Anda di halaman 1dari 21

PENGABAIAN HAK NELAYAN TRADISIONAL MASYARAKAT

HUKUM ADAT DALAM POLITIK PERUNDANG-UNDANGAN


PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR

Rachmad Safa’at
Dwi Yono
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
Jl. M.T. Haryono 169 Malang
Email: dwi_yono17@yahoo.com

Abstract
Coastal Management as outlined in Act No. 27 of 2007 which is then converted into Act No. 1 of
2014 provides a change on the rights of indigenous peoples which before was deprived by law,
until finally the judicial review which returns culture rights . The State has the role of welfare
of its people and provide fairness in carrying out its role. Social justice according to Islam is
not according to Islamic law, but running the values of Islam, to deliver justice for indigenous
peoples, and justice that also protect human rights, which is regulated in the constitution to
protect society from arbitrariness countries in running the government, so that the rights are
guaranteed and not be violated. Social justice and fairness is a unity that must be upheld.
Through the Law of normative research, this study analyzes the law related to the management
of coastal resources with the philosophical approach to see the values of justice for indigenous
peoples in Indonesia. The result shows that the State should provide justice to the management
of coastal resources on indigenous peoples and give attention to local wisdom of indigenous
peoples.
Key words: social justice, coastal management, indigenous people, fisherman rights

Abstrak
Pengelolaan Wilayah Pesisir yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007
yang kemudian diubah menjadi Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 memberikan angin
perubahan atas hak masyarakat adat yang sebelumnya hak masyarakat adat dirampas melalui
undang-undang, hingga akhirnya dilakukan uji materiil yang mengembalikan hak masyarakat
adat. Negara mempunyai peranan mensejahterakan rakyatnya dan memberikan keadilan dalam
menjalankan peranannya. Keadilan sosial menurut Islam bukanlah menurut Hukum Islam,
tetapi menjalankan nilai-nilai Islam, nilai-nilai Islam yang terkandung untuk memberikan
keadilan kepada masyarakat adat, dan keadilan yang juga melindungi hak asasi manusia, hak
asasi yang diatur konstitusi untuk melindungi masyakarat dari kesewenang-wenangan Negara
dalam menjalankan pemerintahan, sehingga hak asasi dijamin dan tidak boleh dilanggar.
Keadilan sosial dan keadilan adalah satu kesatuan yang harus ditegakkan. Melalui penelitian
Hukum normatif, penelitian ini menganalisa Hukum yang terkait pengelolaan sumber daya
pesisir dengan pendekatan filsafat untuk melihat nilai-nilai keadilan terhadap masyarakat adat
di Indonesia. Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwa Negara harus memberikan keadilan
terhadap pengelolaan sumber daya pesisir pada masyarakat adat dan memperhatikan kearifan
lokal dari masyarakat adat.
Kata kunci: keadilan sosial, pengelolaan pesisir, masyarakat adat, hak nelayan
40 DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2017.01001.3
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 41

Latar Belakang terkaya di dunia, dimana 30% hutan bakau


Negara Indonesia sebagai Negara dunia ada di Indonesia ; 30% terumbu karang
kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau dunia ada di Indonesia, 60% konsumsi protein
besar dan kecil yang terpisahkan lautan berasal dari sumber daya perikanan, 90% ikan
dengan kondisi geografis memiliki luas berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut
total 7.827.087 Km2 dan terletak di zamrud dari garis pantai.2
khatulistiwa memiliki kekayaan sumber daya Dari adanya Deklarasi Djuanda
alam yang berlimpah, khususnya di wilayah menjadikan luas wilayah lautan dan wilayah
laut dan pesisir yang luasnya mencapai ¾ kepulauan Indonesia atau wilayah Indonesia
wilayah Indonesia (5,8 juta Km2). Secara memiliki kekayaan yang berada di atas, di
fisik, keberadaan dari jumlah pulau sebanyak permukaan maupun di dalam laut adalah
17.504 pulau merupakan yang terbanyak menjadi milik Indonesia. Kawasan pesisir
di dunia. Panjang garis pantai 81.000 Km yang berada di pulau-pulau yang mengitari
merupakan terpanjang kedua di dunia setelah Indonesia mengandung banyak potensi
Kanada. Luas wilayah perairan 5,8 juta Km2 ekonomi (pembangun dan kesejahteraan) yang
tersebut, terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif sangat besar dan beranekaragam yang terdapat
2,7 juta Km2, perairan kepulauan 2,8 Km2, pada lingkungan yang bersumber dari alam.
dan Wilayah laut 0,3 Km2.1 Kondisi geografis Indonesia yang letaknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia dilengkapi dengan letak Indonesia pada posisi
(NKRI) merupakan negara kepulauan terbesar geopolitik yang strategis yakni lautan Pasific
di dunia dideklarasikan pada Tahun 1957 dalam dan Lautan Hindia yang merupakan kawasan
Deklarasi Djuanda, kemudian dikukuhkan paling dinamis dalam arus percaturan politik,
dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 1985 pertahanan, dan keamanan dunia, selain
tentang Konvensi Hukum Laut Internasional itu keberadaan hasil laut yang begitu besar
(UU No. 17 Tahun 1985). Ada sekitar 60% karena ekosistem yang bagus menjadikan
penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir kekayaan laut Indonesia menjadi luar biasa
selebar 50 Km dari garis pantai. Di kota dan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
kabupaten kawasan ini, terdapat 80% dari Kondisi geo-ekonomi dan geo-politik tersebut
industri Indonesia beroperasi memanfaatkan menjadikan sektor kelautan sebagai sektor
sumber daya pesisir dan membuang limbahnya penting dalam Pembangunan Nasional.
ke kawasan pesisir. Sumber daya pesisir Namun hasil analisis menunjukkan
merupakan pusat biodiversity laut tropis bahwa belum terjadi peningkatan signifikan

1 Ruchyat Deni, Bahari Nusantara Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Ketahanan Nasional, (Jakarta: The
Media of Social and Cultural Communication (MSCC), 2009), hlm. 3.
2 Lihat Rokmin Dahuri, dkk. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1996), hlm. 1.
42 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

kesejahteraan nelayan. Berbagai kendala Eksplorasi Laut, yang kemudian dari


yang ditemui di lapangan, seperti kerusakan Kepres No. 355/M Tahun 1999. Selanjutnya
lingkungan perairan yang menjadi sumber pengangkatan tersebut diikuti dengan
kesejahteraan nelayan, minimnya akomodasi pembentukan Departemen Eksplorasi Laut
kearifan lokal, hak dan sistem tradisional (DEL) beserta rincian tugas dan fungsinya
di dalam format pemberdayaan masyarakat melalui Keputusan Presiden Nomor 136
pesisir, serta jaminan hasil pemasaran Tahun 1999 tanggal 10 November 1999
perikanan, termasuk belum terjadinya tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
interkoneksitas institusi-institusi pemerintah Organisasi, dan Tata Kerja Departemen.
dalam mendukung pencapaian pemberdayaan Ternyata penggunaan nomenklatur DEL tidak
tujuan itu sendiri merupakan hal yang berlangsung lama karena berdasarkan usulan
menuntut perhatian serius.3 DPR dan berbagai pihak, telah dilakukan
Sejalan dengan keberadaan Indonesia perubahan penyebutan dari Menteri Eksplorasi
sebagai Negara bahari yang mempunyai Laut menjadi Menteri Eksplorasi Laut dan
potensi cukup besar, Presiden Joko Widodo Perikanan berdasarkan Keputusan Presiden
dalam pidato kenegaraan kali pertamanya Nomor 145 Tahun 1999 tanggal 1 Desember
menyebutkan keinginan agar Indonesia 1999. Perubahan ini ditindaklanjuti dengan
menjadi poros maritim dunia, sehingga penggantian nomenklatur DEL menjadi
keinginan mengembalikan kedaulatan lautan Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan
menjadi prioritas presiden ketujuh ini,4 (DELP) melalui Keputusan Presiden Nomor
sama halnya dengan Presiden Abdurachman 147 Tahun 1999 tanggal 1 Desember 1999.
Wachid pembangunan sektor kelautan Potensi sumber daya alam di perairan
mulai dilakukan hal ini terwujudkan dengan dan pesisir alam yang cukup besar karena
adanya kementerian kelautan dan perikanan didukung oleh adanya ekosistem yang
kali pertama yang digagas oleh Presiden saling mempengaruhi, meliputi terumbu
Abdurachman Wachid. Presiden Abdurrahman karang, padang laut (sea grass), hutan bakau
Wahid dengan Keputusan Presiden No.355/M (mangrove) dan rumput laut (sea weeds).
Tahun 1999 tanggal 26 Oktober 1999 dalam Sumber daya hayati laut pada kawasan pesisir
Kabinet Periode 1999-2004 mengangkat Ir. dan laut memiliki potensi keragaman dan nilai
Sarwono Kusumaatmaja sebagai Menteri ekonomis yang tinggi dari yang dikandungnya,

3 Lihat Ari Baso dalam Tulisannya yang berjudul “Revitalisasi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Bagi
Kesejahteraan Nelayan”, dalam Andi Iqbal burhanudin, M. Nasir Nesa, Andi Niarti Ningsih (ed), Membangun
Sumber Daya Kelautan Indonesia, (Bogor: IPB Press, 2013), hlm. 75-76.
4 Naskah lengkap Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo “Di Bawah Kehendak Rakyat dan Konstitusi”, http://
kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/speech/?box=detail&id=120&from_box=list_245&hlm=1&search_
tag=&search_keyword=&activation_status=&presiden_id=2...&presiden=, diakses 17 Mei 2016.
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 43

misalnya seperti ikan kerapu, ikan napoleon, mengabaikan faktor lingkungan dan kearifan
ikan hias, kuda laut, kerang mutiara, kima lokal dan dilakukan secara besar-besaran.
raksasa (tridacna gigas) dan teripang. Eksplorasi yang dilakukan dengan
Kekayaan laut di Indonesia yang sangat meminggirkan masyarakat adat dalam
berlimpah ini menjadikan komoditas yang mengelola dan mengambil hasil laut yang
dilihat dari sudut pandang ekonomi adalah dapat meminggirkan hak-hak masyarakat
sangat menguntungkan untuk dikelola, adat, sehingga masyarakat adat yang
baik yang ada di pesisir ataupun di dalam keberadaannya jauh lebih dulu terpinggirkan
laut. Pengelolaan untuk mengeksplorasi oleh perkembangan zaman dan teknologi
hasil sumber daya laut ini berubah menjadi modern akibat eksplorasi sumber daya alam,
eksploitasi ketika dilakukan secara besar- khususnya di wilayah pantai, sehingga
besaran dan tidak terkontrol. kearifan lokal yang ada menjadi tidak bernilai
Dalam memanfaatkan dan mengelola dan cenderung dikorbankan dengan atas nama
sumber daya kelautan dan perikanan perlu pembangunan dan kesejahteraan.
diperhatikan daya dukung dan kemampuan Keberadaan masyarakat yang ada di
asimilasi wilayah laut, pesisir dan daratan pesisir merupakan bagaian dari warga
dalam hubungan ekologis, ekonomis dan negara Indonesia yang mendapat haknya dan
sosial. Kesinambungan ketersediaan sumber dilindungi oleh konstitusi, konstitusi menjamin
daya ini merupakan kunci dalam pemanfaatan setiap warga negaranya. Keberadaan konstitusi
dan pengelolan sumber daya kelautan dan pun mengakui masyarakat adat yang hidup
perikanan. di Indonesia, tertuang dalam Pasal 18B ayat
Eksplorasi sumber daya laut yang telaj (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
lama dilakukan, abai dalam memperhatikan Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun
faktor ekosistem dan lingkungan, khususnya 1945) termasuk pula dijamin hak asasinya.
dari keberadaan alat-alat modern dan canggih, Pengakuan masyarakat adat tersebut
dilakukan hanya untuk sekedar mendapatkan menjadi dasar keberadaan masyarakat adat
keuntungan, berbeda dengan masyarakat untuk tetap hidup dan berkembang dengan
adat yang mengambilnya dengan melakukan cara dan tradisinya yang secara turun
cara-cara yang ramah lingkungan dan dengan temurun mendiami dan bertempat tinggal di
cara tertentu dengan memegang teguh nilai- suatu wilayah, demikian pun dalam aktifitas
nilai adat atau dikenal sebagai kearifan lokal5 perekonomian untuk mendapat hak hidupnya.
namun dalam perkembangannnya saat ini, Berawal dari keberadaan Undang-undang
eksplorasi pengeloaan sumber daya alam Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

5 Lihat Pasal 1 angka 36 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 yang mendefinisikan Kearifan Lokal adalah
nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
44 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adat mensyaratkan keberadaan masyarakat


(Selanjutnya disebut UU No. 27 Tahun 2007) adat dan keberadaan undang-undang yang
yang tujuannya mengatur pengelolaan dan mengaturnya, namun hingga saat ini belum
pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau terbentuk undang-undang yang mengayomi
kecil ternyata tidak sesuai dengan semangat dan melindungi masyarakat adat.
konstitusi sebagai pedoman dan acuan Keberadaan masyarakat adat yang hak
dalam membuat suatu produk perundang- konstitusionalitasnya dijamin oleh Undang-
undangan. Akan tetapi undang-undang ini Undang Dasar harusnya produk undang-
telah mengalami perubahan akibat telah diuji undang yang dibuat oleh lembaga legislatif
materiil di Mahkamah Konstitusi karena bersumber dan mengacu pada pasal-pasal
dianggap ada beberapa pasal yang terkandung yang ada dalam konstitusi sehingga produk
di dalamnya bertentangan dengan konstitusi Hukum yang dihasikan sesuai dengan
yakni mengenai mengenai sertifikasi wilayah semangat konstitusi yang ada. Hukum adat
perairan pesisir sehingga hak masyarakat adat merupakan Hukum, Hukum yang hidup
terpinggirkan. Keberadaan masyarakat adat dalam masyarakat tertentu dan ini juga
di Indonesia masyarakat adat yang tersebar di perlu diperhatikan, sehingga keadilan sosial
seluruh wilayah Indonesia mencapai 20.000 terpenuhi dan dijalankan oleh negera.
kelompok, menurut data Komisi Hak Asasi Dalam menganalisa ketimpangan dan
Manusia (Komnas HAM) 6300 kelompok ketidakadilan sosial ini, penulis menggunakan
masyarakat adat berada di wilayah Aceh, 1000 teori keadilan dalam Islam yang digunakan
kelompok berada di Bali dan 700 kelompok untuk melihat kesejahteraan dan konsep
berada di berbagai wilayah Sumatera6 sisanya Teori Hak Asasi Manusia untuk mendudukan
lainnya masih belum terdata, hingga tulisan masalah dalam persamaan peran masyarakat
ini ditulis, belum ada pendataan kembali dalam hak asasi untuk mensejahterakan
berapa jumlah data terbaru dari masyarakat dirinya dan terciptanya keadilan dalam
adat di Indonesia. pengelolaan sumber daya pesisir agar tidak
Keberadaan masyarakat yang dipinggirkan merugikan dan timpang dalam pembangunan.
oleh perundang-undangan merupakan Teori Keadilan sosial menurut Islam
ketidakadilan dan hal ini bertentangan dengan dicetuskan oleh Sayyid Qutb dalam kitabnya
konstitusi yang menjamin kemerdekaan yang berjudul Al-‘Adalah al Ijtimah’iyyaf
rakyatnya dan dilindungi keberadaannya. fi’l-Islam (Keadilan Sosial dalam Islam yang
Pasal 18B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 kemudian dialih bahasakan dengan buku
yang mengatur keberadaan masyarakat yang berjudul Keadilan Sosial dalam Islam.

6 Hukum Online, “Berdayakan Masyarakat Hukum Adat untuk Perlindungan Lingkungan”, http://www.
hukumonline.com/detail.asp?id15257&cl=berita, diakses 25 Mei 2016.
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 45

Selain Sayyid Qutb, Hamka juga mengulas ketidaksamaan sosial. Dimana prinsip
dalam bukunya dengan judul yang sama yakni kebebasan menyatakan bahwa setiap orang
Keadilan dalam Islam. mempunyai kebebasan terbesar, sebesar
Sayyid Qutb berpandangan bawah kebebasan yang sama bagi semua orang,
keadilan sosial yang dipelopori Barat adalah sepanjang ia tidak menyakiti orang lain.
berdasarkan pemikiran yang sekuler, yang Prinsip kedua adalah keadilan ketidaksamaan
menempatkan agama untuk pendidikan dalam sosial dan ekonomi meski diatur sedemikian
“penyucian” jiwa bagi pemeluknya, dan hukum rupa sehingga dapat diharapkan memberi
yang diciptakan yang sifatnya sementara keuntungan semua orang dan semua posisi

dan sekular sebagai penata masyarakat dan dan jabatan terbuka bagi semua orang.8

mengkoordinasikan kehidupan. Sedangkan Pengelolaan wilayah pesisir dan

dalam Islam tidak demikian, menurut masyarakat adat terkait dengan HAM yang
mengatur dan menjaga eksistensi masayarakat
Qutb: “...kita tidak mempunyai dasar untuk
adat agar hak asasi masyarakat adat terjaga
mengukuhkan permusuhan antara Islam dan
dan terpenuhi secara konstitusional. Teori
perjuangan untuk keadilan sosial, seperti
HAM ini juga merupakan teori penting yang
permusuhan yang ada antara Kristen dan
akan dipergunakan untuk pisau analisis yang
Komunisme. Karena Islam telah menyiapkan
membahas tentang hak–hak masyarakat
prinsip-prinsip dasar keadilan sosial dan
adat untuk mewujudkan hak konstitusional
mengukuhkan klaim orang miskin pada
masyarakat adat. Teori ini juga untuk menjawab
kekayaan orang kaya; ia menyediakan
keberadaan hukum adat di Indonesia yang
prinsip keadilan bagi kekuasaan dan uang,
dilindungi oleh konstitusi, sehingga menjadi
sehingga tidak ada perlunya untuk membius
dasar untuk keberadan masyarakat adat dan
pemikiran manusia dan mengajak mereka
hukum adat itu sendiri, sehingga bertujuan
untuk meninggalkan hak-hak bumi mereka
untuk melindungi Hak Asasi masyarakat adat.
untuk tujuan harapan mereka di akhirat.7
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
Berbeda dengan pendekatan keadilan
hak-hak yang melekat kepada setiap
menurut para pemikir barat John Rawl dalam
manusia, tanpanya manusia akan sulit hidup
bukunya A Theory of Justice yang dalam sebagaimana manusia pada umumnya. HAM
buku terjemahan dalam Bahasa Indonesia ada bukan karena pemberian masyarakat
adalah Teori Keadilan yang berpendapat atau karena kebaikan negara, melainkan
bahwa prinsip keadilan adalah bertolak dari berdasarkan martabatnya sebagai manusia
dua hal yakin prinsip kebebasan dan prinsip yang bersumber dari Ilahi.

7 Sayyid Qutb, Keadilan Sosial dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984), hlm. 52-53.
8 Baca Jazim Hamidi, Moch. Adi Sugiarto, Muhammad Ihsan, Membedah Teori-Teori Hukum Kontemporere,
(Malang: UB Press, 2013) hlm. 196-197.
46 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah asal dan tujuan hidup manusia. Semua
adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh hak yang berakar dalam kodratnya sebagai
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang manusia adalah hak-hak yang lahir bersama
kodrati. Oleh karenanya tidak ada kekuasaan dengan eksistensi manusia dan merupakan
apapun di dunia yang dapat mencabutnya.9 konsekuensi hakiki dari kodratnya. Itulah
Lain lagi menurut Todung Mulya Lubis, sebabnya mengapa HAM Indonesia berbeda
menelaah tentang HAM adalah menelaah dengan HAM universal, dimana HAM
totalitas kehidupan, sejauh mana kehidupan Indonesia adalah merupakan pemberian Tuhan
kita memberi tempat yang wajar kepada sebagai anugerah-Nya yang wajib dihormati,
kemanusiaan.10 dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
Hak-hak asasi pokok manusia, semata- sedangkan HAM universal lebih menekankan
mata ada karena dirinya manusia terdiri dari pada prinsip persamaan dan pembatasan
hak untuk hidup, hak atas keselamatan hidup, tindak-tanduk negara.12
penghormatan terhadap harkat dan martabat Oleh karena itu perlindung dan terhadap
agama, hak individu atas kebebasan, hak masyarakat adat bukan hanya merupakan
atas keadilan dan kesamaan derajat umat masalah nasional, tetapi juga merupakan
manusia.11 agenda internasional dari PBB, Komnas
Dalam HAM Indonesia hak-hak yang HAM juga telah mengadakan kerjasama
paling fundamental itu adalah aspek- dengan jajaran PBB, dalam hal ini Regional
aspek kodrat manusia atau kemanusiaan Centre UNDP di Bangkok serta kantornya di
itu sendiri. Kemanusiaan setiap manusia Indonesia, serta Perwakilan ILO di Indonesia.
merupakan ide luhur dari Sang Pencipta Seluruh kegiatan tersebut dilakukan
yang menginginkan setiap orang berkembang dengan tetap memperhatikan asas legalitas,
dan mencapai kesempurnaannya sebagai kepentingan nasional, serta keadilan.13
manusia. Oleh karena itu, setiap manusia Kedua teori yang menjadi pisau analisis
harus dapat mengembangkan diri sedemikian pada tulisan ini dan dalam tulisan ini
rupa sehingga dapat terus berkembang menggunakan penelitian Hukum normatif
secara leluasa. Pengembangan diri ini yang mengkaji Hukum sebagai norma,
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, yang dan keberadaan perundang-undangan

9 Satya Arinanto, Sejarah HAM dalam Prespektif Barat, (Jakarta: Cesda-LP3ES, 2000), hlm. 11.
10 Todung Mulya Lubis, Bantuan Hukum dan Kemiskinan Terstruktural, (Jakara: LP3ES, 1984), hlm. 14.
11 Ibid.
12 Gunawan Setiardja, Hak-hak Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm.
75.
13 Kata Sambutan Ketua Komnas HAM pada Acara Hari Internasional Masyarakat Hukum Adat se Dunia di
Jakarta pada 9 Agustus 2006 dalam “Mewujudkan Hak Konstitusional Masyakarat Hukum Adat, Himpunan
Dokumen Peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia”, (Jakarta: Komnas HAM Press, 2006),
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 47

tersebut sebagai Hukum tertulis, dan dengan Pembangunan mempunyai masa yang
pendekatan filsafat untuk menemukan berbeda, dan ini pengaruh dari politik hukum
keadilan terhadap keberadaan undang-undang pada masa pemerintahan yang berkuasa.
dan keberlakuannya pada masyarakat adat. Tujuan pembangunan pemerintahan
Indonesia sejak Tahun 1950-an berorientasi
Pembahasan pada pembangunan sektor pertanian, seperti
Pembangunan Indonesia yang yang ditulis oleh Rachmad Safa’at mengenai
merupakan tujuan dari adanya negara ini fase pembangunan pedesaan dari era tahun
adalah memakmurkan dan mensejahterakan 1950-an yang dimulai dengan penekanan
rakyatnya, sehingga mutlak diperlukan. Akan pembangunan komunitas pertumbuhan usaha
tetapi pembangunan yang ada terkadang tani kecil, menginjak 1960-an pertumbuhan
justru tidak memihak terhadap kemakmuran usaha kecil tani yang dilanjutkan upaya
dan kesejahteraan rakyat itu sendiri. Sesuai pembangunan pedesaan terintegrasi yakni
bentuk yang telah disepakati bahwa Indonesia melalui kebijakan transfer teknologi,
merupakan negara hukum, sehingga kebijakan mekanisasi dan penyuluhan pertanian, 1970-
yang dilakukan pemerintah berdasarkan an menuju liberalisasi pasar dan 1980-an
perundang-undangan yang merupakan penyusaian struktural dan pasar bebas.15 Pada
hasil dari politik hukum, sedangkan bentuk tahun 1985 Indonesia berhasil swasembada
perundang-undangan tersebut adalah bentuk pangan dan mendapat penghargaan dari FAO
politik perundang-undangan. dan kemudian awal 1990-an pemerintah
Satjipto Rahardjo menyebutkan eksistensi Indonesia berusaha menjadi negara industri
negara hukum (rechstsstaat) Republik hingga berakhirnya rejim Pemerintahan
Indonesia sebagaimana tersirat dalam Soeharto.
pembukaan UUD NRI Tahun 1945 adalah Politik kekuasaan berganti dan pada era
mengarah kepada kebahagiaan manusia Presiden Abdurachman Wachid pembangunan
in casu rakyat Indonesia. Oleh karena itu sektor kelautan mulai dilakukan hal ini
menjadi tugas negara dalam hal ini pemerintah terwujudkan dengan adanya kementerian
adalah mengimplementasikan amanat alinea kelautan dan perikanan kali pertama yang
kedua dan keempat Pembukaan UUD NRI digagas oleh Presiden Abdurachman Wachid.
Tahun 1945 dalam peraturan perundangan- Presiden Abdurrahman Wahid dengan
undangan. Pemerintah harus cermat melihat Keputusan Presiden No.355/M Tahun 1999
pesan moral dibalik UUD NRI Tahun 1945.14 tanggal 26 Oktober 1999 dalam Kabinet

hlm. 58.
14 Satjipto Rahadjo, Mendudukan Undang-Undang Dasar, Suatu Pembahasan Dari Optik Ilmu Hukum Umum,
(Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro, 2007), hlm. 67.
48 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

Periode 1999-2004 mengangkat Ir. Sarwono Kerja Departemen.16


Kusumaatmaja sebagai Menteri Eksplorasi Paradigma pembangunan sektor kelautan
Laut, yang kemudian dari Kepres No. 355/M pada pemerintahan mendapat perhatian serius
Tahun 1999. Selanjutnya pengangkatan oleh Presiden Jokowi dalam pembangunan
tersebut diikuti dengan pembentukan sektor kelautan, hingga kali pertama adanya
Departemen Eksplorasi Laut (DEL) beserta Menteri Koordinator Maritim dan Sumber
rincian tugas dan fungsinya melalui Keputusan Daya di Pemerintahan Indonesia. Politik
Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tanggal hukum yang dicita-citakan pemerintahan
10 November 1999 tentang Kedudukan, saat ini adalah pembangunan kelautan, tanpa
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata meninggalkan pembangunan sektor lainnya.
Kerja Departemen. Ternyata penggunaan Pada masa sebelumnya pengaturan
nomenklatur DEL tidak berlangsung lama pengelolaan wilayah pesisir yang dituangkan
karena berdasarkan usulan DPR dan berbagai dalam UU No 27 Tahun 2007 merupakan
pihak, telah dilakukan perubahan penyebutan upaya pembangunan sektor kelautan dan
dari Menteri Eksplorasi Laut menjadi Menteri pesisir, namun semangat undang-undang
Eksplorasi Laut dan Perikanan berdasarkan tersebut masih berorientasikan kepentingan
Keputusan Presiden Nomor 145 Tahun pengusaha, bukan untuk kesejahateraan rakyat
1999 tanggal 1 Desember 1999. Perubahan Indonesia seluruhnya, hingga mencapai uji
ini ditindaklanjuti dengan penggantian materiil di MK RI.
nomenklatur DEL menjadi Departemen Indonesia sebagai negara kepulauan
Eksplorasi Laut dan Perikanan (DELP) dideklarasikan pada konvensi Hukum Laut
melalui Keputusan Presiden Nomor 147 Internasional yang kemudian dituangkan
Tahun 1999 tanggal 1 Desember 1999. dalam UU No 17 Tahun 1985 tentang Konvensi
Dalam perkembangan selanjutnya, Hukum Laut Internasional. Pentingnya
telah terjadi perombakan susunan kabinet pengelolaan wilayah pesisir karena dalam
setelah Sidang Tahunan MPR tahun 2000, wilayah pesisir terdapat banyak sumber daya
dan terjadi perubahan nomenklatur DELP atau pusat biodiversity laut tropis terkaya di
menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan dunia.17
(DKP) sesuai Keputusan Presiden Nomor Pembangunan wilayah pesisir
165 Tahun 2000 tanggal 23 November mencerminkan adanya politik hukum
2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, pemerintahan untuk melakukan pengelolaan
Wewenang, Susunan Organisasi, dan Tata melalui pendekatan Pengelolaan Wilayah

15 Ibid.
16 Kementerian Kelautan dan Perikanan, “Sejarah Terbentuknya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),”
http://kkp.go.id/index.php/sejarah-terbentuknya-kementrian-kelautan-dan-perikanan-kkp/, diakses 27 Mei
2016.
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 49

Pesisir Terpadu (Integrated Coastad bentuk undang-undang yang juga tertuang


Management) dengan tujuan untuk penguatan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
dan pengharmonisasian pembangunan 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam
wilayah pesisir di tingkatan pemerintahan hal pengaturan pengelolaan, khususnya
maupun berbagai sektor lain di tingkat mengenai wilayah atau batas wilayah
legislasi, sehingga pembangunan sektor pengelolaan wilayah, pengaturannya juga
ekonomi dengan pelestarian wilayah pesisir terdapat pada undang-undang pemerintahan
memperhatikan karakteristik dan keunikan daerah yang mengatur batas wilayah dan
setiap wilayah. Pengelolaan dan perlindungan kewenangan pengelolaannya. Pada Bab V
terhadap hak-hak masyarakat wilayah pesisir tentang Kewenangan Daerah Provinsi dilaut
maupun hak masyakat adat.18 Pemerintah dan daerah Provinsi yang berciri kepulauan,
dalam Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun di Pasal 27 ayat (1) sampai ayat (5) mengatur
2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi pengelolaan, tata ruang maupun administratif.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Akan tetapi pada Pasal 27 ayat (5) adalah
Kecil Tingkat Nasional yang bertujuan untuk pengecualian pengaturan nelayan kecil dalam
mengkoordinasikan pengelolaan wilayah penangkapan ikan.
pesisir. Pengaturan dalam bentuk perundang-
Politik hukum pada pembangunan wilayah undangan adalah sesuai dengan ciri dari
pesisir masih berbasiskan pembangunan negara hukum modern yang menjadikan
sektor ekonomi yang diutamakan hingga hukum tertulis sebagai dasar, dan sebagai
produk hukum yang dihasilkan sebagai bentuk pijakan dalam menjalankan kekuasaannya,
politik perundang-undangan yakni UU No 27 seperti yang tertuang dalam konstitusi
Tahun 2007 mengalami revisi yang kemudian negara. Dimana dalam negara hukum modern
semangat pembangunan yang ada pada bahwa negara bergerak berdasarkan atau
perubahan UU No 27 Tahun 2007 menjadi berlandaskan hukum yang baik, adil dan
pembangunan yang berbasiskan pembanguan berkemanusiaan. Seperti disebutkan dalam
wilayah pesisir terpadu dengan adanya UU tulisan Franz Magnis Suseno, ciri negara
No. 1 Tahun 2014 salah satunya adalah hukum yang secara etis dan relevan adalah
bentuk pengakuan hak masyarakat tradisional adalah kekuasaan dijalankan sesuai dengan
dan masyakat adat yang kepentingannya di hukum positif yang berlaku, kegiatan negara
perhatikan. berada dibawa kontrol kekuasaan kehakiman
Bentuk pengaturan pengelolaan wilayah yang efektif dan berdasarkan undang-
pesisir dan pulau-pulau kecil diatur dalam undang dasar yang menjamin hak-hak asasi

17 Rokhmin Dahuri, loc.cit.


18 Amiruddin A. Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Kawasan Pesisir, Harmonisasi dalam Pembangunan
50 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

manusia dan menurut pembagian kekuasaan. pembahasan.21


Dalam negara hukum bahwa alat-alat
A. Nilai-nilai Islam dalam Hukum
negara mempergunakan kekuasaan mereka
dan Keadilan
berdasarkan Hukum.19
Hukum yang baik, selain responsif
Peranan ilmu hukum mempunyai
harus memberikan keadilan, karena ruh
peranan memikul tugas untuk memberikan
dari hukum adalah keadilan, seperti dalam
pencerahaan. Pada waktu hukum, dalam hal
penggalan Al Qur’an surat An Nisa ayat
ini nomenklatur hukum, kosa kata konsep
5822 wa idzaa hakamtum bainan naasi an
dan doktrin hukum yang didapatkan pada
tahkumuu bil ‘adl(i) yang artinya “Dan
perubahan-perubahan sosial besar dalam
apabila kamu menetapkan hukum di antara
masyarakat.20
manusia supaya kamu menetapkan dengan
Pengaturan ini juga untuk melindungi
adil” dengan berlaku adil maka penetapan
hak asasi manusia dan dalam pembuatan
hukum baik putusan hakim maupun. Dalam
perundang-undangan juga tidak boleh
ayat ini didahului amanah agar tersampaikan,
bertentangan dengan hak asasi ataupun hak
dalam memberikan keadilan dan membuat
konstitusi warga negara, sehingga hukum
hukum terdapat amanah di dalamnya, yakni
yang terbentuk adalah hukum yang benar-
memberikan kepastian, keadilan, perlindungan
benar untuk melindungi warga negaranya.
yang melekat di dalamnya. Untuk itu pembuat
Revisi UU No 27 Tahun 2007 yang
hukum hendaklah mempunyai pengetahuan
kini menjadi UU No 1 Tahun 2014 menjadi
dalam membuat peraturan perundang-
hal menarik karena pada UU No 27
undangan, agar subtansi dari pasal demi pasal
Tahun 2007 beberapa pasal yang ada di
memberikan perlindungan dan kepastian bagi
dalamnya keberadaannya mematikan hak
masyakarat.
nelayan tradisional dan tidak melindungi
Qur’an Surat An Nisa Ayat 58
hak-hak masyarakat adat. Meskipun dalam
memerintahkan dalam menunaikan amanah,
pengetaruran teknisnya masih memerlukan
ditekankannya bahwa amanah tersebut harus
peraturan pemerintah dalam mengaturnya,
ditunaikan kepada ahlihaa yakni pemiliknya,
dan dalam hal peraturan pemerintah tentang
dan ketika memerintahkan menetapkan
pengatiran dan pengelolaan wilayah pesisir
hukum secara adil, dinyatakannya apabila
masih belum dibentuk, masih dalam tahap

Berkelanjutan, (Bogor: Logoz Publishing, 2014), hlm. 35-38.


19 Franz Magnis Suseno, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Cetakan Ke - enam,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), hlm. 298.
20 Lihat Rachmad Safa’at (ed), Ilmu Hukum Di Tengah Arus Perubahan, (Malang: Surya Pena Gemilang, 2016),
hlm. 14.
21 Dalam Sosialisai Draft RPP Pengelolaan Wilayah Pesisir di Surabaya pada 6 Mei 2015 hingga saat ditulisnya
tulisan ini, di website KKP masih belum ada Peraturan Pemerintahnya belum terbentuk.
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 51

kamu menetapkan hukum di antara manusia. Pembentukan peraturan perundang-


Ini berarti bahwa perintah berlaku adil undangan mengacu pada UU No 12 Tahun
itu ditunjukkan terhadap manusia secara 2011, menempatkan undang-undang di atas
keseluruhan. Dengan demikian, baik peraturan pemerintah, pengaturan pengelolaan
amanah maupun keadilan harus ditunaikan wilayah pesisir tepat ditempatkan dalam
dan ditegakkan tanpa membedakan agama, undang-undang, dan pengaturannya harus
keturunan, atau ras.23 jelas, meskipun operasionalnya dituangkan
Negara dan agama mempunyai hubungan dalam peraturan pemerintah.
yang sangat dekat seperti yang disampaikan Melihat kedudukan peraturan perundang-
oleh Imam Ghazali bahwa Al-ddin wal undangan sebagai instrumen pengaturan atau
mulku tau’amani faddin ashlun was sulthanu sebagai hukum yang mengatur tata kehiduapan
haarisun (agama dan Negara itu saudara dan bernegara, tujuan dibentuknya peraturan
kembar, agama sebagai pondasi dan pemimpin perundang-undangan untuk memberikan
sebagai penjaga). Kita harus berpijak pada perlindungan hukum dan kepastian hukum
piagam Madinah yang dibuat oleh Nabi yang bermuara dalam terciptanya keadilan
Muhammad SAW dalam menyusun suatu bagi seluruh masyarakat, keadilan yang dapat
tata aturan bermasyarakat dan bernegara. dirasakan oleh setiap orang, termasuk dalam
Isinya antara lain adalah Al-ukhuwah bainal keadilan sosial dalam tujuan bernegara.
muslimin (persaudaraan di antara umat islam), Keberadaannya hukum dalam bentuk
dan terhadap di luar Islam yang bedah aqidah peraturan perundang-undnagan sebagai
dan syari’ah kita nyatakan lakum dinukum kontrol sosial atau mengatur masyarakat
waliyadin (untukmu agamamu dan untukkulah hendaklah hukum berasal dari masyarakat.
agamaku), serta seluruh elemen masyarakat Pembentukan perundang-undangan yang ideal
(baik agama, suku, dan golongan) yang ada adalah bersumber dari kehendak masyarakat
di Madinah harus saling tolong menolong dan yang didapat dari musywarah ataupun kajian
harus mempertahankan Negara dari serangan sebelum menyusu peraturan perundang-
pihak luar. Jadi religiusitas dan nasionalisme undangan. Undang-undang yang dibuat dalam
harus menjadi pijakan dalam berbangsa prosesnya perlu mengedepankan sosialisasi
dan bernegara.24 Ini menerangkan bahwa yang luas kepada lapisan masyarakat sebelum
nilai-nilai Islam sifatnya universal dalam peraturan perundang-undangan diberlakukan
menjadikan rahmat seluruh alam, sehingga oleh pemerintah. UU No 27 Tahun 2007 yang
dalam menerapkan nilai islam akan jauh lebih ada menunjukkan bahwa belum terjadinya
bagus. pembuatan undang-undang yang dijiwai oleh

22 Lihat Al Quran dan Terjemahan Q.S An Nisa ayat 58 Terbitan Depag, tt.
23 M. Quraish Shihab, Tafsir AL Misbah Volume 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 580-582.
52 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

masyarakat, yang juga sebagai subjek dalam potensi dalam bentuk ekonomi (investasi)
pelaksanaan undang-undangan, pesan yang yang didapat dari pengelolaan wilayah pesisir,
dibuat pemerintah justru diuji kan karena meskipun dalam uraiannya pengelolaan
dianggap melanggar konstitusi. wilayah pesisir dibuat peraturannya untuk
Teori dari Winner menunjukkan fungsi mengisi kekosongan hukum (vague of norm).
hukum sebagai sistem yang dibuat oleh Pengelolaan wilayah sesisir dengan
kekuasaan, untuk disampaikan kepada sistem modern bukanlah suatu solusi
masyarakat sehingga akan terlihat respon dari dalam perkembangan pengelolaan wilayah
masyarakat atas pesan yang berupa undang- pesisir, khususnya pada masyarakat yang
undang, yakni dari UU No 27 Tahun 2007 yang masih menjaga nilai-nilai kearifan lokal,
kemudian menjadi perubahan dengan adanya pengetahuan yang rinci terhadap laut dimiliki
uji materiil dan direvisi menjadi UU No 1 oleh masyarakat yang masih memegang
Tahun 2014. Teori sistem ini menunjukkan teguh prinsip kearifan lokal, pemahaman
bahwa pesan yang ada tersampaikan kepada atas siklus peredaran bulan yang memiliki
masyarakat terkait, khususnya steakholder keterkaiatan fungsional dengan pasang
yang terkait dengan pengeloaan masyarakat surut air laut sehingga dapat memprediksi
pesisir dan masyarakat pesisir. penangkapan ikan secara efektif, hal demikian
Pengabaian yang terjadi dalam perumusan dapat disebut “etika konservasi tradisional”,
undang-undang selama disusunnya belum yang akan mempunyai peran dalam menjaga
tersampaikan kepada masyarakat, sehingga keseimbangan ekosistem.25
pengaturan yang sebenarnya untuk Dalam perubahan paska dilakukan putusan
memberikan kontrol, perlindungan kepada Mahkamah Konstitusi, UU No 1 Tahun 2014
masyarakat justru tidak menjadi tujuan, mengganti pasal-pasal yang telah dihapuskan
sehingga reaksi dari masyarakat dari adanya tersebut dengan isi pasal yang memberikan
perundang-undangan yang terasa tidak sesuai “perlindungan” terhadap masyarakat
mendapat penolakan, secara konstitusional pesisir dan masyarakat adat, namun dengan
dilakukan dengan melakukan judicial review. ketentuan yang masih diatur dalam peraturan
Politik hukum yang tertuang dalam pemerintah. Serta menghilangkan sertifikasi
naskah akademik UU No 27 Tahun 2007 dalam penggunaan wilayah pesisir, hanya
semangatnya tak sekedar untuk memberikan diganti dengan ijin pengelolaan wilayah
perlindungan dan pengaturan pengelolaan pesisir dan pengaturannya masih diatur dalam
wilayah pesisir, tetapi dalam uraiannya dalam peraturan pemerintah yang hingga kini masih
naskah akademiknya lebih menonjolkan belum disahkan.

24 Minto, “Peranan Agama, Negara dan Budaya dalam Membangun Bangsa”, http://www.siagaindonesia.
com/2015/03/peranan-agama-negara-dan-budaya-dalam-membangun-bangsa, diakses 26 Mei 2016.
25 Lihat, Rachmad Safa’at dalam tulisannya Modernisasi Alat Penangkapan Ikan Laut: sebuah kebijakan alternatif?
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 53

Undang-undang No 1 Tahun 2014 ini telah menyatakan bahwa manusia diciptakan


merupakan undang-undang yang mengatur bergolong-golongan agar saling mengenal.
kekosongan hukum dalam pengaturan wilayah Oleh karena itu keberadaan negara bertujuan
pesisir dan pulau-pulau kecil. Politik Peraturan menjadi organisasi yang mengorganisir
Perundang-undangan mengenai pengaturan perbedaan-perbedaan dalam satu bangsa dan
wilayah pesisir dibuat dalam bentuk undang- Negara.27
undang karena diharapkan sebagai payung Dalam kemajemukan dalam bernegara
hukum penegakkan dan kejelasan pengaturan itulah, masyarakat adat boleh dikatakan adalah
wilayah, karena pengelolaan wilayah pesisir masyarakat minoritas di Indonesia perlu
dan pulau-pulau kecil juga di atur dalam mendapat jaminan hak konstitusionalnya
wilayah kementerian dalam negeri selain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
kementerian kelautan dan perikanan, sehingga Indonesia telah mengatur dalam pasal-pasal
pengaturan wilayah dan pengelolaan lintas yang ada di dalam UUD NRI Tahun 1945,

kementerian menjadi lebih terkoordinasi. yakni Pasal 18B ayat (2) yang mengakui
keberadaan masyarakat adat. Masyarakat adat
B. Hak Asasi dalam Perundang- disebut sebagai masyarakat atau kelompok
undangan masyarakat minoritas, bukan karena dilihat
Peter Burns26 mengulas Sejarah istilah dari jumlah (quantity) tetapi dikarenakan
“hukum adat” (adatrecht) dikemukakan kondisi masyarakat adat yang memiliki
dan digagas oleh Madzab Leiden, mereka ideologi, sistem sosial budaya dan sistem
cenderung mengidentifikasikan adat sebagai politik yang khas dan bersifat lokal-spesifik,
hukum (recht). Gagasan yang dipelopori yang dibangun baik melalui kesamaan wilayah
oleh Cornelis Van Vollenhoven memahami hidup bersama secara turun temurun (basis
adat dan hukum adat (adatrecht) sebagai teritorial) maupun kesamaan nenek-moyang/
manifestasi dari pandangan hidup khas leluhur (hubungan darah), atau perpaduan
Indonesia yang asing bagi cara berfikir orang keduanya.28 Keberadaan masyarakat adat
Eropa-khususnya Belanda. ini dalam beberapa peraturan perundang-
Keberadaan keragamanan Bangsa undangan disebut keberadaannya dan
Indonesia merupakan suatu kenyataan yanga pengakuannya, yang lebih banyak disebutkan
ada, dan merupakan karunia Tuhan yang dalam ketentuan umum.

Dalam Rachmad Safa’at, I Nyoman Nurjaya, Imam Koeswahyono, dkk, Relasi Negara dan Masyarakat Adat,
Perebutan Kuasa atas Hak Pengelolaan Sumber Daya Alam, (Malang: Surya Pena Gemilang, 2015), hlm. 120
26 Peter Burns dalam tulisannya “Adat, Yang Mendahului Semua Hukum”, pada Jamies S. Davidson, David
Henley, Sandra Moniaga (ed), Adat Dalam Politik Indonesia, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2010), hlm. 77.
27 Jimly Asshiddiqie, “Hak Konstitusional Masyarakat Hukum Adat”, dalam Jumly Asshiddiqie, Menuju Negara
Hukum Yang Demokratis, (Jakarta: Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008), hlm. 81.
54 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

Kajian mengenai keberadaan hukum masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan


adat sudah ada sejak masa kolonial yang Republik Indonesia, yang diatur dalam
di antaranya telah dikaji oleh ilmuwan undang-undang.” Pasal 28I ayat (3) UUD NRI
berkebangsaan Belanda seperti Snouck Tahun 1945 menyatakan “Identitas budaya
Hurgronje, Cornelis Van Vollenhoven, Ter dan hak masyarakat tradisional dihormati
Haar dan Van Dijk, yang pada masa itu selaras dengan perkembangan zaman dan
penelitian hukum adat difokuskan pada peradaban.”
hukum adat yang menjadi landasan tatanan Berangkat pada pasal di atas, menunjukkan
sosial masyarakat pribumi. Pada masa tersebut bahwa konstitusi mengatur dan melindungi
konsep-konsep kunci tentang masyarakat adat keberadaan dan keberagaman masyarakat
muncul, misalnya konsep tentang hukum adat adat yang ada, sehingga keberadaannya diakui
(adatrecht) dan adat rechtgemeenchappen dari oleh konstitusi dalam kehidupan berbangsa
Van Vollenhoven yang kemudian dipadankan dan bernegara. Diakui keberadaannya
dengan “masyarakat hukum adat”. Demikian untuk bertempat tinggal, hidup dan sistem
juga mengenai hak ulayat atau disebut konsep kehidupannya baik adat-istiadat atau kebiasan
beschikkingsrecht yang kemudian diulas oleh atau tata cara dalam menjalani kehidupannya,
Termorshuizen, beschikkingsrecht atau hak mensejahterakan dalam keberlangsungan
ulayat yang kemudian dikenal sebagai hak hidup dalam wilayahnya, sehingga
menguasai, mengelola dan memanfaatkan masyarakat adat mempunyai domisili
tanah.29 dan bertempat tinggal sesuai teritorialnya
Dalam hal kelautan, Indonesia yang untuk keberlangsungan masyarakat adat itu
didominasi luas wilayahnya oleh lautan sendiri. Sehingga pengakuan dari konstitusi
menjadikan banyaknya potensi dari sektor menjadi dasar hukum untuk keberadaan
kelautan dari sisi ekonomi yang juga dan keberlangsungannya dan perlakuan
memberikan hajat hidup untuk masyarakat khusus untuk masyarakat adat, baik nantinya
yang ada dalam memenuhi kebutuhan sehari- yang timbul yakni berupa hukum adat
hari. dan keberlakuannya dalam tatanan hukum
Berangkat dari Pasal 18B ayat (2) UUD nasional.
NRI Tahun 1945 yang menyebutkan “Negara Masyarakat adat juga dijamin dalam
mengakui dan menghormati kesatuan- perlindungan hukum juga tertuang dalam
kesatuan masyarakat hukum adat beserta Pasal 28D ayat (1) yang menyebutkan “Setiap
hak-hak tradisionalnya sepanjang masih orang berhak atas pengakuan, jaminan,
hidup dan sesuai dengan perkembangan perlindungan dan kepastian hukum yang adil

28 Prakata Sekretaris AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) dalam ICRAF, AMAN & FPP, Satu Yang
Kami Tuntut: Pengakuan, (Bogor: ICRAF-AMAN-FPP, 2003), hlm. ii.
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 55

serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Hukum adat yang diciptakan oleh
Keberadaan masyarakat adat identik dengan masyarakat itu sendiri diciptakan untuk
keberadaan hukum tidak tertulisnya (unwriten menciptakan ketertiban hukum atau perilaku
law) dalam kehidupannya. Negara sendiri manusia, meliputi perbuatan manusia dengan
mempunyai hukum yang berlaku untuk manusia, manusia dengan alam maupun
seluruh wilayahnya dan masyarakatnya yang manusia dengan “Yang Maha Ghaib”.
keberadaan hukum pemerintah tertuang dalam Ketertiban yang diciptakan untuk kebersamaan
suatu perundang-undangan yang tertulis, dalam komunitas adat itu sendiri maupun
berbeda dengan masyarakat adat yang bersifat terhadap yang lain. Fungsi hukum adat ini
tradisional yang pada awalnya tidak mengenal hendaklah benar-benar diakui keberadaan dan

sistem tulisan sehingga menjadikan hukumnya keberlakuannya dalam tatanan masyarakat

adalah kebiasaan bukan secara tertulis, namun adat itu sendiri. Keberlakuan hukum adat
kiranya menjadikan harmoni dan selaras
demikian juga ada beberapa masyarakat adat
bersama hukum nasional, melalui Pasal 28D
yang menulis hukumnya atau peraturannya,
ayat (1) menjadikan dasar hak asasi masyarakat
namun hal ini tidak banyak. Hilman
adat dalam memberlakukan hukum adatnya
Hadikusuma menyebutkan, bahwa untuk
masing-masing dengan menjaga agar hukum
mengenali hukum adat yang menjadi pengenal
nasional tidak menindas hukum adat dan
hukum adat sebagai hukum, maka hukum adat
hukum adat tidak bertentangan dengan nilai-
memiliki corak yang melekat pada hukum
nilai konstitusional peraturan perundang-
adat, yakni corak yang tradisional, keagamaan,
undangan dari negara.
kebersamaan, konkret dan visual, terbuka dan
Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945
sederhana, dapat berubah dan menyesuaikan,
menyebutkan Indonesia adalah negara
tidak dikodifikasi, musyawarah dan mufakat.
hukum, maka hukum adat hendaknya menjadi
Sehingga dapat kita pahami dari corak hukum
bagian dari hukum yang ada di indonesia,
adat bahwa hukum adat terlihat sederhana
hanya saja keberlakuanya bersifat terbatas,
namun mempunyai nilai filosofis yang tinggi,
terbatas daerah atau kelompok tertentu dan
jika kita kaitkan dengan pendapat Lawrence F.
yang masih relevan dengan kepantasan sesuai
Friedman mengenai efektifitas hukum, maka
hukum nasional.
dalam hukum adat ketentuan struktur, kultur
Menurut Agama Islam yang disebutkan
dan subtansi tertuang di dalamnya.
dalam kaidah fiqh,30 Dalam hal kelautan,

29 Yance Arizona (ed), Antara Teks dan Konteks: Dinamika Pengakuan Hukum Terhadap Hak Masyarakat Adat
atas Sumber Dasay Alam di Indonesia, (Jakarta: Huma, 2010), hlm. 8.
30 Kata Fiqh berasal dari bahasa Arab, Faqiha-yafqahu-fiqhan, yang berarti al-fahmu (paham), yakni al-fahmu
ini adalah pemahaman orang, yang pada umumnya alim, baik secara individual maupun kolektif, terhadap
sumber ajaran Islam (Al Quran dan Hadist) untuk memperoleh ketentuan Hukum yang dibutuhkan umat Islam
dalam kehidupan yang dihadapinya pada ruang dan waktu tertentu. Lihat kata Pengantar Said Aqil Siradj dalam
Marzuki, Fiqh Indonesia, Kompilasi dan Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Indonesia dalam Bingkai
Politik Hukum Indonesia, (Bandung: Penerbit Marja, 2014), hlm. X.
56 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

Indonesia yang didominasi luas wilayahnya dan keberlangsungannya dan perlakuan


oleh lautan menjadikan banyaknya potensi dari khusus untuk masyarakat adat, baik nantinya
sektor kelautan dari sisi ekonomi yang juga yang timbul yakni berupa hukum adat
memberikan hajat hidup untuk masyarakat dan keberlakuannya dalam tatanan hukum
yang ada dalam memenuhi kebutuhan sehari- nasional.
hari. Masyarakat adat juga dijamin dalam
Berangkat dari Pasal 18B ayat (2) UUD perlindungan hukum juga tertuang dalam
NRI Tahun 1945 yang menyebutkan “Negara Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
mengakui dan menghormati kesatuan- yang menyebutkan “Setiap orang berhak

kesatuan masyarakat hukum adat beserta atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan

hak-hak tradisionalnya sepanjang masih kepastian hukum yang adil serta perlakuan

hidup dan sesuai dengan perkembangan yang sama di hadapan hukum. Keberadaan
masyarakat adat identik dengan keberadaan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
hukum tidak tertulisnya (unwriten law) dalam
Republik Indonesia, yang diatur dalam
kehidupannya. Negara sendiri mempunyai
undang-undang.” Pasal 28I ayat (3) UUD NRI
hukum yang berlaku untuk seluruh wilayahnya
Tahun 1945 menyatakan “Identitas budaya
dan masyarakatnya yang keberadaan hukum
dan hak masyarakt tradisional dihormati
pemerintah tertuang dalam suatu perundang-
selaras dengan perkembangan zaman dan
undangan yang tertulis, berbeda dengan
peradaban.”
masyarakat adat yang bersifat tradisional
Berangkat pada pasal di atas, menunjukkan
yang pada awalnya tidak mengenal sistem
bahwa konstitusi mengatur dan melindungi
tulisan sehingga menjadikan hukumnya
keberadaan dan keberagaman masyarakat
adalah kebiasaan bukan secara tertulis, namun
adat yang ada, sehingga keberadaannya diakui
demikian juga ada beberapa masyarakat adat
oleh konstitusi dalam kehidupan berbangsa
yang menulis hukumnya atau peraturannya,
dan bernegara. Diakui keberadaannya
hal ini tidak banyak.
untuk bertempat tinggal, hidup dan sistem
Hukum adat yang diciptakan oleh
kehidupannya baik adat-istiadat atau kebiasan
masyarakat itu sendiri diciptakan untuk
atau tata cara dalam menjalani kehidupannya, menciptakan ketertiban hukum atau perilaku
mensejahterakan dalam keberlangsungan manusia, meliputi perbuatan manusia
hidup dalam wilayahnya, sehingga dengan manusia, manusia dengan alam
masyarakat adat mempunyai domisili maupun manusia dengan “Yang Maha
dan bertempat tinggal sesuai teritorialnya Ghaib”. Ketertiban yang diciptakan untuk
untuk keberlangsungan masyarakat adat itu kebersamaan dalam komunitas adat itu
sendiri. Sehingga pengakuan dari konstitusi sendiri maupun terhadap yang lain. Fungsi
menjadi dasar hukum untuk keberadaan hukum adat ini hendaklah benar-benar
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 57

diakui keberadaan dan keberlakuannya sebagai hukum). Tentunya kaedah fiqih


dalam tatanan masyarakat adat itu sendiri. tersebut hendaknya sesuai dengan kaidah
Keberlakuan hukum adat kiranya menjadikan dan prinsip-prinsip beragama, dan bernegara
harmoni dan selaras bersama hukum nasional, atau maqashid al syari’ah. Ini menunjukkan
melalui Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun hukum adat pun diakui oleh Islam dengan
1945 menjadikan dasar hak asasi masyarakat persyataran yang ditentukan yakni tidak
adat dalam memberlakukan hukum adatnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam
masing-masing dengan menjaga agar hukum
Simpulan
nasional tidak menindas hukum adat dan
hukum adat tidak bertentangan dengan nilai- Dari uraian di atas dapat disimpulkan

nilai konstitusional peraturan perundang- bahwa pengelolaan pesisir dan masyarakat adat

undangan dari negara. dalam perspektif pembangunan merupakan

Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 suatu kesatuan yang tak terpisahkan,

menyebutkan Indonesia adalah negara pembangunan tidak boleh melanggar hak-hak

hukum, maka hukum adat hendaknya menjadi masyarakat adat yang juga sudah menjadi hak

bagian dari hukum yang ada di indonesia, konstitusional masyarakat adat yang dijamin

hanya saja keberlakuanya bersifat terbatas, oleh Konstitusi, sehingga Negara tidak berhak

terbatas daerah atau kelompok tertentu dan dan tidak boleh melanggarnya, sehingga

yang masih relevan dengan kepantasan sesuai terjalin hubungan fungsi Negara dengan

hukum nasional. rakyatnya. Keadilan sosial harus diberikan

Menurut Agama Islam yang disebutkan kepada masyarakat adat dalam pembangunan

dalam kaidah fiqh Penetapan hukum yang dimana pembangunan tersebut tidak

berdasarkan alasan adat juga mendapatkan boleh merusak tatanan masyarakat adat yang

landasan teori fiqh yang cukup banyak. Antara keberadaannya sudah ada terlebih dahulu

lain kaedah fiqh :“al ‘Adah Muhakkamah, dibandingkan keberadaan Negara Indonesia,

Ya’ni anna al ‘adah ‘ammah kanat aw sehingga hak asasi dan keadilannya dijamin

khasshah tuj’al hukman li Itsbat hukm syari’y” oleh Negara, melalui keadilan sosial

(adat ataupun tradisi dapat dijadikan suatu merupakan keadilan yang menyeluruh bukan

dasar untuk menjadikan atau menetapkan sekedar keadilan ekonomi.

sebagai hukum syara’/agama) atau kaedah Negara menjamin dalam konstitusi

Al Tsabit bi al Urf ka al Tsabit bi al Syar’ hak masyarakat adat dan melindungi,

(ketetapan yang didasarkan atas tradisi sama pembangunan oleh Negara hendaknya selaras

dengan ketetapan yang didasarkan atas dan harmoni dengan keberadaan masyarakat

syara’) atau isti’mal an-nâs hujjatun yajibu adat dalam pengelolaan wilayah pesisir atau

al-‘amal bihâ (Kebiasaan masyarakat yang tempat dimana masyarakat adat bermukim

banyak adalah dasar hukum yang harus diikuti dan mengandalkan kehidupannya.
58 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

DAFTAR PUSTAKA

Buku Hari Internasional Masyarakat Adat


Amiruddin, Dajaan, Imami, A. Hukum Sedunia. Jakarta: Komnas HAM Press,
Penataan Ruang Kawasan Pesisir, 2006.
Harmonisasi dalam Pembangunan Lubis, Todung Mulya. Bantuan Hukum dan
Berkelanjutan. Bogor: Logoz Kemiskinan Terstruktural. Jakarta:
Publishing, 2014. LP3ES, 1984.
Arianto, Satya. Sejarah HAM dalam Prespektif Marzuki, Fiqh Indonesia. Kompilasi dan
Barat, Jakarta: Cesda-LP3ES, 2000. Counter Legal Draft Kompilasi Hukum
Arizona, Yance (ed). Antara Teks dan Konteks: Indonesia dalam Bingkai Politik
Dinamika Pengakuan Hukum Terhadap Hukum Indonesia. Bandung: Penerbit
Hak Masyarakat Adat atas Sumber Marja, 2014.
Dasa Alam di Indonesia, Jakarta: Qutb, Sayyid. Keadilan Sosial dalam Islam.
Huma, 2010. Bandung: Pustaka, 1984.
Burhanudin, Andi Iqbal, M. Nasir Nesa, Rahardjo, Satjipto. Mendudukan Undang-
Andi Niarti Ningsih (ed). Membangun Undang Dasar, Suatu Pembahasan Dari
Sumber Daya Kelautan Indonesia. Optik Ilmu Hukum Umum. Semarang:
Bogor: IPB Press, 2013. Penerbit Universitas Diponegoro, 2007.
Dahuri, Rokmin, dkk. Pengelolaan Safa’at, Rachmad, Nurjaya I Nyoman,
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Koeswahyono Imam, dkk. Relasi
Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Negara dan Masyarakat Adat,
Pradnya Paramita, 1998. Perebutan Kuasa atas Hak Pengelolaan
Deni, Ruchyat. Bahari Nusantara Untuk Sumber Daya Alam. Malang: Surya
Kesejahteraan Masyarakat dan Pena Gemilang, 2015.
Ketahanan Nasional. Jakarta: ____________(ed). Ilmu Hukum Di Tengah
The Media of Social and Cultural Arus Perubahan. Malang: Surya Pena
Communication (MSCC), 2009. Gemilang, 2016.
Hamidi, Jazim, Moch. Adi Sugiarto, ______________. Rekonstruksi Politik
Muhammad Ihsan, Membedah Teori- Hukum Pangan, Dari Ketahanan
Teori Hukum Kontemporer. Malang: Pangan ke Kedaulatan Pangan.
UB Press, 2013. Malang: UB Press, 2013.
Komnas HAM. Mewujudkan Hak Setiardja, Gunawan. Hak-hak Manusia
Konstitusional Masyakarat Hukum Berdasarkan Ideologi Pancasila.
Adat, Himpunan Dokumen Peringatan Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Rachmad Safa’at, Dwi Yono, Pengabaian Hak Nelayan Tradisional Masyarakat Hukum ... 59

Shihab, M. Quraish. Tafsir AL Misbah Volume Peraturan Perundang-undangan


2. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Suseno, Franz Magnis. Etika Politik, Prinsip- 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Wialayah Pesisir dan Pulau-pulau
Modern. Cetakan Ke-Enam. Jakarta: Kecil.
Gramedia Pustaka Utama, 1998. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas

Kumpulan Tulisan Dalam Buku Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007


tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
Asshiddiqie, Jimly dalam tulisannya
dan Pulau-pulau Kecil.
yang berjudul “Hak Konstitusional
Masyarakat Hukum Adat”, dalam Jimly
Naskah Internet
Asshiddiqie. Menuju Negara Hukum
Hukum Online. “Baca Berdayakan
Yang Demokratis. Jakarta: Sekretariat
Masyarakat Hukum Adat untuk
Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah
Perlindungan Lingkungan”. http://
Konstitusi, 2008. hlm. 811.
w w w. h u k u m o n l i n e . c o m / d e t a i l .
Burns, Peter, dalam tulisannya “Adat, Yang
asp?id15257&cl=berita. Diakses 25
Mendahului Semua Hukum”, pada
Mei 2016.
Davidson, Jamies S., David Henley,
Kementerian kelautan dan Perikanan.
Sandra Moniaga (ed). Adat Dalam
“Sejarah Terbentuknya Kementerian
Politik Indonesia. Jakarta: Yayasan
Kelautan dan Perikanan (KKP)“.
Pustaka Obor Indonesia, 2010. hlm. 77.
http://kkp.go.id/index.php/sejarah-
Permadi, Iwan dan Dwi Yono, dalam
terbentuknya-kementrian-kelautan-
tulisannya, “Kedudukan Masyarakat
dan-perikanan-kkp/. Diakses 27 Mei
Adat di Nusantara Dalam
2016.
Ketatanegaraan Indonesia”, dalam
Minto. “Peranan Agama. Negara dan Budaya
Prosiding Seminar Nasional II
dalam Membangun Bangsa”. http://
Penguatab Ilmu Sosial dan Humaniora
www.siagaindonesia.com/2015/03/
Untuk Perbaikan Karakter Bangsa
peranan-agama-negara-dan-budaya-
Indonesia. Padang: FISIP Universitas
dalam-membangun-bangsa. Diakses 26
Andalas, 2016. hlm. 156.
Mei 2016.
Sekretaris AMAN (Aliansi Masyarakat
Naskah lengkap Pidato Kenegaraan Presiden
Adat Nusantara) dalam ICRAF,
Joko Widodo. “Di Bawah Kehendak
AMAN & FPP. Satu Yang Kami
Rakyat dan Konstitusi”. http://
Tuntut: Pengakuan. Bogor: ICRAF-
kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/
AMAN-FPP, 2003. hlm. ii.
60 ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 1, April 2017, Halaman 40-60

speech/?box=detail&id=120&from_ Kitab Suci


box=list_245&hlm=1&search_ Al Quran dan Terjemahan Q.S An Nisa ayat
tag=&search_keyword=&activation_ 58 Terbitan Depag, tt.
status=&presiden_id=2...&presiden=.
Diakses 17 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai