ANALGETIKA
ANALGETIKA
Adalah obat yg dalam dosis terapi dapat meringankan atau menekan rasa nyeri , tanpa
mempunyai kerja anestesi umum
Merupakan kel obat yg mempunyai sifat seperti opium atau morfin menimbulkan adiksi
Termasuk :
1. obat yg berasal dr opium – morfin
2. senyawa semi sintetik morfin
3. senyawa sintetik yg mempunyai efek seperti morfin
Farmakodinamika :
1. Terhadap SSP
- mempunyai efek narkosis
pd penderita nyeri, sedih, gelisah euforia
pd orang normal disforia : perasaan kuatir / takut + mual, muntah
mengantuk, tidak konsentrasi, sukar berfikir, apatis.
- mempunyai efek analgesia
tidak disertai hilangnya fungsi sensorik lain
efek timbul dg 3 cara :
a. meninggikan ambang rangsang nyeri berperan bila morfin diberikan sebelum terjadi
stimulasi nyeri
b. mempengaruhi emosi
c. memudahkan tidur , waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat
- miosis
- depresi napas dan menghambat refleks batuk
- mual dan muntah
3. Terhadap Sal Cerna
merupakan efek langsung bukan melalui SSP
- terhadap lambung : motilitas berkurang dan sfingter pilorus berkontraksi pergerakan isi
lambung ke duodenum diperlambat
- terhadap usus halus : sekresi empedu dan pankreas berkurang, pencernaan diusus lambat,
meninggikan tonus dan spasme periodik usus, kontraksi meningkat penerusan isi usus
lambat dan abs air lebih sempurna isi usus lebih padat
- terhadap usus besar : meninggikan tonus dan menyebabkan spasme penerusan isi kolon
lambat dan tinja lebih keras.
5. Terhadap Kulit
- pelebaran pembuluh darah kulit kulit panas dan merah terutama di flush area ( muka, leher )
- pruritus kadang-2 krn pelepasan histamin atau pengaruh langsung pd saraf
6. Terhadap Metabolisme
- morfin menyebabkan suhu badan turun karena : aktifitas otot turun, vasodilatasi perifer.
- Kecepatan metabolisme turun
- Penglepasan adrenalin glikogenolisis hiperglikemia
- Laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal berkurang dan pelepasan ADH volume urin
berkurang
Farmakokinetika
- Tidak dapat melalui kulit utuh , dpt melalui luka dan dpt menembus mukosa absorpsi dg
cara ini kecil
- Dpt diabs diusus dan dpt diberikan secara parenteral
- Biotransformasi : konjugasi dg asam glukuronat
- Dapat melalui sawar uri mempengaruhi janin
- Ekskresi : terutama ginjal, sedikit feses dan keringat , empedu dan getah lambung
Efek Samping
- Idiosinkrasi
mual dan muntah terutama wanita
eksitasi, tremor, delirium, konvulsi dan insomnia jarang
- Alergi : urtikaria, eksantema, dermatitis, pruritus
- Intoksikasi akut :
koma, frekuensi nafas lambat, sianosis, miosis ( pin point pupils ) kmd midriasis ( bila
sdh terjadi anoksia )
suhu badan rendah
tonus otot rangka rendah, mandibula relaksasi dan lidah dpt menyumbat jalan nafas
kematian : karena depresi napas
Interaksi Obat
- Efek depresi SSP dapat diperpanjang dan diperhebat oleh fenotiazin, MAO inhibitor dan
antidepresi trisiklik
- Terdapat sinergisme analgetik antara opioid dg obat sejenis aspirin
Indikasi
1. Terhadap nyeri
- utk nyeri hebat yg tidak dpt diatasi oleh analgesik non-narkotik
- sering dipergunakan utk : infark miokard, neoplasma, kolik renal/empedu, nyeri trauma
( luka bakar, fraktur )
2. Terhadap batuk
- untuk batuk iritatif
3. Efek antidiare
- karena efek lgs thd otot polos usus
- diare karena intoksikasi makanan / obat didahului dg pemberian garam katartik
Sediaan
- Dalam bentuk campuran :
Pulvis Doveri 150mg mgd pulvis opii 10% ( pulv opii mgd morfin 10% )
- Dl bentuk alkaloid murni :
Morfin : dl bentuk garam , pemberian oral / parenteral.
Kodein : dl bentuk garam atau basa bebas , kadar 10, 15 dan 30mg/tablet,
utk analgetik dosis 15 – 60mg, dikombinasi dg analgetik non- narkotik
( asetosal / parasetamol potensiasi )
antitusif : dosis dws 10mg
- Farmakokinetik
absorpsi : baik dg semua cara pemberian
per oral : 50% mengalami metabolisme lintas pertama
pd penderita sirosis : bioavailabilitas meningkat sp 80%
metabolisme : hati
- Efek samping : pusing, berkeringat, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah, ggn
penglihatan, palpitasi, sedasi.
- Kontraindikasi : seperti pd morfin.
- Intoksikasi : tremor, konvulsi, depresi resp, koma dan kematian
- Indikasi :
analgesia , analgesia obstetrik ( krn kurang menimbulkan depresi pernfasan pd janin ),
medikasi preanestetik
- Sediaan :
Meperidin HCl
Alfaprodin HCl
Difenoksilat : antidiare , mempunyai efek opioid, dosis dws : 20mg / hari dl dosis terbagi
Loperamid :
Pengobatan diare kronik
Tidak menimbulkan euforia
Dosis dws : 4-8 mg / hari
Fentanil : opioid sintetik, potensi 80x morfin, indikasi : analgetik pasca operasi dan
anestetik
- Farmakokinetik :
abs : baik dg cara per oral dan parenteral
cepat keluar dr darah dan menumpuk di paru, hati, ginjal, limpa
biotransformasi : hati
eks : empedu
- Efek samping : perasaan ringan, pusing, mengantuk, berkeringat, mual, muntah, pruritus.
- Indikasi :
Analgesia , dan dipergunakan sbg pengganti morfin atau petidin utk mencegah gejala
putus obat oleh obat-2 tsb
- Sediaan oral atau injeksi
2. Propoksifen
- Farmakodinamik :
mempunyai efek analgesik setara kodein
kombinasi dengan asetosal efek lebih baik
tidak mempunyai efek antitusif
- Farmakokinetik
abs p.o dan parenteral : baik , efek lebih baik secara parenteral
metabolisme : hati
- Indikasi :
nyeri sedang – ringan yg tidak dapat diatasi dg asetosal
sering dl kombinasi dg asetosal
dosis dws : 65mg, 4 kalli sehari, dengan atau tanpa asetosal
- Adiksi :
lebih kecil daripada kodein
gejala putus obat ringan
iritatif secara subkutan tidak dipergunakan secara parenteral
- Efek Nonterapi :
mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut, mengantuk
dosis toksik : depresi SSP, depresi nafas
dosis besar : konvulsi
Antagonis Opioid
- Protipe : Nalokson
- Obat lain : naltrekson ( masa kerja lebih menurunkan ambang nyeri lama ), nalorfin, levalorfan
dan siklazosin
- Farmakodinamik :
Antagonis efek opioid
- Farmakokinetik :
Nalokson : p.o. semua mengalami metabolisme lintas pertama tidak diberikan per oral,
metabolisme : hati glukuronidasi
Naltrekson : efektif per oral, potensi >
- Toleransi dan adiksi :
Toleransi hanya terjadi pada efek subyektif, sedatif dan psikomimetik
gejala putus obat < morfin
penyalahgunaan kecil, karena :
1. tidak menyebabkan ketergantungan fisik
2. tidak menyokong ketergantungan fisik morfin
3. bagi pecandu dianggap sbg obat yg kurang menyenangkan
- Indikasi :
Nalokson :
mengatasi depresi nafas akibat takar lajak opioid, pd neonatus yg waktu persalinan
ibunya mendapat opioid, upaya bunuh diri dg opioid
diagnose dan mengobati ketergantungan fisik thd opioid
- Sediaan :
Nalorfin, Levalorfan dan Nalokson
Agonis Parsial
1. Pentazosin
- Farmakodinamik :
thd SSP : analgesia, sedasi, depresi nafas
pada sal cerna : mirip opioid , pd uterus mirip meperidin
toleransi timbul pd efek analgesia
adiksi kecil, gejala putus obat
penyuntikan berulang pd tempat yg sama abses, ulserasi, jaringan parut
- Farmakokinetik :
abs baik, mengalami metabolisme lintas pertama bioavailabilitas bervariasi
metabolisme di hati , ekskresi : urin
- Indikasi : mengatasi nyeri sedang dan medikasi preanestetik
2. Butorfanol
- Efektif mengatasi nyeri akut pasca operasi setara morfin
- Sbg premedikasi anestesi setara meperidin, efek sedasi lebih kuat
- Tidak dianjurkan utk nyeri yg menyertai infark miokard akut
- Efek samping utama : mengantuk, rasa lemah, berkeringat, mual
2. Noskapin
- Tdp dl opium , gol benzilisokinolin
- Potensial melepas histamin bronkokonstriksi dan hipotensi sementara
- Tidak menimbulkan habituasi dan adiksi
- Abs oleh usus : baik
- Dosis : 15 – 30 mg, 3-4 kali sehari
ANALGETIK – ANTIPIRETIK
ANALGETIK ANTI-INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT PIRAI
- Merupakan kelompok obat yg heterogen tetapi mempunyai banyak persamaan dl efek terapi
dan efek samping
- Prototipe : aspirin disebut sbg “ Obat mirip aspirin “ ( aspirin-like drugs )
- Efek terapi dan efek samping berdasarkan atas penghambatan sintesa prostaglandin
- Semua bersifat antipiretik, analgesik dan antiinflamasi ada perbedaan aktifitas
- Efek Farmakodinamik :
1. Efek analgetik
hanya efektif utk nyeri rendah – sedang : sakit kepala, mialgia, artralgia
tidak menimbulkan adiksi
2. Efek antipiretik
hanya menurunkan panas badan dl keadaan demam
tidak semua digunakan sbg antipiretik, krn toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu
lama
3. Efek anti-inflamasi
sbg anti-inflamasi pd kelainan muskuloskeletal ( osteoartritis, artritis reumatoid )
hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi, tidak mencegah / memperbaiki kerusakan
jaringan
- Efek samping
1. Thd sal cerna
paling sering ; tukak lambung/ tukak peptik, kadang disertai anemia sekunder
Berat efek samping masing-2 obat berbeda
Mekanisme iritasi :
a. iritasi lokal
b. iritasi yg bersifat sistemik melalui hbt sintesa protaglandin, krn PG hbt sekresi
asam lambung dan merangsang sekresi mukus
1. Salisilat
Asam Asetil Salisilat = Asetosal = Aspirin merupakan prototip dan standar utk menilai
efek obat sejenis
- Farmakodinamika :
Mempunyai efek analgesik, antipiretik dan antiinflamasi dan pd dosis toksik justru
mempunyai efek piretik terjadi demam
Efek pd pernafasan : peningkatan ventilasi pernafasan lebih dalam dan cepat
Efek urikosurik :
tergantung pd dosis
dosis kecil ( 1-2 g / hari ) hbt eksresi asam urat asam urat darah >>
dosis 2-3 g/hari tidak mempengaruhi ekskresi asam urat
dosis > 5g/hari meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin , kelarutan asam urat
diperbesar bila urin basa hgg tdk terbentuk kristal asam urat dl ginjal
Efek analgetik
Mekanisme :
sentral : pd hipotalamus
perifer : hbt sintesa prostaglandin
Efek antipiretik
sentral : mengembalikan fungsi termostat
perifer : hbt sintesa prostaglandin
Efek anti-inflamasi
menjaga keutuhan jar dr kerusakan oleh enzim lisozom
hbt sintesa prostaglandin
mengurangi gejala klinik pd demam rematik akut
- Farmakokinetika :
abs p.o. cepat terjadi di lambung dan sebag besar di usus halus bag atas
distribusi :
luas : sampai saliva, ASI, cairan sinovial
melalui sawar uri dan BBB
80-90% terikat dg albumin
Biotransformasi : terutama di hati
Ekskresi : dl bentuk metabolit, terutama melalui ginjal, sebag kecil mel keringat dan
empedu
Asam salisilat dpt diabs mel kulit sehat, terutama bila dl bentuk salap dan obat gosok
keracunan
Metil salisilat juga diabs dg cepat melalui kulit yg utuh
- Indikasi :
antipiretik : dosis dws 325-650mg , per oral , setiap 3 atau 4 jam. Dosis anak : 15-
20mg/kgBB, tidak lebih dr 3,6 g / hari
analgesik : utk nyeri yg tidak spesifik, dosis sama dg antipiresis
demam reumatik akut :
artritis reumatoid
mencegah trombosis koroner dan trombus vena-dalam
- Sediaan :
Aspirin dan natrium salisilat
Metil salisilat ( wintergreen oil ) : counter irritant
Asam salisilat : keratolitik
- Intoksikasi :
keracunan ringan salisilat salisilismus, gejala pd SSP, pendengaran, penglihatan,
gejala pd pencernaan, keringat dan haus.
Pd keracunan berat ggn pd SSP lebih berat, sp konvulsi dan koma, dapat menyebabkan
kematian.
2. Salisilamid
- efek analgetik dan antipiretik < asetosal , krn dl mukosa usus mengalami metabolisme
lintas pertama
- abs mudah dan disribusi ke jar cepat
- menghambat proses glukuronidasi Na-salisilat dan asetaminofen efek terapi dan
toksisitas >>
- dosis dws : 300-600mg, 3-4 kali sehari , anak : 65mg/kgBB/hari maksimal 6 kali sehari.
3. Diflunisal
- Farmakodinamika :
efek analgetik serupa salisilat
menurunkan suhu tubuh krn efek sentral, penghambat sintesa prostaglandin lemah
efek anti-inflamasi sangat lemah
tidak terlihat adanya iritasi dan perdarahan lambung , ggn pernafasan dan keseimbangan
asam – basa.
- Farmakokinetika :
abs melalui sal cerna cepat dan sempurna
distribusi ke sel cairan tubuh, ikatan dg protein plasma : 25-30%
metabolisme :
80% konjugasi dg asam glukuronat sebag dg asam sulfat, sebag mengalami
hidroksilasi
metabolit : dpt menyebabkan methemoglobulinemia dan hemolisis eritrosit
ekskresi : ginjal, sebag 3% dl btk bebas, sebag besar dl btk terkonjugasi
- Indikasi :
analgesik-antipiretik
sebaiknya tidak digunakan terlalu lama nefropati
jika dosis terapi tidak memberi manfaat , dosis besar tidak menolong
- Sediaan :
dl bentuk sediaan tunggal ;
tablet 500mg , sirup 120mg/5ml
dosis : dws : 300mg – 1 g / kali, maksimal 4 g / hari
Anak 6-12 th :150-300mg/kali , maks 1,2 g/hari
Anak 1-6 th : 60-120mg/kali, bayi (< 1th) 60mg/kali maks 6 x
dl campuran
- Efek samping
alergi ( jarang ) : eritema, urtikaria, demam dan lesi pd mukosa
methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia baru merupakan masalah pd over dose
toksisitas akut :
yg paling serius : nekrois hati , pd pemberian dosis tunggal 200-250mg/kgBB
nekrosis tubulus renalis dan hipoglikemik juga dpt terjadi
diobati dg pemberian sulfhidril yg memperbaiki cadangan glutation hati ( N-
asetilsistein )
PIRAZOLON
- Efek samping :
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia pemakaian jangka panjang harus
diperhatikan
hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung, anuria
Fenilbutazon dan Oksifenbutazon
- Indikasi :
Karena toksisitasnya, fenilbutazon dan oksifenbutazon hanya digunakan bila obat lain yg
lebih aman tidak efektif lagi.
pirai akut : - 800mg/hariselama 2 hari atau atau
- hari pertama 800mg/hari, disusul 300mg/hr selama 3 hr
- dosis awal 400mg, disusul 100mg setiap 4 jam sp gejala inflamasi
berkurang
- hari I : 3-4 kali sehari 200mg, disusul dosis lebih kecil 2-3hr
- pengobatan tidak lebih dr 7 hari
artritis reumatoid : 3-4 kali 100mg / hari, selama 1 minggu
ggn sendi lain : spondilitis ankilosa, osteoartritis
- Efek non-terapi :
alergi : urtikaria, eritema, sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliatif
kelainan darah : anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia
hepatitis , nefritis dan stomatitis ulseratif
iritasi lambung nyeri epigastrium, korosi lambung, tukak lambung akut atau kronik,
perdarahan lambung
vertigo, insomnia, hematuria, penglihatan kabur
intoksikasi : koma, kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang, proteinuria,
hematuria, oliguria, gagal ginjal dan ikterus hepatoseluler.
- Kontraindikasi :
penderita hipertensi, penyakit jantung, ginjal dan ggn fungsi hati krn retensi air dan
natrium
riwayat tukak peptik dan alergi
- Sediaan :
Fenilbutazon : tablet 100 dan 200mg, injeksi
Oksifenbutazon : tablet 100mg
AINS LAIN
- Indikasi :
Asam mefenamat : anti-analgesik , sbg anti-inflamasi kurang efektif
Dosis : 250-500mg , 2-3 kali sehari
Meklofenamat : anti-inflamasi pd artritis reumatoid dan osteoartritis
Dosis : 200-400 mg / hari
Asam flufenamat : analgesik sbg anti-inflamasi kurang efektif
Dosis : 400-600mg/hari, dosis terbagi
Diklofenak
Ibuprofen
Ketoprofen
- derivat asam propionat
- aktifitas seperti ibuprofen
- efek samping sama dg AINS lain terutama pd sal cerna dan alergi
Naproksen
Indometasin
Piroksikam
OBAT PIRAI
Ada 2 kel :
1. obat yg menghentikan proses inflamasinya : kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon dan
indometasin
2. obat yg mempengaruhi kadar asam urat : probenesid , alopurinol dan sulfinpirazon
Obat yg mempengaruhi kadar asam urat tidak berguna utk mengatasi serangan klinis, malah
kadang-2 meningkatkan serangan pd awal terapi.
KOLKISIN
ALOPURINOL
SULFINPIRAZON
- Efek :
mencegah dan mengurangi kelainan sendi
mencegah dan mengurangi pembentukan tofi
kurang efektif dari pada alopurinol
tidak efektif utk mengatasi serangan akut , meningkatkan frekuensi serangan pd awal
terapi
- Mekanisme : menghambat reabs tubuler asam urat
- Efek samping :
ggn sal cerna ( sp 15% ) hentikan terapi, tidak boleh dipergunakan pd penderit dg
riwayat ulkus peptik
anemia, leukopenia, agranulositosis
- Interaksi :
meningkatkan efek insulin dan hipoglikemik oral
menyebabkan alergi silang dg fenilbutazon dan oksifenbutazon krn struktur mirip
- Dosis :
2x 100-200mg , sehari, kmd ditingkatkan sp 400-800mg, kmd dikurangi sp dosis efektif
minimal