Anda di halaman 1dari 2

Kebudayaan daerah Jakarta

Indonesia adalah sebuah negara dengan berbagai macam suku, ras, warna kulit, Bahasa,
bangsa, hingga kebudayaan, setiap daerah di setiap pelosok Indonesia memiliki ciri khas dan adat
istiadat yang berbeda pula, saah satunya kebudayaan kota Jakarta. Sebenarnya Sebagian
kebudayaan daerah jkarta berasal dari kebudayaan bertawi. Karena daerah Jakarta dulunya salah
satu deaerah betawi

Betawi memiliki banyak kebudayaan mulai dari upacara, rumah, pakaiana, hingga
makanannya. Budaya Betawi saat ini tidak trelepas dari pengaruh pedagang pedagang luar ataupun
penjajah, sperti ondel ondel merupakan pengaruh dari budaya tiongkok.

Ondel-Ondel merupakan salah satu kesenian khas Betawi yang memiliki filosofi sebagai
lambang kekuatan yang memiliki kemampuan memelihara keamanan dan ketertiban, tegar, berani,
tegas, jujur dan anti manipulasi. Namun, sebelum dikenal sebagai kesenian khas Betawi, Ondel-
Ondel adalah penolak bala atau kesialan.

Layaknya manusia, Ondel-Ondel juga memiliki jenis kelamin. Biasanya, wajah Ondel-ondel
laki-laki berwarna merah dengan alis hitam tebal. Tidak hanya itu, matanya pun dibuat melotot,
ditambah dengan kumis dan senyuman yang menyeringai akan tetapi terlihat ramah. Wajah tersebut
dibuat dengan maksud menimbulkan kesan semangat dan keberanian. Ada pula yang
menganggapnya sebagai simbol kekuatan jahat dan sangar.

Kembang kelapa memiliki filosofi perlambang kemakmuran, juga simbol dari kehidupan manusia
yang bermanfaat sebagaimana manfaat pohon kelapa. Selain itu kembang kelapa juga sebagai
simbol keterbukaan masyarakat dalam pergaulan sehari – hari, juga sebagai simbol tata warna
(multikultural) kebudayaan yang hidup dan berkembang di Kota Jakarta.

Bentuk kembang kelapa terbuat dari lidi yang dibungkus dengan kertas atau plastik warna warni dan
digunakan salah satunya sebagai dekorasi. Sebagai dekorasi dinamis kembang kelapa diletakkan di
depan arak-arakan dalam festival, atraksi pariwisata, pentas seni budaya (kirab, ngarak penganten
dan sebagainya). Sedangkan sebagai dekorasi statis diletakkan di samping kanan dan kiri pintu
masuk, pada kanan kiri pelaminan, pada kanan kiri panggung, digantung di plafon dan pada titik-titik
tertentu di dalam ruangan (aula, auditorium dan lain-lain) acara (resepsi, seminar, diskusi,dan
sebagainya).

2. Tanjidor

Mengenal 5 Ragam Budaya Betawi yang Unik Bangetinstagram.com/supri.atlantis

Untuk menampilkan pertunjukan ondel-ondel, tidak lengkap jika tidak menggunakan pengiring
musik. Salah satu pengiring musik ondel-ondel adalah Tanjidor. Tanjidor merupakan orkes khas
Betawi yang juga digunakan untuk pesta rakyat dan pengantar pengantin. Ada beberapa instrumen
dalam orkes tanjidor, diantaranya adalah klarinet, drum, saksofon tenor dan masih banyak lagi.

3. Lenong
Lenong merupakan kesenian teater tradisional khas Betawi. Jumlah pemain teater ini tidak lebih dari
10 orang dan menggunakan dialog bahasa Betawi. Saat pertunjukan, pemain lenong ini sesekali adu
pantun sehingga menambah keseruan jalan ceritanya. Berbeda dengan ondel-ondel, teater yang
penuh dengan lelucon ini menggunakan gambang kromong sebagai iringan musiknya.

Seni beladiri tradisional khas Betawi adalah silat beksi. Silat ini pertama kali dikembangkan oleh
masyarakat di daerah Kampung Dadap, kecamatan Kosambi, Tangerang. Baju yang digunakan oleh
pesilat ini disebut pangsi, yaitu baju longgar khas Betawi yang dipadukan dengan celana mengatung
di atas mata kaki, kain sarung kotak-kotak yang disematkan di leher, dan peci hitam atau merah.
Biasanya pesilat juga menambahkan atribut seperti sabuk hijau, cincin batu akik, sendal kulit dan
sebilah golok di bagian pinggang.

Upacara Adat Sunatan

Sunatan merupakan cara masyarakat Betawi menyebut acara sunat untuk anak laki-laki. Sunat bagi
masyarakat Betawi adalah upacara bagi anak laki-laki dalam rangka menuruti ajaran agama Islam
saat menuju masa akil balig. Sehari sebelum pelaksanaan sunat, biasanya anak lelaki akan dirias
menggunakan pakaian penganten sunat. Lalu, anak lelaki tersebut akan diarak mengelilingi kampung
dengan mengendarai kuda atau tandu yang diiringi dengan barisan rebana dan pencak silat. Upacara
ini dilakukan agar anak lelaki yang akan disunat merasa terhibur dan semangat menghadapi
pengalaman barunya besok. Baca Juga: Jadi Simbol Kesetiaan Masyarakat Betawi, Ini Serba-serbi
Buaya yang Dikenal Buas Pada upacara ini terdapat pelengkap dan pendukung, antara lain pakaian
penganten sunat lengkap, pembaca Shalawat Dustur, grup rebana, grup Ondel-Ondel, kuda hias, dan
delman hias. Setelah keesokan harinya anak lelaki tersebut disunat, maka dilanjutkan dengan acara
selamatan. Selamatan ini sebagai wujud syukur dan dilengkapi dengan berbagai hiburan untuk
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai