Disusun oleh :
Khotimatul Khusniah
(011191078)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Konsep Anatomi Dan Fisiologi
1. Ginjal
Merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostatis
cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan
homeostatic dengan mengatur volue cairan, keseimbangan osmotic, asam basa,
ekskresi sisa metabolism, system pengaturan hormonal dan metabolism. Ginjal
terletak pada rongga abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan kolumna
vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat dibelakang peritonium.
Tiap ginjal memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,5 cm
namun ginjal kiri lebih panjang daripada kanan. Berat ginjal pada laki-laki
dewasa ialah 150-170 gr dan wanita dewasa 115-155 gr. Berbentuk seperti
kacang, sisi dalam menghadap ke vertebra torakalis, sisi luarnya cembung dan
diatas setiap ginjal terdapat sebuah kelenjar suprarenal.
a. Struktur Ginjal
b. Pembungkus Ginjal
Ginjal dibungkus oleh massa jaringan lemak yang disebut
kapsula adipose. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal
yang memanjang melalui hilus renalis. Ginjal dan kapsula adipose
tertutup oleh lamina khusus dari fasia subserosa yang disebut fasia
renalis yang terdapat diantara lapisan dalam dari fasia profunda dan
stratum fasia subserosa internus.
c. Fungsi Ginjal
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran, yang masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih, panjangnya 25-30 cm dengan penampang 0,5 cm
memiliki 3 jepitan di sepanjang jalan. Lapisan ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat ( jaringan fibrosa ).
b. Lapisan tengah ( otot polos )
c. Lapisan sebelah dalam ( mukosa )
3. Vesika urinaria
Terletak dibelakang os.pubis. bagian ini tempat menyimpan urin,
berdinding otot kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urin
yang dikandung.
4. Uretra
Merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan
fungsinya menyalurkan urin keluar.
a.Uretra Pria
Dimulai dari orifisium uretra interna didalam vesika urinaria
sampai orifisium uretra eksterna pada penis yang panjangnya 17,5-20
cm yang terdiri dari :
1) Uretra prostatika
2) Uretra pars membranasea
3) Uretra pars kavernosus
4) Orifisium uretra eksterna
b. Uretra Wanita
Terletak dibelakang simfisis, berjalan sedikit miring kea rah
atas. Salurannya dangkal dengan panjang 4 cm mulai dari orifisium
uretra interna sampai ke orifisium uretra eksterna. Lapisan uretra
wanita terdiri dari :
1) Tunika muskularis
2) Lapisan spongeosa
3) Lapisan mukosa sebelah dalam
B. Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan
dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara
garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu sampah yang
berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces ( nondigestible waste ) serta
sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain
seperti urine, CO2, nitrogen, dan H2O.
3. Gaya hidup
Ketersediaan fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi eliminasi
urin.
4. Stres psikologis
Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih.
5. Tingkat aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan dibutuhkan dalam mempertahankan tonus
otot.Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk
tonussfingter internal dan eksternal.
6. Tingkat perkembangan
Misal pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena
adanyatekanan dari fetus7)
7. Kondisi penyakit
Saat seorang sakit, produksi urin nya sedikit hal ini disebabkan oleh
keinginanyntuk minum sedikit.
1. Retensi
a. Adanya pengumpulan urine di dalam kandung kemih dan ketidak sanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Menyebabkan distensi kandung kemih
c. Normal urine berada di kandung kemih 250-450 ml
d. Urine ini merangsang refleks untuk berkemih
e. Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menapung urine sebanyak
3000-4000 ml urine
2. Inkotinensia Urine
a) Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter untuk mengontrol
keluarnya urine dari kandung kemih
b) Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkotinensia berkurang
sampai inkotinensia komplit
c) Jika kandumg kemih tidak secara total dikosongkan selama inkotinensia
sampai inkotinensia sebagian penyebab inkotinensi
Proses ketuaan
Pembesaran kelenjar prostat
Spasme kandung kemih
Menurunnya kesadaran
Menggunakan obat narkotik sedative
3. Urgency
a) Adalah perasaan seseorang untuk berkemih
b) Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi jika
tidak berkemih
c) Pada umumnya anak kecil masigh buruk kemampuan mengontrol sfingter
eksternal
4. Dysuria
a) Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
b) Dapat terjadi karena : strikura uretra, infeksi perkemihan, trauma pada
kandung kemih dan uretra
5. Polyuria
a) Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500
ml/hari tanpa adanya peningkatan intake cairan
b) Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik
c) Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan\
6. Urinari Suppresi
a) Adalah berhenti mendadak produksi urine
b) Secara normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada
kecepatan 60-120 ml/jam ( 720-1440 ml/hari ) dewasa
c) Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 1000 ml/hari
disanuria
d) Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria
misalnya 100-500 ml/hari
e) Penyebab anuria dan oligiria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar
dan shock
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pielogram Intravena
Menvisoalisasi ductus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter, kandung
kemih dan uretra. Prosedur ini tidak bersifat invasif. Klien perlu menerima
injeksi pewarna radiopaq secara intravena.
3. Ultra Sonografi
Merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang berharga dalam mengkaji
gangguan perkemihan. Alat ini menggunakan gelombang suara yang tidak dapat
didengar, berfrekuensi tinggi, yang memantul dari struktur jaringan.
4. Prosedur Invasif
a. Sistoscopy
Sistoscopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak fleksibel tapi
ukurannya lebih besar sistoscopy diinsersi melalui uretra klien. Instrumen
ini memiliki selubung plastic atau karet. Sebuah obturator yang membuat
skop tetap kaku selama insersi. Sebuah teleskop untuk melihat kantung
kemih dan uretra, dan sebuah saluran untuk menginseri kateter atau
instrumen bedah khusus.
b. Biopsi Ginjal
Mentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal. Prosedur ini dilakukan dengan
mengambil irisan jaringan korteks ginjal untuk diperiksa dengan teknik
mikroskopik yang canggih. Prosedur ini dapat dilakukan dengan metode
perkutan ( tertutup ) atau pembedahan ( terbuka ).
c. Angiography ( arteriogram )
Merupakan prosedur radiografi invasif yang mengevaluasi sistem arteri
ginjal. Digunakan untuk memeriksa arteri ginjal utama atau cabangnya
untuk mendekteksi adanya penyempitan atau okulasi dan untuk
mengevaluasi adanya massa ( contoh: neoplasma atau kista ).
6. Arteriogram Ginjal
Memasukan kateter melalui arteri femonilis dan aorta abdomis sampai melalui
arteria renalis. Zat kontras disuntikan pada tempat ini, dan akan mengalir dalam
arteri renalis dan kedalam cabang-cabangnya.
Indikasi :
a. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hiperrtensi
b. Mendapatkan gambaran pembuluh darah suatu neoplasma
c. Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah korteks,
untuk pengetahuan pielonefritis kronik
d. Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan
tranplantasi ginjal.
7. Pemeriksaan Urine
Hal yang dikaji adalah warna, kejernihan, dan bau urine. Untuk melihat
kejanggalan dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dan lain-lain.
8. Tes Darah
Hal yang dikaji BUN, bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi,
intravenous, pyelogram.
F. Penatalaksaan Medis
1. Urgensi
Cream estrogen vaginal, antikolenergik, imipramine (tofranile). Diberikan pada
malam hari dan klien dianjurkan u tuk sering berkemih.
1. Observasi
a. Identifikasi penyebab
inkontinensia urin
b. Identifikasi perasaan dan Retensi Urin ( D.0050 )
persepsi terhadap
inkontinensia urin Perawatan Retensi Urin ( I.04165 )
2. Terapeutik
1. Observasi
a. Sediakan pakaian dan
a. Identifikasi ppenyeba retensi
lingkungan yang mendukung
urin
program inmontinensia urin
b. Monitor intake dan output
b. Ambil sampel urin untuk
cairan
pemeriksaan urin lengkap
c. Monitor tingkat distensi
atau kultur
kandung kemih dengan
3. Edukasi
palpasi/perkusi
a. Jelakan definisi, jenis dan
2. Terapeutik
penyebab inkontinensia urin
a. Sediakan privasi untuk
b. Diskusikan program
berkemih
inkontinensia urin
b. Pasang kaateter urin jika perlu
4. Kolaborasi
c. Fasilitasi berkemih dengan
a. Kolaborasi dengan medis
interval yang teratur
dan fisioterapi untuk
3. Edukasi
mengatasi inkontinensia urin
a. Jelaskan penyebab retensi urin
jika perlu
b. Ajarkan cara melakukan
rangsangan berkemih
DAFTAR PUSTAKA
Charlene J. Reeves at all. Keperawatan Medikal Bedah , Jakarta : Salemba Medica, 2001.