Judul
Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Reflek Menghisap Pada Bayi Baru Lahir Rendah
Di RS Pati Wilasa Semarang
a. Pijat Bayi
1) Pengertian
Pijat bayi adalah mengurut bagian tubuh untuk melemaskan otot
sehingga peredaran darah lancar yang dilakukan pada seluruh permukaan
tubuh bayi. Seni pijat adalah terapi sentuhan kulit dengan menggunakan
tangan. Pijat meliputi manipulasi terhadap jaringan atau organ tubuh
dengan tujuan pengobatan serta sebagai istilah yang digunakan untuk
menggambarkan gerakan manipulasi tertentu dari jaringan lunak tubuh
(Lowe, 2003).
2) Alasan Pemberian Pijat Bayi
Pijatan Untuk Bayi Sentuhan dan pijatan pada bayi setelah kelahiran
dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat
mempertahankan perasaan aman pada bayi. Sentuhan juga akan
merangsang peredaran darah dan akan menambah energi karena
gelombang oksigen yang segar akan lebih banyak dikirim ke otak dan
seluruh tubuh (Roesli, 2009). Stimulasi sentuh dapat merangsang semua
sistem sensorik dan motorik yang berguna untuk pertumbuhan otak,
membentuk kecerdasan emosi, inter, intrapersonal dan untuk merangsang
kecerdasan-kecerdasan lain (Riamelani,2006 diperoleh 4 Maret 2010 ).
3) Manfaat Pijat Bayi
Melalui pemijatan aliran darah otot akan meningkat menyebabkan vaso
dilatasi otot-otot yang aktif sehingga oksigen dan bahan gizi lain dalam
jaringan jumlahnya meningkat dan curah jantung akan meningkat.
Kecepatan aliran darah melalui kulit merupakan kecepatan yang berubah-
ubah tergantung dari kecepatan kegiatan metabolisme tubuh dan suhu
lingkungan. Pemijatan mampu meningkatkan sistem kekebalan,
meningkatkan aliran cairan getah bening keseluruh tubuh untuk
membersihkan zat yang berbahaya dalam tubuh, mengubah gelombang
otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan,
merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan
berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan, membuat tidur lelap,
mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut),
meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayinya,
meningkatkan volume air susu ibu, mengembangkan komunikasi,
memahami isyarat bayi, meningkatkan percaya diri
b. Reflek Menghisap
1) Pengertian
Reflek Menghisap adalah salah satu daya refleks paling penting yang
dimiliki bayi, terutama bila dipasangkan dengan refleks mencari.
2) Menguji Reflek Menghisap
Jika Ibu menyentuh langit-langit mulut bayi dengan jari, dot atau
puting, secara naluriah ia akan mulai mengisap. Usia sekitar dua atau tiga
bulan, isapan bayi Ibu akan menjadi hasil usaha yang sadar dan bukan lagi
sebuah refleks. Yang perlu disadari adalah setiap bayi menunjukkan
refleks ini, tidak mesti berarti dia lapar. Mengisap adalah aktivitas
menyenangkan dan menenangkan bagi bayi. Para bayi juga memiliki
refleks tangan-ke-mulut yang sejalan dengan refleks mencari dan
mengisap, dan mungkin juga mengisap jari-jari atau tangan.
3) Reflek Menghisap dan Menyusu
Para ibu kadang merasakan bayi mulai menyusu dengan lambat.
Ternyata, ini adalah kaitannya dengan refleks ini. Bukan hanya puting
yang perlu masuk ke dalam mulut bayi, tapi juga sebagianb besar areola
Ibu. Jika ujung puting Ibu saja yang masuk ke mulutnya, mungkin belum
cukup untuk menstimulasi refleks mengisap ini. Sebagai tambahan,
kelenjar-kelenjar susu belum ditekan secara baik oleh lidah dan rahang
bayi.
c. BBLR (Bayi Baru Lahir Rendah)
1) Pengertian
Bayi baru lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
2) Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan
Ismawati, 2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500
gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).
3) Faktor Penyebab
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Kuantitatif
b. Design penelitian
Quasy Eksperimental
c. Teknik pengumpulan data
Observasi
d. Sumber data
Data primer
Data sekunder
e. Metode analisa data
- Univariate dan
- Bivariate menggunakan uji paired t test dan independent t test
5. Bibliografi
[1] Antono , Sumy Dwi dan Dwi Estuning Rahayu. ; “Hubungan
Keteraturan Ibu Hamil Dalam Melaksanakan Kunjungan Antenatal Care
(ANC) Terhadap Hasil Deteksi Dini Risiko Tinggi Ibu Hamil di Poli KIA
RSUD Kota Kediri,” Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol.2, No. 2, pp.35, Mei 2014.
[2] Amiruddin, Ridwan dan Hasmi, (2014). Determinan Kesehatan Ibu dan
Anak, p.9, Jakarta: CV Trans Info Media
[3] Jannah, Nurul, (2012). Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : C.V
Andi
[4] Wahyudi, MT. Tinjauan Pustaka Mual Muntah.repository.umy.ac.id.
2016. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle (19 Mei 2018)
[5] Kia, P.Y., Safajou, F .,Shahnazi, M. & Nazemiyeh, H. (2013) The Effect
of Lemon Inhalation Aromatherapy on Nausea and Vomiting of
Pregnancy : A Double-Blinded, Randomized Contrlled Clinical
Trial. Iranian Red Crescent Medical Journal. Maret 2014.
[6] Prawirohardjo, Sarwono, (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka
[7] Namazi, Masoumeh, dkk. ; “Aromatherapy With Citrus Aurantium Oil
and Anxiety During the First Stage of Labor,” Iran Red Crescent
Med Journal 2014 June; 16(6): e18371. Juni 2014.
[8] Primadiati, Rachmi. 2010. “Aromaterapi Perawatan Alami Untuk Sehat
& Cantik. Jakarta” : PT. Gramedia Pustaka Utama.
[9] Afrianti, Leni Herliani,( 2010). “33 Macam Buah Buahan Untuk
Kesehatan. Bandung” : Alfabeta
[10] Astriana ; Ratna Dewi Putri ; Herlina Aprilia; , “Pengaruh Lemon
Inhalasi Aromatherapy terhadap Mual pada Kehamilan di BPS
Varia Mega Lestari S.St., M.Kes Batupuru Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015,” Jurnal Kebidanan Vol
1, No 3, pp.1, Oktober 2015
[11] Cholifah, Siti ; Titin Eka N ; “Riset Dasar Institusi (RDI) Aroma Terapi
Lemon Menurunkan Mual Muntah Ibu Hamil Trimester I”.
Sidoarjo : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Oktober 2017.
[12] Andriani, Agnes Widdya. Pengaruh Aromaterapi Peppermint terhadap
Kejadian Mual dan Muntah pada Ibu Hamil Trimester I di
Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta. September 2017. (tidak dipublikasikan)
[13[ Indrayanti, F. Daya Hambat Ekstrak Daun Mint (Mentha Piperita)
terhadap Pertumbuhan Bakteri Klebsiella Pneumoniae. Semarang:
Universitas Muhammadiyah Semarang. 2017. (tidak
dipublikasikan)
[14] Sutarmi, (2013). Standart Operating Prosedur Kiddy and Baby Spa,
upublised internal used
[15] Trisnowiyanto, B. 2012. “Remidial Massage” Panduan Ketrampilan
dasar Pijat bagi Fisioterapis, praktisi dan instruktur. Yogyakarta:
Nuha Medika
[16] Capellinni.,S. (2010). The Complete Spa Books For Massage Therapists
Workbook, Milady: Clypton Park, USA.
[17] Hetu, S. (2013). Compedium of Infant Massage Instructor.(2013). Manual
Training Infant Massage Instructor. IAIM: Canada.