Oleh :
KELOMPOK 01
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
A. Konsep Medis
1. Definisi
CVA Infark adalah kematian pada otak yang biasanya timbul setelah beraktifitas
fisik atau karena psikologis disebabkan oleh trombus maupun emboli pada pembuluh
darah di otak (Angraeni, 2020). Menurut World Health Organization (WHO) CVA
didefinisikan sebagai suatu gangguan fungisonal otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda dan gejala klinik, baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari
24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran
CVA infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak, progresif
cepat, berupa defisit neurologi fokal atau global yang berlangsung 24 jam terjadi
sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju otak. Darah ke otak disuplai oleh
dua arteri karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini ini merupakan
CVA Infark terjadi karena emboli dan trombosit serebral yang menyebabkan
edema sekunder karena hipoksia, tetapi kesadaran pasien tidak hilang sepenuhnya dan
2. Etiologi
menyebabkan berbagai defisit neurologi, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat , dan jumlah alirah
darah kolateral (sekunder atau aksesoris). Tanda dan gejala ini muncul pada penderita
a) Kehilangan Motorik: Hemiplegi (paralisis pada satu sisi) karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan, hemiparasis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
b) Kehilangan Komunukasi: Disartia (kesulitan bicara), disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang di pelajari sebelumnya).
c) Gangguan Persepsi: Disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual
spasial, kehilangan sensori.
d) Kerusakan Fungsi Kognitif dan Afek Psikologis.
e) Disfungsi Kandung Kemih
5. Penatalaksanaan Medis
1. Hemoragik (cilostazol)
4. Trombolitik (urokinase)
5. Antikoagulan (unftactionatedheparin)
6. Penatalaksanaan Penunjang
a) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab CVA secara spesifik seperti perdarahan,
obstruktif arteri, oklusi, ruptur.
b) EEG (Elektro Encefalography)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
c) Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan
dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombus
serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub
arakhnoid.
d) Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis /aliran
darah /muncul plak/ arterosklerosis.
e) CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
f) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukan adanya tekanan anormal dan biasanya ada trombosis, emboli,
dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukan,
hemoragi sub arakhnoid/perdarahan intakranial.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam
data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan
a. Pengumpulan data
diketahui bahwa semakin tua semakin besar risiko terkena CVA. Hal ini
orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku dan adanya plak), jenis kelamin
perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok
tingkat stress yang tinggi dan membutuhkan tenaga ekstra khususnya pikiran),
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi ekstremitas, bicara pelo, tidak dapat
4) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita
jantung, pernah mengalami TIA, polisitemia karena hal ini berkaitan dengan
bebeda dengan pemeriksaan fisik klinik. Pada anggota keluarga dengan CVA
7) Pola Tidur dan Istirahat Biasanya lebih banyak tidur dan istirahat karena
8) Pola Eliminasi Biasanya terjadi retensi urin dan inkontinensia akibat kurang
aktivitas dan pengontrolan urinasi menurun, biasanya terjadi konstipasi dan diare
napas, penggunaan otot bantu napas serta perubahan kecepatan dan kedalaman
kemampuan untuk batuk akibat penurunan kesadaran klien. Pada klien yang
g) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah Biasanya pasien dengan stroke non hemoragik memiliki
riwayat tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80.
Tekanan darah akan meningkat dan menurun secara spontan. Perubahan tekanan
darah akibat stroke akan kembali stabil dalam 2-3 hari pertama.
c) Suhu Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
h) Rambut
i) Wajah
biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien koma, ketika
diusap kornea mata dengan kapas halus, pasien akan menutup kelopak mata.
Sedangkan pada nervus VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat
pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan tergantung
lokasi lemah dan saat diminta mengunyah, pasien kesulitan untuk mengunyah.
j) Mata
pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III (okulomotorius): biasanya diameter
pupil 2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor, palpebral dan reflek kedip
dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata. Nervus IV (troklearis): biasanya
pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus VI
(abdusen): biasanya hasil yang di dapat pasien dapat mengikuti arah tangan
k) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan
cuping hidung. Pada pemeriksaan nervus I (olfaktorius): kadang ada yang bisa
menyebutkan bauyang diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan
biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda danpada nervus
VIII (vetibulokoklearis): biasanya pada pasoien yang tidak lemah anggota gerak
Biasanya pada pasien apatis, spoor, sopor coma hingga coma akan mengalami
masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan nervus
VII (facialis): biasanya lidah dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir
bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada
nervus XII (hipoglosus) : biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat
dipencongkan ke kiri dan kanan, namun artikulasi kurang jelas saat bicara.
m) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus VIII
n) Leher
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasanya (+) dan
bludzensky 1 (+).
o) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan Palpasi : biasanya fremitus sama
antara kiri dan kanan Perkusi : biasanya bunyi normal sonor Auskultasi :
p) Jantung
Inspeksi : biasanya iktus kordis tidak terlihat Palpasi : biasanya iktus kordis
vesikuler
q) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites Palpasi : biasanya tidak ada
biasanya bising usus pasien tidak terdengar Pada pemeriksaan reflek dinnding
perut, pada saat perut pasien digores, biasanya pasien tidak merasakan apa-apa.
r) Ekstremitas
a) Atas Biasanya terpasang infuse bagian dextra atau sinistra. Capillary Refill
Time (CRT) biasanya normal yaitu < 2 detik. Pada pemeriksaan nervus XI
saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun
ekstensi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada pemeriksaan reflek Hoffman tromner
biasanya jari tidak mengembang ketika di beri reflek ( reflek Hoffman tromner)
4) Refleks patologis
membedakan jenis CVA yang ada apakah CVA infark atau CVA hemoragik.
s) Saraf I. Biasanya pada klien CVA tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
t) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di
terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
u) Saraf III, IV, VI. CVA mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otototot
w) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
x) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
mulut.
aa) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta
kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol
sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan
CVA Infark
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri.
Penyebab
2. Perubahan metabolism
3. Ketidakbugaran fisik
7. Keterlambatan perkembangan
8. Kekakuan sendi
9. Kontraktur
10. Malnutrisi
18. Kecemasan
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit menggerakkan 1. Kekuatan menurun
ekstermitas 2. Rentang gerak (ROM) menurun
Mobilitas fisik
Dukungan Mobilisasi
Intervensi Rasional
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan 1. Jika terdapat nyeri dapat dilakukan tekhnik
fisik lainnya. pijat atau relaksasi
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan 2. Memberikan dukungan dan membantu
pergerakan. untuk melakukan pergerakan ringan.
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan 3. Untuk mengetahui adanya gejala lebih
darah sebelum memulai mobilisasi lanjut
4. Monitor kondisi umum selama 4. Jika pergerakan dapat dilakukan dengan
melakukan mobilisasi. baik maka dapat memberikan mobilisasi lebih
lanjut.
Terapeutik
Definisi
Penyebab
1. Gangguan moskuleskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis
5. Penurunan motivasi/minat
Subjektif Objektif
1. Menolak melakukan perawatan 1. Tidak mampu
diri mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan
diri kurang
Perawatan diri
Intervensi Rasional
Observasi
Definisi
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).
Penyebab
1) Perubahan sirkulasi
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
7) Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor
9) Kelembaban
integritas jaringan
Subjektif Objektif
1. (tidak tersedia) 1. Kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit
Subjektif Objektif
1. (tidak tersedia) 1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hema toma
Intervensi Rasional
Observasi
Terapeutik
Edukasi
6. untuk menjaga kelembapan kulit
6. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. lotion, serum) 7. membantu menghidrasi kulit
7. Anjurkan minum air yang
cukup 8. meningkatkan kesehatan
8. Anjurkan meningkatkan
asupan nutr isi 9. Untuk lebih mempercepat penyebuhan
9. Anjurkan meningkatkan klien .
asupan buah dan sayur 10. untuk melindungi kulit yang sensitif
10. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem 11. mencegah terpapar sinar langsung
11. Anjurkan menggunakan tabir
surya minimal 30 saat berada 12. untuk meningkatkan kebersihan diri
di luar rumah
12. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
4) Gangguan komunikasi verbal (D.0119)
Definisi
Penyebab
1) Penurunan sirkulasi serebral
2) Gangguan neuromuskular
3) Gangguan pendengaran
4) Gangguan muskuloskletal
5) Kelainan palatum
6) Hambatan fisik (mis. terpasang trakheostomi, intubasi, krikotiroidektom)
7) Hambatan individu (mis. ketakutan, kecemasan, merasa malu, emosional,
kurang privasi)
8) Hambatan psikologis (mis. gangguan psikotik, gangguan konsep diri, harga
diri rendah, gangguan emosi)
9) Hambatan lingkungan (mis. ketidakcukupan informasi, ketiadaan orang
terdekat, ketidaksesuaian budaya, bahasa asing)
Subjektif Objektif
1. (tidak tersedia) 1. Tidak mampu bicara atau
mendengar
2. Menunjukkan respon yang tidak
sesuai
Subjektif Objektif
1. (tidak tersedia) 1. Afasia
2. Disfasia
3. Apraksia
4. Disleksia
5. Disartria
6. Afonia
7. Dislalia
8. Pelo
Standar Luaran Keperawatan Indonesia ( SLKI )
Komunikasi Verbal
Intervensi Rasional
Observasi
Terapeutik
5 dapat meningkatkan kesembuhan
5. Gunakan metode komunikasi
alternatif (mis. menulis, mata
berkedip, papan komunikasi
dengan gambar dan huruf,
isyar at tangan dan komputer) 6. dapat meningkatkan proses kesembuhan
6. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
Edukasi
7. dapat mempercepat proses pemulihan
7. Anjurkan bicara perlahan 8. dapat meningkatkan pengetahuan
8. Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara
Definisi
Fungsi menelan abnormal akibat defisit struktur atau fungsi oral, faring atau
esofagus.
Penyebab
1) Gangguan serebrovaskular
2) Gangguan saraf kranialis
3) Paralisis serebral
4) Akalasia
5) Abnormalitas laring
6) Abnormalitas orofaring
7) Anomali jalan napas atas
8) Defek anatomik kongenietal
9) Defek laring
10) Defek nasal
11) Defek rongga nasofaring
12) Defek trakea
13) Refluk gastroesofagus
Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit menelan 1. Batuk sebelum menelan
2. Batuk setelah makan atau
minum
3. Tersedak
4. Maka nan tertinggal di
rongga mulut
Standar Luaran Keperawatan Indonesia ( SLKI )
Intervensi Rasional
Observasi
Edukasi
8. Jelaskan posisi makanan pada 8. dapat meningkatkan pengetahuan
pasien yang mengalami
gangguan pengelihatan den
gan menggunakan arah jarum
jam (mis. sayur di jam 12,
rendang di jam 3
6) Defisit Pengetahuan (D.0111)
Definisi
Subjektif Objektif
1. Menanyakan masalah yang 1. Menunjukkan perilaku tidak
dihadapi sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah
Tingkat pengetahuan
Intervensi Rasional
Observasi
Terapeutik
2. Sediakan materi dan media 2. dapat meningkatkan mengetahuan
pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan 3. dapat mempermudah proses pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk 4. dapat meningkatkan pengetahuan
bertanya
Edukasi 5 dapat meningkatkan pengetahuan
5. Jelaskan penyebab dan faktor
risiko penyakit 6. dapat meningkatkan pengetahuan
6. Jelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Angraeni, diah fitri (2020). Karya Tulis Ilmiah: Asuhan keperawatan Dengan
DiagnosaMedis CVA Infark Di Ruang Krissan RSUD Bangil Pasuruan.
Sidoarjo: Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo
Silfia, mega (2021). Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan
Gangguan Mobilitas Fisik Pada Diagnosa Medis CVA Infark Di Desa Kepel
Bukul Kidul Pasuruan. Sidoarjo: D3 Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia
Sidoarjo
Armando, ricko (2020). Skripsi: Pengaruh Terapi Genggang Bola Karet Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Pasien CVA Infark. Jombang: S1 Kesehatan
Insan Cendekia Medika Jombang.