Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH UNIT PENGOLAHAN PROSES

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sistem Utilitas

Dengan Dosen Pengampu : Denni Kartika Sari, ST., MT

Disusun Oleh :

1. Rahmawati (3335180037)
2. Ahmad Hendra Wibowo (3335180041)
3. Muhammad Owen Hanif (3335180047)
4. Dwi Febi Saptri (3335180050)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020

Unit Pengolahan Proses Pada Industri

Unit pengolahan proses atau sering disebut unit utilitas merupakan bagian penting yang
menunjang berlangsungnya suatu proses operasional dalam suatu industri. Tanpa kehadirannya,
proses produksi tidak dapat dijalankan. Beberapa peran penting utilitas antara lain:

 Menjaga mesin-mesin produksi tetap beroperasi dengan normal, seperti kompresor, pompa,
dan lain-lain
 Menjaga kondisi operasi pabrik tetap stabil sesuai dengan yang diinginkan
 Menjaga aspek safety pada proses produksi terlaksana dengan baik

Dalam prakteknya di dunia industri, unit pengolahan proses dapat dibagi menjadi
beberapa macam. Berikut ini merupakan contoh dari unit pengolahahan proses beserta peran
pentingnya dalam dunia industri, diantaranya yaitu :

1. Unit Penyediaan Air dan Pengolahan air ( Water Supply Section )


Unit Penyediaan Air dan Pengolahan air ( Water Supply Section ) berfungsi sebagai air
proses, air pendingin, air umpan boiler dan air sanitasi untuk air perkantoran dan air untuk
perumahan. Proses pendinginan digunakan di Cooling Tower.
a) Unit Penyediaan Air.
Unit penyediaan air merupakan salah satu unit utilitas yang menyediakan air
untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga. Unit ini sangat berpengaruh dalam
kelancaran produksi dari awal hingga akhir proses. Dalam memenuhi kebutuhan air
didalam pabrik, dapat diambil dari air permukaan. Pada umumnya air permukaan dapat
diambil dari air sumur, air sungai, dan air laut sebagai sumber untuk mendapatkan air.
Air yang diperlukan di lingkungan pabrik adalah untuk :
1) Air untuk proses
Hal-hal yang diperhatikan dalam air proses :
 Kesadahan (hardness) yang dapat menyebabkan kerak.
 Besi yang dapat menimbulkan korosi.
 Minyak yang dapat menyebabkan terbentuknya lapisan film yang mengakibatkan
terganggunya koefisien transfer panas serta menimbulkan endapan.
2) Air Pendingin
Air pendingin yang digunakan adalah air sungai yang diperoleh dari Sungai
Brantas yang letaknya cukup dekat dengan pabrik. Air pendingin merupakan air yang
diperlukan untuk proses-proses pertukaran/perpindahan panas dalam heat exchanger
dengan tujuan untuk memindahkan panas suatu zat di dalam aliran ke dalam air. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam penyediaan air pendingin adalah:
 Kesadahan air yang dapat menyebabkan terjadinya scale (kerak) pada sistem
perpipaan.
 Mikroorganisme seperti bakteri, plankton yang tinggal dalam air sungai,
berkembang dan tumbuh, sehingga menyebabkan fouling alat heat exchanger .
 Besi, yang dapat menimbulkan korosi Minyak, yang merupakan penyebab
terganggunya film corrosion inhibitor, menurunkan heat transfer coefficient,
dapat menjadi makanan mikroba sehingga menimbulkan endapan.

3) Air umpan boiler


Air ini digunakan sebagai umpan boiler yang akan memproduksi steam. Steam
jenuh yang dihasilkan boiler merupakan steam memiliki suhu 160 ºC dengan tekanan
618,060 kPa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan air umpan
boiler adalah:
 Zat-zat yang dapat menyebabkan korosi
Korosi disebabkan air mengandung larutan-larutan asam, gas-gasterlarut
seperti O2, CO2, H2S yang masuk ke badan air.
 Zat yang dapat menyebabkan kerak (scale reforming).
Pembentukan kerak disebabkan karena adanya kesadahan dan suhu tinggi,
yang biasanya berupa garam-garam karbonat dan silikat.
 Zat yang menyebabkan foaming dan Priming.
Foaming adalah terbentuknya gelembung atau busa dipermukaan air dan
keluar bersama steam. Air yang diambil kembali dari proses pemanasan bisa
menyebabkan foaming pada boiler karena adanya zat-zat organik dan anorganik
dalam jumlah cukup besar. Efek pembusaan terjadi pada alkalinitas tinggi.
Priming adalah adanya tetes air dalam steam (buih dan kabut) yang menurunkan
efisiensi energi steam dan pada akhirnya menghasilkan deposit kristal garam.
Priming dapat disebabkan oleh konstruksi boiler yang kurang baik, kecepatan alir
yang berlebihan atau fluktuasi tiba-tiba dalam aliran.
Proses pengolahan air umpan boiler adalah sebagai berikut :
1. Air demin sebelum menjadi air umpan boiler harus dihilangkan dulu gas-gas
terlarutnya terutama oksigen dan CO2 melalui proses deaerasi.
2. Oksigen dan CO2 dapat menyebabkan korosi pada perpipaan dan tube-tube
boiler.
3. Proses deaerasi dilakukan dalam deaerator dalam 2 tahap.
 Mekanis : proses stripping dengan steam LS dapat menghilangkan
Oksigen sampai 0.007 ppm.
 Kimia : reaksi dengan N2H4 (hydrazine) dapat menghilangkan sisa
oksigen.
N2H4 + O2 N2 + H2O
N2H4 juga bereaksi dengan besi:
N2H4 + 6 Fe2O3 4 Fe3O4 + 2 H2O + N2
4. Proses Deaerasi
 Air demin + kondensat dihilangkan kandungan O2 dan gas-gas terlarut
(CO2) melalui proses stripping dengan LS dan reaksi dengan Hydrazine
(N2H4).
 pH dinaikkan menjadi 9.0 dengan injeksi NH3.
 Keluaran deaerator disebut Boiler Feed Water (BFW)
4) Air sanitasi
Air sanitasi digunakan untuk keperluan kantor dan rumah tangga perusahaan,
yaitu air minum, laboratorium, dan lain-lain. Air sanitasi yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu :
a. Syarat fisik :
 Suhu normal di bawah suhu udara luar.
 Warna jernih.
 Tidak berasa.
 Tidak berbau.
b. Syarat kimia :
 Tidak mengandung zat organik maupun anorganik.
 Tidak beracun.
c. Syarat bakteriologis :
Tidak mengandung bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, seperti
Salmonella, Pseudomonas, Escherichia coli.

b) Unit Pengolahan Air


Kebutuhan air pabrik diperoleh dari air sungai dengan mengolah terlebih dahulu
agar memenuhi syarat untuk digunakan. Pengolahan dapat meliputi secara fisik dan
kimia. Tahapan – tahapan pengolahan air sebagai berikut :
1. Penyaringan Awal / screen (F-01)
Sebelum mengalami proses pengolahan, air dari sungai harus mengalami
pembersihan awal agar proses selanjutnya dapat berlangsung dengan lancar. Air
sungai dilewatkan screen (penyaringan awal) berfungsi untuk menahan kotoran-
kotoran yang berukuran besar seperti kayu, ranting, daun, sampah dan sebagainya.
Kemudian dialirkan ke bak pengendap.
2. Bak pengendap (B-01)
Air sungai setelah melalui filter dialirkan ke bak pengendap awal. Untuk
mengendapkan lumpur dan kotoran air sungai yang tidak lolos dari penyaring awal
(screen). Kemudian dialirkan ke bak pengendap yang dilengkapi dengan pengaduk.
3. Bak penggumpal (B-02)
Air setelah melalui bak pengendap awal kemudian dialirkan ke bak penggumpal
untuk menggumpalkan koloid-koloid tersuspensi dalam cairan (larutan) yang tidak
mengendap di bak pengendap dengan cara menambahkan senyawa kimia.
4. Clarifier (C-01).
Air setelah melewati bak penggumpal air dialirkan ke Clarifier untuk
memisahkan/mengendapkan gumpalan-gumpalan dari bak penggumpal. Air baku
yang telah dialirkan kedalam clarifier yang alirannya telah diatur ini akan diaduk
dengan agitator. Air keluar clarifier dari bagian pinggir secara overflow sedangkan
sludge (flok) yang terbentuk akan mengendap secara gravitasi dan di blow down
secara berkala dalam waktu yang telah ditentukan.
5. Bak Penyaring / sand filter (B-03)
Air setelah keluar dari clarifier dialirkan ke bak saringan pasir, dengan tujuan
untuk menyaring partikel-partikel halus yang masih lolos atau yang masih terdapat
dalam air dan belum terendapkan. Dengan menggunakan sand filter yang terdiri dari
antrasit, pasir, dan kerikil sebagai media penyaring.
6. Bak Penampung Sementara (B-04)
Air setelah keluar dari bak penyaring dialirkan ke tangki penampung yang siap
akan kita distibusikan sebagai air perumahan/perkantoran, air umpan boiler, air
pendingin dan sebagai air proses.
7. Tangki Karbon Aktif (T-01)
Air setelah melalui bak penampung dialirkan ke tangki Karbon Aktif (T-01). Air
harus ditambahkan dengan klor atau kaporit untuk membunuh kuman dan
mikroorganisme seperti amuba, ganggang dan lain-lain yang terkandung dalam air
sehingga aman untuk dikonsumsi. Klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena
harganya murah dan masih mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam setelah
pembubuhannya.
8. Tangki air bersih (T-02)
Tangki air bersih ini fungsinya untuk menampung air bersih yang telah diproses.
Dimana air bersih ini digunakan untuk keperluan air minum dan perkantoran.
9. Tangki Kation Exchanger (T-03)
Air dari bak penampung (B-04) berfungsi sebagai make up boiler, selanjutnya air
diumpankan ke tangki kation exchanger (T-03). Tangki ini berisi resin pengganti
kation-kation yang terkandung dalam air diganti ion H+ sehingga air yang akan
keluar dari kation exchanger adalah air yang mengandung anion dan ion H+.
10. Tangki Anion Exchanger (T-04)
Air yang keluar dari tangki kation exchanger (T-03) kemudian diumpankan ke
tangki anion exchanger. Tangki ini berfungsi untuk mengikat ion-ion negatif (anion)
yang terlarut dalam air dengan resin yang bersifat basa, sehingga anion-anion seperti
CO32- , Cl-, dan SO42- akan terikat dengan resin.
11. Unit Deaerator (DE)
Deaerasi adalah proses pembebasan air umpan boiler dari gasgas yang dapat
menimbulkan korosi pada boiler seperti oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2). Air
yang telah mengalami demineralisasi (kation exchanger dan anion exchanger)
dipompakan menuju deaerator. Pada pengolahan air untuk (terutama) boiler tidak
boleh mengandung gas terlarut dan padatan terlarut, terutama yag dapat menimbulkan
korosi. Unit deaerator ini berfungsi menghilangkan gas O2 dan CO2 yang dapat
menimbulkan korosi.
12. Bak Air Pendingin (B-05)
Pendingin yang digunakan dalam proses sehari-hari berasal dari air yang telah
digunakan dalam pabrik kemudian didinginkan dalam cooling tower. Kehilangan air
karena penguapan, terbawa udara maupun dilakukannya blow down di cooling tower
diganti dengan air yang disediakan di bak air bersih. Air pendingin harus mempunyai
sifat-sifat yang tidak korosif, tidak menimbulkan kerak, dan tidak mengandung
mikroorganisme yang bisa menimbulkan lumut. Untuk mengatasi hal tersebut diatas,
maka kedalam air pendingin diinjeksikan bahan-bahan kimia sebagai berikut :
a. Fosfat, berguna untuk mencegah timbulnya kerak.
b. Klorin, untuk membunuh mikroorganisme.
c. Zat dispersant, untuk mencegah timbulnya penggumpalan.
1. Unit Penyediaan Steam
Unit penyedian steam terdiri dari deaerator dan boiler Proses dearasi terjadi dalam
deaerator berfungsi untuk membebaskan air bebas mineral (demin water) dari komponen
udara melalui spray, sparger yang berkontak secara couenter current dengan steam. Demin
water yang sudah bebas dari komponen udara ditampung dalam drum dari deaerator.
Deaerator memiliki waktu tinggal 15 menit. Larutan hidrazin diinjeksikan ke dalam deaerator
untuk menghilangkan oksigen terlarut dalam air bebas mineral dengan reaksi:
N2H4 + O2 N2 + 2 H2O
Kandungan oksigen keluar dari deaerator didesain tidak lebih besar dari 0,007 ppm. Unit
penyediaan steam digunakan untuk proses pemanasan di reaktor, kristalizer, evaporator dan
Heat Exchanger. Steam digunakan sebagai media pemanas pada proses seperti distilasi atau
reaktor dengan reaksi endotermis.

2. Unit Penyediaan Bahan Bakar


Unit penyediaan bahan bakar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pada
generator dan boiler. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar cair yaitu solar yang
diperoleh dari PERTAMINA atau distribusinya. Pemilihan didasarkan pada pertimbangan
bahan bakar cair, yaitu :
 Mudah didapat.
 Tersedia secara kontinyu.
 Mudah dalam penyimpanannya.

3. Unit Penyediaan Listrik


Unit penyediaan listrik berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk peralatan proses
maupun penerangan. Listrik yang diperoleh dari PLN dan Generator Set sebagai cadangan
apabila PLN mengalami gangguan. Sebagian pabrik kimia mendapatkan pasokan utilitas
berupa listrik dari PLN. Ada juga yang mendapatkannya dari perusahaan listrik swasta yang
biasanya ada di kawasan industri. Namun, ada juga pabrik kimia yang menghasilkan sendiri
listrik untuk keperluan proses produksinya melalui pembangkit listrik milik sendiri.
Kebutuhan tenaga listrik dipenuhi oleh generator yang digerakkan oleh turbin uap,
dimana menggunakan steam yang dihasilkan dari boiler, hal ini bertujuan agar tidak
diperlukan aliran listrik dari PLN, dan hal ini membuat keefisienan energi pabrik ini menjadi
lebih baik. Generator yang digunakan adalah generator bolak balik atas dasar pertimbangan
sebagai berikut :
 Tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar.
 Tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakan transformator.

1. Unit penyediaan udara Tekan


Unit penyediaan udara tekan digunakan untuk menjalankan instrumentasi dan udara
plant di peralatan proses, seperti untuk menggerakkan control valve serta untuk pembersihan
peralatan pabrik. Udara tekan juga diperlukan untuk alat kontrol pneumatic. Kebutuhan
setiap alat kontrol pneumatic sekitar 25,2 L/menit (Considine, 1970). Kebutuhan udara tekan
diperkirakan 50 m3/jam.
Udara instrument mempunyai sumber yang sama dengan udara pabrik yaitu
bersumber dari udara di lingkungan pabrik, hanya saja udara tersebut harus dinaikkan
tekanannya dengan menggunakan compressor. Untuk memenuhi kebutuhan digunakan
compressor dan didistribusikan melalui pipa-pipa. Pengolahan udara ini adalah pengolahan
udara yang bebas dari air, bersifat kering, bebas minyak dan tidak mengandung partikel-
partikel lainnya.

2. Unit pengolahan limbah


Limbah yang dihasilkan dalam pabrik ini adalah limbah cair. Semua limbah cair yang
berasal dari limbah domestik maupun limbah utilitas semua diolah didalam Instalasi.
Pengolahan bahan buangan cair meliputi :
a) Air yang mengandung zat organik dan anorganik.
b) Buangan air sanitasi.
c) Back wash filter, air berminyak dari pelumas pompa.
d) Sisa regenerasi.
e) Blow down cooling water
Air buangan sanitasi dari toilet di sekitar pabrik dan perkantoran dikumpulkan dan
diolah dalam unit stabilisasi dengan menggunakan lumpur aktif, aerasi, dan injeksi klorin.
Klorin ini berfungsi untuk disinfektan, yaitu membunuh mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit.
Limbah yang berasal dari unit proses mengandung garam sulfat dan klorida serta HCl
yang membuat suasana asam. Limbah tersebut harus melalui beberapa proses agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Proses yang dilakukan yaitu Netralisasi dan Ion
Exchanger.
Netralisasi adalah penambahan Basa pada limbah yang bersifat asam. Pemilihan
bahan/reagen untuk proses netralisasi banyak ditentukan oleh harga/biaya dan praktis-nya,
Bahan (reagen) yang biasa digunakan tersebut adalah: Caustic soda (NaOH) dan Soda Ash
(Na2CO3) Limestone (CaCO3).
Ion Exchanger (Pertukaran ion) adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses
tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif
tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam jumlah
ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut
dinamakan resin penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin
tersebut dinamakan resin penukar anion.

Masalah Yang Muncul Pada Unit Pengolahan Air (Pengolahan Air Bersih Untuk Air
Minum)

Beberapa permasalahan pokok yang masih dihadapi dalam penyediaan air bersih di
Indonesia antara lain, Masalah tingkat pelayanan air bersih yang masih rendah, masalah
kualitas air baku dan kualitas yang sangat fluktuatif pada musim hujan dan musim kemarau,
serta masalah teknologi yang digunakan untuk proses pengolahan kurang sesuai dengan
kondisi air baku yang kualitasnya cenderung makin menuruin.

1. Masalah tingkat pelayanan air bersih di Indonesia


Permasalah yang sering dijumpai adalah kualitas air tanah maupun air sungai
yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air yang bisa dimimun dan
bahkan di beberapa daerah tidak terdapat air bersih yang layak untuk diminum. Air yang
layak untuk diminum mempunyai standar persyaratan tertentu, yaitu persyaratan fisik,
kimiawi, dan bakteriologis, serta syarat tertentu yang merupakan satu kesatuan. Jika ada
salah satu syarat tersebut yang tidak memenuhi syarat maka air tersebut tidak layak untuk
diminum.

2. Masalah kualitas air baku air minum di Indonesia


Dengan semakin buruknya kualitas air baku air minum yang akan mengakibatkan
biaya produksi air minum menjadi bertambah besar sehingga harga jual air menjadi lebih
mahal sedangkan daya beli masyarakat masih rendah, sehingga masalah tersebut masih
tetap menjadi masalah yang dilematis.

3. Masalah kuantitas air baku air minum


Akibat perubahan tataguna lahan di daerah hulu sampai hilir mengakibatkan
fluktuasi debit air pada musim hujan dan musim kemarau sangat besar. Hal ini
mengakibatkan penurunan yang sangat besar terhadap debit air sungai. Penurunan debit
air sungai pada musim kemarau mengakibatkan konsentrasi polutan yang ada di dalam air
sungai menjadi lebih pekat yang berakibat terhadap kualitas air minum yang dihasilkan
serta naiknya biaya proses pengolahan air minum.

4. Masalah kualitas air yang akan di suplay


Beberapa masalah yang cukup sering dikeluhkan oleh masyarakat yakni selain
kuantitasnya, juga kualitas airnya. Akibat buruknya kualitas air bakunya maka hasil air
olahan yang disuplai oleh PDAM ke masyarakat sering kali kurang memuaskan
pelanggan. Kualitas air baku khususnya di wilayah perkotaan sudah tidak memenuhi
syarat air golongan B yakni untuk peruntukan air baku air minum. Dil lain pihak
teknologi yang digunakan oleh PDAM tidak dirangcang untuk kondisi air baku yang
kurang memenuhi syarat. Akibatnya kualitas air olahan juga kurang memuaskan, jika
dipaksakan untuk mencapai kualitas baik memerlukan biaya pengolahan yang besar.
Sumber Jurnal : PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR SECARA
TERPADU DI PERMUKIMAN KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS). The
Application of Integrated Water Treatment In The Watershed Settlement Area

Masalah yang terjadi pada penerapan teknologi pengolahan air secara terpadu di
permukiman Kawasan daerah aliras sungai adalah Penurunan kondisi sungai dan kualitas
lingkungan di beberapa daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia, diantaranya disebabkan
belum optimalnya pengelolaan dampak permukiman dengan potensi sumber daya alam
setempat. Terindikasi bahwa kawasan DAS terutama sungai sungai yang melintasi kota kota
besar di Pulau Jawa sebagian besar merupakan kawasan padat yang minim pelayanan air
minum dan sanitasi yang layak. Terindikasi pula di beberapa kawasan, terdapat peningkatan
dalam pencapaian akses air minum dan sanitasi namun belum dapat meningkatkan kualitas
lingkungan DAS, diantaranya karena teknologi belum sesuai persyaratan dan lingkungan
DAS sehingga pengelolaan lingkungan yang tepat akan dibutuhkan untuk memulihkan,
mempertahankan daya dukung DAS.

1. Masalah pada karakteristik sumber air baku yang akan diteliti


 Air sungai yang terlalu keruih dengan menunjukkan kekeruhan air sungai sekitar
4,53-93 NTU dan TDS sekitar 21,2-282,8 mg/L.
 Kadar bahan organik yang dinyatakan dengan BOD telah melebihi baku mutu
badan air golongan II, dapat merupakan hasil dari pembusukan bahan organik
atau pembuangan air limbah domestik.
 Fluktuasi kandungan warna yang tinggi pada air baku disebabkan kandungan
senyawa organik dan anorganik atau keberadaan ion logam seperti besi atau
mangan.
 kandungan senyawa nitrogen, menunjukkan adanya dekomposisi organik dari
aktivitas domestik atau kontribusi dari wilayah pertanian yang menggunakan
pupuk secara intensif. Senyawa nitrat telah melebihi baku mutu air golongan I/II,
sedangkan nitrit yang pada umumnya mempunyai konsentrasi rendah merupakan
senyawa tidak stabil dan berkaitan dengan kandungan oksigen didalam air.
 Pengolahan air sungai yang akan diterapkan dapat ditujukan untuk penurunan
kekeruhan, kandungan organik, senyawa nitrogen dan senyawa minor lainnya.
2. Masalah pada kinerja proses pengolahan air
 Analisis kinerja unit pengolahan air sungai dilakukan pada setiap unit proses,
yang terdiri dari intake, unit filtrasi kasar, filtrasi cepat dan filtrasi lambat serta
unit membrane.
 Terjadi penurunan nilai kekeruhan seiring dengan kestabilan proses pada media
filtrasi namun tidak berkorelasi dengan penurunan nilai padatan terlarut/TDS
yang umumnya konstan di setiap pengamatan.

3. Masalah pengolahan teknologi


Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan prasarana air minum dan
sanitasi. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan teknologi prasarana air minum dan
sanitasi di lokasi penelitian, meliputi tahap identifikasi, tahap pra pelaksanaan
pembangunan, tahap pembangunan, tahap pemeliharaan dan pemanfaatan. Untuk
mendukung peran serta masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakukan pendekatan
melalui pemahaman kondisi dan permasalahan lingkungan, sosial ekonomi, dan
kebiasaan seharihari dalam menggunakan air bersih dan sanitasi. Tanggapan terhadap
perilaku dalam pengelolaan, masyarakat merupakan subjek yang mengidentifikasi,
menilai menganalisis, menyimpulkan dan menyusun rencana penanganan secara mandiri,
sedangkan pemerintah bertindak sebagai fasilitator agar perencanaan dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Kendala teknis seperti Lamanya proses pencucian pasir pada awal pemasangan,
Ketidakpahaman pencucian setiap unit filter, Pengaturan debit, Pembuangan sampah
disekitar intake serta kendala non teknis seperti Pemahaman operasional unit usaha air
siap minum, Tokoh masyarakat kurang sosialisasi, Kompetisi pemasaran air kemasan.
Faktor-faktor dalam setiap kendala tersebut mempengaruhi dalam mengevaluasi sistem
serta penyampaian edukasi pengelolaannya kepada pengelola teknologi. Perubahan
perilaku menuju masyarakat yang berkeinginan untuk konservasi lingkungan, daur ulang
dan keterampilan pengelolaan teknologi memerlukan jangka waktu yang cukup lama
sehingga pendampingan dari tim teknis maupun Pemda setempat diharapkan dapat
menyelesaikan kendala kendala tersebut. Tindak lanjut dari setiap penyelesaian kendala
dilakukan melalui pertemuan/rembug warga, edukasi ataupun pendekatan masyarakat.
Penyelesaian kendala teknis maupun non teknis disetiap lokasi dilakukan secara
partisipatif sehingga dapat mendukung kelancaran penerapan teknologi. Pendampingan
setelah penerapan teknologi masih diperlukan untuk mendukung keberlanjutan teknologi
terutama pada unit usaha–sistem membran dan peningkatan akses penyediaan air maupun
sanitasi.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningtyas, AF. 2007. BAB IV Unit Pendukung Proses (Utilitas) Dan Laboratorium.
http://eprints.ums.ac.id/15419/5/BAB_IV_40_000.pdf. (diakses pada 9 September 2020)

Jatmiko, A. 2019. BAB IV Pendukung Proses. http://repository.setiabudi.ac.id/3332/8/BAB


%206.pdf (diakses pada 9 September 2020)

http://digilib.unila.ac.id/11378/7/BAB%20VI%20UTILITAS%20.pdf. (diakses pada 10


september 2020)

Elis Hastuti, dkk. 2014. PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR SECARA TERPADU
DI PERMUKIMAN KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS). The Application of
Integrated Water Treatment In The Watershed Settlement Area. Vol 9 No. 2:66-67

Masalah dan strategi penyediaan air bersih di indonesia.


http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirMinum/BAB3MASALAH.pdf (diakses pada
10 September 2020, pukul 22.56)

Anda mungkin juga menyukai