BUPATI SAMPANG
PROVINSI JAWA TIMUR
PERATURAN BUPATI SAMPANG
NOMOR 55 TAHUN 2019
TENTANG
BUPATI SAMPANG
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-2-
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-3-
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-4-
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Kode Etik dimaksudkan sebagai pedoman bagi setiap Pegawai ASN dalam
bersikap, bertingkah laku, dan berbuat dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan hidup sehari-hari.
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-5-
Pasal 3
Pengaturan Kode Etik bertujuan untuk :
a. Menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas, serta menciptakan
keharmonisan bagi setiap pegawai ASN dalam lingkungan kerja,
keluarga, dan masyarakat;
b. Mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. Meningkatkan disiplin baik dalam pelaksanaan tugas maupun dalam
kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan beragama;
d. Menciptakan Iingkungan kerja yang harmonis dan kondusif; dan
e. Meningkatkan etos kerja, kualitas kerja dan perilaku yang professional.
BAB III
KODE ETIK
Pasal 4
Setiap pegawai ASN dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan
sehari-hari wajib bersikap dan berpedoman pada Kode Etik meliputi :
a. Etika dalam bernegara dan penyelenggaraan pemerintahan;
b. Etika dalam berorganisasi;
c. Etika dalam bermasyarakat;
d. Etika dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat;
e. Etika dalam melakukan koordinasi dengan instansi lain;
f. Etika terhadap sesama pegawai; dan
g. Etika terhadap diri sendiri.
Pasal 5
Etika dalam bernegara dan penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal (4) huruf a, meliputi :
a. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
c. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
d. Mentaati semua peraturan perundang-undangan dalam melaksanakan
tugas;
e. Melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa secara akuntabel;
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-6-
Pasal 6
Etika dalam berorganisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal (4) huruf b,
adalah:
a. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Menjaga informasi yang bersifat rahasia;
c. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang;
d. Membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi;
e. Menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait
dalam rangka pencapaian tujuan;
f. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
g. Patuh dan taat terhadap standar operasional prosedur dan sasaran kerja
pegawai;
h. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi;
i. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja;
j. Bersikap rasional dan berkeadilan, objektif, serta transparan dalam
menjalankan tugas;
k. Melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab; dan
l. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mencemarkan atau menurunkan
citra instansi.
Pasal 7
Etika dalam bermasyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal (4) huruf c
meliputi :
a. Mewujudkan pola hidup sederhana/ tidak bergaya hidup mewah;
b. Tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat; dan
c. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mencemarkan atau menurunkan
harkat dan martabat pegawai.
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-7-
Pasal 8
Etika dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf d adalah :
a. Mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau
golongan;
b. Tidak mencari keuntungan pribadi dalam bentuk apapun;
c. Memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Menolak segala imbalan atau janji dalam bentuk apapun yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan tugas;
e. Memberikan pelayanan dengan empati hormat dan santun tanpa
pamrih serta tanpa unsur pemaksaan;
f. Memberikan pelayanan yang profesional, responsif, tepat sasaran, terbuka,
tepat waktu, taat aturan dan adil serta tidak diskriminatif;
g. Berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam
melaksanakan tugas;dan
h. Terbuka terhadap setiap bentuk partisipasi, dukungan dan pengawasan
masyarakat.
Pasal 9
Etika dalam melakukan koordinasi dengan instansi lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, sebagai berikut:
a. Menghormati dan menghargai kesetaraan profesi :
1. Menjalin kerja sama secara bertanggung jawab; dan
2. Memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan standar prosedur
pelayanan yang telah ditetapkan
b. Menjaga kehormatan dan kewibawaan profesi :
1. Bersikap ramah, sopan dan tetap tegas dalam menegakkan aturan; dan
2. Tidak mengeluarkan ucapan atau melakukan perbuatan yang dapat
merendahkan diri sendiri ataupun instansi.
Pasal 10
Etika terhadap sesama pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf f,
adalah:
a. Menghormati sesama Pegawai tanpa membedakan suku, agama atau
kepercayaan yang dianut, ras dan antar golongan;
b. Memelihara persatuan dan kesatuan sesama pegawai;
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-8-
Pasal 11
Etika terhadap diri sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g,
meliputi :
a. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar;
b. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
c. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan;
d. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan,
keterampilan dan sikap;
e. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
f. Berpenampilan rapi dan sopan;
g. Tidak melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme;
h. Tidak melakukan perzinahan, prostitusi, perjudian, pencurian dan minum-
minuman keras;
i. Tidak menggunakan dan/atau mengedarkan zat psikotropika, narkotika
dan/atau sejenisnya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan; dan
j. Tidak memasuki tempat yang dapat mencemarkan atau menurunkan
harkat dan martabat pegawai kecuali atas perintah jabatan.
BAB IV
MAJELIS KODE ETIK
Bagian Kesatu
Pembentukan
Pasal 12
(1) Dalam rangka penegakan suatu dugaan pelanggaran Kode etik dibentuk
Majelis Kode Etik.
(2) Pembentukan Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh :
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
-9-
a. Bupati dan Wakil Bupati, apabila Pegawai ASN yang diduga melakukan
pelanggaran Kode Etik adalah Sekretaris Daerah;
b. Sekretaris Daerah, apabila Pegawai ASN yang diduga melakukan
pelanggaran Kode Etik adalah Eselon II dan Camat;
c. Kepala Perangkat Daerah, apabila Pegawai ASN yang diduga
melakukan pelanggaran Kode Etik adalah Eselon III selain Camat,
eselon IV, fungsional, pelaksana dan Calon Pegawai ASN di lingkungan
unit kerjanya;
(3) Keanggotan Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
dari :
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; dan
c. Paling sedikit 3 (tiga) orang anggotanya.
(4) Dalam hal keanggotaan Majelis Kode Etik lebih dari 5 (lima) orang, maka
jumlahnya harus ganjil.
(5) Jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah
dari jabatan dan pangkat Pegawai ASN yang diperiksa karena diduga
melanggar Kode Etik.
(6) Masa tugas Majelis Kode Etik berakhir pada saat keputusan Majelis Kode
Etik berakhir.
Pasal 13
Dalam hal pelanggaran Kode Etik dilakukan oleh Pegawai ASN dan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (5) tidak dapat dipenuhi di
lingkungan Perangkat Daerah yang bersangkutan, keanggotaan Majelis Kode
Etik dapat berasal dari pejabat di Lingkungan Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan/atau Inspektorat Daerah.
Bagian Kedua
Tugas dan wewenang
Pasal 14
Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 mempunyai tugas
sebagai berikut:
a. Melakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap laporan dan/atau
pengaduan terkait pelanggaran kode Etik;
b. Melakukan persidangan dan menetapkan jenis pelanggaran kode etik;
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 10 -
Pasal 15
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pasal 14, Majelis Kode
Etik berwenang :
a. Memanggil pegawai untuk didengar keterangannya sebagai terlapor;
b. Menghadirkan saksi untuk didengar keterangan guna kepentingan
pemeriksaan;
c. Mengajukan pertanyaan secara langsung kepada terlapor dan/atau saksi
mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran
yang dilakukan oleh terlapor;
d. Memutuskan dan/atau menetapkan sanksi jika terlapor terbukti
melakukan pelanggaran kode etik; dan
e. Merekomendasikan sanksi moral atau tindakan administratif.
BAB V
MEKANISME PENEGAKAN KODE ETIK
Bagian pertama
Penanganan Laporan
Pasal 16
(1) Setiap orang yang mengetahui adanya dugaan pelanggaran Kode Etik oleh
Pegawai ASN dapat melaporkan kepada unit kerja yang menangani
kepegawaian pada Perangkat daerah tempat Pegawai ASN bekerja;
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan ditindaklanjuti apabila
didukung dengan bukti yang diperlukan dan identitas yang jelas dari
Pelapor;
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Majelis Kode Etik
melakukan pemeriksaan pendahuluan untuk menentukan apakah laporan
tersebut termasuk dalam kategori pelanggaran Kode Etik atau tidak;
(4) Apabila dari hasil pemeriksaan pendahuluan sebagaimana dimaksud ayat
(3) diduga kuat bahwa perbuatan terlapor melanggar Kode Etik, maka
Majelis Kode Etik akan melaksanakan sidang.
Bagian Kedua
Pemanggilan
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 11 -
Pasal 17
(1) Terhadap terlapor sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (4),
dilakukan pemanggilan oleh Majelis Kode Etik untuk dilakukan sidang;
(2) Pemanggilan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan paling banyak 2
(dua) kali dengan tenggang waktu antara pemanggilan pertama dengan
pemanggilan kedua selama 7 (tujuh) hari kerja;
(3) Pemanggilan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan paling lambat 3
(tiga) hari kerja sebelum dilakukan pemeriksaan;
(4) Pemanggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan format Surat Panggilan sebagaiamana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini;
(5) Apabila diperlukan, Majelis Kode Etik dapat memanggil orang lain untuk
dijadikan saksi dan dimintai keterangan guna kepentingan pemeriksaan;
(6) Apabila setelah pemanggilan kedua tetap tidak hadir, maka Majelis Kode
Etik melaksanakan sidang tanpa kehadiran terlapor.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pemeriksaan
Pasal 18
(1) Pemeriksaan dilaksanakan secara tertutup, hanya diketahui dan dihadiri
oleh pegawai ASN yang diperiksa, Majelis Kode Etik dan saksi yang
dimintai keterangan apabila diperlukan;
(2) Pegawai ASN yang diperiksa karena diduga melakukan pelanggaran Kode
Etik, wajib menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh Majelis Kode
Etik dan memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya
pemeriksaan;
(3) Apabila pegawai ASN yang diperiksa tidak mau menjawab pertanyaan
yang diajukan, maka yang bersangkutan dianggap mengakui dugaan
pelanggaran kode etik yang dilakukannya;
(4) Dalam pemeriksaan, pegawai ASN yang diperiksa diberi kesempatan
untuk membela diri dan mengajukan saksi apabila diperlukan;
(5) Pegawai ASN yang diperiksa wajib berlaku sopan.
Pasal 19
(1) Hasil pemeriksaan Majelis Kode Etik dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan;
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 12 -
(2) Berita Acara Pemeriksaan dibuat rangkat 3 (tiga) dan ditandatangani oleh
Majelis Kode Etik yang memeriksa, pegawai ASN yang diperiksa dan saksi
apabila ada, dibuat sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini;
(3) Apabila pegawai ASN yang diperiksa tidak bersedia menandatangani Berita
Acara Pemeriksaan, maka Berita Acara Pemeriksaan tersebut cukup
ditandatangani oleh Majelis Kode Etik yang memeriksa, dengan
memberikan catatan bahwa pegawai ASN yang diperiksa menolak untuk
menandatangani Berita Acara Pemeriksaan.
Bagian Keempat
Sidang Majelis Kode Etik
Pasal 20
(1) Sidang Majelis Kode Etik dilaksanakan paling lambat 21 (dua puluh satu)
hari kerja setelah tanggal diterimanya laporan adanya pelanggaran kode
etik dari pelapor;
(2) Sidang Majelis Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (6)
dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 7 (Tujuh) hari kerja sejak
jadwal pemanggilan kedua;
(3) Dalam melaksanakan sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Majelis
Kode Etik menerapkan azas praduga tak bersalah.
Pasal 21
Majelis Kode Etik wajib menyampaikan Berita Acara Pemeriksaan dan
keputusan hasil sidang Majelis Kode Etik sebagai rekomendasi kepada Pejabat
yang berwenang dalam menetapkan keputusan pejatuhan sanksi moral
dan/atau administratif.
Bagian kelima
Putusan
Pasal 22
(1) Majelis Kode Etik berhak memutuskan atau menetapkan terlapor
terbukti/tidak terbukti melakukan pelanggaran;
(2) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa pegawai yang
diduga melakukan pelanggaran kode etik;
(3) Dalam hal terlapor terbukti melakukan pelangaran kode etik sebagaimana
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 13 -
Pasal 23
(1) Anggota Majelis Kode Etik yang tidak setuju terhadap keptusan sidang
sebagaimana dimaksud pasal 22, tetap menandatangani keputusan
sidang;
(2) Pernyataan tidak setuju sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam Berita Acara Sidang.
Pasal 24
(1) Majelis Kode Etik merekomendasikan tindakan administratif kepada
pejabat yang berwenang apabila terbukti perbuatan terlapor termasuk
kedalam pelanggaran disiplin Pegawain ASN.
(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling
lambat 8 (delapan) hari kerja setelah ditetapkan oleh Majelis Kode Etik.
(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dengan
memakai format sebagaimana tercantum dalam Format III dalam
Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.
Bagian Keenam
Kategori Pelanggaran Kode Etik
Pasal 25
(1) Pelanggaran kode etik dikategorikan :
a. Pelanggaran kode etik kategori ringan;
b. Pelanggaran kode etik kategori sedang;
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 14 -
Bagian Ketujuh
Sanksi
Pasal 26
(1) Setiap pegawai ASN yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik
dikenakan sanksi moral dan/atau administratif;
(2) Penetapan Sanksi moral dan/atau administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang
berdasarkan keputusan sidang Majelis Kode Etik;
(3) Penetapan Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa
pernyataan secara terbuka dan/atau tertutup;
(4) Dalam pemberian sanksi moral dan/atau administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disebutkan jenis pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh pegawai;
(5) Pernyataan secara terbuka dilakukan sendiri oleh ASN yang dinyatakan
melanggar kode etik;
(6) Pernyataan secara tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan apabila pelangaran kode etik dikategorikan sebagai pelanggaran
katerogi ringan.
(7) Pernyataan secara terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan:
a. Apabila pelanggaran kode etik dikatagorikan sebagai pelanggaran
kategori sedang pernyataan secara terbuka dilakukan pada saat Apel
Pagi di Instansi/SKPD ASN yang melanggar Kode Etik;
b. Apabila pelanggaran kode etik dikatagorikan sebagai pelanggaran
kategori berat, pernyataan secara terbuka dilakukan pada saat Apel
Bersama.
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 15 -
Pasal 27
(1) Penetapan sanksi moral sebagaimana dimaksud pasal 26 disampaikan
kepada Pegawai ASN yang bersangkutan yang dituangkan dalam Berita
Acara penyampaian.
(2) Berita Acara penyampaian sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menggunakan Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.
(3) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pasal 26 berupa surat pernyataan
bersalah disertai permohonan maaf dan penyesalan dari Pegawai ASN yang
melanggar kode etik.
(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan
lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.
Bagian Kedelapan
Pejabat yang Berwenang
Pasal 28
(1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan sanksi adalah :
a. Bupati bagi pegawai yang menduduki jabatan struktural eselon II;
b. Sekretaris Daerah/ Sekretaris DPRD/ Inspektur/Kepala
Badan/Kepala Dinas/Kepala Satpol PP/ Direktur RSUD bagi pegawai
yang menduduki jabatan struktural eselon III dan eselon IV, jabatan
fungsional tertentu dan jabatan pelaksana di unit kerjanya;
c. Sekretaris Daerah bagi Camat; dan
d. Camat bagi pegawai yang menduduki jabatan struktural eselon III dan
IV, jabatan fungsional tertentu dan jabatan pelaksana di unit
kerjanya.
(2) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimakud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Surat Keputusan.
(3) Format keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
BAB V
PEMULIHAN NAMA BAlK
Pasal 29
(1) Pegawai ASN yang tidak terbukti melakukan pelanggaran kode etik
berdasarkan keputusan hasil sidang Majelis Kode Etik dipulihkan nama
baiknya.
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 16 -
(2) Pemulihan nama baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Majelis Kode Etik.
(3) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercancum dalam
Lampiran VII dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di : Sampang
Pada tanggal : 11 September 2019
BUPATI SAMPANG,
ttd.
H. SLAMET JUNAIDI
Diundangkan di : Sampang
Pada tanggal : 11 September 2019
PJ. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMPANG,
ttd.
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 17 -
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 18 -
14
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 19 -
15
RAHASIA
SURAT PANGGILAN
NOMOR……………….
Sampang, ……………………….
Ketua
Majelis Kode Etik
Nama……………………….
NIP……………………….
Tembusan
Yth : 1. ……………………….
2. ……………………….
*) coret yang tidak perlu
**) Tulislah ketentuan dalam PP 42 Tahun 2004 dan/atau Peraturan Bupati
Nomor ……….. Tahun …………
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 20 -
16
RAHASIA
BERITA ACARA PEMERIKSAAN MAJELIS KODE ETIK
Saksi
Nama :………………. Nama :……………….
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 21 -
17
LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI SAMPANG
NOMOR : TAHUN 2019
TANGGAL : MEI 2019
Kepada
Yth. ……………………………………………
di …………………………….
Berdasarkan Sidang Majelis Kode Etik pada hari .... tanggal .... Majelis Kode
Etik telah memutuskan bahwa pegawai yang bersangkutan untuk :
Sampang, ……………………,…….
Ketua
NAMA:………………………….
NIP :………………………….
Sekretaris
NAMA:………………………….
NIP :………………………….
Tembusan:
1. ………………………..
2. ………………………..
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 22 -
18
Pada hari ini……… tanggal ………. bulan …….. tahun …….. saya :
Nama : ………………………………………
NIP : ………………………………………
Pangkat/Gol.Ruang : ………………………………………
Jabatan : ………………………………………
Nama : ………………………………………
NIP : ………………………………………
Pangkat/Gol.Ruang : ………………………………………
Jabatan : ………………………………………
NAMA NAMA
NIP NIP
**) Bagi ASN yang dijatuhi sanksi moral berupa Pernyataan Secara Terbuka
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 23 -
19
Nama : ………………………………………
NIP : ………………………………………
Pangkat/Gol.Ruang : ………………………………………
Jabatan : ………………………………………
Sampang,……………………….
Yang menyatakan
Mengetahui,
Kepala…………………..
Kabupaten Sampang
Nama……………………….. Nama…………………………….
NIP…………………………… NIP………………………………..
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 24 -
20
RAHASIA
KEPUTUSAN …………….. **)
NOMOR ………………..
TENTANG
……………………………………………..
………………………………………………………………. **)
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 25 -
21
NAMA…………………………………..
NIP………………………………………
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 26 -
22
KEPUTUSAN…………*)
NOMOR……………….*)
TENTANG
PEMULIHAN NAMA BAIK, HARKAT DAN MARTABAT
PEGAWAI NEGERI SIPIL
Menimbang : Bahwa berdasarkan Surat Keptusan Majelis Kode Etik
Nomor………**) tanggal……..**) tentang………**) yang
bersangkutan tidak terbukti melakukan perbuatan yang
melanggar ketentuan……..***)
NAMA…………………………………..
NIP………………………………………
*) Tulislah nama jabatan yang berwenang menjatuhkan sanksi moral
**) Diisi sesuai Keputusan Majelis Kode Etik
***) Diisi jenis dan tingkat pelanggaran sesuai Keputusan Majelis Kode
Etik
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP
- 27 -
Sekda Asisten Asisten Ka. Bag Ka. Bag Ka. Ka. SUBAG
PKR ADUM Hukum Organisasi BKPSDM PHP