Anda di halaman 1dari 18

A.

Karakteristik Perseroan
Karakteristik dari Perusahaan Perseroan adalah sebagai berikut.
- Kesatuan Usaha Terpisah
Suatu perusahaan memiliki anggaran dasar yang disahkan notaries dan
harus didaftarkan serta mendapat persetujuan Departement Kehakiman.
Apabila anggaran telah disetujui Departement Kehakiman dan
diumumkan dalam lembaran Negara maka secara hukum perseroan telah
dipandang sebagai subyek hukum. Didalam akuntansi baik perusahaan
perseroan maupun persekutuan telah dipandang sebagai suatu kesatuan
akuntansi (seperti halnya perseroan),tetapi dari segi hukum perusahaan
perseorangan maupun persekutuan tidak merupakan subyek hukum sebab
para pemilik baik secara terpisah maupun bersama-sama tetap harus
dipertanggung jawabkan atas kewajiban-kewajiban perusahaannya.

- Tanggung Jawab Terbatas


Tanggung jawab pemegang saham atas Kewajiban-kewajiban (utang-
utang) perseroan biasanya terbatas pada jumlah peryetaannya dalam
perseroan yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa pemegang saham
tidak bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaan yang
dimilikinya,seandainya perseroan tidak mampu melunasi hutang-
hutangnya.

- Pemindahan Pemilikan
Saham-saham yang dikeluarkan suatu perseroan dapat dipindahtangankan
tanpa mempengaruhi operasi perusahaan. Apabila saham dijual oleh
pemegangnya kepada pihak lain,maka hal in tidak perlu dibukukan oleh
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut,tetapi cukup dengan membuat
suatu catatan atau keterangan dalam buku saham.

- Kelangsungan Hidup
Karena kepemilikan saham dapat dipindahakan atau dioperkan kepada pihak
lain tanpa menganggu jalannya operasi perusahaan,maka kelangsungan hidup
perseroan lebih terjamin apabila bibandingkan dengan persekutuan.
- Kemampuan Meningkatkan Modal
Tanggung jawab terbatas pemegang saham dan dan kemudahan dalam
menjual kembali saham merupakan daya tarik yang menyebabkan
perusahaan mudah meningkatkan modalnya apabila dikehendaki. Baik
pemegang saham dalam jumlah besar maupun kecil sama-sama memiliki hak
pemilikan dalam perseroan.

B. Jenis – Jenis Saham

Deviden

Deviden adalah bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang


saham, apabila dewan komisaris mengumumkan pembagian deviden,
maka pemegang saham preferen akan mendapatkan sejumlah deviden tahunan
tertentu sebelum ditentukan deviden untuk pemegang saham biasa. Besarnya
deviden untuk pemegang saham referen akan mendapat sejumlah deviden
tahunan untuk  pemegang saham preferen ini ditetapakan dalan akte pendirian
perseroan yaitu dalam bentuk suatu presentase tertentu bila saham tidak
mempunyai nilai Pari (mengenai saham bernilai dari Pari dan saham tidak
bernilai Pari akan diterangkan kemudian).

Hak Suara

Biasanya pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara dalam


memilih anggota dewan komisaris, namun hal tersebut bisa juga diberikan kepada
pemegang saham pereferen apabiala di atur didalam pendirian perseroan.

Beberapa Pengertian Modal

Didalam akte pendirian perseroan harus dicantumkan jumlah maksimum


lembar saham yang disebut modal dasar perseroan. Saham yang telah dicetak
akan siap dijual (masih berada ditangan perseroan) disebut modal yang
ditempatkan. Bila saham yang ditempatkan telah dijual dan berada ditangan
pemegang saham ,maka saham-saham disebut modal yang disetor atau
modal saham beredar.

C. Saham Bernilai Pari dan Tidak Bernilai Pari

Akte pendirian biasanya menyebutkan nilai tertentu untuk tiap


lembar saham yang disebut nilai pari saham. Pada waktu pertama kali
diperkenalkan kepada masyarakat, biasanya harga jual saham sama dengan
nilai parinya. Tetapi bila telah berjalan beberapa tahun maka harga saham di
pasaran mungkin lebih tinggi atau lebih rendah nilai parinya. Nilai pari sangat
penting artinya dalam rangka melakukan pencatatan akuntansi atas saham.
Kadang-kadang akte pendirian tidak menyebutkan nilai tertentu bagi
saham yang dikeluarkannya karena dianggap bisa membinggungkan para calon
penanam modal. Ditinjau dari segi akuntansi, nilai yang ditetapkan dewan
komisaris ini sama saja dengan nilai pari.
Bila saham dijual denagn harga lebih tinggi dari nilai parinya,maka selisih
kelebihan harga jual diatas nilai pari disebut Agio,sedang bila dijual dengan
harga lebih rendah dari nilai pari,maka selisih kekurangan harga jual dibawah
nilai pari disebut Disagio.

D. Pengeluaran Saham secara Tunai

Didalam melakukan pengeluaran (penjualan) saham,perseroan bisa


menggunakan jasa dari suatu Bank. Dalam hal ini bank bertindak sebagai
Underwriter pengeluaran saham. Bank tersebut membeli saham dari perseroan
dan menjualnya kembali kepada para penanam modal (investor).
Seandainya saham perseroan seperti terlihat pada gambar 8.1 seluruhnya
telah dikeluarkan secara tunai ,maka transaksi pengeluran saham dalam
 pembukuan perseroan dicatat sebagai berikut:

1. Menjual 1000 lembar saham preferen 7%,nilai pari Rp100.000,00


dengan kurs 105
Kas Rp 105.000.000,00

Saham preferen 7% Rp 100.000.000,00

Agio s aham Rp 5.000.000,00

2. Menjual 1000 lembar saham preferen 6%,nilai pari Rp100.000,00


dengan kurs 98
Kas Rp 98.000.000,00

Disagio saham Rp. 2.000.000,00

Saham preferen 6% Rp 100.000.000,00

3. Menjual 5000 lembar saham biasa tanpa nilai pari,harga yang


ditetapakn Rp.20.000,00 per lembar dengan harga jual
Rp.30.000,00
Kas Rp 1 50.000.000,00

Saham Rp 100.000.000,00

Agio s aham Rp 50.000.000,00


Pesanan Saham

Kadang-kadang perseroan menjual sahamnya langsung kepada para


investor tanpa melalui bank. Saham dijual kepada para calon investor yang telah
menandatangani. Kontrak pesanan sebelum saham dikeluarkan. Biasanya dalam
kontrak dicantumkan juga kemungkinan pemesanan membayar secara angsuran.
Bila perseroan yang akan mengeluarakan saham menerima pesanan,maka
pesanan tersebut dicatat dengan mendebet suatu rekening piutang yang disebut
piutang
 pesanan saham.

Berikut ini adalah beberapa contoh jurnal yang bersangkutan dengan

 pesanan saham. Misalkan perseroan menerima pesanan 500 lembar saham biasa
yang bernilai pari Rp 100.000,00 per lembar. Harga jual yang disepakati
untuk saham adalah Rp 120.000,00 per lembar,yang akan di bayar melalui dua
angsuran masing-masing Rp40.000,00 dan Rp80.000,00.

Mencatat pesanan saham

Piutang Pesanan Saham- biasa Rp 60.000.000,00

Saham Biasa Dipesan Rp 50.000.000,00

Agio S ahamRp Rp 1 0.000.000,00

Mencatat Penerimaan angsuran pertama

Kas Rp 20 .000.000,00

Piutang Pesanan Saham-biasa Rp 20.000.000,00


Mencatat Penerimaan angsuran kedua dan pengeluaran saham

Kas Rp.40.000.000,00

Piutang Pesanan Saham-Biasa Rp 40.000.000,00

Saham Biasa Dipesan Rp.50.000.000,00

Saham B iasa Rp.50.000.000,00

Pengeluaran Saham – Diterima Aktiva Bukan Kas

Dalam pengeluaran saham dimana perseroan tidak menerima kas tetapi


berupa aktiva lain. (misalnya tanah,gedung,atau aktiva lainnya),maka kita harus
berhati-hati dalam menentukan jumlah rupiah yang akn dicatat. Dalam hal ini
harta yang diterima tidak otomatis sama dengan nilai pari atau nilai yang
ditetapkan dari saham. Harta yang diperoleh harus dicatat sebesar nilai wajar
dari harta tersebut atau atau nilai wajar dari saham,tergantung mana yang lebih
mudah penentuannya. Bila saham yang dikeluarkan perseroan beredar secara
aktif dibursa saham,maka nilai saham akan mudah ditentukan. Sebagai contoh
misalkan perseroan menerima sebidang tanah yang harganya Rp.700.000,00 dan
untuk itu perseroan harus menyerahakan saham yang bernilai Rp100.000,00
sebanyak 500 lembar. Transaksi ini akan dicatat sebagai berikut:

Tanah Rp 7 0.000.000,00

Saham b iasa Rp 5 0.000.000,00

Agio S aham Rp 2 0.000.000,00

(untuk mencatat pengeluaran 500 lembar saham dan menerima tanah seharga
70.000.000,00)

Saham yang Diperoleh Kembali

Apabila perseroan membeli kembali saham-sahamnya yang telah


beredar tetapi tidak bermaksud menghentikan saham tersebut (disiman oleh
Perusahaan) maka saham inni disebut Saham diperoleh kembali. Pembelian kembali
saham yang telah beredar ini bisa dilakukan karena berbagai tujuan,misalnya
apabila perseroan menginginkan agar saham-saham yang dimiliki oleh para
karyawannya, maka saham-saham yang telah dibeli kembali oleh perseroan akan
dijual kepada karyawan. Prosedur yang umum digunakan untuk mencatat
pembelian kembali saham adalah dengan mendebet rekening Saham Diperoleh
Kembali sebesar harga perolehan. Didalam neraca harga perolehan tersebut harus
dikurangkan terhadap jumlah rekening-rekening modal.
Sebagai contoh misalkan suatu perseroan memiliki 2000 lembar saham
biasa yang beredar dengan nilai pari Rp 100.000,00 per lembar. Perseroan
tersebut termaksud membeli kembali 100 lembar sahamnya dengan harga
Rp 120.00,00 per lembar. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi
pembelian kembali saham adalah sebagai berikut :

Saham Diperoleh Kembali Rp 12.000.000,00

Kas Rp 12.000.000,00

(untuk mencatat pembelian kembali 100 lembar saham dengan harga Rp


120.000 per lembar)

E. Modal Sumbangan

Modal Sumbangan timbul karena adanya sumbangan yang diberikan kepada


perusahaan berupa harta kekayaan tertentu tanpa imbalan. Sumbangan semacam
ini bisa berasal dari pemengang saham atau dermawan lainnya. Bentuk dan jenis
sumbangan bisa dilakukan melalui berbagai macam cara, namun apapun bentuk
sumbangannya selalu menimbulkan bertambahnya aktiva perusahaan dan dilain
pihak menaikkan modal. Dibawah ini akan diuraikan akuntansi umtuk sumbangan
yang diterima perusahaan dalam bentuk (1)sumbangan dari pemegang saham
melalui pengembalian saham (2) sumbangan harta dari dermawan.

Sebagai contoh misalkan seorang pemegang saham memberi sumbangan

 berupa 100 lembar saham biasa. Saham tersebut dijual kembali oleh perseroan
dan laku dengan harga Rp125.000,00 per lembar. Catatan dan jurnal yang harus
dibuat oleh perseroan adalah sebagai berikut :
a) Untuk mencatat penerimaan sumbangan saham :
(catatan/memorandum) Diterima sumbangan 100 lembar saham
biasa.
 b) Untuk mencatat penjualan saham sumbangan

Kas Rp 12 .500.000,00

Modal saham Rp 12.500.000


Rekening –rekening Tambahan Modal

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rekening-rekening modal


dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu; modal
saham, tambahan modal,dan laba yang ditahan. Dalam kelompok modal
dicantumkan nilai pari atau nilai yang ditetapkan dari saham-saham preferen dan
saham biasa.

F. Nilai Buku Per Lembar Saham

Salah satu alat pengukur yang sangat penting didalam melakukan analisa
laporan keuangan ialah “nilai buku per lembar saham”.
  Nilai buku saham adalah jurnal rupiah kekayaan (aktiva)bersih yang
tercermin dalam suatu lembar saham yang dapat ditentukan dengan cara sebagai
 berikut :

Jumlah rupiah saham m di neraca


 Nilai Buku Saham m =
Jumlah lembar saham m beredar 

Sebagai contoh misalkan bagian modal dari neraca suatu perseroan menunjukkan
informasi berikut :

Modal

Modal saham
Saham biasa,nilai pari Rp 50.000,00, 5000 lembar 
Modal dasar,ditempatkan dan beredar Rp 250.000.000,00
Tambahan Modal:
Agio s aham B iasa Rp 1 00.000.000,00
Laba D itahan Rp 80.000.000,00
Jumlah M odal Rp 4 30.000.000,00
G. Laba Ditahan dan Dividen

Laba memegang peranan yang sangat penting didalam suatu perusahaan


dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian. Laba
 perusahaan selalu menarik perhatian para pemiliknya maupun calon investor. Oleh
karena itu data tentang laba biasanya dipandang sebagai informasi yang paling
penting dibanding informasi keuangan lainya. Saldo rekening laba ditahan
menggambarkan bagian dari modal yang timbul dari penggunaan kekayaan
perusahaan dalam operasi yang mendatangkan keuntungan. Deviden adalah
merupakan laba yang dibagikan kepada pemengang saham. Kebijaksanaan
pembagian deviden ditetapkan oleh dewan komisaris perseroan. Didalam
menentukan kebijaksanaanya, dewan komisaris harus memperhatikan kepentingan
perseroan dan sekaligus juga memperhatikan perkembangan perusahaan.

H. Pos Luar Biasa dan Penyesuaian untuk Tahun yang lalu

Proses penentuan laba periodk akan menjadi lebih rumit bila terdapat
pendebetan atau pengkreditan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian yang
bersifat luar biasa,tidak sering terjadi dan adanya penyesuian untuk tahun yang
lalu. Salah satu pendapat mengatakan bahwalapaoran rugi laba seyogyanya hanya
memuat hasil-hasil transaksi yang bersifat biasa ,normal dan sering terjadi. Apabila
terjadi transaksi yang bersifat luar biasa atau sering terjadi atau kejadian yang
bersangkutan dengan tahun yang lalu,maka transaksi demikian harus didebetkan
atau dikreditkan ke rekening laba ditahan.
Prinsip –prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) menganut konsep dimana
semua penghasilan dan biaya harus dilaporkan pada tahun yang bersangkutan
(baik rutin maupun tidak rutin),kecuali tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
tahun yang lalu.
Penyesuaian untuk Tahun yang lalu

Penyesuaian untuk tahun yang lalu tidak boleh dilaporkan dalam laporan
rugi-laba. Penyesuaian – penyesuaian tersebut adalah berupa penyesuaian yang :
1) Bisa diidentifikasikan dan berhubungan langsung dengan aktifitas periode
yang lalu.
2) Tidak bisa dikaitkan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi sesudah
tanggal laporan keuangan tahun alu
3) Sangat tergantung pada keputusan yang di ambil oleh orang yang akan

 bukan merupakan manajemen perusahaan

4) Tidak mudah terpengaruh oleh taksiran yang wajar sebelum ditentukan.


Contoh penyesuaian untuk periode lalu,misalnya penyesuaian atas pajak 
 penghasilan tahun lalu berdasarkan ketentuan kantor inspeksi pajak. Hal
semacam ini harus didebetkan atau dikreditkan langsung ke rekening laba di
tahan dan harus dilaporkan sebagai penyesuian atas saldo awal laba ditahan
dalam laporan laba ditahan.

Koreksi Kesalahan

Catatan akuntansi yang diselenggarakan perusahaan mungkin mengandung


kesalahan-kesalahan,seperti misalnya salah dalam perhitungan,lupa membukukan
suatu transaksi, salah menerapkan prinsip akuntansi, salah menerapkan prinsip
akuntansi,atau salah dalam menganalisa transaksi yang terjadi. Prosedur
untuk memperbaiki kesalahan tergantung pada periode dimana kesalahan
ditemukan, yakni apakah kesalahan ditemukan pada periode yang sama dengan
pencatatan transaksi atau pada periode berikutnya.

Apabila suatu jurnal telah dibukukan ke dalam rekening yang benar tetapi
jumlah rupiahnya salah,maka koreksi dapat dilakukan dengan memcoret jumlah
yang salah dengan cara memberi garis melintang di atas jumlah yang benar di atas
jumlah semula. Karena kesalahan dibuat pada periode yang sama dengan periode
dimana koreksi dilakukan, maka koreksi di atas akan menghasilkan laporan
keuangan yang benar.
Akan tetapi jika kesalahan ditemukan pada periode berikutnya,maka perlu
diteliti lebih dahulu apakah kesalahan tersebut berpengaruh terhadap rugi-laba
tahun lalu atau tidak. Bila kesalahan tidak berpengaruh terhadap rugi-laba tahun
lalu,maka koreksi bila dilakukan dengan cara seperti diuraikan di atas.

Perubahan Taksiran Akuntansi

Taksiran memegang peranan yang sangat didalam akuntansi. Untuk dapat


menyusun laporan keuangan periodik , maka manajemen perlu membuat
penaksiran-penaksiran tertentu yang berpengaruh terhdap transaksi-transaksi
yang berlanjut pada periode-periode berikutnya. Beberapa contoh yang umum
dijumpai dalam akuntansi adalah : taksiran mengenai jumlah piutang yang tidak
bisa ditagih,taksiran umur ekonomis aktiva,taksiran nilai residu aktiva tetap dan
sebagainya. Taksiran yang dilakukan pada suatu saat mugkin bisa berubah di
waktu yang akan datang.
Pengaruh atau akibat perubahan taksiran harus dinyatakan baik di dalam
laporan rugi laba tahun berjalan maupun tahun-tahun berikutnya. Sesuai dengan
sifat perubahan taksiran hanya mengyangkut tahun berjalan,maka penyesuian
hanya diperlukan pada tahun berjalan saja.

Perubahan Prinsip-prinsip Akuntansi

Kadang-kadang suatu perusahaan memandang perlu untuk mengadakan


perubahan atas prinsip akuntansi yang diterapakannya,yaitu berpindah dari prinsip
yang satu kie prinsip lainnya. Sebagai contoh perusahaan yang semula
menggunakan metode FIFO dalan akuntansi persediaannya, mungkin berganti
dengan metode LIFO,atau perusahaan yang semula menggunakan metode
depresiasi garis lurus mungkin berganti dengan metode angka tahun. Perubahan
prinsip akuntansi semacam ini akan menyulitkan dalam perbandingan laporan
keuangan ,sehingga perubahan sebaliknya dilakukan kalau benar-benar hal ini
bertentangan dengan prinsip konsistensi. Apabila perusahaan melakukan perubahan
atas prinsip akuntansi yang dianutnya,maka dalam laporan rugi laba harus
ditunjukkan “pengaruh Kumulatip karena Perubahan Prinsip Akuntansi”.
Laba per Lembar Saham

Informasi keuangan yang sangat menarik perhatian para pemegang saham


dan calon-calaon investor adalah laba per lemar saham. Oleh karena itu informasi
tentang hal ini selalu dicantum kan dalan berbagai laporan yang diterbitkan oleh
 perusahaan.

Laba per lembar saham dalm perusahaan yang memiliki struktur modal
yamg sederhana dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan jumlah
rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama tahun yang bersangkutan.

I. Dividen

Pembagian laba (deviden) kepada para pemegang saham dalam suatu


perusahaan hanya dapat dilakukannya setelah mendapat persetujaun dari dewan
komisaris. Biasanya deviden dibayarkan dalam bentuk kas,tetapi kadang-
kadang perseroan memutuskan untuk memberikan deviden dalam bentuk
kekayaan lainnya berupa tambahan saham. Apabila saham akan dibayar dalm
bentuk tambahan saham maka saham yang akan dibagikan sebagai pembayaran
deviden harus ditunjukkan pada bagian modal didalam neraca perseroan. Pada
saat deviden saham,diumumkan,perlu ditetapkan tanggal pencatatan dan tanggal
pembayaran. Setiap pengumuman pembayaran deviden akan diikuti dengan
pencatatan pengurangan laba yang ditahan.

Deviden Tunai

Pada umumnya deviden dibayarkan secara tunai atau kas yang


pembayarannya dilakukan setahun sekali. Dalam perusahaan yang besar kadang-
kadang deviden di bayar tiap kwrtal dan pada akhir dibayar sejumlah deviden extra.
Hal ini dilakukan bila perusahaan ingin menaikkan jumlah pembayaran deviden
tahunan,tanpa menyimpang dari kebiasaan pembayar deviden kwartalan yang
ditetapakan. Dalam mengumumkan pembayaran deviden tunai,perusahaan harus
mempertimbangkan jumlah laba yang ditahan dan jumlah kas ynag tersedia. Hal
ini perlu dipersatukan, sebab perusahaan yang memiliki laba yang ditahan memiliki
jumlah yang besar tidak otomatis akan mampu membayar deviden tunai dalam
jumlah yang besar pula.

Deviden Saham

Dalam keadaan tertentu suatu perseroan tertentu mungkin


membayar deviden dengan sahamnya sendiri,sebagi pengganti deviden tunai atau
penambahan atas deviden tunai. Salah satu alasan mengapa suatu perseroan
membayar deviden dengan sahamnya sendri adalah krena pembayaran deviden
dengan kas diperkirakan akan menganggu modal kerja perusahaan.

Apabila saham yang akan dibayarkan sebagai deviden tidak begitu


banyak (tidak lebih dari 25% dari jumlah saham yang semual beredar), maka
pembayaran deviden ini bisa dicatat dengan mendebet rekening laba di tahan dan
mengkredit modal saham biasa sebesar harga pasar saham di keluarkan.
Misalkan bagian modal dalm neraca suatu perusahaan sebelum pembagian
deviden saham 10% Nampak sebagai berikut:

Saham Biasa,nilai pari Rp 50.000,00


2000 lembar di tempetkan dan beredar Rp 100.000.000,00
Agio S aham B iasa Rp 5.000.000,00
Laba D itahan Rp 80.000.000,00
Jumlah M odal Rp 1 85.000.000,00

J. Pemecahan Saham

Suatu perseroan kadang-kadang menurunkan nilai pari atau nilai yang


ditetapakn dari saham biasa dengan mengeluarkan tambahan saham yang
bagi para pemegang sahamnya. Transaksi semacam ini disebut Pemecahan
saham. Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau niali yang
ditetapakan menjadi berubah tetapi di lain pihak jumlah lembar saham yang
beredar bertambah pula. Salah satu alasan mengapa perseroan mengadakan
pemeacahan saham adalah untuk menurunkan harga asar saham-sahamnya. Hal
ini terjadi apabila perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu
tinggi,sebab hal itu dapat mengurnagi minat para investor terhadap saham dan
dikeluarkan perseroan yang bersangkutan.
K. Penyisihan Laba yang Ditahan
Dalam keadaan tertentu suatu perseroan mungkin akan memutuskan
untuk menyisihkan sebagian dari laba di tahan. Perkataan “disisihkan”
mengandung arti bahwa laba ditahan yang disisihkan,tidak bisa dibagikan kepada
pemengang saham. Penyisihan bisa dilakukan atas kehendak dewan komisaris
perseroan sendiri atau mungkin juga diharuskan oleh suatu perjanjian tertentu.

Penyisihan atas inisiatif dewan komisaris dimaksud untuk menyisihkan


sebagian laba ditahann untuk tujuan tertentu. Penyisihan laba ditahan mugkin
dilakukan perseroan karena disyaratkan oleh suatu perjanjian tertentu,misalnya
dalam pengeluaran obligasi atau saham preferen kadang-kadang disyaratkan
untuk menyisihkan sebagian laba ditahan selama periode tertentu.
Sebagai contoh misalkan dewan komisaris memutuskan untuk menyisihkan
laba ditahan sebesar Rp 60.000.000,00 untuk pelunasan perusahaan. Jurnal yang
harus dibuat untuk mencatat penyisihan ini adalah:
Laba D itahan Rp 6 0.000.000,00

Laba Ditahan-Disisihkan untuk Pelunasan Rp 60.000.000,00

Penyajian laba ditahan didalam neraca apabila terdapat penyisihan adalah


sebagai berikut:

Laba Ditahan:
Disisihkan untuk perlunasan perusahaan Tidak D Rp 60.000.000,00
isisihkan Rp 90.000.000,00
Jumlah L aba D itahan Rp. 1 50.000.000,00
Sebagai contoh misalkan perseroan dalam contoh di atas telah berhasil
melaksanakan perluasan pabrik sebagaimana direncanakan dengan biaya Rp
55.000.000,00. Karena tujuan telah tercapai, maka penyisihan dapat diakhiri
dengan membuat jurnal sebagai berikut:
Laba Ditahan-Disisihkan untuk perluasan Rp 60.000.000,00

Laba D itahan Rp 6
0.000.000,00 (untuk mencatat pengembalian penyisihan ke Laba
Ditahan)

L. Laporan Laba Ditahan


Laporan laba ditahan merupakan analisa atas rekening Laba Ditahan (baik
disisihkan maupun yang tidak disisihkan) untuk suatu periode akuntansi tertentu
dan biasanya disajikan bersama-sama dengan laporan keuanganyang lain. Contoh
laporan laba yang ditahan dapat digambarkan sebagai berikut:
PT MULIA

Laporan Laba Ditahan

Untuk Tahun yang Beredar 31 desember 1993

Disisihkan:

Disisihkan untuk perluasan perusahaan,


1 j anuari 1 993 Rp 40.000.000,00
Disisihkan dalam tahun 1993 Rp 10.000.000,00
Rp 50.000.000,00
Tidak Disisihkan:
Saldo,1 j anuari 1 993 Rp 80.000.000,00
Tambahan,Laba Bersih Rp 35.000.000,00
Rp 115.000.000,00

Kurangi :
Deviden tunai Rp 15.000.000,00
Disisihkan untuk 
Perluasan
Lihat di atas Rp 10.000.000,00
Rp 25.000.000,00
Rp 90.000.000,00
Jumlah Laba Ditahan 31 Desember 1993 Rp140.000.000.00
 

Anda mungkin juga menyukai