Anda di halaman 1dari 61

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT HANDOVER


DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG MELATI,
DAHLIA DAN ANGGREK RSUD ADNAN WD
PAYAKUMBUH TAHUN 2022

Disusun
Oleh :

Nama : Mayang Safitri


Nim : 1814201245

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PADANG
2022
Halaman Persetujuan
HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR SAAT HANDOVER
DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG MELATI
RSUD ADNAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2022

Oleh :
Mayang Safitri
NIM : 1814201245

Proposal penelitian ini telah disetujui untuk seminar


Bukittinggi,
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Vera Sesrianty ,M.Kep Ns. Millia Anggraini, MKM


NIK. 10103578053 NIK. 10103584066

Diketahui
Ketua Program Studi Pendidikan Keperawatan

Ns. Ida Suryati, M.Kep


NIK. 1420130047501027

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia-Nya yang selalu dilimpahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Sholawat

serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW Alhamdulillah dengan

berkat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini

dengan judul “Hubungan Penerapan Komunikasi Sbar Saat Handover

Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Melati, Anggrek Dan Dahlia

Rsud Adnan Wd Payakumbuh Tahun 2022” . Proposal penelitian ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam proses penyusunan Proposal Penelitian ini tidak lepas dari peran,

bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk menyelesaikan proposal penelitian

ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

a. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp., M.Biomed, selaku Rektor Universitas

Perintis Indonesia.

b. Bpk. dr. rer. nat Ik hwan Resmal a Sudji , M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.

c. Ibu Ida Suryati, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.

d. Ibu Ns. Vera Sesrianty, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan arahan, membina, memberikan

petunjuk dan saran yang selalu diberikan kepada penulis.

e. Ibu Ns. Millia Anggraini, M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan masukan kepada penulis demi tercapainya proposal ini.

ii
f. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Sarjana Keperawatan

Universitas Perintis Indonesia yang telah mendidik dan memberikan

ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya dengan baik.

g. Terkhusus kepada Ayah, Ibu, Kakak serta seluruh keluarga tercinta yang

selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa yang tulus dan tulus

kepada penulis dalam mempersiapkan diri untuk melalui segala tahapan

dalam penyusunan proposal penelitian ini.

h. Teman-teman program studi Sarjana Keperawatan dan teman-teman dari

Universitas Perintis Indonesia yang selalu memberikan semangat dan

motivasi dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan jasa yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih

memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap

semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan dimasa yang akan datang

Bukittinggi, 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vii


DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR SKEMA xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................8
C. Tujuan Penelitian........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian......................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kepuasan Kerja Perawat...........................................................10
1. DefinisI....................................................................................................10
2. faktor yang mempengaruhi......................................................................10
3. aspek-aspek.............................................................................................11
B. Konsep Komunikasi..................................................................................13
1. defenisi ...................................................................................................13
2. Tujuan .....................................................................................................14
3. Karakteristik Komunikasi........................................................................17
4. Teknik Komunikasi.................................................................................19
C. Handover dengan Metode SBAR (Situation Background Assessment
Recommendation)2............................................................................................19
BAB III KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori.........................................................................................30
B. Kerangka Konsep......................................................................................33
C. Hipotesis.....................................................................................................33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian.......................................................................34
B. Waktu dan tempat penelitian..................................................................34
C. Populasi dan sampel..................................................................................35
D. Variabel penelitian dan definisi operasional..........................................37

iv
E. Instrumen penelitian.................................................................................39
F. Etika Penelitian.........................................................................................39
G. Jenis data Teknik Pengumpulan Data....................................................41
H. Alur penelitian...........................................................................................45
I. Teknik Pengolahan Data..........................................................................46
J. Analisa Data...............................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.4 Definisi Operasional....................................................................... 36

vi
DAFTAR SKEMA

Nomor Skema Halaman

Skema 2.1 Kerangka Teoritis...............................................................................34


Skema 3. 2 Kerangka Konseptual....................................................................35

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Ganchart

Lampiran 2 : Format Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Format Pernyataan Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Observasi dan Lembar Ceklis Pre Intervensi

Lampiran 5 : Lembar Observasi dan Lembar Ceklis Post Intervensi

Lampiran 6 : Surat Izin Pengambilan Data Awal/ Izin Penelitian

Lampiran 7 : Lembaran Konsultasi

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan rumah sakit menyebabkan

masyarakat semakin selektif untuk memilih rumah sakit yang mampu

menyediakan kualitas pelayanan yang terbaik. Begitu pula tuntutan pelayanan

kesehatan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan

serta cakupan pelayanan (Devita, 2017).

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di Rumah sakit

karena selain jumlahnya yang dominan (55-65 %) juga merupakan profesi yang

memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien

setiap hari. Salah satu bentuk pelayanan perawat yang menentukan kualitas

rumah sakit yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif. Dalam

penelitian Ovari 2017 bahwa komunikasi yang efektif yag digunakan adalah

komunikasi SBAR.

Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

optimal serta dapat meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan

perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Mutu Pelayanan kesehatan

menurut Institite of medicine (IOM) merupakan suatu langkah menuju

peningkatan pelayanan kesehatan yang baik untuk individu maupun populasi

sesuai keluaran kesehatan yang diharapkan dan sesuai dengan pengetahuan

professional terkini (Sudariani, 2020).

1
2

Mutu pelayanan keperawatan menjadi salah satu indikator citra institusi

pelayanan kesehatan dimata masyarakat. Kualitas rumah sakit (RS) sebagai

sebuah institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan akan

bergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan

yang diberikan kepada pasien. Institusi pelayanan kesehatan khususnya RS

dikatakan bermutu jika memenuhi 6 indikator utama kualitas pelayanan di RS

yaitu: keselamatan pasien (patient safety), pengelolaan nyeri dan kenyamanan,

tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan, perawatan diri, kecemasan pasien,

dan perilaku pasien. Mutu pelayanan yang baik tersebut dapat dicapai salah

satunya dengan keterampilan berkomunikasi yang baik dan efektif antar tenaga

medis (Nursalam, 2016).

Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di Rumah sakit

karena selain jumlahnya yang dominan (55-65 %) juga merupakan profesi yang

memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien

setiap hari. Salah satu bentuk pelayanan perawat yang menentukan kualitas

rumah sakit yaitu dengan menggunakan komunikasi yang efektif (Suhartini,

2017).

Komunikasi efektif dalam lingkup lingkungan perawatan kesehatan

membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Hal tersebut termasuk

mengetahui kapan seorang harus berbicara, apa yang perlu dikatakan,

bagaimanakah cara mengatakannya dan mempunyai rasa percaya diri serta

mampu untuk mengetahui bahwa pesan telah diterima dengan benar.

Walaupun digunakan setiap saat dalam situasi klinis, keterampilan


3

berkomunikasi harus dipelajari, dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua

perawat sehingga perawat dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat

dalam lingkungan yang serba cepat dan tepat. Pendekatan sistematik

dibutuhkan untuk memperbaiki cara berkomunikasi salah satunya dengan

menggunakan teknik SBAR (Safitri, 2016).

Komunikasi SBAR terdiri dari S (Situation): sebuah pernyataan singkat

dari masalah yang terjadi pada saat itu, B (Background): pernyataan dari

informasi yang melatar belakangi situasi yang terjadi, A (Assessment):

pernyataan penilaian terhadap sebuah masalah, R (Recommendation):

pernyataan tentang tindakan meminta saran untuk melakukan tindakan

mengatasi masalah (Hikman, 2017).

Menurut Rezkiki (2017), mewajibkan perawat memperbaiki pola

komunikasi khususnya pada saat melakukan operan jaga atau handover yaitu

dengan menggunakan komunikasi SBAR. Adapun komunikasi SBAR itu

dimana S (situation) mengandung komponen tentang identitas pasien dan

masalah saat ini serta hasil diagnose medis. B (Background) menggambarkan

riwayat penyakit atau situasi yang mendukung masalah saat ini. A (Assesment)

merupakan kesimpulan masalah yang sedang terjadi. R (Recommendation)

adalah rencana ataupun usulan yang akan dilakukan untuk mengatasi

permasalahan yang ada.

Rekomendasi dari WHO tentang komuniasi SBAR merupakan salah

satu cara untuk meningkatkan kualitas keperawatan rumah sakit. Selain itu,

cara lain untuk memenuhi kualitas kepawatan yaitu perawat membutuhkan


4

kepuasan kerja agar ada rasa senang dalam diri perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan. Apabila kepuasan kerja perawat dapat terpenuhi, maka

secara sendirinya kepuasan layanan keperawatan juga dapat ditingkatkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Supinganto (2015) dalam penelitiannya

di RSUD Kota Mataram didapatkan hasil bahwa komunikasi SBAR belum

sepenuhnya efektif yaitu pada perawat dalam menyebutkan Situationdalam

kategori cukup baik 40,0 %, komponen Background 50,0 %, dalam

menyebutkan assessment dalam kategori kurang baik 60,0 % dan menyebutkan

recommendation 40,5 % dalam kategori baik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ovari (2017), kurang lebih

53,4 % perawat tidak melaksanakan metode komunikasi SBAR saat timbang

terima tugas keperawatan dan penelitian dari Rezkiki (2017), didapatkan

bahwa 66,7 % tidak menerapkan SBAR sesuai SOAP. Sedangkan berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Sudresti (2015) dalam Rizki (2017),

mendapatkan pelaksanaan komunikasi SBAR masih kurang, antara lain

perawat dalam menyebutkan Situation hanya 39,53 %, dalam menyebutkan

Background hanya 10,47 %, dalam menyebutkan assessment hanya 22,09 %

dan menyebutkan recommendation hanya 27,91 %.

Kepuasan kerja yaitu suatu respon emosional seorang terhadap berbagai

segi pekerjaannya. Seorang dapat merasakan kepuasan dengan salah satu

pekerjaannya dan merasakan ketidakpuasan dengan pekerjaannya yang lain,

tergantung dari kondisi tempat kerja dan hasil pekerjaan yang sesuai dengan
5

yang diharapkan. Kepuasan kerja tidak tampak secara nyata tetapi dapat

diwujudkan dalam suatu hasil dari pekerjaan (Safitri, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian Sayuni (2018) ada tujuh faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja yaitu 1, komunikasi yang baik dengan sesama

perawat 2, pemberian insentif yang sesuai dengan harapan 3, lingkungan kerja

yang nyaman 4, dukungan manajemen yang baik 5. sifat kerja yang tidak

monoton 6, pekerjaan yang sesuai dengan keahlian 7, adanya peluang promosi.

Kepuasaan kerja seorang perawat harus mendapat perhatian yang lebih dari

pihak manajemen RS, karena perawat merupakan karyawan terbanyak dalam

melaksanakan pelayanan keperawatan. Tingkat kepuasan kerja dapat terukur

berdasarkan beberapa indikator yaitu dari pekerjaan itu sendiri, penghasilan,

kesempatan untuk promosi, pengawasan, dan rekan kerja atau atasan.

Kepuasan kerja merupakan hasil dari berbagai macam sikap (attitude)

yangdimiliki oleh perawat. Bersadarkan Hasil penelitian kepuasan kerja oleh

Isna Ovari (2017) di RSUD Solo di rawat inap adalah 57 orang perawat

pelaksana yang melaksanakan metode komunikasi SBAR dengan baik,

mendapatkan kepuasaan dalam bekerja sebanyak 43 responden (85,2%) dan

11 responden (14,8 %) menyatakan kurang puas. Penerapan komunikasi SBAR

dalam strategi kolaborasi kerja akan memiliki efek positif pada lingkungan

kerja sehingga akan meningkatkan kerja sama tim, kepuasan dan keselamatan

pasien (Beckett, 2018).

Berdasarkan data rekam medis RSUD Adnan WD Payakumbuh

didapatkan jumlah perawat diruangan Melati sebanyak 17 prerawat, ruangan


6

Anggrek 15 perawat dan 15 perawat di ruangan Dahlia. Berdasarkan data 3

ruangan tersebut didapatkan jumlah perawat yang sebanyak 47 perawat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Juni 2022 di

ruang melati RSUD Adnan Wd Payakumbuh didapatkan 47 perawat yang

bertugas diruang rawat inap Melati, Angrek dan Dahlia didapatkan setengah

dari perawat menggunakan metode handover di RSUD Adnan Wd

Payukumbuh sudah menggunakan komunikasi SBAR, 5 dari 10 perawat yang

melakukan komunikasi SBAR mengatakan dalam penerapan serah terima

belum sepenuhnya tercapai karena waktu yang terbatas dan pekerjaan yang

masih banyak jadi penerapannya belum terlaksana dengan baik. Didaptkan

ruangan yang menggunakan metoda komunikasi SBAR dengan

tepat pelaksanaannya adalah ruangan Angrek dan Dahlia dengan

komunikasi SBAR ini dilaksanakan pada handover keperawatan dan pada

saat visite, perawat mengatakan sangat puas melaksanakan

asuhan keperawatan, karna perawat merasa mengerti dengan keadaan

pasien, karna komunikasi SBAR sangat menjelaskan bagaimana

keadaan pasien. Sedangkan ruangan yang tidak melakasanakan

komunikasi SBAR dengan tepat, adalah ruangan Dahlia, mengatakan

cukup puas saat melakukan asuhan keperawatan karna perawat

merasa kurang paham dengan keadaan pasien. Sesuai dengan

pengalaman peneliti ketika praktek klinik keperawatan di RSUD Dr. Adnan

WD Payakumbuh, terjadi kesalahan pemberian asuhan keperawatan pada

pasien DBD dikarenakan perawat shift pagi lupa menuliskan jumlah cairan
7

keberapa pada infus pasien, ketika pergantian shift siang perawat shift pagi

juga tidak menyampaikan kepada perawat shift siang.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik ingin melakukan

penelitian yang berjudul “hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati RSUD Adnan Wd

payakumbuh tahun 2022”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan penerapan

komunikasi SBAR saat handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang

melati RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

3. Tujuan

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati RSUD Adnan

Wd payakumbuh tahun 2022

b. Tujuan Khusus :

1) Megetahui distribusi frekuensi penerapan komunikasi SBAR saat

handover di ruang melati RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

2) Mengetahui distribusi frekuensi kepuasan kerja perawat di ruang

melati RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022

3) Mengetahui hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati RSUD

Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.


8

4. Manfaat

A. RSUD Adnan WD Payakumbuh


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perawat dalam penerapan komunikasi SBAR saat handover dengan

kepuasan kerja perawat di ruang melati RSUD Adnan Wd payakumbuh

tahun 2022Bagi responden

B. Bagi penelitian selanjutnya


Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya dalam

melakukan perbandingan hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat atau dengan variabel lain yang

lebih dikembangkan.

5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini tentang hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati, anggrek dan

dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022. Penelitian

dilaksanakan di ruang Melati RSUD Adman WD Payakumbuh pada bulan

Juli 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bekerja di ruangan Melati, Anggrek dan Dahlia dalam 1 tahun terakhir

yang berjumlah 47 perawat dengan jumlah sampel 47 orang. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan kusioner dengan teknik wawancara.

Desain penelitian ini adalah deskriktif analitik dengan cros sectional study.

Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Data diolah dan

dianalisa secara univariat, bivariat (uji chi-square).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kepuasan Kerja Perawat

1. Defenisi

Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul

setelah seseorang membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau

hasil suatu produk (Kotler, 2017). Dalam sebuah pelayanan, kepuasan

adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan pengalaman

terhadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan.

Kepuasaan kerja merupakan sikap positif terhadap pekerjaan pada

diri seseorang. Pada dasarnya kepuasaan kerja merupakan hal yang

bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda-beda seseuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya.

Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang

dijalankan, apabila apa yang dikerjakan dianggap telah memenuhi

harapan, sesuai dengan tujuannya bekerja. Apabila seseorang

mendambakan sesuatu, berarti yang bersangkutan memiliki suatu harapan

dan dengan demikian termotivasi untuk melakukan tindakan kearah

pencapaian harapan tersebut. Jika harapan tersebut terpenuhi, maka akan

dirasakan kepuasan. Kepuasan kerja menunjukkan kesesuaian antara

harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan,

sehingga kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan,

perjanjian psikologis dan motivasi (Robbin, 2017).

9
10

Berdasarkan pendapat definisi yang dikemukakan oleh para ahli

terkait kepuasan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja

adalah perasaan emosional yang menyenangkan maupun tidak

menyenangkan yang dirasakan pegawai dalam pekekerjaanya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Perawat

Menurut Herzberg dalam Gomes (2016) faktor mempengaruhi

dengan kepuasan kerja, yaitu:

a. Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi orang lain, dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan

sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk

menggerakkan orangorang tersebut agar dengan penuh pengertian dan

senang hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut.

Kepemimpinan manajerial ditandai dengan sifat manajerial dan

keterampilan manajerial yang mengarah ke pemberdayaan. Pembuatan

keputusan pimpinan dalam sebuah organisasi tergantung pada gaya

kepemimpinan (Siagian, 2015).

b. Kompensasi (Insentif)

Kompensasi merupakan istilah luas yang berkaitan dengan

imbalan yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan

kepegawaian mereka dalam organisasi. Pada umumnya bentuk

kompensasi adalah finansial karena pengeluaran moneter yang

dilakukan sebuah organisasi. Pengeluaran moneter dapat bersifat


11

segera atau tertangguh. Gaji mingguan atau bulanan karyawan

adalah contoh moneter yang bersifat segera (immediate payment)

sedangkan pensiunan, pembagian laba atau bonus merupakan

moneter bersifat tertangguh (deferred payment). Kompensasi bisa

diberikan dalam bentuk non moneter.

c. Kondisi Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor lain

yang mampu mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Lingkungan kerja yang baik dalam arti sempit tempat / lokasi kerja

aman, nyaman, bersih dan tenang, peralatan yang baik, teman

sejawat akrab, pimpinan yang pengertian akan memberikan

kepuasan karyawan (Gomes, 2015). Demikian pula yang

dinyatakan Flippo (2015), kondisi kerja yang nyaman aman dan

menarik merupakan keinginan karyawan untuk dipenuhi

perusahaan.

d. Kesempatan Promosi

Robbins (2015) menyebutkan bahwa reward system / kesempatan

untuk memperoleh promosi melalui jenjang kepangkatan mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas

kerja karyawan, dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas

kerja karyawan perlu memperhatikan kepuasan kerja karyawan.

Kesempatan promosi perawat di rumah sakit antara lain kesempatan

untuk menduduki jabatan kepala ruang, kabid keperawatan dan


12

pendidikan lanjut program nurse dengan tersedianya dana untuk meraih

hal tersebut, yang dapat meningkatkan kinerja rumah sakit. Hal ini dapat

mendorong motivasi perawat untuk senantiasa meningkatkan komitmen

bekerja di rumah sakit tersebut.

e. Supervisi

Tujuan pelayanan rumah sakit, khususnya pelayanan keperawatan

diperlukan supervisi keperawatan. Supervisi keperawatan adalah proses

pemberian sumber – sumber yang dibutuhkan perawat untuk

menyelesaikan tugas dalam rangka pencapaian tujuan. Adapun tujuan

dari supervisi keperawatan adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan

pelayanan pada klien dan keluarganya (Nursalam, 2016).

3. Aspek-Aspek Yang Menentukan Kepuasan Kerja

Aspek-aspek yang menentukan kepuasan kerja menurut

Robbins (2015), yaitu:

1) Kepuasan tentang pekerjaan

Kerja yang secara mental menantang Karyawan cenderung lebih

menyukai pekerjaan – pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk

menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan

beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka

bekerja.

2) Kepuasan Tentang Ganjaran Yang Pantas

Ganjaran yang pantas Para karyawan yang menginginkan

sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,
13

tidak meragukan, dan segaris dengan pengharapan mereka. Bila upah

dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat

keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan

besar akan dihasilkan kepuasan. Promosi memberikan kesempatan untuk

pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak, dan status sosial

yang meningkat. Oleh karena itu individu yang mempersepsikan bahwa

keputusan promosi dibuat dengan cara yang adil kemungkinan besar akan

merasakan kepuasan dengan pekerjaan mereka.

3) Kepuasan Tentang Rekan Kerja

Rekan sekerja yang mendukung. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga

mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung

menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Umumnya studi

mendapatkan bahwa kepuasan karyawan meningkat bila penyelia langsung

bersifat ramah dan dapat memahami, memberikan pujian untuk kinerja

yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu

minat pribadi pada mereka.

4) Kepuasan Tentang Kondisi Kerja Yang Mendukung

Kondisi kerja yang mendukung Karyawan peduli akan lingkungan kerja

baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan

tugas yang baik.

5) Kepuasan Tentang Kesesuaian Antara Kepribadian Dan Pekerjaan


14

Teori kesesuaian antara kepribadian pekerjaan yang dikemukakan Holland

menyimpulkan bahwa kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang

karyawan dan pekerjaan akan menghasilkan individu yang lebih

terpuaskan. Orang-orang yang tipe kepribadiannya sama dengan

pekerjaannya memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan dari

pekerjaannya, sehingga mereka juga mempunyai probabilitas yang lebih

besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi.

B. Konsep Komunikasi Teraupetik

1. Defenisi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin “communis” artinya

bersama. Secara terminologis, komunikasi adalah suatu proses

penyampaian pikiran atau informasi (pesan) dari satu pihak ke pihak

lain dengan menggunakan suatu media. Komunikasi adalah aktivitas

penyampaian informasi, baik berupa pesan, ide, dan gagasan, dari satu

pihak ke pihak lainnya. Komunikasi dapat dilakukan secara verbal

maupun lisan sehingga memudahkan kedua belah pihak untuk saling

mengerti. Komunikasi merupakan interaksi antara dua orang atau lebih

untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi tertentu. Komunikasi

selain dengan cara verbal, komunikasi juga bisa dilakukan dengan

bahasa tubuh atau menggunakan gesture untuk tujuan tertentu.

Komunikasi yang baik merupakan komunikasi yang dapat dimengerti

dan diterima oleh kedua pihak penerima dan pemberi komunikasi

(Daryanto, 2016).
15

Komunikasi adalah suatu transaksi pertukaran informasi,

proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur

lingkungannya dengan membangun hubungan antara sesama manusia

melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku

orang lain serta untuk mengubah sikap dan tingkah laku tersebut.

Terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses

penyembuhan terhadap pasien. Komunikasi terapeutik adalah

pengalaman interaktif bersama antara tenaga kesehatan dengan pasien.

Dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapi oleh pasien dan bisa menemukan solusi dari masalah yang

dihadapi pasien (Pranata, 2021).

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan

secara sadar dan terencana, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan

untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah merupakan

hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dengan pasien, dalam

hal ini tenaga kesehatan dan pasien memperoleh pengalaman belajar

bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar dan

terencana, bertujuan memperoleh pengalaman belajar bersama dalam

rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien untuk menghadapi

masalah dan kesembuhan pasien (Pieter, 2017).


16

2. Tujuan Komunikasi Teraupetik

Tujuan komunikasi terapeutik diarahkan pada pertumbuhan

pasien meliputi (Muhith & Siyoto, 2018):

a) Meningkatkan kemandirian dari pasien melalui proses realisasi diri,

penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.

b) Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi terhadap diri

sendiri.

c) Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim

dan saling tergantung dan mencintai antara petugas kesehatan dan

pasien.

d) Meningkatkan kesejahteraan pasien dengan meningkatkan fungsi

dan kemampuan memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuan

personal yang realistik

3. Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Adapun karakteristik komunikasi teraupetik adalah sebagai

berikut (Pieter, 2017):

a. Keikhlasan (Genuiness)

Terapis harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan

yang dimiliki oleh pasien serta keadaan pasien. Terapis yang

mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran

mengenai sikap yang dipunyai oleh pasien sehingga mampu belajar

untuk mengkomunikasikan segala sesuatu dengan tepat.

b. Empati (Emphaty)
17

Empati proses kejiwaan seseorang individu larut dalam

perasaan orang lain baik suka maupun duka, seolah-olah

merasakan atau mengalami apa yang terjadi pada pribadi pasien.

Empati merupakan suatu yang jujur, sensitif, apa adanya dan tidak

dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang dialami orang lain.

Empati cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman yang

dialami diantara orang yang terlibat komunikasi.

c. Kehangatan (Warmth)

Dengan kehangatan terapis akan mendorong dan membantu

pasien untuk mengekspresikan ide-ide pikiran dan menuangkannya

dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut disalahkan atau

dikonfrontasi. Suasana yang hangat dan nyaman tanpa adanya

ancaman, menunjukkan adanya rasa penerimaan dari pasien.

Sehingga pasien akan mengekspresikan perasaannya lebih

mendalam dan meluas.

4. Teknik Komunikasi Teraupetik

Teknik komunikasi terapeutik dengan menurut Stuart (2006)

dalam (Ariani, 2018):

c. Mendengarkan (Listening)

Mendengarkan merupakan dasar dari komunikasi yang

akan mengetahui perasaan seorang pasien. Teknik mendengarkan

dengan cara memberi kesempatan pasien untuk bicara banyak dan

tenaga kesehatan sebagai pendengar aktif tanpa memotong


18

pembicaraan terlebih dahulu. Tunjukkan perhatian bahwa tenaga

kesehatan mempunyai waktu untuk mendengarkan dengan teknik

berikut (Ariani, 2018):

1) Pandang wajah pasien ketika sedang bicara.

2) Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk

mendengarkan dari pasien.

3) Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak

menyilangkan kaki dan tangan didepan pasien.

4) Hindari gerakan yang tidak begitu diperlukan.

5) Angkat kepala apabila pasien membicarakan hal penting atau

memerlukan umpan balik dari kita.

6) Condongkan tubuh kita ke arah lawan bicara (pasien).

7) Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)

Memberikan inisiatif kepada pasien untuk menyeleksi topik

bahasan yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik

apabila pasien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif

pasien. Apabila tenaga kesehatan mendominasi interaksi dan

menolak respon pasien maka akan bernilai non terapeutik (Ariani,

2018).

d. Mengulang (Restating)

Merupakan teknik yang dilakukan atau dilaksanakan

dengan cara mengulang pokok pikiran yang diungkapkan dan

diutarakan pasien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan dari


19

pasien dan memberi indikasi tenaga kesehatan untuk mengikuti

pembicaraan. Teknik ini bernilai terapeutik jika ditandai dengan

tenaga kesehatan mendengarkan dan melakukan validasi,

mendukung pasien dan memberikan respon terhadap apa yang baru

saja dikatakan oleh pasien.

e. Penerimaan (Acceptance)

Mendukung dan menerima informasi dari pasien dengan

tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.

Penerimaan bukan berarti sebuah persetujuan. Menunjukkan

penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan

adanya suatu keraguan. Pelayanan kesehatan perlu menghindari

memutar mata keatas, menyilangkan kaki atau tangan,

melenggekkan kepala, mengerutkan atau memandang dengan muka

masam pada saat berinteraksi dengan pasien.

f. Klarifikasi (Clarification)

Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan apabila

tenaga kesehatan masih ragu, kurang jelas, tidak mendengar atau

pasien malu mengemukakan informasi dan tenaga kesehatan

mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh pasien.

g. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, pikiran,

perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada pasien. Hal ini

digunakan untuk memvalidasi pengertian dari tenaga kesehatan


20

tentang apa yang diucapkan dan diutarakan pasien untuk

menekankan empati, dan penghargaan terhadap pasien (Ariani,

2018).

h. Memfokuskan (focusing)

Memfokuskan adalah bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepada pasien untuk membahas masalah inti dan

mengarahkan komunikasi pasien pada pencapaian tujuan. Metode

ini dilakukan dengan tujuan membatasi topik pembicaraan

sehingga masalah lebih spesifik dan dimengerti dan lebih

mengarahkan komunikasi pasien pada pencapaian tujuan dari topik

pembahasan.

i. Diam (Silence)

Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan

pada pasien menjawab pertanyaan dari tenaga kesehatan. Diam

akan memberikan kesempatan kepada tenaga kesehatan dan pasien

untuk mengutarakan pikiran masing-masing.

j. Memberikan Informasi (Informing)

Memberikan informasi tambahan merupakan suatu

tindakan penyuluhan kesehatan untuk pasien. Teknik ini sangat

membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada

pasien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri

dan kemandirian diri untuk penyembuhan pasien. Informasi

tambahan yang diberikan kepada pasien harus dapat memberikan


21

pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah yang

dihadapi pasien serta membantu pasien dalam memberikan

alternatif pemecahan masalah.

k. Menyimpulkan (summarizing)

Menyimpulkan merupakan teknik komunikasi yang

membantu pasien menganalisa point penting dari interaksi tenaga

kesehatan. Teknik ini membantu tenaga kesehatan untuk memiliki

pikiran dan ide yang sama dalam membuat atau menetapkan

pendapat terakhir dari sesuatu yang disimpulkan (Ariani, 2018).

l. Mengubah Cara Pandang (Reframing)

Teknik ini bertujuan untuk memberikan cara pandang lain

sehingga pasien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek

negatifnya saja. Gerald, D dalam (Ariani, 2018) sehingga

memungkinkan pasien untuk membuat perencanaan yang lebih

baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

m. Eksplorasi

Menurut Antai Otong dalam (Ariani, 2018), teknik ini

bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang

dialami pasien agar masalah tersebut bisa diatasi dengan tepat.

Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan

gambaran yang detail tentang masalah yang dialami oleh pasien.

n. Membagi Persepsi (sharing perception)


22

Membagi persepsi adalah meminta pendapat pasien atau

bertukar pikiran tentang hal yang tenaga kesehatan rasakan atau

pikirkan. Teknik ini digunakan ketika tenaga kesehatan merasakan

adanya perbedaan antara respon verbal atau non verbal dari pasien.

o. Identifikasi Tema

Tenaga kesehatan harus tanggap terhadap cerita yang

disampaikan pasien dan harus mampu menangkap tema dari

seluruh pembicaraan tersebut. Identifikasi tema berguna untuk

meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting yang

terjadi pada pasien (Ariani, 2018).

p. Menganjurkan untuk Melanjutkan Pembicaraan

Teknik ini menganjurkan pasien untuk mengarahkan

hampir seluruh pembicaraan yang menunujukkan bahwa pasien

sedang mengikuti apa yang dibicarakan dan tertarik dengan apa

yang dibicarakan untuk selanjutnya (Muhith & Siyoto, 2018).

q. Humor

Menurut Sullivan dalam (Muhith & Siyoto, 2018), humor

merangsang produksi catecholamine dan hormone yang

menimbulkan perasaan sehat, menigkatkan toleransi terhadap rasa

sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan

menggunakan humor untuk menutupi rasa takut untuk menutupi

ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dengan baik kepada

pasien.
23

r. Memberikan Pujian

Menurut Gerald dalam (Muhith & Siyoto, 2018),

memberikan pujian merupakan suatu keuntungan psikologis yang

didapatkan pasien ketika bersosialisasi dengan tenaga kesehatan.

Hal ini berguna untuk meningkatkan harga diri dan menjaga rasa

percaya diri pada pasien. Memberikan pujian bisa diungkapkan

dengan kata-kata, tindakan, ataupun melalui komunikasi non

verbal.

s. Menawarkan Diri

Bukan tidak mungkin ketika pasien belum siap untuk

berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau pasien tidak

mampu untuk membuat dirinya dimengerti orang lain. Tenaga

kesehatan menyediakan diri untuk pasien tanpa respon bersyarat

atau respon yang diharapkan.

t. Memberikan Penghargaan

Memberikan salam pada pasien dan keluarga dengan

menyebut namanya, menanyakan keadaan pasien saat ini,

menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi, untuk

menghargai pasien dan keluarga sebagai manusia seutuhnya yang

mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sebagai seorang

individu.
24

u. Asertif

Asertif adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan

pikiran, perasaan, dan keinginan secara jujur kepada orang lain

dengan cara meyakinkan dan nyaman untuk mengekspresikan

pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain

(Muhith & Siyoto, 2018).

5. Tahap Komunikasi Teraupetik

Tahapan komunikasi terapeutik ada empat tahap, dimana setiap

tahap mempunyai tugas tersendiri yang harus diselesaikan oleh tenaga

kesehatan (Muhith & Siyoto, 2018).

a. Fase Prainteraksi

Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan

pasien. Tenaga kesehatan mengumpulkan data tentang pasien,

menyusun intervensi, mengekplorasi perasaan, fantasi dan

ketakutan.

b. Fase Orientasi

Fase ini dimulai ketika tenaga kesehatan pertama kali

bertemu dan kontak langsung dengan pasien. Pada tahap ini tenaga

kesehatan memberi salam, senyum, melakukan validasi (kognitif,

psikomotor, afektif), memperkenalkan nama, menanyakan nama

pasien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, kontrak waktu

yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan


25

kerahasiaan dari pasien. Tujuan akhir pada fase ini ialah terbina

hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dengan pasien.

c. Fase Kerja

Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan

yang dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada pasien

untuk bertanya, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan

dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai intervesi

sebelumnya. Tenaga kesehatan membantu memenuhi kebutuhan

dan mengembangkan pola-pola adaptif pasien. Interaksi yang

memuaskan akan menciptakan suasana yang meningkatkan

integritas pasien dengan meminimalisasi ketakutan,

ketidakpercayaan, kecemasan, dan tekanan pada pasien, serta bisa

membuat pasien terbuka kepada petugas kesehatan.

d. Fase Terminasi

Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah menyimpulkan hasil

wawancara atau diskusi, tindak lanjut dengan pasien melakukan

kontrak (waktu, tempat, dan topik), mengakhiri wawancara dengan

cara yang baik (Muhith & Siyoto, 2018).

6. Handover dengan Metode SBAR (Situation Background Assessment

Recommendation)

1. Defenisi

Serah terima (handover) adalah proses pengalihan wewenang dan


26

tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien

dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang lain. Handover bertujuan

untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan

informasi relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam

keselamatan dan keefektifan dalam bekerja. Handover memiliki dua

fungsi utama yaitu sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan

mengekspresikan perasaan perawat dan sebagai sumber informasi yang

akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan tindakan

keperawatan. Salah satu metode handover yang digunakan perawat adalah

dengan SBAR (Situation, Background, Assesment dan Recommendation)

(Murray, 2017).

Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment,

Recommendation) adalah kerangka komunikasi efektif yang digunakan di

rumah sakit. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang

disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.

Metode komunikasi SBAR digunakan saat perawat melakukan telepon ke

dokter atau handover ke pasien (Ismainar, 2015).

SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan

informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan

terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien.

SBAR dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima

antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.

SBAR melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan


27

masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.

SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim

kesehatan atau tim kesehatan lainnya (Wardhani, 2017).

Komunikasi SBAR dilakukan perawat untuk mengurangi insiden

keselamatan pasien terkait komunikasi. Komunikasi dengan SBAR dapat

membantu untuk mencegah kerusakan dalam komunikasi verbal dan

tertulis. Metode SBAR yang digunakan dalam komunikasi perawat

dengan dokter dapat memberikan informasi perawat hal yang harus

disampaikan ketika berkomunikasi sehingga akan mengurangi

kebingungan setiap perawat dalam berkomunikasi serta memungkinkan

semua informasi tentang pasien akan tersampaikan karena metode SBAR

sudah terstandarisasi (Ismainar, 2015).

2. Fungsi SBAR dalam proses komunikasi

a. Sebagai alat komunikasi

SBAR merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan

dalam sebuah percakapan, terutama saat menyampaikan hasil yang

kritis, dan membutuhkan perhatian segera seorang dokter untuk

memberikan suatu tindakan. Alat ini dapat mempermudah dan dijadikan

standar oleh tenaga kesehatan untuk menjelaskan informasi apa yang

harus dikomunikasikan antara anggota tim, dan bagaimana tindakan

selanjutnya. SBAR ini juga dapat membantu petugas kesehatan untuk

mengembangkan dan meningkatkan budaya keselamatan pasien (Zain,

2017).
28

b. Mengurangi Kejadian Insiden Keselamatan Pasien

Komunikasi dengan SBAR mengurangi insiden komunikasi yang

tidak terjawab dan telah terjadi melalui penggunaan asumsi, bantuan atau

ketidakjelasan sikap diam. Komunikasi dengan tool SBAR dapat

membantu untuk mencegah kerusakan dalam komunikasi verbal dan

tertulis, dengan cara menciptakan model bersama di semua hand over

pasien dan situasi yang membutuhkan pertukaran informasi secara kritis

(Wardhani, 2017).

c. Digunakan Untuk Timbang Terima Antar Tenaga Kesehatan

Metode SBAR juga digunakan dalam timbang terima antar tenaga

kesehatan atau yang dilakukan antara perawat dapat memberikan

informasi pada perawat tentang hal apa saja yang harus disampaikan

ketika berkomunikasi, sehingga akan mengurangi kebingungan setiap

perawat dalam berkomunikasi serta memungkinkan semua informasi

tentang pasien akan tersampaikan karena metode SBAR sudah

terstandarisasi. SBAR ini dapat digunakan untuk membentuk komunikasi

pada setiap tahap perjalanan pasien, dari isi surat rujukan dokter umum,

konsultan untuk rujukan, konsultan untuk berkomunikasi (April, 2018).

3. Tujuan Serah Terima/ Handover

Handover memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi

komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang

digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan pasien dan

keefektifan dalam bekerja. Menurut Nursalam (2015) secara umum tujuan


29

timbang terima yaitu mengkomunikasikan keadaan pasien dan

menyampaikan informasi yang penting. Sedangkan tujuan khusus timbang

terima yaitu:

a. Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (data fokus).

b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada pasien.

c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh

perawat dinas berikutnya.

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

4. Manfaat Serah Terima/ Handover

a. Bagi perawat

i. Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat

ii. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar

perawat

iii. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien dilaksanakan

secara berkesinambungan

iv. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

b. Bagi pasien yaitu pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung

bila ada yang belum terungkap (Nursalam, 2015).

i. Meningkatkan patient safety

ii. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang

iii. Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang

efektif
30

iv. Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap

5. Kerangka Komunikasi SBAR

Kerangka Komunikasi SBAR adalah kerangka tehnik komunikasi

yang disediakan untuk berkomunikasi antar para petugas kesehatan dalam

menyampaikan kondisi pasien (Permanente, 2011). SBAR adalah

kerangka yang mudah untuk diingat, mekanisme yang digunakan untuk

menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu perhatian dan

tindakan segera. SBAR menyediakan metode komunikasi yang jelas

mengenai informasi yang berkaitan tentang kondisi pasien antara tenaga

medis (klinis), mengajak semua anggota tim pelayanan kesehatan untuk

memberikan masukan pada situasi/kondisi pasien termasuk rekomendasi.

Fase pemeriksaan dan rekomendasi memberikan kesempatan untuk diskusi

diantara tim pelayanan kesehatan. Metode ini mungkin agak sulit pada

awalnya bagi pemberi dan penerima informasi (Leonard, 2014).

Menurut Leonard (2014), prinsip-prinsip menggunakan SBAR dan

apa yang harus dikomunikasikan, sebagai berikut :

a. S (Situation) mengandung informasi tentang identifikasi pasien,

masalah yang terjadi saat ini dan diagnosa medis.

b. B (Background) menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang

mendukung situasi saat ini seperti :

i. Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya

ii. Riwayat pengobatan

iii. Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan


31

iv. Riwayat alergi

v. Pemeriksaan penunjang yang mendukung

vi. Tanda-tanda vital terakhir

c. A (Assesment) : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang

timbul dari temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada

pasien yang apabila tidak diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang

lebih buruk.

d. R (Recommendation): Komponen recommendation menyebutkan halhal

yang dibutuhkan untuk ditindak lanjuti. Apa intervensi yang harus

direkomendasikan oleh perawat.

Tehnik komunikasi dengan metode SBAR menurut Arini, 2012

terdiri dari empat langkah :

i. Situasi (Situation). Menyampaikan apa yang terjadi dengan

pasien. Dimulai dengan memperkenalkan diri,

mengidentifikasi pasien, dan menyatakan masalah.

ii. Latar belakang (Background). Menyampaikan apa latar

belakang pada pasien ini. Sampaikan hasil pemeriksaan

penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan

waktu memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang

mungkin diajukan oleh komunikator (tenaga kesehatan).

iii. Penilaian (Assesment). Menyampaikan hasil pengamatan

dan evaluasi dari kondisi pasien.

iv. Rekomendasi (Recommendation). Menyampaikan atau


32

meminta saran berdasarkan informasi yang ada.

6. Fungsi SBAR Dalam Komunikasi

SBAR merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan

dalam sebuah percakapan, terutama guna menyampaikan hal yang kritis

dan membutuhkan perhatian segera seorang dokter untuk memberikan

suatu tindakan. Alat ini mempermudah dan dijadikan standar oleh tenaga

kesehatan untuk menjelaskan informasi apa yang harus dikomunikasikan

antara anggota tim, dan bagaimana tindakan selanjutnya. Hal ini juga dapat

membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

budaya keselamatan pasien (Arini, 2012).

7. Kelebihan Dokumentasi SBAR

a. Menyediakan cara yang efektif dan efisien untuk menyampaikan

informasi dan timbang terima;

b. Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi

dengan menggunakan elemen komunikasi SBAR

c. Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima

pasien

d. Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima.

8. Penerapan Komunikasi SBAR

a. Operan

Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan

menerima suatiulaporan yang berkaitan dengan kondisi pasien.

Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan kondisi


33

pasien, menyampaikan asuhan keperawatan yang belum

dilaksanakan, menyampaikan hal yang harus ditindaklanjuti,

menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus diterapkan

komunikasi efektif seperti SBAR.

b. Pelaporan Kondisi Pasien

Pelaporan kondisi pasien dilakukan oleh perawat kepada

tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk

melaporkan setiap kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter

dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien.

Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat meningkatkan

keselamatan pasien. Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan

kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif

antara perawat dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien.

c. Transfer Pasien

Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan

ke ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut. Transfer pasien dibagi menjadi

transfer pasien internal dan eksternal. Transfer pasien internal

adalah transfer antar ruangan didalam rumah sakit dan transfer

pasien eksternal adalah transfer antar rumah sakit. Transfer pasien

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki kemampuan

dan pengetahuan terkait prosedur transfer. Kemampuan dan

pengetahuan tenaga kesehatan yang harus dimiliki adalah


34

memahami proses pra transfer, peralatan transfer, dan komunikasi

saat transfer pasien.

9. Indikator Pengukuran SBAR

a. Sangat baik : 76%-100%

b. Baik : 65%-75%

c. Cukup : 55%-64%

d. Kurang : <55% (Depkes RI, 2016

10. Kerangka Teori


Penerapan
Metode SBAR
Faktor-faktor yang Kepuasan kerja
dalam Handover
mempengaruhi
komunikasi efektif :
Faktor yang mempengaruhi
1. Persepsi Komunikasi Efektif kepuasankerja perawat
2. Pengetahuan SBAR a. Upah/gaji
3. Sikap a. Situation b. Pengalaman kerja
4. Motivasi b. Background c. Supervise
c. Assesment d. Lingungan kerja
d. Recomendation e. Rekan kerja
Faktor yang f. Pekerjaan itu sendiri
mempengaruhi perilaku
(Kongsuwan Nilmanat K,
Prompahakul C, 2011) :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Masa kerja
4. Pendidikan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Leonard, 2014 danTimbang Terima dari Nursalam, 2015
35

11. Penelitian Terkait


Penelitian Yang Dilakukan Oleh Fadia (2020) Dengan Judul Penerapan

Komunikasi Sbar Saat Handover Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang

Rawat Inap Rsud Labuang Baji Makassar dengan hasil uji Fisher’s Exact Test

terdapat hubungan antara penerapan komunikasi SBAR saat handover dengan

kepuasan kerja perawat (p=0,000 dimana p=0,05). Dengan demikian

diharapkan perawat untuk melaksanakan komunikasi SBAR saat handover

secara efektif agar dapatmeningkatkan kepuasan kerja. Pendekatan sistematik

dibutuhkan untuk memperbaiki cara berkomunikasi salah satunya dengan

menggunakan teknik SBAR ( Safitri, 2016 ). Berdasarkan hasil penelitian

Sayuni ( 2018) Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja.


36
BAB III
KERANGKA KONSEP
1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu urain dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

yang satu dengan variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Notoadmojo, 2012). Pada kerangka konsep penelitian menemukan variabel

dependent yaitu kepuasan kerja, berhubungan dengan variabel independent

yaitu komunikasi SBAR saat handover.

Variabel Independen Variabel dependen

Komunikasi SBAR saat Kepuasan Kerja


handover

Skema : 3.2 Kerangka Konsep

2. Defenisi Operational

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

36
( Independe Suatu proses Kusioner Wawanc Baik > mean
n ) transfer ara Tidak baik ≤
Komunikasi pesan dari perawat mean
SBAR shift sebelumnya
ke
shift berikutnya
melalui
pendekatan
komunikasi yang
mengacu
padaSituation,
Background,
Assessment,
Puas > mean
Recommendation Tidak puas ≤
mean
Perasaan subjektif Kusioner
yang dirasakan Wawanc
responden didalam ara
( Dependen ) suatu lingkungan
Kepuasan pekerjan karena
kerja kebutuhannya
terpenuhi dengan
baik yang meliputi
gaji, pekerjaan itu
sendiri, supervise,
rekan kerja dan
lingkungan kerja.

3. Hipotesis

Dari kerangka konsep diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai

berikut :

Ha : Ada hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati, anggrek dan

dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022

39
40

H0: Tidak ada hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati, anggrek dan

dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.


41
BAB IV
METODE PENELITIAN

B. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriktif analitik yang merupakan suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat

gambaran atau deskripsi tentang sesuatu secara objektif, dengan

pendekatan Cross sectional study yaitu merupakan rancangan penelitian

dengan menggunakan pengukuran dan pengamatan pada variabel

independen dan variabel dependen pada saat bersamaan. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan penerapan komunikasi SBAR saat

handover dengan kepuasan kerja perawat di ruang melati, anggrek dan

dahlia RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di di ruang melati, anggrek dan dahlia

RSUD Adnan Wd payakumbuh tahun 2022 mulai dari penyusunan

proposal pada bulan Januari-Agustus 2022 pengumpulan data, penelitian

akan dilakukan dibulan Juli 2022.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang

bertugas diruang melati, anggrek dan dahlia.

41
42

2. Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

mewakili populasi (Notoadmojo, 2010). Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.

Sampel penelitian ini adalah : 47 responden

Dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

4) Semua perawat pelaksana yang bekerja di ruangan melati,

anggrek dan dahlia

5) Tidak sedang mengambil cuti dan tidak sedang tugas belajar

atau mengikuti pendidikan/pelatihan yang meninggalkan tugas

rumah sakit pada saat proses penelitian dilakukan

6) Semua perawat yang hadir saat dilakukan penelitian

7) Bersedia menjadi responden penelitian

b. Kriteria eksklusi

1) Sedang dalam kondisi yang kurang sehat/sakit.

2) Responden menolak mengisi kuesioner

3) Responden tidak menyelesaikan pengisian kuesioner

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan saat perawat

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di ruang rawat inap di

ruang melati, dahlia dan anggrek di RSUD Adnan Wd payakumbuh.


43

Responden diberi penjelasan tentang tujuan dari penelitian ini.

Responden yang bersedia menjadi responden dilakukan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumentasi

mengenai perawat dalam memberikankan pelayanan kepada pasien dan

penilaian kepuasan kerja perawat dari catatan rekam medis ruangan

dan SOP komunikasi SBAR (Nursalam, 2016).

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

Adapun tahap-tahap pengumpulan data yang peneliti lakukan

dalam penelitian sebagai berikut :

a) Peneliti mengajukan penerbitan surat permohonan izin

pengambilan data pada institusi Universitas Perintis.

b) Setelah mendapatkan izin peneliti akan mengunjungi ruangan rawat

inap RSUD Adnan Wd payakumbuh untuk melakukan pengambilan

data.

c) Setelah pengambilan sampel, peneliti memperkenalkan diri, dan

menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, serta meminta

persetujuan untuk menjadi responden.

d) Responden diminta membubuhkan tanda tangan di informed

concent bagi yang berada ditempat dan memenuhi kriteria sampel.

e) Peneliti mewawancara setiap responden sesuai dengan variabel

peneliti.
44

f) Setelah responden menandatangani informed consent, peneliti

membacakan kuesioner pada responden dan responden menjawab

pertanyaan tersebut.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah melalui proses

komputerisasi. Tahapan dalam pengolahan data pada penelitian ini yaitu :

1. Pemeriksaan Data (editing)

Peneliti memeriksa ulang kelengkapan pengisian lembar

observasi apakah jawaban yang ada sudah relevan, lengkap, jelas, dan

konsisten. Editing dilakukan secara manual.

2. Pengkodean Data (coding)

Peneliti memberi kode pada setiap perawat untuk

memudahkan dalam pengolahan data dan analisa data. Untuk

komunikasi efektif diberi kode (1) dan tidak efektif diberik kode (2).

Sedangkan untuk kepuasan kerja perawat dengan kategori puas diberi

kode (1) dan tidak puas diberi kode (2).

3. Memasukkan Data (entry)

Peneliti memasukkan data yang telah diberi kode kedalam

tabel dan diolah kedalam program komputer.

4. Pembersihan Data (cleaning)

Peneliti melakukan kegiatan pembersihan seluruh data agar

terbebas dari kesalahan sebelum dilakukan analisa data, baik

kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca kode,


45

kesalahan juga dimungkinkan terjadi pada saat peneliti memasukkan

data ke komputer. Setelah data didapat kemudian dilakukan

pengecekan kembali apakah data ada yang salah atau tidak.

Pengelompokkan data yang salah diperbaiki sehingga tidak

ditemukan kembali data yang tidak sesuai.

5. Tabulasi (Tabulating)

Peneliti melakukan pengelompokan data atas jawaban-jawaban

dengan teratur dan teliti, kemudian dihitung, dijumlahkan dan

disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan tabel tersebut akan dipakai

untuk membuat data agar didapat hubungan atau pengaruh antara

variabel-variabel yang telah ada.

H. Analisis Data

i. Analisis Univariat

Analisis Univariat ini menggambarkan distribusi frekuensi dari

variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel

dependen. Data yang dianalisis secara univariat adalah komponen-

komponen variabelnya : kepausan kerja dan komunikasi SBAR.

Kemudian semua variabel di cari distribusi frekuensinya untuk melihat

presentasi dari masing-masing variabel.

j. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diteliti

diduga berpengaruh, pengujian untuk pengambilan keputusan apakah

hipotesa yang diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima


46

dengan menggunakan uji statistik Chi-Square test dengan syarat sebagai

berikut tidak ada cell dengan frekuensi kenyataan 0 (nol), jika tabel

kontingensi 2x2 maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi

harapan kurang dari 5, apabila bentuk tabel 2x3 maka jumlah cell dengan

frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%. Untuk

melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan

0,05, sehingga jika nilai p ≤ 0,05, maka secara statistik disebut bermakna

jika nilai p > 0,05 maka hasil hitungan tersebut tidak bermakna.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian pada responden peneliti

memperlihatkan etika penelitian antara lain :

1. Izin Penelitian

Sebelum mengambil data dilapangan peneliti meminta surat izin

yaitu dari Universitas Perintis, dilanjutkan izin ke RSUD Adnan Wd

payakumbuh.

2. Lembar Persetujuan (Inform Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian dan pengukuran. Jika

responden bersedia, maka mereka harus menanda tangani surat persetujuan

penelitian, jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak pasien.


47

3. Anonimity (Tanpa Nama)

Dalam penelitian ini peneliti menjaga kerahasiaan identitas

responden, dan tidak menyebar luaskannya (privacy responden).

4. Autonomy

Peneliti memberikan kebebasan bagi responden untuk menentukan

keputusan sendiri. Apabila sampel menolak menjadi responden, maka

tidak ada paksaan dari peneliti kepada responden serta tetap menghormati

dan menghargai keputusan, hak, pilihan dan privacy responden.

5. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjaga kerahasiaan dari hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Arianti, N. D,.(2017).Gambaran Komunikasi SBAR Saat Transfer Pasien Pada


Perawar Di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang. Skripsi S1
Keperawatan. Universitas Diponegoro
Cahyono (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam praktik
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.
Devita Celly, (2017). Skripsi gambaran tingkat kepuasan perawat dalam
pelaksanaan komunikasi SBAR pada saat timbang terima pasien.Universitas
Diponegoro: Semarang
Hasibuhan, (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi AksarA
Hastono, (2016). Analisa Data pada Bidang Kesehatan. Jakarta:Raja Grafindo
Persada
Karimah Ippa, (2017) Tingkat kepuasan perawat pelaksana di rumah sakit.
Skripsi Universitas Islam Makassar
Noormailida dkk.(2019). Penerapan Komunikasi Situation, Background,
Assesment, Recomendation (SBAR) Pada Perawat Dalam Melaksanakan
Handover. IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices). Vol 3 no 1: 42-
51
Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan
Provesional edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.(2018).Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional.Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Ovari Isna, (2017). Hubungan Pelaksanaan metode komunikasi SBAR saat
timbang terima tugas keperawatan dengan kepuasan kerja perawat:134-
135
Rezkiki Fitrilaona, (2017). Faktor yang berhubungan dengan penerapan
komunikasi SBAR Diruang Rawat Inap (Jurnal Volume 1 nomor 2)
Sugiyono (2014), Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif.
Bandung : Alfabeta
Sulistyawati W & Sri H.(2019).Supervisi tentang Komunikasi SBAR (Situation,
Background, Assesmen and Recommendation) Berpengaruh terhadap
Kualitas Handover Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .7, No.1.hal 19-26
Suryani. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: EGC; 2016.

48
49

KUSIONER PENELITIAN

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis kelamin :
4. Usia :
5. Lama Bekerja :
6. Pendidikan :
7. Pernah mengikuti pelatihan SBAR:
B. Komunikasi SBAR
1. Beri tanda silang () pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling benar.
2. Bacalah petunjuk pengisian dengan baik sebelum menjawab pernyataan.
3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan benar
4. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap saudara/i
5. Atas kesediaan dan kerelaan untuk mengisi kuesioner ini diucapkan terima
kasih

Keterangan :
1. Selalu (SL) : Dikerjakan terus menerus, tidak pernah tidak dikerjakan. (4)
2. Sering (SR) : Dikerjakan terus menerus, pernah tidak dikerjakan (3)
3. Kadang-kadang (KK): Sekali-kali dilakukan.(2)
4. Tidak pernah (TP) : Sama sekali tidak pernah dilakukan.(1)

No Pertanyaan SL SR KK TP
1 Situasion
Ketika handover perawat menyebutkan :
a Pada saat handover saya menyampaikan
nama pasien
b Pada saat handover saya menyampaikan
umur pasien
c Pada saat handover saya menyampaikan
tanggal masuk pasien
d Pada saat handover saya menyampaikan
hari rawatan pasien
e Pada saat handover saya menyampaikan
diagnosa medis pasien.
f Pada saat handover saya menyampaikan
masalah keperawatan
g Pada saat handover saya menyampaikan
respon pasien terkait diagnosa
keperawatan
h Pada saat handover saya menyampaikan
dokter penanggung jawab pasien
2 Background Saat operan disampaikan :
50

a Pada saat handover saya menyampaikan


keluhan sebelumnya
b Pada saat handover saya menyampaikan
intervensi yang telah dilakukan perawat
c Pada saat handover saya menyampaikan
tanda-tanda vital pasien
d Pada saat handover saya menyampaikan
riwayat alergi
3 Asssesment
Setiap overan dinas menyebutkan:
a Pada saat handover saya menyampaikan
hasil pengkajian pasien terkini
b Pada saat handover saya menyampaikan
skala nyeri pasien membaik atau
memburuk (jika terdapat nyeri)
c Pada saat handover saya menyampaikan
tingkat kesadaran pasien
d Pada saat handover saya menyampaikan
resiko jatuh pasien
e Pada saat handover saya menyampaikan
status nutrisi pasien
f Pada saat handover saya menyampaikan
status eliminasi pasien
g Pada saat handover saya menyampaikan
hasil penilaian abnormal pasien
h Pada saat handover saya menyampaikan
informasi klinik lain yang mendukung
4 Recommendation
Setiap overan dinas disampaikan :
a Pada saat handover saya menyampaikan
rekomendasi intervensi keperawatan
yang perlu dilanjutkan
b Pada saat handover saya menyampaikan
rekomendasi dokter terkait tindakan yang
perlu dilakukan
c Pada saat handover saya menyampaikan
hasil pemeriksaan laboratorium pasien
d Pada saat handover saya menyampaikan
terapi medis dan terapi keperawatan
e Pada saat handover saya menyampaikan
edukasi pasien atau keluarga
f saya melakukan discharge planning pada
pasien rencana pulang

Nurfadlia, 2020

C. Kepuasan Kerja
1. Beri tanda silang () pada jawaban yang Bapak/Ibu anggap paling benar.
51

2. Bacalah petunjuk pengisian dengan baik sebelum menjawab pernyataan.


3. Jawablah pernyataan dibawah ini dengan baik dan benar
4. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap
saudara/i
5. Atas kesediaan dan kerelaan untuk mengisi kuesioner ini diucapkan
terima kasih
Keterangan :
1. Skor 4 = Sangat Puas
2. Skor 3 = Cukup Puas
3. Skor 2 = Tidak Puas
4. Skor 1 = Sangat Tidak Puas
No Pertanyaan SP Cp TP STP
1 Saya senang menerapkan komunikasi SBAR
saat handover
2 Penerapan komunikasi SBAR saat handover
dapat meningkatkan kerjasama antar rekan
kerja/tim
3 Saya selalu melakukan/menyampaikan kondisi
pasien melalui komunikasi SBAR saat
handover karena dapat meningkatkan
keselamatan pasien
4 Saya mampu menerapkan komunikasi SBAR
saat handover karena belajar dari pengalaman
kerja saya selama bekerja.

5 Komunikasi SBAR saat handover yang saya


lakukan dapat terlaksana dengan baik karena
pengalaman kerja yang saya miliki.
6 Saya menerima insentif yang lebih ketika
melakukan komunikasi SBAR saat handover
dengan efektif dan efiesien.
7 Jumlah gaji yang saya terima sesuai dengan
standar yang berlaku
8 saya mendapat reward/pujian dari atasan ketika
melakukan komunikasi SBAR saat handover
karena kondisi pasien dijelaskan dengan
lengkap
9 Saat menerapkan komunikasi SBAR saat
handover, atasan saya bersedia memberikan
bimbingan bila saya tidak memahami pekerjaan
yang ditugaskan.
10 Melalui komunikasi SBAR saat handover
atasan memberikan penilaian kerja yang baik
karena saya menyampaikan kondisi pasien
dengan lengkap dan jelas.
11 ketika saya menerapkan komunikasi SBAR
saat handover tidak sesuai standar, atasan saya
52

memberikan saran/masukan agar kesalahan


tidak terulang kembali
12 Rekan kerja selalu memberikan dukungan
dalam melakukan komunikasi SBAR saat
handover
13 Saat melakukan komunikasi SBAR saat
handover rekan kerja memberikan masukan
apabila saya melakukan kesalahan
14 Kondisi lingkungan kerja memungkinkan saya
untuk melakukan komunikasi SBAR saat
handover
15 Saya merasan senang dan nyaman dengan
kondisi lingkungan kerja saat ini

Nurfadlia, 2020

Anda mungkin juga menyukai