Data penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan informasi yang telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru, (2) hasil pekerjaan peserta didik, dan (3) profil perkembangan peserta didik cara membuat portofolio yang runtut. 1. Daftar Isi. Daftar isi memudahkan pembaca mengantisipasi dokumentasi apa saja yang akan dilihat. 2. 2. Data Diri. Data diri bisa berupa CV dalam bentuk singkat. ... 3. Pencapaian dan Tujuan. ... 4. Pengalaman dan Keterampilan. ... 5. Contoh Karya.
2.Jelaskan ranah afektif berdasarkan pendapat Krathwohl!
Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization. 1) Penerimaan (Receiving/Attending) Tujuan Pembelajaran kelompok ini mengharapkan mahasiswa untuk mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Dalam hal ini mahasiswa masih bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Contoh kata kerja operasional: Mendengarkan, Menghadiri, Melihat, Memperhatikan 2) Tanggapan (Responding) Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda, atau sistem nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta. Contoh kata kerja operasional: mengikuti, mendiskusikan, berlatih, berpartisipasi, mematuhi. 3) Penghargaan (Valuing) Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan, atau tanggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini mahasiswa secara konsisten berperilaku sesuai dengan suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta, atau mengharuskan. Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain, misalnya dosen, teman atau keluarga. Contoh kata kerja operasional: memilih, meyakinkan, bertindak, mengemukakan argumentasi 4) Organisasi (Organization) Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini mahasiswa menjadi committed terhadap suatu nilai. Dia diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem nilai, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Contoh kata kerja operasional : memilih, memutuskan, memformulasikan, membandingkan, membuat sistematisasi 5) Karakteristik Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Pengalaman berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini mahasiswa bukan saja telah mencapai perilaku-perilaku pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan, dan perilakunya akan selalu konsisten dengan filsafat hidup tersebut. Filsafat hidup tersebut merupakan bagian dari karakter. Contoh kata kerja operasional : menunjukkan sikap, menolak, mendemonstrasikan, menghindari Dari contoh-contoh tujuan afektif ini terlihat bahwa pada tingkat-tingkat yang tinggi (valuing, organization, dan characterization) perilaku yang merupakan indikator tercapainya tujuan-tujuan tersebut terlihat overlapping dan tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Ini menunjukkan bahwa meskipun secara konseptual tingkat-tingkat tersebut dapat dipisahkan dan nampaknya mempunyai hubungan hirarkis, perumusan tujuan tidak dapat dengan jelas dibedakan. Hal ini pula yang membuat tujuan afektif menjadi sulit dievaluasi apakah tercapai atau tidak.
3.Jelaskan langkah-langkah pengembangan instrumen afektif!
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan isi program sekolah. Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung mengikuti definisi konseptual. Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan-diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya. Metode laporan-diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Menurut Lewin (dalam Andersen, 1980), perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseeorang ditentukan watak dirinya dan kondisi lingkungan. Instrumen afektif yang dibahas pada buku ini adalah sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrumen afektif, yaitu: 1. Menentukan spesifikasi instrumen. 2. Menulis instrumen. 3. Menentukan skala instrumen 4. Menentukan sistem penskoran 5. Mentelaah instrumen 6. Merakit instrumen. 7. Melakukan ujicoba. 8. Menganalisis hasil ujicoba 9. Memperbaiki instrumen. 10. Melaksanakan pengukuran. 11. Menafsirkan hasil pengukuran 1. Spesifikasi Instrumen Spesifikasi instrumen terdiri dari tujuan dan kisi-kisi instrumen. Dalam bidang pendidikan, ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif, yaitu: 1. Instrumen sikap. 2. Instrumen minat. 3. Instrumen konsep diri. 4. Instrumen nilai. 5. Instrumen moral Dalam menyusun spesifikasi instrumen, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Tujuan pengukuran 2. Kisi-kisi instrumen 3. Bentuk dan format instrumen 4. Panjang instrumen.