caoran dan elektrolit akan
meningkat. Kedua, factor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam
melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga, factor
makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare. Keempat, factor psikologis dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
9
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran
menurun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun
(apatis, samnolen, spoor, komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam
Bentuk Klinis diare menurut Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi, 2015, yaitu :
1. Diare cair akut : Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari,
Tidak mengandung darah
2. Kolera : Diare yang sering dan banyak akan cepat menimbulkan dehidrasi berat,
atau Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB kolera, atau Diare dengan
hasil kultur tinja positif untuk V. Cholera 01 atau 0139
3. Disentri : Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
4. Diare persisten : Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
5. Diare dengan gizi buruk : Diare apapun yang disertai gizi buruk
6. Diare terkait antibiotika (antibiotic associated diarrhea) : Mendapat pengobatan
antibiotikoral spectrum luas
7. Invaginasi : Dominan darah dan lender dalam tinja, Massa intra abdominal
(abdominal mass), Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare menurut Nurarif, Amin Huda dan
Kusuma, Hardhi, 2015, yaitu :
1. Dehidrasi berat
Tanda dan gejala anak yang mengalami dehidrasi berat antara lain, Letargis/tidak
sadar, Mata kecung, Tidak bisa minum atau malas minum, Cubitan kulit perut
kembali sangat ( ≥ 2 detik). Pengobatannya dengan cara Beri cairan untuk diare
dengan dehidrasi berat.
10
3. Tanpa dehidrasi
Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau
berat. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara beri cairan dan makanan
untuk menangani diare di rumah, Nasehati ibu kapan kembali segera, Kunjungan
ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik
F. Komplikasi
Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang bisa
terjadi pada diare:
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang.
4. Bakterimia.
5. Mal nutrisi.
6. Hipoglikemia.
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nuraarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada diagnos
medis diare adalah :
a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses
(colok dubur).
b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa.
11
H. Penatalaksaan
1. Mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah dengan
oralit. Cairan oralit diberikan sedikit demi sedikit dengan sendok, dengan
frekuensi sesering mungkin. Oralit dilengkapi dengan elektrolit sehingga
dapat mengganti elektrolit yang ikut hilang Bersama cairan
2. Berikan zinc selama 10 -14 hari. Zinc berfungsi untuk memperbaiki epitel
usus supaya tidak sering diare. Caranya zinc dilarutkan dalam 1 sendok
air. Pemberian zinc untuk anak < 6 bulam ½ tablet dan > 6 bulan 1 tablet.
3. Pemberian ASI atau makanan pendamping ASI tetap diberikan agar anak
tidak kekurangan gizi. Pemberian susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya bebelac FL, Nutriloin Fl,
LLM dan lain-lain.
4. Segera ke fasilitas kesehatan, jika kondisi tidak membaik dalam 3 hari
atau buang air besar cair bertambah sering, muntah berulang -ulang,
makan atau minum sedikit, demam dan tinja berdarah, sehingga bisa
mendapatkan antibiotic selektif dari dokter.
5. Nasihat yang meliputi makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan serta
cara menjaga kesehatan perorangan. Sebaiknya makanlah makanan
setengah padat (bubur, nasi tim), makanan rendah serat (tanpa buah, tanpa
sayur) dan rendah lemak
6. Pemberian obat antidiare sebaiknya jangan karena dapat beresiko dapat
menimbulkan efek samping yang cukup berbahaya seperti mual, muntah
bahkan yang cukup berat timbul ileus paralitik (OTC DIGEST, 2011 :
27)
12
I. Pathway
13
14
2. Perkembangan
Adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensisasi sel, jaringan tubuh, organ-organ,
dan sistemnya yang terorganisasi. Dengan demikian, aspek perkembangan
ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-
masing bagian tubuh (Yuniarti, 2015).
Menurut Wong (2010), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,
yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
15
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3
kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10
kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare
tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14
hari atau lebih adalah diare persisten.
5. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
a. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat
mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b. Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air
masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang
tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa
haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak
merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi
berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam,
2008).
b) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
18
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami
dehidrasi, ubun - ubunnya biasanya cekung
b) Mata : Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk
kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan
atau sedang kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan
apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
c) Hidung : Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada
hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga : Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
o Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
o Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
o Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening,
tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
1. Jantung
(a) Inspeksi : Pada anak biasanya iktus kordis tampak
terlihat.
(b) Auskultasi : Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung
normal, diare dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung
pasien normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi
berat biasanya pasien mengalami takikardi dan bradikardi.
1. Paru – Paru
(a) Inspeksi : Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan
normal, diare dehidrasi ringan pernapasan normal hingga
19
i) Ektremitas
j) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c) Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan laboratrium
(a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum.
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5
mEq/L
(b) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa
adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis.
(c) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat.
(d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
20
(b) Radiologi
(1) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok
menjalani kolonoskopi
(2) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas
3. Intervensi Keperawatan
a) Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi,
inflamasi, iritasi, malabsorbsi
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan diare teratasi dengan KH :
- TTV dalam batas normal
- Pola eliminasi defeksi normal
- Mengonsumsi serat secara adekuat
Intervensi :
Intervensi :
a) Monitor TTV
b) Catat Intake dan Output klien
c) Dorong keluarga untuk membantu meningkatkan asupan oral
d) Kolaborasi pemberian cairan IV
e) Beri obat sesuai ketentuan
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika petrawata mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang teklah ditetapkan. Kemampuan
yang harus dimiliki perawatan pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemapuan untuk menciptakan
hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik
psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemapuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan
evaluasi (Setiadi, 2012).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011). Evaluasi terbagi atas dua pernyataan
antara lain; evaluasi formatif adalah hasil observasi dan analisa perawat
terhadap respon pasien segera pada saat atau setelah dilakukan tindakan
keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan. Sedangkan evaluasi
sumatif adalah Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
25
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada catatan
perkembangan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan
pada An.A di lantai II Paviliun Ade Irma Suryani RSPAD Gatot Soebroto dengan
Diare Akut selama 3 x 24 jam, dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, Intervensi,
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Klien masuk Tanggal 15 Juni 2021, di lantai II Paviliun Ade Irma Suryani
RSPAD Gatot Soebroto dengan Diare Akut. Tanggal pengkajian 15 Juni 2021,
dengan nomor register 828582 , dan didapatkan data sebagai berikut.
1. Data Biografi
a. Identitas Klien
Klien bernama An. A , jenis kelamin Perempuan tanggal lahir Jakarta,4
April 2016, suku bangsa Padang agama islam Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia klien belum sekolah.
mudah dihubungi alamat Jln. Rumah Sakit Sukanto Komp. Depkes No.34
Kramat Jati, Jakarta Timur
2. Resume
Klien datang dari Poli Anak dengan keluhan Demam sejak minggu malam
dan BAB cair, sedikit berlendir, tidak ada darah, sudah 4X BAB, Orang tua
klien mengatakan anaknya malas minum, sudah BAK ± 2 kali sejak pagi
berwarna kuning pekat, Keluarga klien mengatakan anaknya demam,
Keluarga klien mengatakan tidak mengerti cara pembuatan larutam gula
garam. Klien tampak lesu, lemah, mukosa bibir tampak kering berwarna
pucat, bising usus : 35X/menit, bb klien 25 kg, Tb 110 cm. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan : S : 37,5◦C, N : 100X/menit, RR :22X/menit, kulit
teraba hangat, terpasang Infus RL 500ml, kulit klien teraba hangat, mukosa
bibir klien tampak kering dan pucat, mata klien tampak cekung, bising usus
35X/menit, orang tua klien tampak bingung ketika ditanyakan tentang
pembuatan larutan gula garam, intake klien : infus 500ml, minum : 300 ml,
Output : Urine 750ml, bab 200, balance cairan : intake – output : 800 – 950 : -
150. Klien mendapatkan PCT syr 3X10ml Oral, Zinc Syr 1X20 mg oral dan
dilakukan pemeriksaan Labolatorium dengan hasil HB : 12,7 g/dl, Leukosit :
6710/µ L, trombosit : 254.000/µL, Hematokrit : 37 %. Lalu, dilakukan
pemeriksaan Feses didapatkan : makro (keadaan :lunak, lender : ada, darah :
tidak ada) dan mikro ( Leukosit : 10-14 LpB, Eritrosit : 4-5/LpB), lalu
dilanjutkan untuk rawat inap dilanjutkan dengan pengkajian.
b. Riwayat penyakit
Klien tidak memiliki alergi terhadap apapun, klien tidak pernah
mengalami kecelakaan, klien mendapat imunisasi campak, DPT, hepatitis
B, Polio, BCG
c. Pola kebiasaan
1) Pola pemenuhan nutrisi
Klien masih mengkonsumsi susu formula, makanan padat diberikan
saat usia 6 bulan cara pemberian secara oral, vitamin yang diberikan
sesuai yang dokter berikan, klien makan 3x sehari makanan padat
klien suka makan rendang, tidak ada alergi makanan, jumlah minum
perhari ±1500cc frekuensi 7-8 gelas
2) Pola Tidur
Klien biasa tidur siang 3-4 jam tidak ada kelainan tidur, kadang klien
sebelum tidur bermain handphone
3) Pola aktivitas
Klien biasanya bermain sesuai usianya
4) Pola kebersihan diri
Klien mandi 2x sehari menggunakan sabun secara mandiri kadang
dibantu ibunya.
Klien sudah bisa sikat gigi secara mandiri dengan frekuensi 3x sehari
waktu pagi, sore dan malam hari dengan dibantu menggunakan pasta
gigi
Klien biasanya 3 kali keramas dalam seminggu menggunakan
shampoo
Dan klien berpakaian sudah bisa mandiri.
5) Pola Eliminasi :
Klien BAB 1 x sehari waktu pagi kadang tidak tentu warna kuning
kecoklatan bau khas konsistensi tidak terlalu padat,
Klien BAK 5-6 kali sehari warna kuning tidak ada keluhan saat BAK
klien masih ngompol.
6) Kebiasaan lain :
29
c. Dampak Hospitalisasi
Pada anak : Anak menjadi sedikit lebih rewel
Pada keluarga : kurang istirahat
d. Tahap Perkembangan
i. Motorik kasar : Klien mampu menggunakan otot-otot seperti
ikut latihan karate.
ii. Motorik halus :Klien sudah bisa menggambar seperti
menggambar mobil- mobilan.
iii. Bahasa : Klien sudah dapat berbicara dengan lancar, kata-kata jelas.
iv. Sosialisasi : Klien suka pergi untuk bermain bersama teman-
temannya di lingkungan rumah.
9. Pemeriksaan penunjang
Hasil Lab 15-06-2021
Makroskopis
Warna Kuning kecokelatan
Konsistensi Cair
Lendir Negative
Darah (blood) Negative
Mikroskopis
Eritrosit 11/LpB
Leukosit 4/LpB
10. Penatalaksanaan
Do :
33
Do : garam
1. orang tua klien tampak
bingung ketika ditanyai
pembuatan larutan gula
garam
Intervensi :
1. Monitor TTV
2. Catat Intake dan Output Klien
3. Beri Obat Zinc sesuai ketentuan
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan oral
Implementasi :
Tanggal 15 – 06 – 2021
Pukul 16.00 Memonitor TTV, hasil : S 37◦C, N 118x/mnt, RR 21x/mnt,
SaO₂ 95 %.
Tanggal 16 – 06 – 2021
35
Tanggal 17 – 06 – 2021
Pukul 07.00 memonitor TTV, hasil : S 36.5 ◦C, N 105x/menit, RR
21x/menit, SaO₂ 98 %. Pukul 08.00 memberikan obat zinc sesuai
ketentuan, hasil : obat masuk dengan lancar, tidak ada alergi. Pukul 08.30
mencatat intake dan output klien, hasil : intake 500 ml, minum 400 ml,
output urine 700 ml, bab 100, balance : intake – output : 900 – 800 : +100.
Pukul 11.00 meng up infus, hasil : infus terlepas, sedikit keluar darah,
tangan tidak bengkak.
Evaluasi
S : orang tua klien mengatakan anaknya sudah tidak malas minum lagi,
Bab anaknya sudah tidak cair lagi
O : TTV dalam batas normal, hasil : S 36,5 ◦C, N 105x/menit, RR
21x/menit, SaO₂ 98 %, balance cairan seimbang, hasil intake : Infus 500
ml, minum : 400 ml, output : urine 700 ml, bab 100, balance cairan : intake
– output = 900 – 800 = +100, mukosa bibir tampak lembab, bising usus
25x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Intervensi :
Implementasi :
Tanggal : 15 – 06 -2021
Tanggal : 16 – 06 – 2021
Tanggal 17 – 06 – 2021
08.05 memberikan obat PCT sesuai dengan ketentuan, hasil : PCT syr
10 ml oral, masuk dengan lancar, tidak ada alergi.
Evaluasi
S : orang tua klien mengatakan BAB anaknya sudah tidak cair lagi,
sudah tidak demam lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Intervensi :
Implementasi :
38
Tanggal 17 – 06 -2021
Pukul 09.00 melakukan PenKes tentang pembuatan larutan gula
garam, hasil : orang tua klien dapat menyebutkan kembali cara
pembuatan larutan gula garam. Pukul 09.20 memberikan penjelasan
tentang pembuatan larutan gula garam, hasil : orang tua klien dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Pukul 09.25 mengajarkan orang
tua dalam mendemontrasikan pembuatan larutan gula garam, hasil :
orang tua klien dapat mendemontrsikan pembuatan larutan gula garam
dengan baik
Evaluasi :
Tanggal 17 – 06 – 2021
S : Orang tua klien mengatakan sekarang sudah mengetahui tentang
pembuatan Larutan Gula Garam beserta dosisnya
O : Orang tua klien tampak mengerti tentang pembuatan pembuatan
larutan gula garam, orang tua klien dapat mendemontrasikan
pembuatan larutan gula garam
A : Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan. Klien dipulangkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada pada teori dengan
kesenjangan yang ada pada kasus, mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tinjauan teori didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori,
diare disebabkan oleh factor infeksi, factor malabsorpsi, factor makanan dan
factor psikologis sedangkan pada kasus penyakit diare yang diderita karena factor
makanan. Pada teori terdapat tanda disekitar anus menjadi lecet, diueresis
berkurang tetapi di kasus tidak ada. Selain itu, pada teori terdapat pemberian asi
atau makanan pendamping sedangkan dikasus tidak ada karena klien sudah
39
Pada tahap pengkajian faktor penghambat tidak ditemukannya bagi penulis untuk
melakukan pengkajian. Faktor penunjang saat dilakukan pengkajian adalah
adanya kerjasama yang baik dimana orang tua dan klien sangat kooperatif serta
perawat ruangan yang selalu membantu penulis dalam mengumpulkan data-data.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan pada teori ditemuka lima diagnose keperawatan
sedangkan pada kasus ditemukan tiga diagnose keperawatan.
Sedangkan, diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus ialah :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Disini perawat tidak mengangkat diagnose tersebut dikarenakan pada saat
pengkajian klien tidak ada mual dan muntah
Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu orang tua dan
klien yang sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari
pembimbing yang memberikan arahan dan informasi sesuai dengan
kebutuhan penulis, sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam
merumuskan diagnosa keperawatan.
C. Intervensi Keperawatan
Dalam perencanaan disesuaikan dengan prioritas masalah dan kondisi klien.
Prioritas antara teori dan kasus berbeda. Pada kasus memprioritaskan kekurangan
volume cairan b.d kehilangan cairan aktif karena apabila kita kekurangan cairan
dapat menyebabkan dehidrasi. Prioritas kedua yaitu, diare b.d proses infeksi
karena diare dapat menyebabkan dehidrasi, kejang, hypokalemia, dll. Prioritas
ketiga yaitu, deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan gula garam b.d
kurangnya informasi karena informasi pembuatan larutan gula garam sangat
penting bagi orang tua untuk penatalaksaan pertama bila anaknya diare.
Pada penetapan tujuan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Pada teori tidak ada batasan waktu dalam mengatasi masalah sedangkan pada
41
Faktor penunjang dalam perencanaan yaitu adanya kerja sama antara penulis,
orang tua, klien dan perawat ruangan serta buku sumber yang berkaitan dalam
membuat perencanaan sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam
membuat perencanaan.
D. Implementasi Keperawatan
Pada pelaksanaan penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dan sesuai
dengan konsep dokumentasi keperawatan melalui metode dan langkah persiapan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan
dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan pada kasus proses
pelaksanaan keperawatan tindakan tidak dilakukan secara berurutan seperti pada
perencanaan tindakan yang telah dibuat karena disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan An. A pada saat itu. Penulis diberi kesempatan waktu tiga hari untuk
memberikan asuhan keperawatan, sehingga penulis dalam memberikan
pelaksanaan keperawatan atau tindakan dilanjutkan (didelegasikan kwepada
perawat ruangan). Setiap melakukan tindakan keperawatan, penulis melakukan
pendokumentasian yang dilengkapi dengan tanggal, pukul, dan tindakan yang
dilakukan serta respon klien setelah tindakan keperawatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah melakukan tindakan keperawatan maka langkah terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Penulis melakukan
evaluasi baik formatif dan sumatif. Evaluasi formatif penulis lakukan setiap
setelah melakukan tindakan keperawatan sedangkan evaluasi sumatif dilakukan
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang penulis tentukan yaitu 3x24 jam.
Dari ketiga diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, ketiga diagnose
keperawatan tujuan tercapai dan masalah teratasi semua.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ditemukan setelah melakukan asuhan keperawatan penulis
dapat membuat kesimpulan yaitu :
1. Pengkajian
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan pada An. A dan membuat
kesimpulan bahwa pada kasus tidak ditemukan semua data yang terdapat
pada teori yang ditemukan hanya demam, BAB dengan konsistensi encer,
risiko kekurangan cairan, mukosa bibir yang tampak kering. Hal ini
43
yang segera dilakukan. Selain itu, kerjasama dengan orang tua dan anak
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus tidak harus sesuai dengan
diagnosa yang ada pada teori karena diagnosa keperawatan yang ada pada
kasus disesuaikan dengan data yang didapat pada saat pengkajian sehingga
dalam hal ini memberikan pengalaman kepada penulis bahwa diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang
diperoleh saat pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya.
3. Perencanaan
Perencanaan yang dibuat, disesuaikan dengan kondisi klien, mulai dari
4. Pelaksanaan
44
Pada kasus proses implementasi disesuaikan dengan rencana yang dibuat dan
semua tindakan yang telah dilakukan didokumentasikan pada catatan
keperawatan. Pada teori suatu tindakan dilaksanakan dengan standar
operasional prosedur. Pada tahap pelaksanaan tidak semua rencana tindakan
yang disusun oleh penulis dapat dilakukan, dan pelaksanaan juga disesuaikan
dengan keluhan klien saat itu, sehingga penulis bekerja sama dengan perawat
ruangan, penulis tidak menemukan hambatan faktor pendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada An. A adalah klien dan orang tua serta
perawat ruangan sangat kooperatif membantu penulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi pada An. A yang dilakukan pada tanggal 15 Juni 2021 ketiga
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien tujuan tercapai yaitu
diagnosa pertama kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
karena balance cairan sudah seimbang. Kedua, diare b.d proses infeksi karena
pola eliminasi defekasi sudah kembali normal dan tanda – tanda vital klien
dalam batas normal. Ketiga, deficit pengetahuan tentang pembuatan larutan
gula dan garam b.d kurangnya informasi karena orang tua klien sudah
mengerti pembuatan larutan gula garam dan orang tua klien dapat
mendemonstasikan pembuatan larutan gula dan garam. Dari ketiga diagnose
yang ditemukan masalah teratasi semua.
B. Saran
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, sehingga penulis dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang ada pada selanjutnya penulis
akan menyampaikan saran yang ditujukan kepada perawat ruangan klien dan
keluarga sebagai berikut:
1. Klien dan orang tua agar dapat melakukan perawatan secara mandiri dan
memberikan obat yang dianjurkan oleh dokter.
2. Perawat ruangan agar tetap menggunakkan standar keperawatan dan
menuliskan perencanaan serta mendokumentasikan setiap tindakan yang
45
dilakukan dengan hasil yang nyata dan kerja sama yang sudah terjalin baik
dengan mahasiswa tetap dipertahankan.
3. Kerjasama yang meliputi klien, keluarga dan petugas agar tetap
dipertahankan dan ditingkatkan agar asuhan keperawatan yang diberikan
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2011. Buletin data dan kesehatan : Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta : kemenkes
Wong Donna L. 2008. Buku Ajaran Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta
Nurasalam. 2011. Manajemen Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Nurul Utami dan Nabila Luthfiana. 2016. Faktor – factor yang mempengaruhi
kejadian Diare pada Anak. Majority, 5(4).
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan .2011.
Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta