Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian
Indonesia
Pembangunan Sektor Industri

Abstract Kompetensi
Pembangunan sector industri Mahasiswa mampu menjelaskan dan
merupakan salah satu pilar menganalisis tentang pembanungan
pembangunan perekonomian nasional sektor industri di Indonesia.
yang diarahkan dengan menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan industri
yang berkelanjutan serta didasarkan
pada aspek pembangunan ekonomi,
sosial dan lingkungan hidup.
Peningkatan daya saing industri
merupakan salah satu pilihan yang
harus dilakukan agar produk industri
nasional mampu bersaing di dalam
negeri maupun luar negeri.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi F041700013 Rieke Pernamasari, SE.,M.Ak
Pembahasan

A. PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA


Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional.
Sektor ini tidak saja berpotensi mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui
nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu memberikan kontribusi yang
besar dalam transformasi kultural bangsa ke arah modernisasi kehidupan masyarakat yang
menunjang pembentukan daya saing nasional.
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
pertumbuhan ekonomi. Ini disebabkan karena sektor industri memiliki peranan untuk
mengatasi masalah pengangguran dan terciptanya ekonomi berbasis agroindustri yang
bersifat padat karya. Tidak heran jika sektor industri mampu menjadi mesin penggerak
utama (prime mover) perekonomian nasional, sekaligus tulang punggung ketahanan
ekonomi nasional dengan berbasis sumber daya lokal yang memiliki struktur keterkaitan dan
kedalaman yang kuat.
Pertumbuhan ekonomi nasional sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan industri.
Apabila dikorelasikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan pertumbuhan sektor
industri manufaktur. Jika pertumbuhan industri melambat, maka berdampak terhadap
perlambatan pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Hal ini dapat dipahami karena sektor
industri merpakan kontributor paling besar terhadap perekonomian.
Pembangunan industri merupakan salah satu pilar pembangunan perekonomian
nasional yang diarahkan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan industri yang
berkelanjutan serta didasarkan pada aspek pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup. Saat ini pembangunan industri sedang dihadapkan pada berbagai tantangan yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri dan ekonomi nasional. Peningkatan
daya saing industri merupakan salah satu pilihan yang harus dilakukan agar produk industri
nasional mampu bersaing di dalam negeri maupun luar negeri.

Faktor-Faktor Pembangkit dan Penghambat Industri Di Indonesia


Pembangkit:
Ada beberapa faktor yang dapat membangkitkan perindustrian di Indonesia, diantaranya
adalah:

2021 Perekonomian Indonesia


2 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan
impor. Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan
menyebarluaskan teknologi.
2. Ideologi
Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi
apakah menganut tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.
3. Kepemimpinan
Pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil
keputusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam
negeri maupun luar negeri.

Penghambat:
Faktor-Faktor yang dapat menghambat perkembangan perindustrian adalah :
1. Keterbatasan teknologi
Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas
dan kemampuan produksi.
2. Kualitas sumber daya manusia
Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk
mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.
3. Keterbatasan dana pemerintah
Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan
infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi

Permasalahan Pembangunan Sektor Industri di Indonesia


Permasalahan internal:
 Lemahnya sarana dan prasarana
 Kesenjangan pembangunan daerah
 Ketergantungan impor
 Rendahnya kualitas SDM
 Lemahnya penguasaan teknologi
 Lingkungan usaha yang belum kondusif kepastian hukum

Permasalahan eksternal:
• Isu globalisasi dan liberalisasi ekonomi
• Kesepakatan internasional

2021 Perekonomian Indonesia


3 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Munculnya raksasa ekonomi baru
• Arah perkembangan pasar dunia

Kebijakan Industri Nasional


Visi pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan
Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia
menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan visi antara pada tahun 2020
sebagai Negara Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995
antar para kepala Negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi di negara-negara APEC
sudah harus terwujud. 
Sebagai negara industri maju baru, sektor industri Indonesia harus mampu
memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:
1) Memiliki peranan dan kontribusi tinggi bagi perekonomian Nasional,
2) IKM memiliki kemampuan yang seimbang dengan Industri Besar,
3) Memiliki struktur industri yang kuat (Pohon Industri lengkap dan dalam),
4) Teknologi maju telah menjadi ujung tombak pengembangan dan penciptaan
pasar,
5) Telah memiliki jasa industri yang tangguh yang menjadi penunjang daya saing
internasional industri,
6) Telah memiliki daya saing yang mampu menghadapi liberalisasi penuh dengan
negara-negara APEC. Diharapkan tahun 2020 kontribusi industri non-migas terhadap
PDB telah mampu mencapai 30%, dimana kontribusi industri kecil (IK) ditambah
industri menengah (IM) sama atau mendekati kontribusi industri besar (IB). Selama
kurun waktu 2010 s.d 2020 industri harus tumbuh rata-rata 9,43% dengan
pertumbuhan IK, IM, dan IB masing-masing minimal sebesar 10,00%, 17,47%, dan
6,34%.

Untuk mewujudkan target-target tersebut, diperlukan upaya-upaya terstruktur dan


terukur, yang harus dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi keinginan
pemangku kepentingan  berupa strategic outcomes yang terdiri dari:
1) Meningkatnya nilai tambah industri,
2) Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri,
3) Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri,
4) Meningkatnya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat
energi dan ramah lingkungan,
5) Menguat dan lengkapnya struktur industri,
6) Meningkatnya  persebaran pembangunan industri,

2021 Perekonomian Indonesia


4 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7) Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB.

Dalam rangka merealisasikan target-target tersebut, Kementerian Perindustrian telah


menetapkan dua pendekatan guna membangun daya saing industri nasional yang tersinergi
dan terintegrasi antara pusat dan daerah. Pertama, melalui pendekatan top-down dengan
pengembangan 35 klaster industri prioritas yang direncanakan dari Pusat (by design) dan
diikuti oleh partisipasi daerah yang dipilih berdasarkan daya saing internasional serta
potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kedua, melalui pendekatan bottom-up dengan
penetapan kompetensi inti industri daerah yang merupakan keunggulan daerah, dimana
pusat turut membangun pengembangannya, sehingga daerah memiliki daya saing.
Pengembangan kompetensi inti di tingkat provinsi disebut sebagai Industri Unggulan
Provinsi dan di tingkat kabupaten/kota disebut Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota.
Pendekatan kedua ini merupakan pendekatan yang didasarkan pada semangat Otonomi
Daerah. Penentuan pengembangan industri melalui penetapan klaster industri prioritas dan
kompetensi inti industri daerah sangat diperlukan guna memberi kepastian dan mendapat
dukungan dari seluruh sektor di bidang ekonomi termasuk dukungan perbankan.

35 Roadmap Pengembangan Klaster Industri Prioritas, yakni:


1. Industri Agro, terdiri atas: (1) Industri pengolahan kelapa sawit; (2) Industri karet dan
barang karet; (3) Industri kakao; (4) Industri pengolahan kelapa; (5) Industri
pengolahan kopi; (6) Industri gula; (7) Industri hasil Tembakau; (8) Industri
pengolahan buah; (9) Industri furniture; (10) Industri pengolahan ikan; (11) Industri
kertas; (12) Industri pengolahan susu.
2. Industri Alat Angkut, meliputi: (13) Industri kendaraan bermotor; (14) Industri
perkapalan; (15) Industri kedirgantaraan; (16) Industri perkeretaapian.
3. Industri Elektronika dan Telematika: (17) Industri elektronika; (18) industri
telekomunikasi; (19) Industri komputer dan peralatannya
4. Basis Industri Manufaktur, mencakup: 
o Industri Material Dasar: (20) Industri besi dan baja; (21) Industri Semen; (22)
Industri petrokimia; (23) Industri Keramik
o Industri Permesinan: (24) Industri peralatan listrik dan mesin listrik; (25)
Industri mesin dan peralatan umum.
o Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja:  (26) Industri tekstil dan produk
tekstil; (27) Industri alas kaki; 
5. Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu: (28) Industri perangkat lunak
dan konten multimedia; (29) Industri fashion; (30) Industri kerajinan dan barang seni.

2021 Perekonomian Indonesia


5 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Industri Kecil dan Menengah Tertentu:  (31) Industri batu mulia dan perhiasan; (32)
Industri garam rakyat; (33) Industri gerabah dan keramik hias; (34) Industri minyak
atsiri; (35) Industri makanan ringan.

Kebijakan Pembangunan Industri di Indonesia dari masa ke masa


1. Kebijakan Industri Indonesia Sebelum Krisis Moneter (1967-1997)
Pemerintah Orde Baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam kebijakan
perindustrian. Keadaan semakin baik dengan berhasilnya kebijakan stabilitas di tingkat
makro dan dilaksanakannya kebijakan diberbagai bidang, Ada tiga aspek kebijakan ekonomi
Orde Baru yang menumbuhkan iklim lebih baik bagi pertumbuhan sektor industri ketiga
aspek tersebut adalah:
 Dirombaknya sistem devisa. Sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih bebas dan
lebih sederhana.
 Dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan
negara, dan kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector
swasta bersamasama dengan sektor BUMN.
 Diberlakukannya Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA). Sebagai akibat
kebijakan ini, Indonesia membuka kemungkinan pertumbuhan industri dengan
landasan yang luas. Sehingga pada tahun 1970 industri-industri utama sektor
modern meningkat dengan pesat. Akibatnya sektor industri dalam GDP meningkat
dari 9% menjadi 12% pada tahun 1977, yang dibarengi dengan menurunnya sektor
pertanian dalam GDP.

Sesuai dengan GBHN, tujuan pembangunan jangka panjang Indonesia adalah untuk
mengubah struktur perekonomian agar tercipta struktur ekonomi yang seimbang, dimana
industry menjadi tulang punggung ekonomi didukung kemampuan pertanian yang tangguh.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sektor industri harus berkembang dan meningkat secara
bertahap.

2. Kebijakan Industri Indonesia Setelah Krisis Moneter 1997


Langkah-langkah kebijakan yang diterapkan adalah program Revitalisasi,
Konsolidasi dan Restrukturisasi industri. Kebijakan ini ditempuh dengan tujuan untuk
mengembalikan kinerja industri yang terpuruk akibat goncangan krisis ekonomi yang
berlanjut dengan krisis multi dimensi. Industri-industri yang direvitalisasi adalah industri yang
mempekerjakan banyak tenaga kerja serta yang memiliki kemampuan ekspor.
Cabang industri yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDB setelah krisis
adalah industry makanan, minuman dan tembakau. Kontribusi terbesar lainnya adalah

2021 Perekonomian Indonesia


6 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 5,5%, produk industri pupuk, kimia serta
barang dari karet sebesar 4,2%.

3. Kebijakan Industri Indonesia Periode 2004-sekarang


Fokus pembangunan industri pada jangka menengah (2004-2009) adalah penguatan
dan penumbuhan klaster-klaster industri inti, yaitu industri makanan dan minuman,
pengolah hasil laut, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, kelapa sawit, barang kayu, karet dan
barang karet, pulp dan kertas dan peralatan listrik. Pada era Jokowi, industri Indonesia fokus
pada industri nilai tambah seperti teknologi inovasi (elektronik, mobil, kapal laut).
Terbatasnya sumber alam di Indonesia mendorong pemerintah Jokowi untuk fokus pada
industri berat dan kimia.

Kebijakan Industri di Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo


Pemerintahan di era kepemimpinan Joko Widodo semakin serius mendorong
pertumbuhan sektor manufaktur di Tanah Air. Komitmen ini diwujudkan melalui penerbitan
Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2018 tentang Kebijakan Industri Nasional 2015-2019.
Kebijakan tersebut menjadi panduan bagi pemerintah untuk pembangunan industri nasional
jangka panjang sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
Sasaran dari regulasi ini, antara lain adalah fokus pengembangan industri, tahapan capaian
pembangunan industri, dan pengembangan sumber daya industri.
Selanjutnya, pengembangan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan industri,
pengembangan industri prioritas serta industri kecil dan menengah, pengembangan
perwilayahan industri, serta fasilitas fiskal dan nonfiskal. Adapun, beberapa tujuan yang
ditetapkan di beleid itu hingga tahun 2019, di antaranya meningkatkan laju pertumbuhan
industri pengolahan nonmigas sebesar 5,5-6,2 persen. Peran industri manufaktur dalam
perekonomian ditargetkan bisa berkontribusi sebesar 18,2-19,4 persen. Selain itu, upaya
peningkatkan ekspor produk industri dalam negeri.
Melalui Perpres tersebut, pemerintah juga menetapkan sektor-sektor industri yang
menjadi andalan masa depan, terdiri dari industri pangan, industri farmasi, kosmetik dan alat
kesehatan, industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka, industri alat transportasi, industri
elektronika dan telematika, serta industri pembangkit energi. Aktivitas industri manufaktur
konsisten memberikan efek berantai yang luas bagi perekonomian nasional, misalnya
meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menyerap banyak tenaga kerja,
menghasilkan devisa dari ekspor, serta penyumbang terbesar dari pajak dan cukai. Oleh
karena itu, Kementerian Perindustrian menjalankan program hilirisasi industri. Penghiliran
yang telah menunjukkan hasil signifikan, meliputi produk berbasis agro dan tambang mineral
seperti turunan kelapa sawit, stainless steel, hingga produk smartphone.

2021 Perekonomian Indonesia


7 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Apabila dilihat dari sisi pertumbuhan manufacturing value added (MVA), Indonesia
menempati posisi tertinggi di antara negara-negara di ASEAN. MVA Indonesia mampu
mencapai 4,84 persen, sedangkan di ASEAN berkisar 4,5 persen. Di tingkat global,
Indonesia saat ini berada di peringkat ke-9 dunia. Dari sektor manufaktur, Indonesia secara
persentase untuk kontribusinya terhadap PDB, masuk dalam jajaran lima besar dunia.
Mengungguli Jepang, India, dan Amerika Serikat. Bahkan ekonomi Indonesia sudah masuk
dalam one trillion dollar club, atau sepertiga dari ekonominya ASEAN.
Kemenperin telah menetapkan empat strategi dalam rangka mendorong
pembangunan ekonomi inklusif, yaitu melalui kebijakan peningkatan kompetensi sumber
daya manusia (SDM) industri, pembangunan industri ke luar pulau Jawa, peluncuran
program e-smart IKM, dan penerapan Industry 4.0.
1. Pengembangan SDM industri bertujuan untuk mencipatakan tenaga kerja terampil
yang sesuai dengan kebutuhan di dunia usaha saat ini. Upaya tersebut, antara lain
dilakukan melalui penyelenggaraan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi,
program link and match SMK dan industri, serta program pelatihan industri dengan
sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan). Dengan berbagai kegiatan
yang dilaksanakan itu, Kemenperin menargetkan lebih dari satu juta tenaga kerja
industri kompeten yang dihasilkan dan telah tersertifikasi hingga tahun 2019. Selama
periode tahun 2013-2017, terjadi peningkatan signifikan terhadap jumlah tenaga
kerja sektor industri dari 14,9 juta orang pada tahun 2013 menjadi lebih dari 17 juta
orang tahun 2017, atau rata-rata naik 512 ribu orang per tahun.
2. Strategi pembangunan industri ke luar pulau Jawa yang bertujuan untuk mendorong
terwujudnya Indonesia sentris dan pengurangan ketimpangan ekonomi. Kebijakan ini
dilakukan dengan memfasilitasi pembangunan kawasan industri yang mayoritas
berlokasi di luar pulau Jawa.
3. Kebijakan e-smart IKM, ditujukan untuk peningkatan kesempatan bagi IKM nasional
dalam memasarkan produk secara lebih masif melalui platform digital. Pada tahun
2017, sebanyak 1730 IKM telah mengikuti workshop e-Smart IKM. Tahun 2018
ditargetkan bertambah sebanyak 4000 IKM dan tahun 2019 membidik hingga 5000
IKM. Para peserta workshop mendapat pelatihan untuk peningkatan daya saing dan
produktivitas usahanya serta cara berjualan di marketplace.
4. Dalam pengembangan IndustrI 4.0, Kemenperin telah menyusun roadmap yang
difokuskan pada lima sektor manufaktur, yakni indutri makanan dan minuman, tekstil
dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, dan kimia.

B. STRATEGI PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI


Strategi Pembangunan Sektor Industri

2021 Perekonomian Indonesia


8 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat
menggantikan produk impor, membangun industri barang-barang konsumsi dan
mengembangkan industri hulu (upstream industries)
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
 Sumber daya alam & Faktor produksi cukup tersedia.
 Potensi permintaan dalam negeri memadai
 Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
 Kesempatan kerja menjadi luas
 Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang

Untuk mengadakan subtitusi impor, antara negara yang satu dengan


yang lainnya berbeda-beda, dan saatnya pun berbeda pula.
a) Bagi negara sedang berkembang, dimana negara-negara tersebut biasanya
mengalami kesulitan dalam neraca pembayarannya, maka subtitusi impor
dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.
Devisa merupakan faktor yang langka dan sangat dibutuhkan di negara-
negara yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi. Dalam hal impor
negara tersebut belum dapat menghasilkan sendiri secara cukup barang-
barang kapital atau barang-barang konsumsi pokok yang perlu dalam jangka
pendek, selalu bertambh besar. Bila devisa yang tersedia terbatas, maka
rencana-rencana pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik. Subtitusi
impor tidak dimaksudkan untuk mengurangi total impor melainkan hanya
untuk menghemat devisa, guna mengimpor barang-barang kapital yang
belum dapat dihasilkan sendiri.
b) Subtitusi impor sering timbul bila pemerintah suatu negara berusaha
memperbaiki Neraca Pembangunannya, baik dengan cara pembatasan impor
(kuota) maupun tarif. Yang mengakibatkan berkurangnya barang-barang
impor , sedangkan permintaan akan barang tersebut masih besar. Sehingga
mendorong pemerintah sendiri maupun wiraswasta untuk menghasilkan
barang –barang yang dibatasi impornya. Jadi timbulnya subtitusi impor dalam
bidang industri sebagai akibat kebijaksanaan pemerintah didalam usahanya
memperbaiki Neraca Pembayaran yang defisit.
c) Ada juga suatu negara yang mengadakan industrialisasi dengan tujuan dapat
memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang industri dank arena
semangat kemerdekaan yang timbul di negara yang sedang berkembang.

2021 Perekonomian Indonesia


9 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keadaan ini mendorong timbulnya industry subtitusi impor baik yang
menghasilkan barang-barang konsumsi pokok maupun barang-barang kapital
yang perlu bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi.
d) Alasan lain dengan adanya industri subtitusi impor ialah karena pemerintah
bertujuan untuk memajukan memperkembangkan kegiatan ekonomi didalam
negeri. Untuk memajukan perekonomian dan mendorong timbulnya industri-
industri yang pokok didalam negeri, negara tersebut terpaksa menjalankan
suatu politik proteksi dan memberikan berbagai fasilitas pada pengusaha-
pengusaha swasta. Maka keuntungan yang diperoleh para pengusaha
swasta dapat meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.

2. Strategi promosi ekspor (Outward Looking)


Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri
dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
 Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan
kelangkaan barang yang bisa baik pasar input maupun output.
 Tingkat proteksi impor harus rendah.
 Nilai tukar harus realistis.
 Ada insentif untuk peningkatan ekspor.
Beberapa tipe insentif diberikan kepada eksportir seperti pengurangan bea,
fasilitas listrik, jasa transportasi kereta api dan kendaraan darat, pengurangan
pajak penghasilan dan subsidi kredit ekspor. Pemerintah Indonesia juga
intervensi dalam kebijakan pengurangan resiko dalam kaitan dengan
ketidakpastian ekspor, jaminan diberikan berupa pembayaran kembali atas
pinjaman luar negeri.

Contoh Kebijakan Substitusi Impor


Kementerian Perindustrian terus mendorong tumbuhnya industri pengolahan bahan
galian nonlogam di Indonesia. Hal ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi guna meningkatkan
nilai tambah bahan baku dalam negeri, yang berdampak luas pada kontribusi terhadap
perekonomian nasional. Indonesia memiliki kekayaan alam berupa sumber daya mineral
atau bahan galian nonlogam yang cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk itu, perlu diolah secara optimal sebagai modal dasar pembangunan industri nasional.
Saat ini Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin,
mendorong peningkatan investasi di sektor industri pengolahan bahan galian nonlogam.

2021 Perekonomian Indonesia


10 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Langkah strategis ini untuk memperkuat struktur manufaktur nasional dan menghasilkan
produk substitusi impor.
Pada triwulan III tahun 2019, kontribusi industri bahan galian nonlogam terhadap
industri pengolahan sebesar 2,98 persen, dengan ekspor menembus lebih dari USD1 Miliar
dan perkembangan nilai investasi industri bahan galian nonlogam sebesar Rp6,49 Triliun.
Salah satu subsektor yang sedang dipacu, yakni industri refraktori. Hasil produknya
digunakan sebagai pelapis untuk tungku, kiln, insinerator, dan reaktor tahan api pada
industri semen, keramik, kaca dan pengecoran logam. Saat ini, kebutuhan nasional
terhadap produk refraktori mencapai 150.000-200.000 ton per tahun. Sementara itu, industri
dalam negeri memasok kebutuhan tersebut sebesar 50.000 ton per tahun.
Industri refraktori merupakan industri padat modal yang membutuhkan bahan baku
dari sumberdaya alam. Dengan terbentuknya Asosiasi Industri Refraktori dan Isolasi
Indonesia (ASRINDO), Kemenperin berharap ASRINDO menjadi mitra terdepan pemerintah
untuk bersama-sama dapat menekan nilai impor. Selain itu, memperkuat kerja sama antar
anggota industri refraktori di dalam negeri khususnya dalam memperkuat rantai pasok.
Untuk itu, kebijakan pengembangan sektor industri pengolahan difokuskan pada penguatan
rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan energi yang berkesinambungan
dan terjangkau sesuai amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian.

PERAN TEKNOLOGI DAN DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PENGANGGGURAN


Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat akan memengaruhi keterserapan
tenaga kerja dalam industri dan berdampak terhadap peningkatan angka pengangguran.
Perkembangan teknologi, salah satunya ditunjukkan dengan diciptakannya robot yang
semakin mirip dengan manusia yang suatu saat nanti akan bisa menggantikan peran
manusia dalam melakukan berbagai pekerjaan. Contoh industri tekstil, alas kaki, dan lainnya
yang selama ini mempekerjakan banyak buruh akan bisa tergantikan dengan peran robot
yang menggantikan pekerjaan mereka selama ini.
Tansformasi digital pada industri pun mengakibatkan perubahan produksi dan relasi
tenaga kerja, termasuk teknologi, pemasaran, bahan baku dan tenaga kerja. Berdasarkan
data perkembangan jumlah tenaga kerja pada UMKM dan Industri Besar (IB), menunjukkan
terjadi diferensiasi pertumbuhan. Sebagaimana yang diketahui saat ini pertumbuhan
ekonomi Indonesia secara pesat terjadi di sektor UMKM (industri kecil).

Khususnya terjadi kecenderungan peningkatan rata-rata 2% per tahun pada sektor


industri manufaktur, perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi dan jasa kemasyarakatan
sosial. Karena hal itu pula perkembangan tenaga kerja di sektor UMKM saat ini pun

2021 Perekonomian Indonesia


11 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengalami perubahan dan daya minat meningkat, tercatat sejak 2013 sampai 2018 ini.
Berbanding terbalik dengan penyerapan tenaga kerja formal (industri besar) yang
mengalami kecenderungan menurun, sebaliknya peningkatan pada sektor informal (UMKM).
Pada industri besar transformasi digital berdampak pada otomatisasi alat produksi,
yang berarti terjadi penggantian mesin produksi dari mesin manual ke mesin digital. Dengan
penggunaan mesin digital, maka tenaga kerja lebih sedikit dibutuhkan. Semisal jenis mesin
packing yang biasanya manual bisa membutuhkan 15 orang per mesin, tapi digital hanya 10
orang yang dibutuhkan per mesin. Hal itu juga akan terjadi pada jenis-jenis mesin lainnya.
Karena hal itulah kemudian berdampak pengurangan tenaga kerja yang dilakukan secara
bertahap. Demikian sementara itu otomatisasi alat produksi pun mestinya membutuhkan
tenaga kerja dengan skill yang lebih tinggi, kenyataannya tenaga kerja yang ada justru
kurang memiliki keahlian dalam menjalankan peralatan yang serba digital tersebut.
Akan tetapi, pada revolusi industri 4.0, banyak pelaku bisnis dan wirausaha yang
memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, sehingga prinsip-prinsip dasar desain
industri 4.0 yang dikenal dengan revolusi digital karena terjadi proliferasi komputer dan
otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang. Dengan Revolusi Industri 4.0 memberikan
pengaruh di bidang perekonomian meningkat, dimana sektor sektor membuka peluang
untuk kewirausahaan dan UMKM meningkat dengan pesat, sehingga memberikan dampak
pengaruh pada kewirausahaan demi kemandirian ekonomi.

Daftar Pustaka
Basri, Faisal. (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga: Indonesia.

2021 Perekonomian Indonesia


12 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Hamdan. (2018). Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri Pada Kewirausahaan Demi Kemandirian
Ekonomi. Jurnal Nusamba, 3(2), 1-8.
Kuncoro, M. (2010). Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan. UPP STIM YKPN: Indonesia.
Tambunan, Tulus. (2015). Orde Lama hingga Jokowi. Ghalia: Indonesia.
Tambunan, Tulus. (2012). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan Analisis Empiris. Ghalia:
Indonesia.
Putra, W. (2018). Perekonomian Indonesia Penerapan Beberapa Teori Ekonomi Pembangunan di
Indonesia. Rajawali Pers: Indonesia.
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2018. Retrieved: https://kemenperin.go.id

2021 Perekonomian Indonesia


13 Rieke Pernamasari, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai