NURAENIDA FEBRIANTI
2018720032
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
NPM 2018720032
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme
dikemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, Saya bertanggung jawab sepenuhnya
Nuraenida Febrianti
i
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 2018720032
Kabupaten Bogor
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program
Dewan Penguji
Ditetapkan : Jakarta
NPM 2018720032
Fakultas : Ilmu
Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-ekslusif Royaltiy-Free Right) atas karya
Hubungan pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di
Beserta perangkat yang ada (Jika diperlukan. Dengan hak bebas royalty nonekslusif ini, Universitas
pangkalan data dasar (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Yang Menyatakan
(Nuraenida Febrianti)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
serta junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan teladan menuju
Karies Gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor”. Peneliti
menyadari, berhasilnya studi dan hasil penelitian ini tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan semangat, bimbingan dan do’a kepada peneliti dalam
menghadapi setiap tantangan. Untuk itu, perkenankan peneliti agar dapat mengucapkan
1. Ibu Miciko Umeda, S.Kp., M.Biomed selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
2. Ns. Neneng Kurwiyah, MNS selaku Ketua Program Studi Keperawatan Fakultas
3. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp.Kep.An selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
v
v
4. Ns. Awaliah, M. Kep., Sp. Kep. An selaku dosen penguji II yang siap membantu
5. Seluruh Dosen dan Staf akademik Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
6. Orang tua saya Bapak Dedih Turiadi dan Ibu Siti Muminah, dan kepada kakak-adik
tersayang Nurul Ainis Syifa, Desi Rahmawati, Devi Muminatullayi dan Muhammad
7. Kepala Sekolah serta seluruh Staf Akademik dan siswa/I SDN Cimanggu 02 yang
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti
dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar penelitian ini dapat dilanjutkan pada proses penelitian. Harapan
peneliti semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
v
ABSTRAK
Pengetahuan adalah domain kognitif faktor salah satu penyebab dasar perubahan perilaku
individu, sehingga tindakan terbentuk sebagai hasil dari perubahan tersebut. Kesehatan gigi dan
mulut seseorang di tentukan oleh pengetahuan bagaimana pentingnya kebersihan rongga mulut.
Oral hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena beberapa masalah mulut
dan gigi dapat terjadi karena kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Dampak jika tidak
melakukan oral hygiene maka akan muncul infeksi akut seperti demam, pembengkakan pada
daerah infeksi, lemas, sakit menelan, kemerahan, tidak dapat membuka mulut dan terjadinya
karies gigi. Karies gigi dapat dialami oleh semua orang dan dapat muncul disuatu permukaan
gigi atau lebi serta dapat meluas ke bagian gigi yang lebih dalam seperti dari enamel ke dentin
atau pulpa. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02
Kabupaten Bogor. Jenis penelitian menggunakan deskriptif kolerasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 dengan
teknik pengambilan sampel stratified sampling sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah
119 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi yang disebarkan secara
langsung menggunakan paper based. Hasil yang didapatkan penelitian ini ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak
usia sekolah. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji masalah ini dengan
jangkauan lebih luas seperti menambah variabel dan menambah responden lebih banyak lagi
Kata Kunci: pengetahuan kesehatan oral hygiene, karies gigi, anak usia sekolah
v
ABSTRACT
Knowledge is the cognitive domain of factors one of the basic causes of changes in the
behavior of individuals, so actions are formed as a result of such changes. The health of
a person's teeth and mouth is determined by the knowledge of how important the
hygiene of the oral cavity is. Oral hygiene in dental and oral health is very important
because some oral and dental problems can occur due to lack of dental and oral hygiene.
The impact if you do not do oral hygiene, acute infections will appear such as fever,
swelling of the infection area, weakness, swallowing pain, redness, unable to open your
mouth and the occurrence of dental caries. Dental caries can be experienced by everyone
and can appear on a tooth surface or lebi and can extend to deeper parts of the tooth such
as from enamel to dentin or pulp. The purpose of this study is to determine the
relationship between the level of knowledge of oral hygiene health with the incidence of
dental caries in school- age children at SDN Cimanggu 02 Bogor Regency. This type of
research uses a cholerational descriptive with a cross sectional approach. The population
in this study was school-age children of SDN Cimanggu 02 with stratified sampling
techniques so that the sample in this study was 119 respondents. Data collection using
questionnaires and observations that are distributed directly using paper-based. The
results obtained by the study found that there was a significant relationship between
knowledge of oral hygiene health and the incidence of dental caries in school-age
children. Suggestions for subsequent researchers are expected to be able to examine this
issue with a wider range such as adding variables and adding more respondents
Keywords: knowledge of oral hygiene, dental caries, school-age children
.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, baik tujuan
Usia sekolah merupakan hal penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik
pada anak. Pada usia sekolah anak mulai mengembangkan kebiasaan sehari-harinya
dan cenderung dilakukan sampai dewasa. Kelompok anak usia sekolah dasar yang
berusia 6-12 tahun termasuk kelompok yang banyak mengalami masalah kesehatan
gigi dan mulut, sehingga pada anak usia sekolah membutuhkan kewaspadaan dan
perawatan gigi yang baik dan kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2019) kesehatan gigi dan mulut (oral hygiene)
merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kesehatan gigi dan
mulut merupakan bagian kesehatan tubuh yang tidak bisa dipisahkan satu dengan
yang lainnya.
1
Hal ini pun dijelasan sebagaimana mestinya di dalam hadis yang berbunyi “pentingnya
menjaga kebersihan dapat menjadikan seseorang untuk selalu menjaga kebersihan diri
atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT”. Firman Allah SWT dalam
Sebagai umat yang beriman, hendaknya selalu menjaga kebersihan, salah satunya gigi
dan mulut. Anjuran ini menunjukkan bahwa kebersihan gigi termasuk hal yang penting,
ajaran untuk menjaga kebersihan gigi terdapat dalam hadis Nabi saw yang intinya
mengingatkan agar manusia selalu dalam keadaan bersih sebelum melakukan ibadah
wajib (shalat). Rasulullah bersabda: “jika aku tidak memberatkan umatku, maka aku akan
memerintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap kali hendak melakukan shalat”. (HR.
Bukhari Muslim).
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan
karena dapat menyebabkan terjadinya penyakit rongga mulut salah satunya menimbulkan
karies gigi pada anak. Secara umum anak yang mulai mengalami karies gigi adalah anak-
anak usia sekolah berusia 6-12 tahun, karena kebanyakan pada usia ini anak suka jajan
makanan dan minuman sesuai keinginannya. Hal ini didukung oleh penelitian yang
2
dilakukan oleh Gunawan (2015), menyatakan bahwa yang rentan mengalami karies gigi
diantaranya anak usia sekolah berusia 10-12 tahun karena anak pada usia ini rentan
3
3
terhadap pertumbuhan dan perkembangan masalah gigi dan mulut (karies gigi) karena
memiliki kebiasaan jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya baik disekolah
maupun dirumah.
Karies merupakan penyakit mulut dengan morbilitas serta prevalensi yang masih tinggi.
Karies menyerang semua umur, terutama pada anak usia sekolah. Penyakit gigi dapat
mengurangi aktivitas pada anak usia sekolah dan karies ini sering diderita anak-anak
dibandingkan penyakit lainnya. Karies gigi adalah suatu penyakit pada jaringan gigi yang
disertai dengan kerusakan jaringan, dari permukaan gigi seperti (pit, fissure, hingga
daerah interproximal) sehingga meluas kearah pulpa dan karies hasil dari interaksi bakteri
pada permukaan gigi, plak dan diet (Markus et al., 2020). Faktor yang menyebabkan
kenapa karies pada anak sering terjadi diantaranya adalah karena konsumsi gula terlalu
banyak, kebersihan mulut yang berhubungan dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok
gigi, perilaku dan pengetahuan terhadap perawatan kesehatan gigi (Salsabeela et al.,
2021).
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut penting bagi seseorang agar memahami dengan
baik bagaimana cara pencegahan dan bagaimana cara merawat keshatan gigi dan mulut.
kurang akan membentuk perilaku dan sikap yang keliru terhadap pemeliharaan kesehatan
Hal ini didukung oleh hasil penelitian (Afiati, 2017) hasil penelitian menyebutkan bahwa
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut memberikan pengaruh terhadap cara merawat dan
4
mencegah kesehatan gigi dan mulut sehingga terhindar terhadap karies gigi yang
merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masalah kesehatan gigi dan mulut pada
Berdasarkan prevalensi yang didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Marimbun et.al (2016) menyatakan tingkat pengetahuan anak usia sekolah mengenai
The Global Burden of Disease Study (2016), menyatakan bahwa masalah kesehatan gigi
dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah
populasi penduduk dunia yaitu sebanyak 3,58 milyar jiwa. Menurut hasil survei
kesehatan gigi nasional yang di selenggarakan pada tahun 2015-2016 oleh Pengurus
bahwa tingkat kesehatan gigi anak Indonesia masih berada pada taraf rendah. Sebanyak
73,9% anak usia 6-12 terkena karies, gigi yang tidak terawat.
Menurut data WHO, karies gigi di Eropa, Amerika, Asia, termasuk Indonesia, memiliki
prevalensi 80-90% anak di bawah usia 18 tahun yaitu 6-12 tahun, yang dipengaruhi oleh
karies gigi. Menurut hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), masalah kesehatan
gigi dan mulut mengalami peningkatan dua kali lipat dari tahun 2013 yaitu sebanyak 25,9
% menjadi 57,6%. Sebanyak 20 provinsi memiliki prevalensi masalah gigi dan mulut
diatas angka nasional, provinsi yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut
sedikit
5
melebihi angka nasional yaitu Jawa Barat sebesar 58%, sedangkan prevalensi kesehatan
Berdasarkan studi pendahuluan hasil wawancara yang dilakukan kepada 15 anak usia
sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor di dapatkan hasil 9 dari 15 anak usia
sekolah kurang mengetahui pengetahuan tentang kesehatan oral hygiene dengan kejadian
karies gigi dan 6 anak usia sekolah yang mengetahui tentang pengetahuan kesehatan oral
pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
keseluruhan, masalah kesehatan gigi yang sering dikeluhkan oleh anak usia sekolah
yaitu karies gigi. karies gigi adalah penyakit kronis dengan prevalensi yang tinggi pada
anak usia sekolah 10-12 tahun. Kejadian karies gigi pada anak menjadi masalah yang
perlu adanya peran orang tua, pengetahuan dan perilaku yang baik dalam menggosok
gigi. Pengetahuan yang kurang akan membentuk perilaku dan sikap yang keliru terhadap
pemeliharaan kesehatan oral hygiene dan akan menyebabkan timbulnya karies gigi
6
Maka dari itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “adakah hubungan tingkat
pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan
kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahui karakteristik anak usia sekolah yang meliputi usia, jenis kelamin di SDN
1.3.2.2 Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan Oral Hygiene pada anak usia
1.3.2.3 Diketahui distribusi frekuensi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN
1.3.2.4 Diketahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian
karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor.
penelitian ini berkontribusi bagi sekolah dan pengajar meningkatkan mutu promosi
Bagi Murid
sekolah tentang perawatan kesehatan gigi, sebagai upaya untuk mencegah berbagai
Bagi peneliti
Penelitian ini berkontribusi dalam menambah wawasan dan dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan ataupun perbandingan untuk penelitian selanjutnya dengan metode yang
LANDASAN TEORI
Pada bab ini menguraikan mengenai konsep dan teori yang mendukung penelitian ini.
Adapun konsep dan teori dalam bab ini meliputi: oral hygiene, karies gigi, anak usia
Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) adalah salah satu bentuk kebersihan diri.
Oral hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena beberapa
masalah mulut dan gigi dapat terjadi karena kurangnya kebersihan gigi dan mulut.
Dampak jika tidak melakukan oral hygiene maka akan muncul infeksi akut seperti
demam, pembengkakan pada daerah infeksi, lemas, sakit menelan, kemerahan dan
tidak dapat membuka mulut (Setianingsih & Febi Riandhyanita, 2017). Perawatan
gigi dan mulut semuanya dimulai dengan kebersihan gigi dan mulut pada setiap
individu (Motto et al., 2017). Kondisi kebersihan mulut dan gigi pada anak
umumnya lebih buruk daripada orang dewasa. karena kebiasaan anak-anak yang
8
Pertumbuhan gigi pada anak usia sekolah
Gigi terdiri dari mahkota gigi (corona), leher gigi (colomn) dan akar gigi (radix).
Mahkota gigi adalah bagian yang muncul diatas gusi dan memiliki tiga lapisan. Lapisan
terluar adalah lapisan email yang merupakan lapisan terkeras. Dibawah lapisan email
adalah tulang gigi atau dentin yang mengandung saraf dan pembuluh darah. Lapisan
terdalam adalah rongga atau pulpa gigi yang merupakan bagian antara korona dan akar.
Leher gigi (colomn) adalah bagian yang berada di dalam gusi. Akar gigi adalah bagian
yang tertanam di tulang rahang. Akar gigi melekat pada tulang rahang dengan
menggunakan semen gigi. semen gigi melapisi akar gigi dan membantu menahan gigi
agar tetap melekat pada gusi. Pada rentang usia 6 sampai 12 tahun, gigi susu mulai
tanggal dan diganti dengan gigi permanen. Gigi permanen sudah ada terdapat pada usia
12 tahun, kecuali geraham kedua dan ketiga. Masalah kesehatan yang paling banyak
dialami pada usia ini adalah karies dan ketidakteraturan gigi. pada tingkat
perkembangan ini peran orang tua dan menjaga kebersihan mulut dan nutrisi yang baik
sangat diperlukan untuk menghindari masalah masalah dimasa depan agar tidak terjadi
Masalah kesehatan gigi dan mulut, seperti karies dan gigi berlubang merupakan salah
satu masalah kesehatan yang serius pada anak usia sekolah. Masalah ini disebabkan oleh
kurangnya perawatan dalam hal menggosok gigi dengan baik dan benar ((Ndoen, 2021).
Penyebab lain masalah kesehatan gigi dan mulut karena terlalu banyak mengonsumsi
makanan manis, kurang menjaga kesehatan gigi dan mulut dan tidak rutin dalam
9
1
menggosok gigi (Kemenkes, 2019). Banyak mengonsumsi gula seperti coklat dan
permen akan dicerna oleh enzim amilase dari saliva, kemudian dapat berkembang oleh
bakteri rongga mulut dan dapat mengubah pH menjadi asam, sehingga terjadi
demineralisasi gigi. selain makanan manis, masih banyak hal yang dapat
paparan, nutrisi yang dikonsumsi, sehingga kebersihan di dalam rongga mulut. Dalam
hal ini, peran dan dukungan orang tua sangat di perlukan. Orang tua perlu
Efek yang dialami karena masalah kesehatan gigi dan mulut yaitu sakit kepala
keterbatas fungsi gigi seperti sulit mengunyah, bau nafas, pencernaan terganggu dan
merasakan sakit ketika mengunyah (Ramadhan et al., 2016). Masalah kesehatan gigi dan
mulut terutama karies gigi semakin lama menjadi lebih parah dan hal tersebut dapat
2018).
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sedini mungkin
sehingga karies dapat dicegah agar tidak sampai terjadi pada anak-anak (Nugraheni et
al., 2019). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut antara lain meliputi menyikat
a. Sikat gigi. pengenalan Teknik menyikat gigi yang tepat, memotivasi untuk menyikat
gigi secara teratur, dan pemilihan pasta gigi yang tepat. Menyikat gigi suatu usaha
menghilangkan debris dan plak gigi. Cara menyikat gigi yang baik dan benar dapat
membantu dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga mencegah terjadinya
penyakit periodontal dan karies gigi (Liana & Arbi, 2019). Pemilihan bulu sikat gigi
yang halus juga penting agar tidak melukai gusi. Lebih tepat sikat gigi diganti
sekurang-kurangnya tiap sebulan sekali. Dengan demikian bulu sikat masih tetap
efektif dalam membersihkan gigi. Pasta gigi berfluoride selayaknya dipilih karena dari
b. Kumur-kumur antiseptic (oral rinse). Terdapat berbagai bahan aktif yang sering
digunakan sebagai kumur-kumur yang dijual bebas dan umumnya berasal dari minyak
c. Dental floss atau benang gigi. Akhir-akhir ini cara tersebut mulai banyak
penggunaanya harus dimengerti dengan tepat, karena jika tidak bukannya mencegah
penyakit periodontal tetapi yang terjadi malah melukai gusi dan membuat radang.
d. Mengatur makanan anak. Menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan tidak terlalu
mineral yang dapat menguatkan gigi dari serangan bakteri jahat di rongga mulut
Kerusakan gigi terjadi sebagai akibat dari proses demineralisasi gigi oleh asam yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dan ditandai dengan terbentuknya struktur kavitas pada
permukaan email, dentin atau sementum. Karies gigi dapat dialami oleh semua orang
dan dapat muncul disuatu permukaan gigi atau lebi serta dapat meluas ke bagian gigi
yang lebih dalam seperti dari enamel ke dentin atau pulpa (Markus, 2020). Penyebab
karbohidrat yang dimakan menjadi asam. Kemudian bakteri ini membentuk suatu
lapisan lunak dan lengket yang dinamakan sebagai plak yang menempel pada
permukaan gigi dan sela-sela gigi. Proses menghilangnya mineral dari struktur gigi itu
disebut dengan
1
remineralisasi (Suratri, 2017). Kerusakan gigi dapat terjadi karena demineralisasi lebih
besar dari proses remineralisasi. Pada awalnya lubang kecil pada permukaan email tidak
terlihat dibentuk oleh plak yang erosi, apabila email berhasil ditembus maka denting
yang lunak dibawahnya akan terkena (Ramadhan, 2010 dalam Suratri, 2017).
2.2.3.1 Mikrorganisme
faktor utama yang menyebabkan kerusakan gigi. pada kedua mkroba ini ada di
permukaan gigi dan dapat dengan cepat menghasilkan asam yang dapat menyebabkan
kerusakan gigi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian (putri et, al., 2017) menyatakan
bahwa permasalahan gigi karies didefinisikan penyakit pada jaringan keras dalam gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme, terbentuknya zat asam dan pH turun drastis
Saliva atau air liur adalah sistem pertahanan pada mulut yang menghilangkan sisa
makanan atau bakteri dari gigi dan melawan produksi asam dari sisa makanan yang
menumpuk pada gigi. Menurut hasil penelitian (Sutomo, et, al., 2018) menyatakan
bahwa saliva dapat mempengaruhi proses terjadinya karies karena saliva selalu
Faktor utama penyebab karies yaitu anak sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang manis. Makanan yang mengandung banyak karbohidrat dan gula, seperti jus dan
susu formula, dapat mengakibatkan risiko kerusakan gigi pada permukaan gigi. Hasil
sukrosa akan mengalami kerusakan gigi saat diberi susu botol. Hal ini dikarenakan
cairan pada mulut menumpuk di sekitar permukaan gigi, lalu mengendap dan berubah
menjadi asam yang berbahaya bagi gigi. hal ini didukung oleh hasil penelitian
(Youventri, et, al., 2020). Menyatakan bahwa faktor utama penyabab karies gigi yaitu
sering mengonsumsi makanan dan minuman yang manis. Pada permukaan gigi substrat
akan melekat lama dan akan menimbulkan demineralisasi pada gigi anterior yang
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
perilaku. Perilaku yang baik diawali dengan pengetahuan yang baik. Perilaku yang
didasari dengan pengetahuan dapat lebih kekal daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Terjadinya suatu penyakit tidak terlepas dari pengetauan yang kurang
baik tentang kesehatan Notoadmodjo (2007) dalam Alini (2018). Hal ini didukung oleh
hasil penelitian (Dewanti, 2012) menyatakan bahwa pengetahuan yang kurang baik
dapat menyebabkan karies gigi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor penghambat atau
pendorong seperti halnya pengetahuan kurang baik namun tidak terjadi karies gigi, hal
ini
1
dapat disebabkan oleh faktor pendorong seperti peran orang tua yang peduli kesehatan
gigi anaknya dan selalu mengingatkan untuk menggosok gigi sesuai anjuran kesehatan.
Munculnya plak karena anak tidak mematuhi kebersihan mulut yang merupakan salah
satu risiko yang memicu terjadinya kerusakan gigi. Hal yang dapat menghindari risiko
kerusakan gigi yaitu dengan menyikat gigi dengan baik. Disarankan untuk
menggunakan pasta gigi yang berfluoride untuk anak-anak yang dapat melindungi gigi
dari kerusakan, seperti pasta gigi khusus untuk anak. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian (Sinaga et al., 2020) menyatakan bahwa faktor sikap atau perilaku yang
mengabaikan kebersihan mulut dan gigi. selain itu, kerusakan gigi juga dapat terbentuk
akibat dari makanan sisa yang menempel di gigi, sehingga dapat mengakibatkan gigi
menjadi mengapur. Dampak dari hal ini yaitu gigi menjadi berlubang, keropos dan
rapuh.
Karies gigi pada anak sering terjadi karena berbagai faktor. Tanda dan gejala karies gigi
diantaranya seperti sakit gigi, gigi sensitif, nyeri ringan sampai tajam saat memakan
makanan manis, dingin atau panas, lubang yang terlihat pada gigi dan rasa sakit saat
Tanda awal karies gigi menurut (Pratiwi, 2007 dalam Lesmana, 2021) yaitu:
a. Munculnya seperti kapur atau spot putih pada permukaan gigi. ini diakibatkan area
b. Warna akan berubah menjadi bewarna cokelat, kemudian membentuk lubang. Jika spot
kecokelatan ini tampak mengkilap, maka proses demineralisasi telah berhenti jika
c. Jika kerusakan telah mencapai dentin, seseorang tersebut akan mengeluh sakit atau
timbul ngilu setelah makan atau minum manis, asam, panas, dan dingin. Jika seseorang
tesebut mengeluh sakit bukan hanya setelah makan saja, berarti kerusakan gigi tersebut
sudah mencapai pulpa. Kerusakan pulpa akut terjadi jika mengeluh sakit terus menerus
Patofisiologi karies gigi adalah awalnya asam (H+) terbentuk karena adanya gula
(sukrosa) dan bakteri Streptococcus mutans dalam plak (kokus). Gula (sukrosa) akan
mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak hingga akan terbentuk asam (H +) dan
dextran. Dextran akan melekatkan asam yang terbentuk pada permukaan email gigi.
apabila hanya satu kali makan gula (Sukrosa), maka asam yang terbentuk hanya sedikit,
tetapi konsumsi gula (sukrosa) dilakukan berkali-kali atau sering maka akan terbentuk
asam hingga pH mulut menjadi ±5. Apabila asam yang masuk ke bawah permukaan
email sudah banyak, maka reaksi akan terjadi berulang kali. Jumlah Ca yang lepas
bertambah banyak dan lama kelamaan Ca akan keluar dari email yang disebut proses
Menurut Pertiwiningsih Bening Ika (2019) perawatan gigi yang telah mengalami karies
gigi yaitu penambalan. Bila kerusakan gigi sudah terlalu parah, maka harus dilakukan
pencabutan. Oleh karena itu, ada beberapa pencegahan yang dapat dilakukan agar
1. Pencegahan primer
1) Menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari pada waktu yang tepat yaitu pada
2) Menggunakan dental floss (benang gigi) sedikitnya satu kali sehari untuk
mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi.
kariogenik.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk menghambat atau mencegah agar karies tidak
3. Pencegahan tersier
Apabila keadaan gigi sudah parah dan tidak lagi dapat diperbaiki, maka langkah yang
harus diambil adalah pencabutan. Selain itu, upaya pemulihan atau pengembalian fungsi
dan bentuk sesuai dengan aslinya dapat dilakukan pembuatan gigi tiruan. Karena gigi
memperbaiki gangguan fungsi bicara, mencegah gangguan pada sendi rahang, dan
mempertahankan kesehatan jaringan sekitar mulut. Oleh karena itu pembuatan gigi
Anak usia sekolah di Indonesia lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun. pada anak usia
sekolah periode usia pertengahan dimulai dengan masuknya anak kedalam lingkungan
sekolah. Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun dan berada pada tahap
perkembangan baik secara fisik, kognitif, moral, ataupun sosio-emosional. Pada masing-
Keunikan tersebut membuat anak mempunyai keunikan yang berbeda dari anak yang
Anak-anak di dalam setiap tahapan perkembangan yang dilaluinya selalu memiliki ciri
khas yang membedakan dengan tahapan yang lain. Oleh karena itu anak usia sekolah
secara umum akan menampakkan ciri khas yang sama sebagai karakteristik tahapan
1
perkembangannya. Anak usia sekolah memiliki karakteristik yang sangat kompleks dan
Perkembangan fisik dan motorik adalah sesuatu yang tidak terpisahkan, fisik seseorang
tumbuh kembang serta pematangan seluruh organ tubuh manusia sejak lahir hingga
dewasa. Pada orang yang sehat secara fisik akan dapat melakukan aktivitas dengan baik
merupakan proses perkembangan kemampuan gerak seseorang baik itu motorik kasar
ataupun halus. Motorik kasar adalah gerakan yang menggunakan hampir seluruh otot
besar anggota tubuh sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot
kecil serta koordinasi mata dan tangan. Berdasarkan kemampuan motorik yang dimiliki,
maka anak usia sekolah sudah mampu melakukan perawatan gigi dengan baik seperti
menggosok atau menyikat gigi dengan baik, sebagai upaya untuk menjaga kesehatan
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif yang ditemukan oleh Piaget dalam jurnal intelektualitas
tahun (2015) menyatakan bahwa ketika anak memasuki sekolah, anak mulai
yang dapat diungkapkan baik secara verbal maupun simbolis. Anak usia sekolah dapat
menurut atribut yang mereka miliki, menempatkan sesuatu dalam urutan yang masuk
akal
2
dan logis. Anak usia sekolah pada umumnya berada pada tahap operasional konkret
untuk anak dari usia 7 sampai 11 tahun. Tahap operasional konkret merupakan tahap
ketiga dari tahap perkembangan kognitif. Pada tahap ini Anak usia sekolah sudah
diberikan, sehingga anak usia sekolah sudah mampu memahami dan dapat melakukan
perawatan gigi, menjaga kesehatan gigi dan mulut berdasarkan pengetahuan yang
2.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah domain kognitif faktor salah satu penyebab dasar perubahan
perilaku individu, sehingga tindakan terbentuk sebagai hasil dari perubahan tersebut.
pentingnya kebersihan rongga mulut. tetapi, pengetahuan tidak cukup jika tidak di sertai
dengan tindakan yang mendukung. (Aulia et al., 2021). Pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut salah satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi dan
mulut melalui pendekatan Pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan mengenai
kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk dapat terbentuknya tindakan kebersihan
gigi dan mulut (Nisa, 2021). Penyebab perilaku anak yang tidak bisa menjaga
kebersihan gigi dan mulut adalah kurangnya pengetahuan anak mengenai pentingnya
menjaga kebersihan gigi dan mulut jika di abaikan akan menimbulkan masalah
kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak dialami anak usia sekolah (Aulia et al.,
2021).
2
a. Pendidikan
maka akan semakin mudah seseorang tersebut menerima sebuah inforasi. Peningkatan
pengetahuan tidak harus diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh
juga melalui Pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap
objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek akan diketahui maka akan
didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak
Informasi yang diperoleh baik dari Pendidikan formal maupun non formal dapat
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga dapat menentukan
ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
d. Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitar individu lingkungan fisik, biologis,
berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut dikarenakan adanya interaksi timbal balik
e. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain.
Pengalaman ini merupakan suatu cara yang dapat memperoleh kebenaran suatu
pengetahuan.
f. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Karena ketika
bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fayoga (2013) tentang “Faktor-faktor
yang berhubungan dengan terjadinya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Jatibaru
variabel pengetahuan tentang karies gigi diperoleh hasil uji statistik p value 0,31 (α <
0,05), secara statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
tentang karies gigi dengan terjadinya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Jatibaru
01 Kelurahan Jatibaru Kecamatan Cikarang Timur Bekasi Tahun 2013. Hasil analisis
diperoleh nilai odds ratio (OR) sebesar 4,36 artinya responden yang memiliki
2
pengetahuan baik tentang karies gigi berpeluang 4,636 kali untuk mencegah terjadinya
karies gigi pada anak usia sekolah dibandingkan dengan responden yang memiliki
Hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan oral hygiene dengan kejadian karies
hubungan signifikan antara pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies
gigi di SDN 01 Ketanggan Batang dengan p value=0.000. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Pagunanto mengenai hubungan pengetahuan oral hygiene dengan karies gigi
value= 0,000.
BAB III
Bab ini menguraikan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi
(variabel bebas) dan dependent (variabel terikat) dalam penelitian yang dilakukan
oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent yaitu tingkat
dependent pada penelitian ini yaitu, kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di
Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
2
Skema 3.1 konsep Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian,
menurut La Biondo-Wood dan Haber (2002) dalam Nursalam (2015) adalah suatu
pernyataan asumsi tentang hubungan antar variabel satu dan yang lainnya yang
Pada umumnya hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap ada atau tidaknya hubungan
antara dua variabel, yakni variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
terpengaruh. Jadi, hipotesis itu merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban
Penulisan hipotesis sangat penting bagi suatu penelitian, karena dengan hipotesis ini
memberikan
2
2
rangka pengumpulan data, dapat sebagai panduan dalam pengujian antara dua variabel
atau lebih dan dapat membantu mengarahkan dalam mengidentifikasi variabel yang
Ha: ada hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional
Data demografi
1 Usia Rentang umur Alat ukur: kuisioner
anak terhitung …….. tahun Rasio
sejak lahir sampai Cara ukur:
dengan ulang memberikan
tahun terakhir pertanya pada
kuisioner
3 Jenis Perbedaan Alat ukur: 1) Laki-laki Nominal
Kelamin karakteristik anak Kuisioner 2) Perempuan
berdasarkan Cara ukur:
seks/gender yang memberikan pilihan
didapat sejak dalam kuisioner
lahir (laki-laki
atau perempuan.
Independent
4 Tingkat Pemahaman dan Alat ukur: kuisioner Skor tingkat Ordinal
Pengetahuan kemampuan anak Cara ukur: mengisi pengetahuan
oral hygiene tentang cara kuisioner dengan kesehatan oral
menjaga skala guttman dan hygiene
kesehatan gigi memberikan tanda 1. kurang baik jika
dan mulut check list pada kolom responden
yang tersedia dengan mendapatkan skor
jawaban yang sesuai 1-18
2. baik jika
responden
mendapatkan skor
19-36
Dependent
5 Kejadian Masalah yang Alat ukur: lembar 1= tidak ada Ordinal
karies gigi terjadi pada gigi observasi karies gigi, jika
dengan cara ukur: Observasi tidak terdapat
karakteristik, rongga mulut dan salah satu dari 3
seperti: gigi kondisi gigi karakteristik
berlubang, gigi 2=karies gigi, jika
bewarna terdapat salah satu
hitam/kecoklatan dari karakteristik
dan adanya
karang gigi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai desain penelitian, populasi dan
sampel, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data,
oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN
dianalisis dan ditarik kesimpulan sebagai hasil akhir sebuah penelitian (Nursalam,
2017).
2
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi yang terdiri pada obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan peneliti untuk ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV-
ditetapkan dengan jumlah sebanyak 170 orang. Populasi yang digunakan pada penelitian
ini yaitu siswa kelas IV-VI dikarenakan siswa tersebut kooperatif dalam mengikuti
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang telah dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini belum diketahui, sehingga peneliti akan
sampling dengan metode stratified sampling. Prinsip probability sampling setiap subjek
atau populasi mempunyai kesempatan dipilih atau tidak terpilih sebagai sampel
(Nursalam, 2017).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/I kelas IV-VI di SDN
2
3
n= 1+𝑁𝑁(𝑑)2
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
170
𝑛=
1 + 170 (0,05)2
170
𝑛=
1 + 0,425
n =119
Berdasarkan hasil perhitungan sampel minimum diatas diperoleh hasil sampel 119
responden.
secara stratified sampling dan alokasi sampel secara proposional, maka sampel yang
ni
𝑛𝑖 = .𝑛
N
ni = jumlah anggota sampel menurut startum
Kelas IVa = 28
. 119 = 19,6 dibulatkan 20
170
Kelas IVb = 28
. 119 = 19,6 dibulatkan 20
170
30
Kelas Va = . 119 = 20,9 dibulatkan 21
170
30
Kelas Vb =
170 . 119 = 20,9 dibulatkan 21
Kelas VIa = 28
170 . 119 = 19,6 dibulatkan 20
Kelas VIb = 28
170 . 119 = 18,2 dibulatkan 18
Dalam pengambilan sampel peneliti juga memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi yaitu:
1. Kriteria Inklusi:
2. Kriteria eksklusi
memilih tempat tersebut karena ditempat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang
hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada
anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor dan alasan peneliti
mengambil tempat
3
ini karena berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan banyak siswa yang
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - Juli 2022, yang diawali dengan pembuatan
Etika penelitian yaitu pedoman yang berlaku untuk semua kegiatan penelitian yang
melibatkan pihak peneliti, subjek yang diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh
dampak dari hasil penelitian. Tujuan dari etika penelitian ini untuk dapat memperhatikan
Informed consent atau lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
Setiap individu memiliki hak kebebasan privasi dan juga kerahasiaan dalam
memberikan informasi. Oleh karena itu peneliti tidak boleh menampilkan informasi
Seorang peneliti harus memiliki prinsip keterbukaan dan adil. Prinsip keadilan ini
pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner karakteristik responden meliputi data
demografi usia dan jenis kelamin. Kuesioner tingkat pengetahuan tentang kesehatan
gigi, kuesioner ini berisi tentang pengetahuan kesehatan gigi yang dibuat oleh Ahmad
pada tahun 2021. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan pilihan benar atau salah yang
berkaitan dengan membersihkan gigi dan membersihkan mulut. Rentan nilai dalam
nilai 2 untuk jawaban benar dan nilai 1 untuk jawaban salah. Sehingga, interprestasi
nilai dalam kuesioner ini yaitu skor 1-18= buruk dan skor 19-36 = baik. Sedangkan
untuk mengetahui kejadian karies gigi menggunakan lembar observasi yang mengenai
tanda sebagai berikut: gigi berlubang, gigi bewarna hitam/kecoklatan dan adanya karang
gigi.
Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrument dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang harus
diukur (Nursalam, 2017). Untuk menguji validitas instrument, peneliti melalukan analisa
dengan menggunakan komputer perangkat lunak untuk analisa data. nilai r hitung: 1)
jika r hitung > r tabel berarti valid. 2) jika r hitung < r tabel berarti tidak valid, atau bisa
juga membandingkan dengan nilai signifikansi < 0,05 maka artinya ada korelasi dengan
variabel yang dihubungkan. Uji validitas yang telah dilakukan oleh Ahmad pada tahun
2021 pada kuesioner tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang terdiri dari 18
dilakukan uji validitas dan hasinya dinyatakan valid dengan nilai r hitung > tabel yaitu
bernilai 0,96.
Sebuah ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama (Hastono, 2016).
1. Reapeted measure atau ukur ulang, pertanyaan ditanyakan pada responden berulang kali
pada waktu yang berbeda setelah itu dilihat apakah pertanyaan tetap konsisten dengan
jawaban.
2. One shot disebut juga pengukuran sekali saja, kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain
Untuk mengetahui reabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji Crombach Alpha.
kesehatan gigi dan mulut merupakan kuesioner baku yang digunakan untuk mengukur
skala pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang dibuat oleh Ahmad pada
tahun 2021. Kuesioner ini sudah dilakukan uji reabilitas dan hasilnya dinyatakan reliabel
penelitian dan proses pengumpulan karakteristik yang di perlukan peneliti dalam suatu
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari
b. Kepala sekolah menunjuk wali kelas IV-VI yang akan membantu peneliti dalam
d. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden serta menjelaskan maksud dan tujuan
h. Responden diharapkan menjawab semua daftar pertanyaan dan setelah diisi diserahkan
j. Melakukan observasi dengan melihat keadaan gigi anak yang mempunyai tanda
sebagai berikut: gigi berlubang, gigi bewarna hitam/kecoklatan dan adanya karang
gigi.
3
3. Tahap Terminasi
terimakasih.
1. Editing
Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan dari isian formulir atau kuisioner.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
Data yaitu jawaban dari responden yang sudah diubah menjadi kode angka lalu
dimasukan kedala program atau software computer dan dianalisis. Program yang paling
banyak digunakan untuk entry data yaitu program SPSS for windows.
4. Cleansing
Jika semua data telah selesai dimasukan diperlukan pengecekan kembali data yang
Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan dianalisa dan diolah dengan uji statistik,
uji statistik yang akan digunakan adalah analisis univariat deskriptif dan analisis
bivariat.
1. Analisis Univariat
Bentuk dari data analisis ini tergantung dari jenis datanya. Untuk data numeric biasanya
menggunakan mean, median dan standar deviasi. Dalam Analisa ini biasanya hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Variabel analisa
univariat dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin (Notoadmodjo, 2018).
2. Analisa Bivariat
Suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan antara variabel
yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan
kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor.
Untuk menguji hipotesa dilakukan analisis statistik menggunakan uji Chi-square test,
pada tingkat kemaknaan 95% dengan (p value<0.05). melalui uji Chi-square selanjutnya
ditarik kesimpulan apabila nilai P lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha
kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN
Keterangan:
Penelitian ini variabel pengetahuan kesehatan oral hygiene yang berhubungan dengan
kejadian karies gigi pada anak usia sekolah SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor
menggunakan continuity correction dikarenakan pada tabel terdapat dua baris yaitu
pengetahuan oral hygiene benar dan salah dengan 2 kolom yaitu kejadian karies gigi ada
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral
hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2022. Kegiatan penelitian ini diawali dengan
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan distribusi frekuensi hubungan dari tingkat
pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah
yang diukur dengan pengambilan data. Alat ukur yang digunakan adalah lembar
kuesioner dan lembar observasi dan dianalisis dengan menggunakan analisa univariat
dan bivariat.
(hubungan pengetahuan oral hygiene) dan variabel dependent (kejadian karies gigi).
4
Tabel 5.1
Karakteristik usia anak sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor Tahun 2022 (n=119)
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa rata-rata usia anak adalah 11.03 tahun (95%
CI: 10.88 – 11.17) dengan standar deviasi 0.807 tahun. Usia termuda 10 tahun dan usia
tertua 12 tahun.
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor Tahun
2022 (n=119)
pengetahuan kurang baik yaitu sejumlah 69 orang (58.0%), dan untuk kejadian karies
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel
independent dan variabel dependent. Pada penelitian ini variabel independent yaitu
hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dan variabel dependent yaitu
4
42
kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor. Uji
statistic ini menggunakan uji chi-square dengan derajat kepercayan 95% (α 0,05). Berikut
Tabel 5.3
Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada
anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor Tahun 2022 (n=119)
8.034)
Pengetahuan 21 30.4% 48 69.6% 69 100.0%
Kurang Baik
Total 52 43.7% 67 56.3% 119 100.0%
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh hasil dari data analisis hubungan tingkat pengetahuan
kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN
pengetahuan kurang baik dengan adanya karies gigi pada anak usia sekolah sejumlah 48
orang (69.6%). Hasil uji statistic di peroleh p value= 0.001 (a<0.05) maka dapat
hygiene dengan kejadian karies gigi dengan nilai OR= 3.729. artinya responden yang
memiliki pengetahuan kesehatan oral hygiene yang kurang baik memiliki risiko 3.729
kali lebih besar untuk kejadian karies gigi pada anak usia sekolah.
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan bab sebelumnya, maka pada bab ini
Pelaksanaan kegiatan penelitian serta laporan hasil pada penelitian ini tidak luput
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 119 responden pada anak usia sekolah di
responden berada di usia 11,03 tahun dengan usia termuda 10 tahun dan usia
tertua 12 tahun. Menurut CDC (2014) dalam Gayatri (2016) karies gigi
merupakan penyakit kronis dengan prevalensi yang cukup tinggi pada anak usia
4
Usia sekolah adalah usia rentang antara 6 sampai 12 tahun, pada usia 4 sampai 8 tahun
adalah usia yang paling rentang menderita karies gigi. Anak-anak sangat rentan
terkena masalah pada gigi, karena dimasa ini anak belum bisa sepenuhnya mengerti
akan pentingnya perawatan gigi Wong (2008) dalam Frayoga (2013). Hal ini tidak
sesuai dengan hasil penelitian karena penelitian ini hanya mengambil responden kelas
IV sampai VI yang berusia 10 sampai 12 tahun sehingga untuk usia 4 sampai 8 tahun
tidak teridentifakasi.
Hasil penelitian terhadap 119 responden pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02
Kabupaten Bogor, didapatkan bahwa jenis kelamin anak terbanyak yaitu perempuan
sebanyak 66 (55,5%). Jenis kelamin diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara
perempuan dan laki-laki ditinjau dari segi nilai dan tingkah perilaku.
Sesuai dengan pernyataan Kusuma & Angga (2020) jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk menderita karies gigi, namun
anak perempuan memiliki risiko terkena karies gigi lebih tinggi dibandingan dengan
anak laki-laki. Hal ini dikarenakan gigi anak perempuan lebih lama mengalami erupsi
dibandingkan laki-laki, selain itu anak perempuan lebih suka makanan yang manis
penyebab lain yang mepengaruhi seperti faktor host (gigi), usia, unsur saliva dan plak.
4
4
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Listrianah, R.A Zainur, Levi Saputri
(2018) yang menyatakan bahwa karies gigi lebih banyak dialami perempuan yaitu 100
Menurut analisis peneliti bahwa mayoritas berjenis kelamin perempuan lebih banyak
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 119 responden pada anak usia sekolah di SDN
yang kurang mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dapat
menyebabkan timbulnya sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut (Citra, 2018).
Oleh karena itu, ketika pengetahuan anak meningkat maka anak dapat semakin
Pebrianti, Rima Eka Juliarti, 2019). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hardika
(2018) bahwa anak usia sekolah mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang
kurang tentang makanan yang akan menyebabkan timbulnya karies gigi dan
terbukti masih
4
banyaknya anak yang senang mengkonsumsi makanan yang manis yang terdapat pada
penjual jajanan disekitar sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sorolawe
(2021) bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan
karies gigi.
Menurut analisis peneliti didapatkan bahwa anak usia sekolah yang memiliki
pengetahuan oral hygiene kurang baik dapat mengakibatkan timbulnya karies gigi, hal
ini disebabkan karena minimnya kesadaran dan pengetahuan oral hygiene anak usia
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 119 responden pada anak usia sekolah di SDN
Cimanggu 02 Kabupaten Bogor, diketahui bahwa mayoritas responden yang ada karies
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu proses patologis dari kerusakan
menyebabkan terjadinya karies gigi antara lain makanan manis, kebiasaan menggosok
gigi yang tidak baik, genetik, usia dan faktor lingkungan. Hal tersebut dilandasi oleh
Masalah kesehatan oral hygiene pada anak usia sekolah masih belum dapat teratasi, hal
ini dapat diketahui melalui prevalensi atau angka kejadian karies yang masih tinggi.
4
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Rahmayanti & Purnakarya, 2013)
diketahui bahwa 49 orang (70%) mempunyai gigi karies, 21orang (30%) mempunyai
Menurut analisis peneliti didapatkan bahwa anak usia sekolah dalam mengkonsumsi
makanan atau minuman manis yang tidak di iringi dengan perilaku membersihkan gigi
6.3.1 Hubungan pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada
Dari hasil analisis hubungan pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies
gigi pada anak usia sekolah yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan adanya
karies gigi pada anak usia sekolah sejumlah 48 orang (69.6%) dengan p value 0.001
(<0,05). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan pengetahuan kesehatan oral hygiene
dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten
Bogor. selain itu, dari hasil uji statistik didapatkan OR= 3.729. artinya responden
dengan pengetahuan kurang baik memiliki risiko 3.729 atau 3.7 kali lebih besar untuk
ekonomi. Dengan pengetahuan yang baik akan mendorong siswa untuk berperilaku
4
tidaknya informasi yang diperoleh. Maka semakin baik informasi yang di peroleh
semakin baik pula pengetahuan tentang karies. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
(Hidayati Sri, Sri Rahayu, Ida Chairanna, 2020) bahwa kurangnya kesadaran atau
pengetahuan dalam pemeliharaan kesehatan oral hygiene yang disebabkan karena anak
Salah satu bentuk untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut agar tetap sehat adalah
menggosok gigi. Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor
cukup penting untuk pemeliharaan gigi dan mulut. Waktu yang optimal untuk
membersihkan gigi dilakukan setelah makan di pagi hari dan sebelum tidur. Menyikat
gigi setelah makan di pagi hari bertujun untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang
menempel setelah makan dan sebelum tidur (Setiari & Sulistyowati, 2018).
Menurut analisis peneliti didapatkan bahwa pengetahuan seseorang adalah bagian dari
pengetahuan. Semakin pengetahuan siswa tidak baik tentang oral hygiene maka semakin
tinggi resiko anak mengalami kejadian karies gigi. Oleh karena itu, para orang tua dan
guru sangat berperan penting untuk memperhatikan dan mengajarkan kesehatan oral
Dari hasil penelitian dan sumber yang diperoleh, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene
dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten
Bogor.
BAB VII
Pada bab ini peneliti mengemukakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian karies gigi pada
7.1 Kesimpulan
hygiene dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 119 anak usia sekolah didapatkan bahwa
rata-rata usia sekolah yaitu 11.08 tahun, usia termuda 10 tahun dan usia tertua yaitu
12 tahun. Sedangkan jenis kelamin anak usia sekolah yang dilakukan kepada 119
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 119 anak usia sekolah
didapatkan bahwa sebagian besar responden memilki pengetahuan yang kurang baik
3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 119 anak usia sekolah
5
4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 119 anak usia sekolah didapatkan
bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan kesehatan oral hygiene dengan kejadian
karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor dengan p value
0.001.
7.2 Saran
kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Cimanggu 02 Kabupaten Bogor maka
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu promosi
serta mampu memberikan gambaran kepada murid tentang pentingnya menjaga kesehatan
2. Bagi Murid
khususnya anak usia sekolah tentang perawatan kesehatan gigi, sebagai upaya untuk
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat mengkaji masalah ini dengan
jangkauan lebih luas dan menambah variabel lain yang memungkinkan memiliki
hubungan tingkat pengetahuan oral hygiene, dan dapat menambah responden lebih
banyak lagi.
5
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, D. A., Hatta, I., & Sari, G. D. (2021). oral hygiene pada siswa SMP ( Tinjauan pada
siswa kelas 1 di SMPN 1 Alalak Kabupaten Barito Kuala ). Dentin jurnal kedokteran
gigi, V(2), 52–57.
Azdzahiy Bebe, Z., Setyawan Susanto, H., (2018). Faktor risiko kejadian karies gigi pada
orang dewasa usia 20-39 di Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 2356–3346.
Chrismilasari. (2020). Penyuluhan menggosok gigi pada anak Sekolah Dasar Teluk dalam Ii
Banjarmasin. Journal.Stikessuakainsan.Ac.Id, 1(2), 91–97.
Hidayat. (2017). Metodologi penelitian keperawatan dan kesehatan. Jakarta : Salemba
Medika Hockenberry, Marilyn. J., Wilson, David. (2015). Wong’s nursing care of infants and
children.
St. Louis: Elsevier
Liana, I., & Arbi, A. (2019). Hubungan tindakan menggosok gigi dengan status kebersihan
gigi dan mulut pada murid kelas V dan VI Sekolah Dasar di Peudada Kabupaten Bireuen.
Jurnal bahana kesehatan masyarakat (Bahana of Journal Public Health), 3(1), 26–29.
Marimbun, B. E., Mintjelungan, C. N., & Pangemanan, D. H. C. (2016). Hubungan tingkat
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan status karies gigi pada penyandang
tunanetra. Jurnal kesehatan gigi, 4(2), 0–5.
Markus, H., Harapan, I. K., & Raule, J. H. (2020). Gambaran karies gigi pada pasien
karyawan Pt Freeport Indonesia berdasarkan karakteristik di Rumah Sakit Tembagapura
Kabupaten Mimika Papua Tahun 2018-2019. JIGIM (Jurnal ilmiah gigi dan mulut), 3(2),
65–72.
Maryani, E. (2019). Hubungan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada
anak kelas 1 Dan 2 Sekolah Dasar Tanggulrejo Kecamatan Tempuran Kabupaten
Magelang.
Motto, C. J., Mintjelungan, C. N., & Ticoalu, S. H. R. (2017). Gambaran kebersihan gigi dan
mulut pada siswa berkebutuhan khusus di SLB YPAC Manado. jurnal kesehatan gigi, 5(1).
Mutiara, H., & Eddy, F. N. E. (2015). Peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak
dengan status karies anak usia Sekolah Dasar. Medical Journal of Lampung University,
4(8), 1–6.
Ndoen, E. (2021). Perbaikan kesehatan gigi dan mulut melalui pemberian cerita audiovisual dan
simulasi pada anak. Universitas Nusa Cendana.
Nugraheni, H., Sadimin, S., & Sukini, S. (2019). Determinan perilaku pencegahan karies gigi
siswa Sekolah Dasar Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Gigi, 6(1), 26.
Notoadmodjo. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. (2017). Metodologi penelitian Ilmu Keperawatan: pendekatan praktis. Jakarta:
Salemba Medika
5
Ohly, H., Pealing, J., Hayter, A. K. M., Pettinger, C., Pikhart, H., Watt, R. G., & Rees, G.
(2013). Parental food involvement predicts parent and child intakes of fruits and
vegetables. Appetite, 69, 8–14.
Ramadhan, A., Cholil, & sukmana indra, B. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut terhadap angka karies gigi di SMPN 1 Marabaha. Jurnal Kedokteran Gigi,
1(2), 173–176.
Rima, T. (2018). Aplikasi pembelajaran kontekstual yang sesuai perkembangan anak usia
Sekolah Dasar. LPPM Institusi agama islam ibrahimy genteng banyuwangi.
Salsabeela, E., Larasati, R., Hadi, S., Keperawatan gigi politeknik kesehatan kemenkes
Surabaya, J., Pucang Jajar Selatan No, J., Gubeng, K., & Surabaya, K. (2021).
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah ditinjau dari penggunaan
media poster dan media animasi. E-Indonesian Journal of Helath and Medical, 1(3),
2774–5244.
Santosa, A. (2019). Buku ajar praktik keperawatan medikal bedah. In Uny Press.
Setianingsih, Febi Riandhyanita, A. A. (2017). Gambaran pelaksanaan tindakan oral hygiene.
Jurnal Perawat Indonesia, 1(2), 48–53.
Utami, S. (2013). Hubungan antara plak gigi dengan tingkat keparahan karies gigi anak usia
prasekolah the relationship between dental plaque and the severity of dental caries
among preschool children. Idj, 2(2), 9–15.
5
LAMPIRAN
Lampiran 1
5
5
Lampiran 2
5
Lampiran 3
Nama (Inisial) :
Usia :
Jenis Kelamin :
Saya menyatakan bersedia dengan sukarela tanpa paksaan sebagai responden dari penelitian
Dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Oral Hygiene dengan Kejadian
Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SDN Cimanggu 0 Kabupaten Bogor”
Setelah membaca dan memahami maksud dan tujuan dari penelitian yang terlampir dalam
penjelasan penelitian, saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berdampak buruk bagi
saya dan saya percaya bahwa segala informasi yang telah saya berikan akan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti. Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini akan
persetujuan ini, saya telah menyatakan untuk ikut berpartisipasi secara sukarela dan tanpa
Bogor, 2022
( )
5
Lampiran 4
Pertanyaan berikut adalah informasi tentang data diri responden. Mohon diisi dengan memberi
1. Nama/Inisial :
2. Usia :
Perempuan
5
Lampiran 5
59
6
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
6
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
6
Lampiran 7
Lampiran 8
Cover
1. Logo untuk proposal dibuat
proporsional
2. Penulisan menggunakan
spasi 1
3. Pemenggalan kata dalam
menulis judul
BAB I
Latar belakang:
1. Perhatikan keselarasan
dalam penulisan
2. Harus nyambung dari
kalimat satu dan kalimat
berikutnya.
3. Tidak boleh ada huruf besar
di tengah kalimat
Tujuan penelitian:
1. Cantumkan daerah mana
BAB II
1. Isi BAB II sesuaikan
dengan judul
2. berisi tentang oral hygiene,
karies gigi, anak usia
sekolah, pengetahuan
6. Kamis/12-05- Penyerahan Pengumpulan BAB 3 dan BAB 4
2022 BAB 3 dan dikirim melalui Google Drive
BAB 4 melalui
Grup WA
7. Senin/16-05- Revisi BAB 1 BAB 1
2022 sampai BAB 4 1. Judul harus konsisten
melalui personal dengan menambahkan
chat WA daerah.
6
BAB 2
1. Urutan dalam uraian bab 2
harus sesuai
2. Tambahkan teori tentang
peran oral hygiene dapat
mengurangi karies gigi
3. Kalimat terlalu panjang dan
maknanya sulit utk
dipahami, gunakan bhs yg
baku, singkat dan mudah
dipahami isinya
4. Perbaiki penulisan nama
pengarang dalam teks
5. Tambahkan penelitian
terkait.
BAB 3
1. Tambahkan teori tentang
definisi operasional
BAB 4
1. jumlah populasinya berapa,
sebagai dasar dalam
menghitung sampel
2. Tuliskan teori dan
pengertian dari semua
prinsip etika penelitian
3. Jelaskan quisioner dan
lembar observasi yang
digunakan dibuat sendiri
atau di adovsi dari
penelitian orang lain
4. Ada berapa bertanyaan,
bagaimana cara pemberian
penilainnya dan
menentukan karakteristik
dari penilain tersebut
6