InsideTax
Edisi Khusus | 41 I Desember 2019
ANTARA
RELAKSASI &
MOBILISASI
Redaksi
Pemimpin Umum
Darussalam
Kontributor Ahli
B. Bawono Kristiaji (Koord.),
Romi Irawan,
David Hamzah Damian
Pemimpin Redaksi
Bastanul Siregar
Redaktur
Kurniawan Agung Wicaksono,
Awwaliatul Mukarromah,
SALAM REDAKSI
Gallantino Farman
Pembaca Budiman,
M
Researcher-Reporter
Doni Agus Setiawan, ajalah InsideTax kali ini hadir di tengah suasana yang sedikit suram
Denny Vissaro, alias tidak bisa dibilang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi tahun
Dea Yustisia, 2019 yang ditargetkan melaju 5,3% diprediksi meleset hanya mencapai
Nora Galuh Candra 5,05%, lebih lambat dari realisasi tahun lalu 5,17%.
Untuk itulah InsideTax kali ini akan membahas sektor-sektor tersebut, dan
melengkapinya dengan serta tren teknologi administrasi pajak, omnibus law,
kebijakan fiskal, dan perkembangan lanskap pajak global. Semoga InsideTax kali
ini menginspirasi. Selamat membaca.
INSIDETAX 3
DAFTAR ISI
Wakil Menteri Keuangan
DI BAWAH BAYANG- Suahasil Nazara:
BAYANG RESESI
‘Insentif Efektif Bila Tepat
8 12 Sasaran, Tepat Waktu, &
Temporer’
MENANTI TEROBOSAN
DIRJEN PAJAK
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 5 tahun
mendatang diprediksi lebih lambat dari 5 tahun
15
sebelumnya. Pemerintah harus memitigasi dampak negatif
resesi global.
DENGAN KEBIJAKAN
FISKAL
Wakil Ketua Umum Bidang
39 Perpajakan Apindo Siddhi
Widyaprathama:
‘Jangan Bebani
35 dengan Hal
Administratif’
4 INSIDETAX
MENGGENJOT PENERIMAAN
DENGAN TEKNOLOGI
Dirjen Bea dan Cukai 46
Heru Pambudi:
‘Kami Berharap
43 Indonesia Punya Cetak
Biru Tarif Cukai’
DI BAWAH
BAYANG-BAYANG
RESESI
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 5 tahun mendatang
diprediksi lebih lambat dari 5 tahun sebelumnya. Pemerintah harus
memitigasi dampak negatif resesi global.
C
UMA 4,8%. Itulah angka pertumbuhan ekonomi
2020 versi Institute for Development of Economics
and Finance (Indef). Angka itu disampaikan
Direkur Program Indef Berly Martawardaya dalam
seminar nasional Proyeksi Ekonomi Indonesia 2020 di
Jakarta, 26 November 2019.
8 INSIDETAX
Di Bawah Bayang-Bayang Resesi
INSIDETAX 9
Di Bawah Bayang-Bayang Resesi
10 INSIDETAX
Di Bawah Bayang-Bayang Resesi
‘Insentif Efektif
Bila Tepat Sasaran,
Tepat Waktu, & Temporer’
P
EREKONOMIAN Indonesia hingga kuartal III/2019 hanya
tumbuh 5,04%. Di tengah lesunya ekonomi global, bahkan ada
beberapa negara yang menuju resesi, pertumbuhan ekonomi
Indonesia itu dinilai cukup baik oleh pemerintah. Dalam situasi ini,
bagaimana respons kebijakan fiskal yang akan dijalankan?
InsideTax berkesempatan mewawancarai Wakil Menteri Keuangan
Suahasil Nazara belum lama ini untuk mengetahui respons dan
arah kebijakan fiskal ke depan. Pembahasan mengenai peningkatan
kualitas sumber daya manusia mendominasi wawancara tersebut.
Kutipannya:
Seperti apa kebijakan fiskal Indonesia untuk merespons bayang-
bayang resesi di berbagai negara?
Secara umum kebijakan fiskal yang efektif apabila mampu
merespons dinamika secara tepat sesuai siklus perekonomian
sehingga dapat menjaga keseimbangan makro. Dalam konteks
terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi maka pemerintah perlu
melakukan counter cyclical dengan menempuh kebijakan ekspansif
untuk menstimulasi perekonomian. Pada 2020, kebijakan yang ditempuh
pemerintah tetap ekspansif terarah dan terukur dengan defisit 1,76% PDB
[produk domestik bruto].
Untuk mendukung kebijakan counter cyclical, instrumen
fiskal yang digunakan dapat melalui sisi pendapatan,
belanja, maupun pembiayaan. Dari sisi
pendapatan dilakukan dengan memberi
insentif fiskal–seperti tax holiday, tax
allowance, dan super deduction–serta
penetapan tarif layanan PNBP yang
mempertimbangkan daya beli dan
keberlanjutan usaha.
Sementara, pada sisi belanja,
pemerintah mendorong penguatan
spending better yang esensinya
mendorong penguatan value for
money, efisiensi nonprioritas,
penggunaan skema KPBU [kerja
sama pemerintah dan badan
usaha], serta sinergi antar K/L
[kementerian/lembaga] dan antar
program untuk meningkatkan
efektifitas belanja. Adapun
pada sisi pembiayaan,
12 INSIDETAX
Di Bawah Bayang-Bayang Resesi
pemerintah terus melakukan inovasi dan penguatan kualitas transformasi ekonomi, sehingga
pendalaman pasar domestik dan SDM. dapat segera keluar dari middle
mendorong pembiayaan inovatif income trap. Kelima, reformasi
dan kreatif. Ada momentum bonus demografi birokrasi sebagai bagian dari
yang akan dialami Indonesia.. reformasi institusional serta
Apa maksud fiskal ekspansif yang antisipasi ketidakpastian.
terarah dan terukur? Benar, Indonesia memiliki potensi
demografi yang besar, yaitu Bagaimana dari sisi kebijakan
Makna terarah adalah bahwa tenaga kerja melimpah, potensi fiskal terkait dengan penciptaan
kebijakan fiskal lebih fokus untuk pasar yang besar, serta struktur lapangan kerja?
menjawab tantangan untuk populasi yang akan didominasi usia
penguatan kualitas SDM [sumber produktif yang tinggal di perkotaan. Secara umum instrumen fiskal
daya manusia], infrastuktur Namun, kualitas sumber daya untuk penciptaan lapangan kerja
pendukung transformasi ekonomi, manusia masih belum optimal. dilakukan melalui dukungan fiskal
penguatan program perlindungan Hal ini terlihat dari pertama, pada sisi pendapatan, belanja,
sosial untuk antisipasi aging struktur tenaga kerja saat ini dan pembiayaan. Ada pemberian
population dan penguatan investasi masih didominasi tenaga kerja fasilitas perpajakan, seperti tax
dan ekspor. berpendidikan rendah, yaitu sekitar holiday, tax allowance, dan super
60% dengan pendidikan SMP ke deduction. Pemberian fasilitas
Sementara, makna terukur adalah bawah. investment allowance bagi
bahwa dalam menstimulasi industri padat karya diharapkan
perekonomian tetap senantiasa Kedua, Human Capital dapat mendorong penciptaan
mengendalikan risiko dalam Index (HCI)–untuk mengukur lapangan kerja melalui investasi
batas aman. Hal ini dilakukan produktivitas tenaga kerja di yang menyerap banyak tenaga
dengan mengendalikan defisit masa depan–Indonesia sebesar kerja. Selain itu, ada pula insentif
dan rasio utang serta mendorong 0,53, masih di bawah rata-rata penurunan tarif pajak bagi UKM
keseimbangan primer menuju negara kawasan (0,57). Skor yang menjadi salah satu tulang
positif. PISA Indonesia–tes untuk menguji punggung ekonomi domestik.
kualitas SDM–masih relatif rendah
Untuk penguatan kualitas SDM, di bawah Vietnam. Adakah best practice negara lain
apakah hal itu yang juga menjadi yang diadopsi?
pesan utama Presiden Jokowi saat Apa yang akan menjadi respons
menunjuk Anda sebagai Wakil pemerintah terhadap momentum Dari berbagai referensi dan best
Menteri Keuangan RI? bonus demografi? practice di beberapa negara telah
memberi pembelajaran bagi kita
Presiden memiliki perhatian yang Pertama, memanfaatkan bahwa insentif fiskal akan efektif
besar pada pembangunan sumber momentum bonus demografi untuk apabila memenuhi aspek tepat
daya manusia sebagaimana melakukan reformasi fiskal baik sasaran (targeted), tepat waktunya
tercantum pula pada visi Presiden pada perpajakan, PNBP, belanja atau momentumnya (timely),
dan Wakil Presiden 2019- maupun pembiayaan. Dengan dan bersifat sementara untuk
2024. Sumber daya manusia harapan, pengelolaan fiskal trigger menuju kondisi normal
merupakan komponen utama semakin sehat dan berkelanjutan (temporary). Secara umum Insentif
dalam pembangunan dan ekonomi yang terefleksi pendapatan negara pajak untuk kegiatan pendidikan
sebuah negara. Untuk mencapai semakin meningkat, belanja dan pelatihan pada sebenarnya
pertumbuhan ekonomi yang tinggi semakin produktif dan berkualitas, sudah lama diperkenalkan di Eropa.
maka Indonesia membutuhkan serta primary balance positif,
sumber daya manusia yang defisit, dan rasio utang terkendali Sebagai contoh di Austria,
produktif dan inovatif. dalam batas aman. perusahaan start-up dan masih
baru mendapatkan manfaat
Jadi, tidak hanya dari segi Kedua, mendorong SDM yang yang cukup signifikan karena
jumlah penduduknya yang besar sehat, produktif, cerdas, inovatif, pada awal operasi laba yang
tetapi diharapkan Indonesia juga terampil dan sejahtera, sehingga didapatkan cenderung masih
memiliki sumber daya manusia kedepan dapat mewujudkan kecil. Pemberian insentif pajak
yang berkualitas, kompetitif, dan SDM unggul yang berdaya saing. tersebut dapat mendorong agar
kreatif. Hal ini diperlukan untuk Ketiga, mendorong efektivitas mereka berinvestasi lebih besar
menciptakan aktivitas ekonomi program perlindungan sosial lagi pada kegiatan pendidikan dan
baru dan memberikan nilai tambah dan mempersiapkan program pengembangan.
yang besar dalam perekonomian. perlindungan sosial yang andal,
Sejalan dengan hal tersebut maka selaras dengan profil demografi, Apakah bisa dikatakan insentif
arah kebijakan fiskal 2020 yang serta untuk antisipasi aging super tax deduction cukup kuat
merupakan fondasi atau titik population. mendukung peningkatan kualitas
tumpu menuju Indonesia Maju SDM di Indonesia?
2045 adalah mendorong APBN Keempat, akselerasi pembangunan
untuk akselerasi daya saing melalui infrastruktur untuk mendukung Insentif vokasi dengan tambahan
INSIDETAX 13
Di Bawah Bayang-Bayang Resesi
pengurangan biaya paling lain yang mengakibatkan kerugian untuk membantu menjaga iklim
tinggi 200% diharapkan dapat di negara asal (brain drain)? investasi dalam negeri.
mengurangi mismatch antara
kebutuhan tenaga kerja (demand) Dalam era globalisasi, perpindahan Dalam laporan EoDB [Ease of
dengan kompetensi tenaga kerja manusia dan modal menjadi Doing Business] 2020, Indonesia
Indonesia (supply). Bagaimanapun, sesuatu yang biasa. Yang terpenting dinilai mengalami perbaikan
demand-supply gap menjadi bagi Indonesia saat ini fokus untuk kemudahan berusaha dalam lima
penyebab utama tidak terserapnya memperkuat fondasi perekonomian area yakni starting a business,
lulusan sekolah atau perguruan domestik dan mendorong getting electricity, paying taxes,
tinggi. Kompetensi lulusan dinilai munculnya generasi unggul yang trading across borders, dan
kurang bisa memenuhi kebutuhan inovatif dan produktif serta berdaya enforcing contracts. Paying taxes
industri sehingga perlu peran dunia saing. Dalam konteks menyikapi adalah indikator yang dinilai paling
usaha dalam memperkecil gap. fenomena brain drain, menurut banyak mencatatkan perbaikan. Ini
hemat kami, seharusnya hal menunjukkan berkontribusi positif
Insentif litbang dengan tambahan tersebut diletakan dalam perspektif pada perbaikan kemudahan usaha.
pengurangan biaya paling sebagai bagian strategi untuk
tinggi 300% diharapkan dapat menangkap peluang dari global Akan tetapi, beberapa peringkat
mendorong kegiatan research and value change sehingga fenomena indikator dalam EoDB Indonesia
development (R&D) di Tanah Air. tersebut tetap memberi kontribusi masih jauh di bawah negara-
Berdasarkan data WDI [World positif bagi perekonomian negara lain. Dalam penilaian
Development Indicators], R&D domestik. Global Competitiveness Index
expenditure to GDP ratio pada (GCI), Indonesia pada 2019 juga
2018 sebesar 0,24%. Berdasarkan Sebagai contoh, Filipina yang SDM- mengalami penurunan skor. Dengan
data Global R&D Survey 2018, nya banyak bekerja di luar negeri adanya hasil EoDB dan GCI yang
rasionya sebesar 0,3%. Jumlah banyak mendapatkan limpahan kurang menggembirakan dalam
peneliti Indonesia per 1 juta dana remittance yang dapat dua tahun terakhir ini, pemerintah
penduduk kurang dari 100 orang. memperkuat cadangan devisa akan terus berupaya bekerja lebih
Angka ini relatif kecil apabila sehingga posisi external balance- keras untuk kembali meningkatkan
dibandingkan Top-40 negara- nya cukup kuat. Pengenaan pajak kualitas EoDB dan GCI sesuai yang
negara di dunia berdasarkan Global untuk penduduk Indonesia yang diharapkan.
R&D Survey. ada di luar negeri tentu saja
akan memberi disinsentif adanya Apa yang akan dilakukan?
Bagaimana perkembangannya perpindahan. Namun, efeknya
Akselerasi pembangunan
sejauh ini? secara neto dalam perekonomian
infrastruktur merupakan hal
perlu di-review mendalam antara
Sampai saat ini fasilitas yang masih yang sangat fundamental dalam
cost dan benefit yang ditimbulkan.
dipakai adalah untuk kegiatan upaya mendorong daya saing
vokasi. Hal ini sangat wajar karena Menurut kami, aspek yang paling dan pertumbuhan ekonomi yang
pada prinsipnya perusahaaan fundamental dalam menyikapi lebih tinggi. Infrastruktur akan
secara umum memiliki program fenomena brain drain adalah menciptakan koneksi yang baik
pengembangan pegawai dalam perkuat perekonomian domestik, sehingga dapat terwujud efisiensi
perusahaan. Sementara, kegiatan perkuat kualitas SDM, perbaikan dan percepatan pembangunan yang
penelitian dan pengembangan birokrasi, dan ciptakan iklim merata dan berkeadilan. Dari sisi
membutuhkan investasi besar dan investasi yang kondusif dan kebijakan nonfiskal, pemerintah
rencana jangka panjang. berdaya saing yang didukung juga terus memacu investasi
infrastruktur yang memadai serta melalui penyederhanaan perizinan
Pemerintah telah menerbitkan PMK insentif fiskal tepat. Melalui hal usaha dan deregulasi.
128/2019 yang mengatur super tersebut diharapkan Indonesia
deduction untuk kegiatan vokasi. Akselerasi infrastruktur dan
semakin kompetitif baik di sektor
Sementara, PMK untuk super penyederhanaan birokrasi yang
indutri dan jasa sehingga membuka
deduction litbang sedang dalam konsisten dilakukan pemerintah
kesempatan kerja yang lebih luas,
proses penyusunan. Walaupun menjadi faktor yang penting untuk
lebih atraktif menjadi tujuan untuk
PMK 128/2019 baru berjalan dua mendorong persepsi investasi
investasi, bekerja, dan berwisata.
bulan, minat untuk menggunakan Indonesia. Di dalam World
insentif ini sangat tinggi. Untuk daya saing, bagaimana Competitiveness Yearbook 2019,
otoritas merespons dari sisi pajak? peringkat daya saing Indonesia
Namun demikian, lagi-lagi, super meningkat sebanyak 11 peringkat
deduction bukanlah satu-satunya Perbaikan administrasi dalam dari 43 menjadi 32. Infrastruktur
program untuk peningkatan kualitas pemberian insentif pajak terus dan birokrasi menjadi faktor-faktor
SDM. Pemerintah menggunakan dilakukan sehingga dapat terus yang turut mendorong perbaikan
instrumen fiskal lain dalam menarik investasi. Secara bertahap tersebut. Selain itu, pengembangan
mengakselerasi hal tersebut. perbaikan administrasi perpajakan SDM, seperti yang saya katakan
akan dilakukan dalam rangka tadi juga akan berpengaruh dalam
Bagaimana menyikapi fenomena memberikan pelayanan yang meningkatkan daya saing.
emigrasi SDM unggul ke negara optimal bagi seluruh wajib pajak
14 INSIDETAX
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
MENANTI TEROBOSAN
DIRJEN PAJAK
Realisasi penerimaan pajak 2019 diprediksi tidak menggembirakan. Shortfall tetap besar.
Harus segera ada terobosan untuk menghadapi 2020 dan tahun-tahun berikutnya.
T
AHUN 2019 bisa dibilang tahun suram bagi Rp1.318 triliun. Ini berarti shortfall pajak diprediksi
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Kinerja mencapai Rp259 triliun. Proyeksi ini sangat masuk
penerimaan pajak tahun ini mengecewakan. akal. Pasalnya selama 10 bulan atau Januari-Oktober,
Berdasar laporan Kementerian Keuangan, sampai persentase penerimaan masih 64,56%.
31 Oktober 2019 realisasi penerimaan pajak baru
Rp1.018,5 triliun atau 64,56% dari target APBN 2019 Apabila dirata-rata, ini berarti DJP hanya mampu meraih
yang Rp1.577,56 triliun. persentase penerimaan 6,4% per bulan. Seandainya
DJP bekerja lebih keras 2 bulan terakhir ini, hingga
Ini berarti masih ada kekurangan target sebesar katakanlah meraih persentase 10% setiap bulan, maka
Rp559 triliun. Sisa waktu yang tinggal 2 bulan lagi, total persentase penerimaan pun cuma 84,56%.
November-Desember, jelas tidak mungkin bisa mengejar
kekurangan Rp559 triliun. Karena itu, selisih antara Apabila proyeksi itu yang terjadi, perlu evaluasi lebih
target dan realisasi atau shortfall penerimaan pajak mendalam terhadap kinerja dan kebijakan pemerintah.
dipastikan akan besar. Pasalnya, limit yang bisa ditolerir adalah 85% dari target.
Banyak orang mungkin ingat Dirjen Pajak Sigit Priadi
Kajian DDTC Fiscal Research misalnya, memproyeksi Pramudito mundur karena tidak mampu merealisasikan
penerimaan pajak hanya mencapai 83,6% atau target di atas 85%.
INSIDETAX 15
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
16 INSIDETAX
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
INSIDETAX 17
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
18 INSIDETAX
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
P
IDATO Presiden Jokowi bertajuk Visi Indonesia pada 14 Juli
2019 mengungkap 5 gagasan utama yang ingin dicapai
dalam 5 tahun mendatang. Kelima hal ini adalah melanjutkan
pembangunan infrastruktur, meningkatkan kualitas SDM, mendorong
investasi, mereformasi birokrasi, dan membuat APBN lebih tepat
guna.
Dari gagasan tersebut tersirat rezim fiskal, terutama pajak Indonesia,
akan berdiri di antara dua aspek, yaitu memobilisasi penerimaan dan
relaksasi ekonomi untuk meningkatkan daya saing. Pada saat yang
sama, pemerintah dihadapkan pada proyeksi perekonomian yang belum
terlalu baik, terlebih ada bayang-bayang resesi di beberapa negara.
Efek ini telah terlihat dari melambatnya realisasi penerimaan
pajak 2019.
InsideTax mewawancarai Dirjen Pajak Suryo Utomo
belum lama ini untuk mencari tahu langkah dan
terobosan yang akan dijalankan otoritas pajak. Suryo
baru saja dilantik menjadi orang nomor satu di Ditjen
Pajak (DJP) pada 1 November 2019 menggantikan
Robert Pakpahan yang memasuki masa purnabakti.
Berikut petikannya:
Anda ditunjuk menjadi Dirjen Pajak saat kondisi
penerimaan sedang melambat cukup tajam. Apa
yang ada di benak Anda waktu itu?
Ya saya hanya ada satu kata ‘Bismillah’. Itu
saja. Bismillah saya jalan karena kita suka
enggak suka, mau enggak mau, eksistensi
pajak itu memang keniscayaan, harus
ada. Apapun situasinya. Mau kondisi
lagi down, lagi up, pajak adalah pajak.
Saya memandangnya sebagai
tugas dan amanah. Sejak dulu,
saya hidup di DJP ini hanya
menjalankan amanah. Pada waktu
dikasih amanah, maksimal saya
laksanakan. Ya dengan bantuan
teman-teman. Terus terang saja, saya
enggak bisa sendirian.
INSIDETAX 19
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
Apa yang menjadi pesan atau punya. Kita coba clear-kan datanya organisasi ini, tujuannya paling
amanah Presiden Jokowi untuk agar betul-betul solid, baru kita tidak 80% dari total penerimaan
Anda? deliver ke wajib pajak, minta pajak dengan baseline tahun ini
untuk melakukan pembetulan [jika bisa kita kelola dan awasi di KPP
Pesan Bapak Presiden kan yang ada yang tidak sinkron]. Kita juga Madya. Sekarang porsinya 60%.
namanya penerimaan negara gunakan data pihak ketiga.
harus dioptimalkan pada kondisi Nah, yang 20% ini kan berarti
perekonomian seperti saat ini Dalam 5 tahun ke depan, Anda yang di luar KPP Madya. Untuk
[lesu]. Ya mudah-mudahan [kondisi ingin punya legacy apa di DJP? porsi itu, kita akan berdayakan
perekonomian] tahun depan sudah Atau hanya akan meneruskan? KPP Pratama. KPP Pratama
bagus. Selain mengoptimalkan lebih mengarah pada model
penerimaan, kita juga perlu Tidak [hanya meneruskan]. Kalau kewilayahan. Apakah betul yang di
mendorong investasi. Itu skenario legacy pasti terkait dengan cara KPP Pratama itu kecil kontribusinya
gede-nya. Ultimate goal-nya Pak kita membuat model kerja DJP, ke penerimaan pajak? Belum tentu
Jokowi membawa Indonesia maju. terlebih kita bicara reform. Legacy- juga. Ada tempat-tempat tertentu
nya apa sih dari reform? Pertama, yang memang agak potensial. Nah,
Untuk maju, semuanya perlu nantinya, mudah-mudahan enggak kita enggak menyisir total, tapi
support dari yang namanya uang, mundur waktunya, kita punya pakai prioritas dengan informasi
butuh pajak. Nah, challenge kita basis informasi dari sistem core yang sudah ada. Sumber daya di
kan itu karena 70% APBN berasal tax. Kalau core tax ini sudah pada KPP Pratama ini kita gerakkan ke
dari pajak. Sekarang bagaimana tempatnya, ada requirement-nya. situ. Harapannya porsinya bisa
caranya? Optimalisasi penerimaan Artinya, database harus benar- bergerak naik, misalnya jadi 30%.
ini caranya dengan meningkatkan benar solid dan valid ketika masuk
kepatuhan sukarela. Itu dilakukan dalam core tax. Sejalan dengan itu, antara
melalui edukasi, layanan, hingga pengawasan dan pemeriksaan
pengawasan. Itu frame-nya. Kedua, proses bisnis mengarah nanti jalan bersama. Pengawasan
pada efisiensi. Pak Presiden Jokowi menjadi lebih komprehensif karena
Untuk edukasi, apa yang bilang organisasi itu harus efisien. analisis laporan keuangan dan
dilakukan? Makanya, pada 2020, kita sudah segala macam sudah jadi satu,
mulai menyusun skenario untuk serta spesifik. Data dan informasi
Memberikan edukasi itu membuat KPP Madya baru. Jadi, yang kita kelola itu bukan asal-
bertujuan agar semua pihak sekarang di satu Kanwil kan asalan atau tiba-tiba ada.
memahami pajak sebagai bagian cuma satu KPP Madya. Kalau kita
besar dari kebutuhan institusi simpulkan harus dibuat dua KPP Apa masalah utama di DJP
negara. Makanya muncul ‘Pajak Madya, saya akan buat dua KPP terkait dengan upaya memenuhi
Bertutur’ yang tujuannya untuk Madya di satu Kanwil itu. Jadi, penerimaan negara?
jangka menengah—panjang kami akan reshaping organisasi.
dan harus dilakukan secara Hal yang sangat fundamental untuk
berkelanjutan. Challenge yang Dengan demikian, irama kerja bisa diperbaiki itu berangkat dari
besar itu mengajarkan bagaimana DJP itu benar-benar solid dan reform. Misalnya, proses bisnis. Ini
mengajarkan dan menularkan terkoordinasi. Core tax itu most likely ke arah luar, bagaimana
budaya pajak itu generasi estimasinya pada 2023 mungkin memudahkan orang melaksanakan
selanjutnya. implementasi pertama. Pada 2024 kewajibannya. Kemudian,
baru full implemented. Itu legacy- basis data dan IT [information
Bagaimana dari sisi pelayanan? nya reform. Saya enggak perlu technology] untuk memudahkan
legacy-lah. Itu legacy-nya DJP yang kita bekerja. Logikanya, semakin
Selanjutnya, kita bicara
mengalami transformasi sedemikian efisien kita bekerja, semakin
kemudahan pelayanan. Karena
rupa. Saya hanya orang yang ada di banyak pekerjaan yang bisa kita
memang dari beberapa research,
dalam institusi itu. lakukan.
memudahkan orang membayar
pajak itu, termasuk ease of doing Apa yang menjadi pertimbangan Data dan informasi terintegrasi
business, menjadi salah satu titik untuk menambah KPP Madya? sehingga kita bisa merumuskan
supaya cost of compliance-nya analisis yang lebih cepat. At least
tereduksi. Makanya kita lakukan KPP Madya itu relatively kita sudah memotong jumlah
elektronifikasi segala macam, pengawasannya lebih intensif waktu yang diperlukan untuk
seperti unifikasi SPT [surat karena wajib pajaknya tidak terlalu menyelesaikan satu pekerjaan.
pemberitahuan]. banyak. Kalau KPP Pratama itu Kemudian banyak pekerjaan lain
wajib pajaknya biasanya ada yang sifatnya administratif, kita bisa
Untuk pengawasan? puluhan atau ratusan ribu sehingga pangkas sehingga sumber dayanya
pengawasannya pasti enggak bisa kita letakkan di tempat
Kita meningkatkan kepatuhan
bakal bisa untuk seluruh wajib lain, seperti untuk pengawasan
sukarela dengan segala macam
pajak. Dengan adanya reshaping kewilayahan tadi. Kita bicara how
data dan informasi yang kami
20 INSIDETAX
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
to make this institution much more besok jadi. Namun, yang kita ingin Artinya paket undang-undang
efficient dalam bekerja. dukung kan ayo invest. Kalau ada perpajakan tidak jadi diprioritaskan
investasi masuk, logikanya pasti dulu?
Bagaimana menyeimbangkan berkembang. Kalo invest kemudian
kepentingan memobilisasi enggak berkembang berarti ada Sepertinya begitu.
penerimaan dan meningkatkan yang salah.
daya saing? Namun, apakah dalam 5 tahun ke
Nah, masalah yield-nya kapan depan selesai juga?
Saya ambil jangkarnya di omnibus ya tergantung kondisi yang ada.
law yang didesain untuk mendorong Ya kan semuanya sudah masuk
Kemampuan bisnis mendapatkan
peningkatan investasi. Contoh ke list. Kalau namanya undang-
penghasilannya kapan. Kemudian,
paling sederhana, penurunan tarif undang kan diskusinya dengan
kemampuan bisnis untuk bisa
pajak penghasilan (PPh) badan. parlemen. Nah, ini tergantung
menarik karyawan baru seperti
Ini artinya sebagian pajak yang pada seberapa kita bisa intensif
apa. Selanjutnya, determinasi dari
harusnya dengan tarif lama itu diskusi, masalah waktu, dan segala
orang punya penghasilan adalah
dapat dikumpulkan untuk negara, macem. Namun, kalau list-nya
konsumsi, sehingga bagaimana kita
dikembalikan untuk bisnis. Ini sudah ada semua dalam program
bisa mengambil pajak di sisi itu.
bertujuan untuk menggerakkan legislasi 5 tahun ke depan, kembali
Jadi, kalo dikuantifikasi ya macam-
ekonomi. lagi, mana yang menjadi prioritas,
macam. Namun, seberapa besar,
itu yang didahulukan.
saya belum hitung seluruhnya.
Dari situ, basis pajak baru muncul.
“
Ini juga berlaku untuk penurunan Jika melihat langkah yang Anda
atau pembebasan tarif PPh kerjakan, apakah ini ada kaitannya
dividen. Apalagi, untuk industri Perubahan dengan hubungan wajib pajak dan
DJP yang masih belum bagus?
padat karya, tentu ada potensi
peningkatan jumlah orang yang itu enggak bisa Ya. Kita memang mencoba terus
bekerja di tempat baru sehingga
ada basis baru untuk PPh Pasal ditawar.” membangun kepercayaan. Trust
itu kan build-in in person. Orang
21. Ujungnya, ada konsumsi yang
bisa percaya itu karena Anda
akan meningkat sehingga berimbas
percaya. Bagaimana memulainya?
positif untuk PPN. Apakah artinya Anda melihat Dengan tadi, kita melakukan
omnibus law ini jadi penyeimbang aktivitas lebih berdasarkan data
Kemudian, bagaimana kita
kedua kepentingan tersebut? yang valid, solid, dan governance-
mendorong orang supaya mau
patuh dengan mengurangi besaran nya kita jaga. Intinya kita ingin
Dalam konteks pajak, mungkin iya.
sanksi. Sekarang, orang kalau lebih meningkatkan kepatuhan
Kan namanya investasi, seperti
mau membetulkan SPT bisa kena sukarela. ‘Eh, kita sudah punya
yang disampaikan Pak Presiden,
sanksi administrasi hingga 48%. data loh, tolong betulin [SPT]’.
bukan hanya masalah perpajakan.
Kita relaksasikan karena kalau Bahasa sederhananya begitu. Kita
Maka dari itu muncul omnibus
betulin SPT kan menambah pajak. bergeraknya lebih ke sana.
law cipta lapangan kerja yang juga
Selain itu, ada pula relaksasi kredit sedang jalan. Secara spesifik saya Penegakan hukum pasti ada. Itu
pajak masukan untuk PPN. Kita enggak tahu persis isinya. Intinya, sudah sesuai dengan Undang-
coba relaksasi supaya orang mau, paling tidak, kalau itu kita jalankan Undang KUP [Ketentuan Umum
enggak kucing-kucingan lagi. secara paralel akan bagus untuk dan Tata Cara Perpajakan]. Sejauh
investasi. memenuhi, ya kita teruskan dengan
Selain itu, penambahan basis dari
e-commerce. Kita bisa letakkan penegakan hukum. Namun, sebisa
Dengan omnibus law perpajakan
marketplace sebagai pemungut mungkin kita coba gerakkan ke
ini, bagaimana nasib revisi paket
PPN. Jadi, harapan yang ada sana. Jadi ada edukasi dan inklusi
undang-undang perpajakan lain?
dengan omnibus law ini, ekonomi kesadaran pajak, minimal mulai
bisa bergerak tapi di sisi pajaknya Itu kita bicara program legislasi untuk anak-anak kita.
relatif terkompensasi. nasional. Ada yang priority dan
Apakah bisa dikatakan teknologi
longlist. Jadi, tinggal kita bicara
Berkaca dari penurunan tarif PPh dan data itu mengubah pola
kebutuhan mana yang kita
final UMKM, ada kenaikan wajib hubungan wajib pajak dan DJP?
dahulukan in the context kita
pajak tapi penerimaan menurun. ingin menaikkan investasi ini. It’s a must. Mau tidak mau, yang
Apa ini yang akan terjadi dengan Pemerintah sudah memutuskan namanya teknologi dan data
omnibus law perpajakan? bahwa kita masuk tahun investasi. pasti akan menggerakkan cara
Supaya Indonesia maju, kita butuh kita bekerja. DJP harus responsif
Iya itu kan ada yang instan seperti
banyak investasi, prioritas pasti dengan perubahan lanskap. Kita
e-commerce. Namun, memang
akan didorong ke sana. Dengan berikan kemudahan bagi wajib
ada juga yang butuh waktu.
demikian, omnibus law jadi pajak. Pada saat bersamaan, kerja
Contohnya, orang membangun
prioritas pada waktu dan situasi kita lebih efisien. Perubahan itu
usaha kan enggak serta-merta
sekarang. enggak bisa ditawar.
INSIDETAX 21
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
ERA BARU,
STRATEGI BARU
Darussalam
Managing Partner DDTC
22 INSIDETAX
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
Seluruh tantangan perubahan memberikan kepastian, dibutuhkan Kedua, kebijakan yang stabil
lanskap tersebut memberikan pembaruan kerangka sistem pajak dan partisipatif. Dalam
pressure bagi pemerintah untuk Indonesia. Era baru ini adalah titik upaya mewujudkan kerangka
melakukan penyesuaian sistem temu sekaligus keseimbangan dari kepatuhan yang kooperatif,
pajak. Sayangnya, perubahan upaya mengatasi lemahnya kinerja mekanisme perumusan dan
lanskap juga membatasi pemilihan penerimaan, tantangan, serta cara yang digunakan dalam
desain sistem pajak serta perubahan lanskap yang sedang mengimplementasikan kebijakan
berpotensi membuatnya semakin terjadi. Reformasi pajak 2017- sangatlah menentukan. Mekanisme
kompleks. 2020 merupakan momentum perumusan yang partisipatif tidak
yang bisa dipergunakan sebagai hanya menentukan substansi
Tantangan perubahan lanskap jembatan menuju pembaruan kebijakan yang dihasilkan,
tersebut sejatinya menyiratkan tersebut. Lalu, bagaimanakah tetapi juga berpengaruh
tiga hal. Pertama, justifikasi untuk gambaran ideal mengenai era baru terhadap bagaimana persepsi
mengoptimalkan penerimaan pajak sistem pajak Indonesia? dan kepercayaan masyarakat
sebagai komitmen mewujudkan terhadap otoritas pajak. Ditinjau
kehidupan sosial yang lebih baik. Pertama, perubahan paradigma dari implementasinya, cara
Kerja sama internasional di bidang menuju kepatuhan kooperatif yang dipilih oleh otoritas pajak
pajak serta program pengampunan (Veldhuizen, 2015). Paradigma memiliki pengaruh besar terhadap
pajak 2016-2017 bisa dikatakan baru tersebut mensyaratkan adanya keberhasilan proses pembentukan
telah menyiapkan pra-kondisi yang hubungan yang dibangun atas budaya kepatuhan yang kooperatif
ideal untuk dilakukannya reformasi adanya transparansi, keterbukaan, dan berjangka panjang.
pajak secara menyeluruh. saling percaya, dan saling
memahami antara wajib pajak Dalam jangka panjang, desain
Kedua, ketidakpastian ekonomi dengan otoritas pajak (Dabner sistem pajak yang kondusif
global harus disikapi secara bijak. dan Burton, 2009). Kepatuhan terhadap perekonomian tidak
Pembenahan sistem pajak tetap kooperatif dapat diartikan sebagai hanya memenuhi prinsip netralitas
harus memperhatikan kestabilan paradigma yang dilakukan secara dan kepastian saja, tetapi juga
ekonomi nasional serta daya sukarela berdasarkan asas saling selaras dengan upaya optimalisasi
saingnya. Terakhir, perubahan percaya dan terbuka antara otoritas penerimaan. Oleh karena itu, tren
lanskap juga sepertinya akan pajak dan wajib pajak terkait reformasi pajak dewasa ini semakin
menciptakan banyak aturan main dengan informasi-informasi yang bergesar pada upaya meningkatkan
baru di bidang pajak, baik secara dimiliki oleh kedua belah pihak kualitas hubungan dengan wajib
global maupun domestik. Adanya sehingga memberikan efek timbal pajak dan upaya adaptasi dengan
perubahan peraturan pajak yang balik yang saling menguntungkan, dinamika ekonomi (Kasalovska,
disertai oleh kebutuhan penerimaan baik dari sisi efisiensi biaya, 2014).
berpotensi meningkatkan jumlah waktu, dan keterbukaan informasi.
sengketa pajak. Kepatuhan kooperatif adalah Ketiga, era transparansi.
sebuah hubungan yang mendukung Transparansi pada dasarnya
Di atas seluruh hal tersebut, membuka kesempatan baik bagi
tantangan terbesar sektor pajak ke kolaborasi dan bukan konfrontasi,
dan berdasar lebih kepada rasa otoritas pajak maupun wajib pajak
depan tidak dapat dilepaskan dari untuk membangun kredibilitas dan
isi pidato Presiden Joko Widodo saling percaya daripada kewajiban
yang dipaksakan (OECD, 2008). kepercayaan satu sama lain (Heald,
pada saat pelantikan di MPR 2006). Transparansi oleh otoritas
tanggal 20 Oktober 2019. Secara Paradigma ini pada dasarnya pajak–dan pemerintah secara
tersirat, wajah fiskal Indonesia muncul dari kesadaran bahwa umum–akan membentuk persepsi
selama 5 tahun mendatang akan sistem pajak tidak hanya didesain tentang praktik good governance,
terdiri dari dua elemen: mendorong semata-mata untuk tujuan legitimasi sistem pajak, dan
daya saing (menarik investasi penerimaan, tetapi juga harus prediktabilitas. Sedangkan,
dan penyediaan lapangan kerja) minim distorsi dan berkepastian. transparansi oleh wajib pajak akan
dan memobilisasi penerimaan Dengan demikian, desain sistem memudahkan otoritas pajak untuk
(membangun infrastruktur dan pajak tetap menjamin produktivitas memetakan perilaku kepatuhan
sumber daya manusia unggul). ekonomi, redistribusi pendapatan, untuk dipergunakan sebagai basis
Dalam hal ini, kehati-hatian dalam serta daya saing. Lebih lanjut dari compliance risk management.
mendesain sistem pajak harus lagi, kepatuhan kooperatif lahir
diambil untuk menyeimbangkan dari keinginan merestorasi Keempat, simplifikasi pajak.
keduanya. kontrak fiskal, mengurangi biaya Sistem pajak yang kompleks pada
kepatuhan, meningkatkan efisiensi dasarnya adalah keniscayaan
Era Baru dari perkembangan model bisnis
proses bisnis administrasi pajak,
UNTUK menjawab cara mencapai dan sebagainya. hingga upaya menciptakan keadilan
penerimaan pajak yang optimal (Bradford, 2015). Simplifikasi
dan berkesinambungan sekaligus pajak dibutuhkan dalam rangka
menurunkan biaya kepatuhan dan
INSIDETAX 23
Menanti Terobosan Dirjen Pajak
biaya administrasi, mencegah ketentuan perpajakan untuk Artinya, relaksasi pajak harus
korupsi, mendorong daya saing penguatan perekonomian yang dilakukan secara bersyarat dan
dan investasi, serta meningkatkan kerap kita dengar belakangan ini. mengharapkan timbal balik secara
kepatuhan (World Bank, 2009). langsung berupa partisipasi
Bagi sebagian pihak, kedua masyarakat dalam sistem
Simplifikasi pajak bertujuan untuk kepentingan tersebut mustahil pajak (ekonomi). Penting untuk
menciptakan prinsip-prinsip untuk dipertemukan. Relaksasi digarisbawahi bahwa relaksasi
ideal dalam sistem pajak, antara akan mengurangi potensi dalam sistem pajak mencakup
lain prediktabilitas, transparan, penerimaan, sedangkan menggenjot hukum, kebijakan, dan/atau
adil, efektif secara administratif, penerimaan di tengah ekonomi administrasinya.
mudah untuk dipahami, dan yang melambat bakal membuat
mengurangi potensi atau ruang ekonomi semakin terpuruk. Strategi Relaksasi-Partisipasi bisa
manipulasi untuk perencanaan Sebagian lagi menyatakan diterapkan melalui empat hal
pajak yang agresif (Binh Tran- relaksasi hanya berdampak bagi yaitu 1) relaksasi dipertukarkan
Nam, 2016). Era baru sistem penerimaan jangka pendek, pada dengan ‘memaksa’ partisipasi
pajak Indonesia seyogyanya perlu jangka panjang relaksasi akan wajib pajak untuk menggerakkan
mempertimbangkan simplifikasi meningkatkan basis pajak sehingga perekonomian, 2) relaksasi yang
kebijakan, hukum, administrasi, penerimaan akan kembali stabil. dipertukarkan dengan ‘memaksa’
serta proses interaksi maupun Lantas, mana yang benar? wajib pajak untuk memberikan
komunikasi antara otoritas dan data dan informasi, 3) relaksasi
wajib pajak. dipertukarkan dengan ‘memaksa’
wajib pajak untuk patuh, serta
Terakhir, era baru yang didukung 4) relaksasi yang dipertukarkan
oleh teknologi informasi. Kehadiran dengan ‘memaksa’ wajib pajak
teknologi informasi nantinya akan untuk berkontribusi dalam
menjamin proses bisnis otoritas pembayaran pajak.
pajak, penyebaran informasi
dan segala upaya memfasilitasi Strategi Relaksasi-Partisipasi
kepatuhan wajib pajak, sistem sebaiknya dilakukan dalam
pengelolaan kepatuhan berbasis konteks pembaruan sistem pajak
risiko, serta penyediaan informasi yang mencerminkan lima aspek–
di internal otoritas pajak (Jimenez, paradigma kepatuhan kooperatif,
Miac, dan Kamenov, 2013). kebijakan pajak yang stabil
Satu hal yang pasti, belakangan dan partisipatif, transparansi,
Strategi Baru ini ikhtiar untuk meningkatkan simplifikasi sistem pajak, serta
DEWASA ini, upaya penerimaan pajak seakan dukungan teknologi informasi yang
menyeimbangkan dua kutub ‘dikesampingkan’. Betul bahwa mumpuni–.Selain itu, strategi
kepentingan dari sistem pajak kita menghadapi tantangan tersebut memerlukan kelembagaan
sedang diuji. Sebagai alat ekonomi yang melambat, tapi pajak otoritas pajak yang kuat, inklusi
mendanai pembangunan, seharusnya tidak dianggap sebagai pajak berkesinambungan, serta
mobilisasi penerimaan pajak harus momok menakutkan bagi agenda kolaborasi dengan seluruh
dioptimalkan. Tingkat tax ratio pembangunan nasional. Pajak pemangku kepentingan, seperti
yang belum dianggap ‘cukup’ jangan lantas ‘dikalahkan’ dalam akademisi, pengadilan pajak,
untuk menopang berbagai belanja argumentasi merebut hati investor konsultan pajak, instansi
pemerintah memiliki konsekuensi, dan menciptakan daya saing. pemerintah lainnya, pemerintah
baik dalam membatasi peran daerah, dan sebagainya. Kunci
Sejatinya, pajak adalah bagian keberhasilannya juga sangat
pemerintah dalam penyediaan tidak terpisahkan dari cara untuk
barang dan layanan publik maupun tergantung pada komitmen dan
mewujudkan cita-cita luhur bangsa kepemimpinan politik.
berpotensi memperlebar defisit Indonesia. Dengan demikian,
anggaran. keberpihakan terhadap upaya Pada akhirnya, tercapainya
Di sisi lain, sebagai instrumen meningkatkan penerimaan pajak target penerimaan pajak di masa
mendorong daya saing dan justru menunjukkan keberpihakan mendatang bukan sesuatu hal yang
menggerakkan perekonomian, kepada seluruh lapisan masyarakat. mustahil. Kuncinya hanya satu,
relaksasi pajak sangat dibutuhkan. mendudukkan sektor pajak sebagai
Dalam rangka menyeimbangkan sentral agenda pembangunan
Dalam rangka menciptakan upaya merelaksasi ekonomi
kestabilan di tengah ketidakpastian Indonesia.
melalui sistem pajak dengan
ekonomi yang tengah berlangsung, meningkatkan penerimaan
berbagai kelonggaran sudah dan pajak di sisi sebaliknya, maka Disarikan dari Darussalam, “Strategi Baru Pajak” Kompas,
akan diupayakan. Misalkan saja, diperlukan strategi baru yang
30 November 2019; Darussalam, “Dirjen Pajak Baru,
Harapan Baru,” Bisnis Indonesia, 4 November 2019; dan
rencana omnibus law mengenai dinamakan Relaksasi-Partisipasi. Darussalam, et.al., Era Baru Hubungan Otoritas Pajak
dengan Wajib Pajak, (DDTC, 2019).
24 INSIDETAX
Outlook Penerimaan Pajak 2020
INSIDETAX 25
Outlook Penerimaan Pajak 2020
Tidak bisa dimungkiri bahwa salah untuk ekspansi usaha juga turut tembakau sekaligus mengatur tidak
satu faktor penyebab pencapaian terpengaruh. adanya kenaikan tarif cukai pada
2018 dipengaruhi oleh harga 2019.
komoditas. Sayangnya, faktor Melemahnya aktivitas produksi
yang sama pulalah yang turut dan distribusi menyebabkan Praktis selama semester I 2019
menentukan lesunya penerimaan pertumbuhan penerimaan pajak tidak terdapat ketentuan pajak
pajak di 2019. Turunnya harga dari industri pengolahan dan yang sifatnya terobosan maupun
komoditas telah membuat beberapa perdagangan besar ikut terdampak. menjamin penerimaan tahun
pos penerimaan, seperti PPh Pada Oktober, pertumbuhan (yoy) berjalan. Selain itu, adanya pemilu
migas serta kontribusi dari sektor kedua sektor tersebut hanya di membuat perilaku untuk menahan
pertambangan bertumbuh negatif angka -3,5% dan 2,5% saja dan melihat situasi ekonomi ke
(yoy). Sebagai ilustrasi, penerimaan Padahal, selama ini kedua sektor depan (wait and see). Ekonomi
pajak sektor pertambangan per tersebut–bersama dengan sektor juga menjadi kurang bergairah.
Oktober 2019, pertumbuhan (yoy) pertambangan–adalah primadona
penerimaan pajak. Tekanan ekonomi tersebut justru
terkontraksi hingga minus 22%.
membuat paradigma pajak sebagai
Bandingkan misalkan pertumbuhan
Di sisi lain, konsumsi rumah salah satu instrumen relaksasi
tahun lalu yang bisa mencapai
tangga–walau tetap kuat dan lebih dikedepankan. Ini tentu
67,5%.
menjaga stabilitas pertumbuhan– hal yang bisa dibenarkan dalam
Belum cukup sampai di situ, juga relatif tidak menunjukkan rangka menstimulus daya dorong
perlambatan ekonomi global turut perubahan berarti. Akibatnya, PPN ekonomi. Alhasil, relaksasi yang
menekan kondisi penerimaan dalam negeri yang kontribusinya dilakukan sejak awal 2019 terus
pada 2019. Lantas, bagaimana cukup signifikan mengalami berlanjut hingga saat ini. Misalkan
kaitannya? penurunan. Sejak Januari hingga saja aturan mengenai super tax
September, PPN domestik memiliki deduction, fasilitas fiskal bagi
Ancaman resesi global–khususnya pertumbuhan negatif. kontraktor migas, dan sebagainya.
pertumbuhan ekonomi negatif
secara berulang di negara-negara Indikasi pengaruh tekanan Selain itu, melambatnya
yang size ekonominya terhadap ekonomi bisa ditelusuri sejak penerimaan juga kerap dikaitkan
ekonomi global cukup besar–bukan awal 2019. Walau memiliki pola dengan tingginya angka restitusi
isapan jempol. Permintaan global kontribusi bulanan yang relatif pajak terutama dari PPN. Restitusi
yang menurun telah membuat sama dengan pola 2014-2018– sendiri merupakan konsekuensi
negara yang berbasis ekspor yaitu sekitar 6,5% terhadap target logis dari penerapan sistem
‘kelimpungan’. Perang dagang APBN/APBN-P–tetapi tempo PPN dan menjadi bagian tidak
bukan lagi ancaman, namun mulai pertumbuhannya sangat lemah. terpisahkan dari hak wajib pajak.
menjadi kenyataan. Imbasnya, Sayangnya, ini tidak direspons Hal yang perlu digarisbawahi
global supply chain terganggu. secara cepat pada semester I adalah bahwa cash flow yang
2019. Faktor pemilu agaknya jadi membaik karena ‘kelancaran
Ini kemudian tercermin dari alasan. restitusi’ tidak berdampak
statistik ekspor-impor kita. Ditinjau banyak bagi perekonomian serta
dari neraca, defisit perdagangan Pemilu yang diadakan bulan memperluas basis pajak.
2019 tidak sedalam 2018. Prestasi April secara tidak langsung telah
ini bukan karena ekspor kita yang mengurangi ruang improvisasi Memang benar bahwa masih ada
berjaya melainkan impor yang pemerintah dalam pemungutan beberapa persoalan fundamental
menurun. Tidak mengherankan pajak. Upaya untuk menghindari dari sektor pajak di Indonesia–
jika pos-pos penerimaan dari Pajak kegaduhan dan menjamin seperti tingginya sektor informal,
Dalam Rangka Impor (PDRI) kita kondusivitas situasi politik kelembagaan, struktur penerimaan
loyo. Lihat saja pertumbuhan menjadi ‘tema besar’ agenda yang rentan goncangan, dan
negatif PPh Pasal 22 impor dan pemerintahan di triwulan pertama sebagainya–tetapi secara singkat
PPN impor. 2019. Indikasinya bisa dilihat dari kondisi penerimaan pajak 2019
dibatalkannya PMK 210/2018 diakibatkan oleh kondisi ekonomi
Gambaran ekonomi yang suram yang menghalangi kemampuan dan situasi politik.
juga berpengaruh bagi indeks pemerintah dalam mengumpulkan
kepercayaan dan ekspektasi informasi tentang profil wajib DDTC Fiscal Research
dari pelaku usaha. Sejak April, pajak yang beraktivitas pada memproyeksikan bahwa dalam
Purchasing Manager’s Index (PMI) ekosistem e-commerce. Jika ditilik situasi yang tergolong ‘normal’
bidang manufaktur di Indonesia ke belakang, upaya menghindari penerimaan pajak sesungguhnya
terus turun hingga terakhir di level ‘kegaduhan’ juga dapat ditelusuri dapat berkisar antara Rp1.361
terendah sejak 2016 (per Oktober dari terbitnya PP 23 Tahun 2018 hingga Rp1.398 triliun. Artinya,
2019). Artinya optimisme pelaku yang mengurangi tarif pajak jika distorsi yang diakibatkan oleh
sektor manufaktur tentang prospek UKM menjadi 0,5% serta PMK kedua faktor tadi tidak terlalu besar
ekonomi ke depan justru semakin 156/2018 yang membatalkan idealnya realisasi penerimaan pajak
rendah. Akibatnya, keputusan roadmap simplifikasi cukai hasil akan berada di kisaran 86,3%
26 INSIDETAX
Outlook Penerimaan Pajak 2020
INSIDETAX 27
Outlook Penerimaan Pajak 2020
Outlook 2020
Proyeksi Penerimaan Pajak 2020
(Rp triliun) BERDASARKAN APBN 2020 yang
mengangkat tema ‘APBN untuk
Akselerasi Daya Saing melalui
Inovasi dan Penguatan Sumber
Daya Manusia’, pendapatan negara
dipatok di angka Rp2.233,2 triliun.
Pendapatan terdiri atas penerimaan
pajak sebesar Rp1.642,6 triliun,
penerimaan kepabeanan dan
cukai sebesar Rp223,1 triliun,
penerimaan negara bukan pajak
(PNBP) Rp367 triliun, dan hibah
sebesar Rp0,5 triliun. Belanja
pemerintah sendiri dianggarkan
sebesar Rp2.504 triliun dengan
komposisi belanja pemerintah
pusat sebesar Rp1.683,5 triliun
dan belanja daerah sebesar
Rp856,9 triliun. Defisit anggaran
ditargetkan sebesar Rp307,2
Sumber: diolah oleh tim DDTC Fiscal Research
triliun atau sekitar 1,76% terhadap
Produk Domestik Bruto.
instrumen omnibus law. Omnibus yang semakin transparan sepertinya APBN 2020 ini menjadi bagian
law ketentuan dan fasilitas pajak juga akan menjadi bagian tidak dari tahapan jangka menengah
untuk penguatan perekonomian terpisahkan dari hadirnya teknologi pertama menuju pencapaian
rencananya akan mulai dibahas di informasi tersebut. visi Indonesia Maju 2045 yaitu
parlemen sejak 2020 dan berisi negara berdaulat, maju, adil,
tentang berbagai relaksasi seperti Kelima, desain pajak bagi hadirnya
sumber alternatif pertumbuhan dan makmur. Tema APBN 2020
penyesuaian sanksi, rasionalisasi diturunkan menjadi tiga strategi
pajak daerah, pembebasan pajak ekonomi. Bayang-bayang resesi
global akan mendorong kebutuhan yaitu 1) mobilisasi pendapatan
dividen, dan sebagainya. negara untuk menarik investasi
atas hadirnya sektor-sektor
Secara politis, kehadiran baru yang bisa menjamin daya dan mendorong daya saing, 2)
omnibus law agaknya tidak tahan ekonomi nasional, seperti kebijakan belanja negara yang
perlu dipertanyakan kembali. pariwisata, keuangan syariah, berkualitas, serta 3) pembiayaan
Hal yang perlu diwaspadai justru dan sektor digital. Ketiganya yang kreatif dan mitigasi risiko.
mengenai dampaknya bagi perilaku juga tidak bisa dipisahkan dari Secara umum, APBN 2020 bisa
wajib pajak dan penerimaan peran Usaha Mikro, Kecil, dan dinyatakan lebih berorientasi pada
jangka pendek. Pemerintah Menengah (UMKM). Di satu sisi, upaya menjaga kestabilan di tengah
perlu mempersiapkan skenario ketiga sektor membutuhkan suatu ketidakpastian ekonomi. Lantas,
pendukung guna menjamin rezim pajak yang bisa menjamin bagaimana situasi pajak pada
bahwa omnibus law tersebut akan perkembangannya. Walau 2020?
berpengaruh secara signifikan demikian, kehadiran sektor-sektor Rezim relaksasi pajak agaknya
bagi ekonomi tanpa mengganggu tersebut akan menciptakan basis masih terus akan berlanjut.
penerimaan tahun berjalan. pajak baru sekaligus mengharuskan Fokus utamanya terletak pada
adanya strategi pemungutan pajak pembahasan dan pengesahan
Keempat, kehadiran teknologi yang efektif bagi UMKM.
informasi sebagai bagian dari omnibus law ketentuan dan
upaya meningkatkan kepatuhan Keenam, adanya tantangan lanskap fasilitas pajak untuk penguatan
wajib pajak. Selama 5 tahun pajak internasional yang berubah. perekonomian bersama DPR di
mendatang pemerintah akan Tantangan tersebut akan terlihat 2020. Dalam hal ini, omnibus
mengoptimalkan teknologi dari solusi mengenai pajak digital, law haruslah dipandang sebagai
informasi baik dalam rangka tantangan koordinasi pajak global, bagian dari pembenahan ekonomi
mengolah data dan informasi, serta resolusi sengketa pajak secara keseluruhan dalam rangka
pelayanan bagi wajib pajak, internasional. Seluruh hal-hal meningkatkan pertumbuhan.
pelaporan, pertukaran informasi, tersebut secara langsung maupun Artinya, upaya untuk membenahi
dan sebagainya. Tidak hanya itu, tidak langsung akan mengubah persoalan ekonomi sejatinya tidak
kehadiran teknologi informasi juga ketentuan domestik Indonesia. hanya dibebankan kepada sektor
akan turut mengubah proses bisnis pajak, tetapi juga pembenahan
dalam organisasi Ditjen Pajak infrastruktur, reformasi birokrasi,
sekaligus wajib pajak. Dunia pajak penciptaan lapangan pekerjaan,
28 INSIDETAX
Outlook Penerimaan Pajak 2020
kebijakan moneter, kestabilan baru, Suryo Utomo. Perjuangan ekonomi, serta strategi pajak yang
politik, hukum, dan keamanan, untuk menempatkan pajak dalam akan dilakukan ke depan, DDTC
sinkronisasi dengan iklim investasi pusaran agenda pembangunan Fiscal Research memprediksi
daerah, dan sebagainya. Instrumen nasional harus dimulai. Pendulum bahwa penerimaan pajak di 2020
pajak bukanlah satu-satunya obat yang lebih banyak berpihak kepada akan berkisar antara Rp1.431
mujarab untuk persoalan ekonomi, relaksasi harus diimbangi dengan triliun hingga Rp1.462 triliun.
tetapi harus dilakukan bersama- upaya menjamin partisipasi Atau dengan kata lain, realisasi
sama dengan instrumen kebijakan membayar pajak. (Darussalam, penerimaan hanya berkisar antara
lainnya. Asumsi bahwa adanya 2019). 87,1% hingga 89,0% dari target.
relaksasi akan mendorong ekonomi Penerimaan pajak diperkirakan
hanya akan berpengaruh secara Dalam rangka mencapai target hanya akan tumbuh antara 8,4%
signifikan jika dibarengi dengan penerimaan sebesar Rp1.642 hingga 10,9% dari realisasi 2019.
kerja sama dan gotong royong dari triliun tersebut terdapat beberapa
sektor lainnya. strategi yang akan dilakukan. Mempertimbangkan potensi risiko
Berdasarkan APBN 2020, fiskal dari tidak tercapainya target,
Satu hal yang pasti, omnibus strategi di bidang pajak terdiri ada baiknya pemerintah merevisi
law dan berbagai relaksasi pajak atas 1) meningkatkan kepatuhan target tersebut sehingga lebih
akan menyebabkan terbatasnya wajib pajak, 2) PPh dan PPN realistis dan mencerminkan situasi
pilihan-pilihan untuk meningkatkan yang menjadi instrumen yang ekonomi yang melambat. Dari sisi
penerimaan pajak. Penundaan mendukung iklim investasi dan administrasi, risiko shortfall 2020
revisi UU KUP, PPh, dan PPN daya saing, 3) perbaikan kualitas juga perlu diantisipasi terutama
yang hakikatnya bisa menjadi pelayanan, penyuluhan, dan dengan strategi memperluas basis
‘senjata’ untuk mengurangi pengawasan melalui penguatan pajak. Menariknya, beberapa
tax gap secara komprehensif sistem IT dan administrasi rencana yang sudah mulai
menegaskan hal tersebut. Walau perpajakan, serta 4) implementasi didengungkan pada akhir 2019
demikian, keterbatasan ruang keterbukaan informasi perpajakan seperti membentuk lebih banyak
untuk meningkatkan penerimaan (AEoI). KPP Madya, strategi ekstensifikasi
justru diharapkan akan memantik per wilayah, maupun penerapan
improvisasi dan terobosan baru. Lalu, seberapa optimis berbagai compliance risk management
Terobosan sebaiknya dimulai pada strategi tersebut bisa efektif secara strategis dan terukur
2020 sebelum berlakunya omnibus mencapai target penerimaan pajak merupakan terobosan yang punya
law pada 2021. Harapan besar 2020? Dengan mempertimbangkan prospek baik. Semoga.
terletak pada figur Dirjen Pajak penerimaan pajak 2019 yang
memiliki shortfall tinggi, situasi
INSIDETAX 29
Menegaskan Kembali Kepastian Pajak
MENEGASKAN KEMBALI
KEPASTIAN PAJAK
Kepastian menjadi aspek yang krusial dalam meningkatkan daya saing dan menguatkan
moral pajak yang berujung pada kepatuhan sukarela.
R
ACE to the bottom. Fenomena ini memang utama pendapatan pemerintah, terutama di negara-
dikhawatirkan terjadi di tengah ketidakpastian negara berkembang. Kendati demikian, rata-rata tarif
ekonomi global. Dengan alasan peningkatan daya PPh korporasi statuter pada 94 yurisdiksi turun dari
saing untuk menarik investasi, perlombaan memangkas 28,6% pada 2000 menjadi 21,4% pada 2018.
tarif pajak–terutama pajak penghasilan (PPh) korporasi–
ini bisa terus terjadi. Apalagi, proteksionisme dan Sekitar 60% dari 94 yurisdiksi memiliki tarif PPh badan
bayang-bayang resesi di beberapa negara masih terus lebih besar atau sama dengan 30% pada 2000. Porsi
membayangi. tersebut kemudian menyusut drastis hingga kurang dari
20% yurisdiksi pada 2018. Jika membandingkan tarif
Tren penurunan tarif PPh korporasi nyatanya PPh korporasi antara 2000 dengan 2018, sebanyak
terjadi dalam hampir dua dekade terakhir. Fakta ini 76 yurisdiksi memiliki tarif lebih rendah pada tahun
dirangkum Organisation for Economic Co-operation lalu. Pada 2018, sebanyak 12 yurisdiksi tidak memiliki
and Development (OECD) dalam laporan ‘Corporate rezim PPh korporasi atau bertarif 0%.
Tax Statistics’ edisi pertama yang diterbitkan pada
Januari 2019. Laporan ini sejatinya menjadi salah satu Untuk Indonesia, pada 2000, tarif PPh wajib pajak
instrumen untuk menganalisis praktik base erosion and badan tercatat sebesar 30%. Pada 2018, tarif sudah
profit shifting (BEPS). turun di level 25%. Tarif yang berlaku hingga saat ini
tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 37 dari
Dalam laporan tersebut, OECD memaparkan pajak yang 94 yurisdiksi yang memiliki tarif PPh korporasi tertinggi.
dibayarkan oleh perusahaan tetap menjadi sumber Dengan skema omnibus law, Pemerintah Indonesia juga
INSIDETAX 31
Menegaskan Kembali Kepastian Pajak
32 INSIDETAX
Menegaskan Kembali Kepastian Pajak
INSIDETAX 33
Menegaskan Kembali Kepastian Pajak
34 INSIDETAX
Menegaskan Kembali Kepastian Pajak
K
EPASTIAN pajak menjadi aspek yang krusial bagi wajib pajak, terutama
pelaku usaha dan investor. Laporan OECD (2016) ‘Tax Morale: What
Drives People and Businesses to Pay Tax?’ menyebutkan hubungan antara
otoritas pajak dan pelaku bisnis merupakan jantung dari sebagian besar
sumber ketidakpastian pajak.
Bagaimana pengusaha melihat hal ini? Apa pula yang menjadi perhatian
besar pelaku usaha sebelum memutuskan untuk berinvestasi? InsideTax
belum lama ini mewawancarai Wakil Ketua Umum Bidang Perpajakan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Siddhi Widyaprathama. Berikut
kutipannya:
Bagaimana pengusaha melihat kebijakan pajak Indonesia sejauh ini
dalam kaitannya dengan investasi?
Pengusaha tentu melihat kebijakan pajak bukan suatu penentu utama,
melainkan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor,
terutama yang datang dari luar negeri. Kalau investor luar negeri, salah
satunya melihat kebijakan insentif, misalnya tax holiday dan tax allowance.
Dari statistik terlihat kebanyakan yang mendaftar itu kan dari perusahaan
luar negeri dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Tentu kita patut apresiasi adanya kebijakan dari sisi pajak. Namun,
apakah cukup untuk menarik investasi? Investor pasti melihat pada sisi
ketenagakerjaan, apakah tersedia atau enggak? Kalau tidak tersedia
mereka harus membawa tenaga kerja dari luar. Indonesia juga punya
masalah dalam hal ketenagakerjaan yang saat ini, undang-
undangnya mau diamendemen. Ini karena ada beberapa
hal yang memberatkan pelaku usaha.
Kemudian, soal kepastian hukum. Ini menyangkut
juga birokrasi dengan peraturan antarinstansi yang
tumpang tindih. Lalu, faktor-faktor lain itu adalah
ketersediaan dana murah atau pembiayaan
dari lembaga keuangan serta infrastruktur
yang terkoneksi. Kalau investasinya jauh
di pelosok, maka akan membuat biaya
logistik menjadi tinggi. Belum lagi nanti
cerita high cost economy seperti
pungutan liar dan retribusi tidak
resmi. Itu untuk investor
luar negeri menjadi
pertimbangan. Yang
INSIDETAX 35
Menegaskan Kembali Kepastian Pajak
terakhir, baru dia lihat dari sisi Faktor kedua, kalau mau gelar karena di satu sisi, wajib pajak
perpajakan, berapa tarifnya. karpet merah untuk investor itu merasa apa yang dilakukan itu
bisa bandingkan negara tetangga, benar dan fiskus menganggap ini
Apakah faktor pajak ini menjadi seperti Vietnam. Di sana, izin itu tidak benar. Sementara itu, bisnis
pertimbangan terakhir dalam cepat sekali keluar terkait dengan harus tetap berjalan. Masalah
keputusan investasi? tanah yang dikuasai pemerintah. Di berlarutnya sengketa itu yang harus
Indonesia masih ada kendala mulai diselesaikan, bagaimana solusinya.
Iya, karena yang pertama, mereka
dari Online Single Submission
mau memastikan dulu investasi Sengketa pajak itu masih menjadi
(OSS), izin yang timpang tindih
yang dilakukan aman atau tidak. masalah hingga sekarang.
antara pusat dan pemerintah
Kemudian, bisa menghasilkan Selain itu, satu hal yang harus
daerah, serta belum lagi kalau
return seperti yang diharapkan digarisbawahi, berdasarkan
mau buka cabang di luar wilayah
atau tidak. Lalu, baru nanti beban statistik, mayoritas dalam sengketa
produksi, harus minta izin baru
pajaknya berapa. Pajak baru akan itu, DJP mengalami kekalahan
untuk NPWP. Ini yang harus
dikomparasi dengan negara lain untuk di Pengadilan Pajak. Belum
diperbaiki. Setelah itu, baru nanti
dan ujung-ujungnya, kalau faktor- lagi yang masuk pada proses
bicara sosial politik yang harus
faktor yang di depan terpenuhi, peninjauan kembali, lebih banyak
dijaga.
maka kebijakan pajak akan menjadi lagi. Jadi, dari hal tersebut, DJP
penting juga. Jadi ujungnya nanti Faktor ketiga soal pajak. Meskipun harus memperbaiki kebijakan
baru kita bicara soal daya saing. bukan hal yang utama tapi ada pemeriksaan. Pokok masalah ini
daya saing di situ. Saat ini banyak tidak lain dari interpretasi peraturan
Apakah kebijakan yang dilakukan
negara di dunia berlomba-lomba yang beda antara wajib pajak dan
pemerintah saat ini sudah tepat?
menerapkan rezim pajak rendah fiskus.
Kalau lihat tepat atau tidaknya dibandingkan dengan sebelumnya.
Posisi Indonesia dibanding Sengketa ini sangat mengganggu
maka bisa kita lihat misalnya
tetangga relatif tinggi, mungkin pengusaha karena terkait dengan
Kementerian Keuangan, dalam
hanya Filipina yang lebih tinggi biaya operasional yang harus
hal ini DJP, sudah melakukan
dari kita. Dengan Malaysia dan dikeluarkan untuk bersengketa.
perbaikan. Namun, ini tidak
Singapura, kita masih lebih tinggi Pada satu sisi, persaingan usaha
bisa sendirian karena tadi,
tarif pajaknya. Begitu juga dengan semakin ketat. Pengusaha itu harus
dalam keputusan investasi ada
Thailand dan Vietnam. fokus dalam menjalankan bisnis.
pertimbangan lain seperti tenaga
Soal pajak, sebetulnya pengusaha
“
kerja dan gerak birokrasi aparatur
tidak keberatan untuk membayar,
negara. Kemudian kalau bicara soal
tapi dalam pelaksanaannya menjadi
otonomi daerah, itu terkait dengan
kerja sama. Kalau tidak maka akan Sengketa pajak masalah.
missing link dan kebijakan itu akan
keluar sendiri-sendiri. Akhirnya, itu masih menjadi Apa saja masalah itu?
bisa jadi, kebijakan yang bagus
enggak bisa berjalan maksimal.
masalah hingga Kita kenal selama ini dalam
membayar pajak ada yang bersifat
Apa yang menjadi perhatian dari
sekarang.” formal dan material. Bagaimana
yang formal ini bisa direlaksasi
pengusaha? karena ujungnya bagi pengusaha
itu adalah materialnya terpenuhi.
Pemerintah harus memperbaiki Selain tarif, kepastian apa yang
Ketika pengusaha sudah bayar
iklim usaha agar lebih kondusif. diharapkan dari kebijakan pajak?
pajak, ya sudah. Jangan justru
Hal pertama hal yang bisa
Peraturan dan interpretasi dipusingkan dengan masalah
dilakukan adalah revisi undang-
peraturan. Kedua aspek ini kerap sederhana seperti kesalahan
undang ketenagakerjaan yang
kali menimbulkan bibit sengketa. dalam mengeluarkan kode faktur
memberatkan. Kemudian, harus
Kalau sudah sengketa, ceritanya pajak yang sifatnya formal. Itu
ada perbaikan kualitas tenaga
akan panjang dan butuh energi menimbulkan sengketa dari hal
kerja. Pada sisi perpajakan, ini
karena prosesnya yang menahun. sederhana dan tidak perlu terjadi.
sudah disentuh dengan peraturan
Ambil contoh saja pemeriksaan Pengusaha pada dasarnya daripada
menteri keuangan terkait dengan
makan waktu 1 tahun, keberatan banyak energi yang dibuang untuk
super tax deduction vokasi dan
1 tahun lagi, dan kalau banding bersengketa, lebih baik tenaga
akan menyusul untuk kegiatan
bisa 2 tahun. Katakan saja proses itu digunakan untuk melakukan
litbang. Pada sisi tersebut,
tersebut bisa makan waktu 4 efisiensi dan inovasi dalam bisnis.
Kementerian Keuangan sudah
tanggap. Kalau penentuan upah sampai 5 tahun.
Apa masukan pengusaha untuk
minimum provinsi yang setiap mengurai masalah itu?
Sementara, kalau kasus yang sama
tahun memunculkan dinamika itu
itu belum diputuskan atau tidak
juga menjadi faktor yang harus Satu hal yang utama adalah
ada kejelasan, maka wajib pajak
dibereskan. penyeragaman intepretasi peraturan
harus bersikap bagaimana? Ini
yang harus diikuti dengan
36 INSIDETAX
Menegaskan Kembali Kepastian Pajak
sosialisasi yang lebih mendalam. Bagimana caranya menutup semua Apa perhatian pengusaha terkait
Tidak jarang ketika bicara itu dalam jangka pendek. dengan omnibus law perpajakan?
penyeragaman intepretasi aturan, di
kantor pusat, kantor wilayah, dan Artinya perlu quick wins sembari Untuk beberapa poin bagus,
KPP tertentu sudah bagus. Namun, menunggu omnibus law? seperti soal sanksi. Itu bagus
mungkin di daerah, banyak yang karena jangan sampai ada kesan
Kalau soal pajak perlu ditarik lebih bahwa pengusaha kalau salah
dikeluhkan juga, terjadi hal-hal
tinggi pada saat APBN disusun. maka langsung diberikan sanksi.
yang tidak sama intepretasinya.
Kalau kita perhatikan kenaikan Yang penting itu mencegah
Intinya pengusaha berusaha untung
target penerimaan itu cukup besar pengusaha melakukan praktik
dan bayar pajak. Jadi, jangan
dari tahun ke tahun. Apakah yang salah. Fungsi pembinaan
dibebani dengan hal yang bersifat
kenaikan ini berkorelasi dengan atau preventif harus diutamakan,
administratif. Pada akhirnya uang
pertumbuhan ekonomi? Kalau bukan malah fungsi represif. Poin
pajak yang diterima pemerintah
katakanlah pertumbuhan ekonomi lain yang ditangkap adalah bahwa
jumlahnya sama, tapi cost of
5% dan inflasi 3%. Kemudian, pemerintah itu tidak cari duit dari
compliance-nya menjadi tinggi.
ada extra effort 2% sehingga total sanksi. Sinyal itu penting.
Bagaimana Anda melihat relasi 10%. Nah ini berkorelasi atau
antara wajib pajak dan DJP? tidak? Kalau tidak realistis, maka Kemudian kalau bicara rezim yang
ini angka yang ditetapkan dalam ke arah teritorial, kita tahu bahwa
Kalau saat ini dikatakan ideal, tapi APBN tidak dapat diwujudkan di sistem pajak di banyak negara
masih ada ruang untuk perbaikan. lapangan. Hal ini bisa membuat tidak ada yang 100% worldwide
Kalau dibandingkan dengan masa APBN menjadi tidak kredibel. dan teritorial. Namun, sekarang
lalu sudah ada perbaikan, misalnya dunia ini cenderungnya lebih ke
dari saat tax amnesty menjadi Bagi pihak yang memungut arah teritorial. Artinya, dengan
cikal bakal perubahan relasi. Kalau penerimaan menjadi akan sangat cenderung ke arah teritorial, kita
bicara relasi tentu menyangkut berat karena pajak itu kan ujung sudah inline dengan tren dunia.
trust satu sama lain dan titik balik dari ekonomi. Saat ini, usaha tidak Jadi, kalau kita sejalan dengan
itu ada pada saat tax amnesty. tumbuh sedemikian besar dan tren mayoritas, maka seharusnya
Sekarang bagaimana agar trust itu target naik terus. Lalu, bagaimana investor global melihat Indonesia
masih bisa dijaga. mengompensasi ini? Hal ini ini tidak aneh sendiri.
akan bertambah parah kalau
Yang penting adalah soal ekstensifikasinya tidak jalan. Kunci Bagaimana dengan rasionalisasi
komunikasi dengan sering sekarang ini bagaimana menjamin pajak daerah?
mengadakan sosialisasi dan ekstensifikasi basis pajak jalan
gathering. Itu merupakan hal untuk pihak yang belum masuk ke Kalau bicara pajak daerah dan
yang bagus karena zaman dulu dalam sistem. retribusi daerah ini memang yang
orang enggan bertemu fiskus. Ini sering dikeluhkan pengusaha.
merupakan titik awal dan setelah Bagaimana Anda melihat kinerja Ini karena PDRD [pajak daerah
itu pengusaha sadar bahwa DJP penerimaan pajak tahun ini? dan retribusi daerah] itu macam-
mulai berubah semakin profesional macam. Setiap daerah mempunyai
Sekarang memang usaha sedang peraturan sendiri. Hal ini kemudian
dan pelayanan menjadi semakin
melambat dan sebagian lagi membuat pengusaha sulit
bagus. Tahap selanjutnya adalah
bilang kita akan masuk resesi. melakukan prediksi secara pasti.
peraturan yang business friendly.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Kalau jalan, ini akan jadi efek
melambat dan faktor eksternal Untuk level pengusaha lokal
bergulir yang positif.
dalam bentuk perang dagang saja tidak mudah mencari beban
Bagaimana perspektif pengusaha antara Amerika Serikat dan China pajak secara pasti, apalagi yang
terkait dengan omnibus law? itu punya pengaruh kepada dari luar negeri. Semangat PDRD
ekonomi Indonesia. masuk ke omnibus law kita paham
Omnibus ini kan sebetulnya hal maksudnya untuk mempermudah,
baru di Indonesia. Ini belum pernah Sekarang ini kita sedang mengalami meskipun itu pasti ada pro dan
ada, bagaimana undang-undang pergeseran dalam struktur ekonomi kontra. Untuk PDRD ini saya yakin
yang begitu banyak dan tumpang dengan adanya internet of things. masih akan terjadi tarik-ulur.
tindih bisa diselesaikan dalam Banyak hal baru yang seharusnya
waktu relatif singkat. Jadi, dua menjadi objek pajak tapi belum Namun, bagi pengusaha
omnibus law, yaitu cipta lapangan tersentuh. Jadi, kalau usaha lesu yang penting itu adalah soal
kerja dan perpajakan, itu niatnya maka pajak kurang, bukan soal penyeragaman dan kemudahan
bagus. Artinya, kita support. pajak badan saja. Yang langsung kebijakan. Sarannya tentu
Namun, seperti halnya pajak ini terasa adalah sektor PPN dan ada penyeragaman tarif atau
baru akan terasa pada 2021 atau potong pungut (potput). Kemudian, penyeragaman berdasarkan sektor
3 tahun lagi. Sementara, ekonomi ada peningkatan restitusi karena usaha.
begerak terus hari demi hari dan efek dari pengusaha lebih bayar
penerimaan pajak jalan terus. pajak. Itu menjadi satu semua.
INSIDETAX 37
Memperbaiki SDM dengan Kebijakan Fiskal
K
UALITAS SDM kini resmi menjadi tema kebijakan Visi APBN untuk kualitas SDM ini jelas tidak salah.
fiskal pemerintah. Dasarnya pidato Nota Keuangan Sebaliknya, justru bisa dilihat sebagai bentuk kejelian
Presiden yang disampaikan 16 Agustus 2019. pemerintah menangkap perubahan zaman. Pasalnya,
Dalam pidato itu, Jokowi memberi tema kebijakan diskursus tentang kualitas SDM sebagai modal ekonomi
fiskalnya untuk 2020 ‘APBN untuk Akselerasi Daya memang makin mendominasi kebijakan lembaga donor,
Saing melalui Inovasi dan Penguatan Kualitas SDM’. terutama Bank Dunia.
Bagaimana menarik korelasi APBN dan kualitas SDM? Bahkan patut diduga, visi APBN untuk kualitas SDM
Begini logikanya. Menurut Presiden, untuk membangun ini juga terpengaruh perubahan paradigma di Bank
perekonomian Indonesia hingga mampu berkompetisi di Dunia yang mulai menitikberatkan sektor pembangunan
tingkat global kata kuncinya kualitas SDM. Untuk itu, manusia, terutama terkait dengan Indeks Modal
kebijakan fiskal harus diarahkan berada dalam koridor Manusia atau Human Capital Index (HCI).
peningkatan SDM.
Human Capital Index
“Indonesia memiliki modal awal bersaing di tingkat
global. Jumlah penduduk kita 4 terbesar di dunia. HCI adalah indeks pengukuran baru yang diterbitkan
Sebagian besar penduduk kita berusia muda. Kelas Bank Dunia pada 2018. Indeks ini mencerminkan
menengah kita tumbuh pesat. Saya yakin dengan fokus perubahan paradigma Bank Dunia yang mulai
pada kualitas SDM, kita dapat segera mewujudkan visi menitikberatkan aspek modal manusia (human capital)
menjadi negara maju,” kata Presiden. dalam memicu pertumbuhan ekonomi.
INSIDETAX 39
Memperbaiki SDM dengan Kebijakan Fiskal
40 INSIDETAX
Memperbaiki SDM dengan Kebijakan Fiskal
yang juga memiliki program mewujudkan sektor kesehatan yang misalnya, merupakan tempat paling
pendidikan mendapat alokasi ideal. menderita untuk menjadi seorang
anggaran pendidikan. perokok, karena harga rata-rata
Harus diakui alokasi anggaran sebungkus rokok bisa mencapai
Adapun yang khusus dikelola kesehatan Indonesia merupakan US$20 atau setara dengan
oleh Kementerian Pendidikan salah satu yang terendah di dunia. Rp280.000.
dan Kebudayaan hanya sebesar Mengutip data WHO (2016), sampai
7,3% dari total alokasi anggaran 22 dari 36 negara berkategori Asia Tenggara kecuali Singapura
pendidikan 20% tersebut. “Kami pendapatan rendah (PDB per sudah lama dikritik sebagai kawasan
tidak bisa berbuat banyak dengan kapita kurang dari US$1.025) telah dengan harga rokok paling rendah.
anggaran segitu,” ungkap Muhadjir. mengalokasikan sampai 11% dari Laporan Southeast Asia Tobacco
APBN mereka untuk kesehatan. Control Alliance misalnya menyebut
Ini memang salah satu pekerjaan harga rokok di ASEAN ‘dangerously
rumah yang belum terselesaikan. Tiga di antaranya, yaitu Rwanda, low’, dan Indonesia merupakan
Terbukti, sekadar anggaran besar Tanzania dan Liberia, bahkan salah satu negara dengan harga
masih belum memadai. Masih mengalokasikan sampai 15% rokok paling terjangkau.
banyak hal yang harus dibenahi dari APBN mereka untuk sektor
seperti desain sistem pendidikan, kesehatan. Indonesia bukan Namun, kondisi Indonesia memang
kebijakan belanja yang lebih termasuk negara berpendapatan berbeda. Tembakau merupakan
berkualitas, dan tentu saja kualitas rendah, melainkan negara salah satu industri pokok yang
pengajar. berpendapatan menengah (middle- menyerap jutaan tenaga kerja.
income), dengan PDB per kapita Indonesia bahkan merupakan salah
Anggaran Kesehatan US$3.927 pada 2019. satu negara penghasil tembakau
MESKI demikian, nasib sektor terbesar di dunia, peringkat 6. Bisa
Patut disayangkan meski merupakan dipahami bila cukai rokok termasuk
pendidikan relatif lebih baik negara berpendapatan menengah,
dibandingkan dengan sektor masalah dilematis.
alokasi kesehatan Indonesia
kesehatan. Pada APBN 2020, di APBN justru kalah apabila Per 1 Januari 2020 nanti pemerintah
pemerintah mengalokasikan dibandingkan dengan negara miskin menaikkan cukai rokok sebesar
anggaran sebesar Rp132,2 triliun seperti Rwanda. Rendahnya alokasi 23%, yang akan menyebabkan
untuk kesehatan, naik 7,4% anggaran kesehatan ini juga yang harga eceran rokok naik menjadi
dibandingkan dengan 2019 yang jadi penyebab mengapa BPJS 35%. Kebijakan itu pun disambut
sebesar Rp123,1 triliun. Kesehatan terus dilanda defisit. baik oleh para aktivis kesehatan,
Meski mengalami kenaikan 7,4%, meski membuat marah para
Dengan alokasi anggaran kesehatan perokok. (lihat wawancara Dirjen
perlu dicatat bahwa besaran yang terus konsisten 5% di APBN,
anggaran kesehatan itu hanya 5% Bea dan Cukai Heru Pambudi)
program jaminan kesehatan bagi
dari total APBN 2020. Bahkan penduduk memang akan terus Terlebih adanya pajak rokok yang
sejak 5 tahun terakhir, anggaran goyang karena dihantam defisit, sebagian akan digunakan untuk
kesehatan konsisten bertengger di hingga terpaksa ditambal dengan menambal defisit BPJS Kesehatan.
kisaran 5% dari APBN. peningkatan pembayaran premi, Meski, harus dipahami penambahan
Sudah sering sebenarnya kritik yang juga sudah dinaikkan dan dana BPJS Kesehatan ini bukan
dilontarkan terhadap kebijakan berlaku mulai 1 Januari 2020. solusi utama. Kendala utama
ini. Pemerintah dinilai bermain dana kesehatan di Indonesia tetap
Kenaikan Cukai Rokok anggaran yang tidak beranjak dari
aman karena UU Nomor 9
Tahun 2009 tentang Kesehatan STRATEGI lain yang juga dilakukan 5% selama bertahun-tahun. (lihat
hanya mengamanatkan anggaran pemerintah untuk meningkatkan box Antara Cukai dan Kesehatan)
kesehatan ‘minimal 5%’. Karena kualitas kesehatan adalah dengan Strategi APBN yang pro-peningkatan
itu selama 5 tahun ini, anggaran terus menaikkan tarif cukai rokok. kualitas SDM seharusnya
kesehatan pun konsisten bertengger Ini bisa dibilang kebijakan klasik. menempatkan anggaran kesehatan
5%. Hampir semua aktivis kesehatan dalam perspektif investasi, bukan
di dunia terus melobi pemerintah belanja. Dengan perspektif itu,
Padahal, besaran anggaran 5% mereka agar menaikkan harga rokok
tersebut jelas tidak memadai. anggaran kesehatan dilihat sebagai
sampai ke level gila-gilaan. cara untuk mendapatkan hasil yang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
misalnya menetapkan standar Kampanye tersebut bisa dibilang menjadi tujuan, bukan semata
15% dari APBN setiap negara, berhasil, terutama di negara-negara dilihat sebagai pengeluaran.
atau sekitar 5% dari PDB, untuk maju. Australia dan Selandia Baru Sayangnya, keluhan pemerintah
INSIDETAX 41
Memperbaiki SDM dengan Kebijakan Fiskal
42 INSIDETAX
Memperbaiki SDM dengan Kebijakan Fiskal
T
INGKAT prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia selama
2013-2018 tercatat meningkat lebih dari 34%. Peningkatan
prevalensi tersebut diakibatkan perubahan gaya hidup. Dalam
konteks ini, otoritas fiskal telah menggunakan instrumen cukai
sebagai salah satu upaya untuk mengurangi eksternalitas negatif.
InsideTax berkesempatan mewawancarai Dirjen Bea dan Cukai
Heru Pambudi terkait dengan kebijakan cukai. Selain itu,
InsideTax juga mencari tahu prospek penggunaan instrumen
bea masuk dan bea keluar dalam kaitannya dengan isu
proteksionisme dan daya saing. Berikut kutipannya.
Bagaimana efektivitas pemberlakukan cukai dalam
mengurangi eksternalitas negatif selama ini?
Cukai pada dasarnya adalah fungsi pengendalian, terutama
atas eksternalitas negatifnya. Menurut Sirkesnas 2016,
prevalensi merokok laki-laki dewasa nasional turun hingga
32%, sedangkan versi Nielsen tahun 2017 perokok laki-laki
dewasa turun menjadi 50,8%.
Apakah kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) dengan rerata
tertimbang 23% untuk tahun depan sudah ideal?
Kebijakan penyesuaian tarif CHT, berapapun besarannya, selalu
mempertimbangkan banyak faktor. Faktor pertama adalah fungsi
cukai yang merupakan instrumen pemerintah dalam pengendalian
konsumsi. Fungsi itu erat kaitannya dan sejalan dengan tugas
pemerintah dalam memberikan jaminan kesehatan bagi
masyarakatnya.
Faktor kedua adalah berkaitan dengan fungsi
budgeter penerimaan. Hal ini juga
diperkuat dengan upaya pemberantasan
rokok ilegal sehingga diharapkan
penerimaan yang dihasilkan lebih
optimal. Namun, pemerintah juga
memperhatikan kinerja industri
rokok maupun keberlangsungan
tenaga kerja, terutama industri
padat karya, industri kecil, baik
buruh dan petani.
Apa yang membuat rencana
simplifikasi tarif urung dilakukan?
Kami itu sebetulnya merindukan
biar setiap tahun tidak perlu sakit
perut terkait tarif cukai, terutama
INSIDETAX 43
Memperbaiki SDM dengan Kebijakan Fiskal
rokok. Kami ingin kebijakan tarif itu dan dengan diskusi yang lama. hidup; atau pemakaiannya perlu
sudah dipahami oleh semua secara Jadi, kita harus hati-hati dalam pembebanan pungutan negara
transparan dan berkelanjutan. menentukan tarif karena kalau demi keadilan dan keseimbangan.
Dengan demikian, kebijakan keliru akan berdampak negatif.
dalam 5-10 tahun ke depan sudah Ukuran WHO itu berdasarkan Bagaimana prospek penggunaan
bisa diprediksi. Mungkin tidak jumlah batang rokok yang dihisap. instrumen bea masuk dan bea
sampai kepada nominal, tapi arah Padahal, seharusnya melihat juga keluar di masa depan?
kebijakan sudah bisa kita sepakati. apakah rokok yang dihisap itu
Sebagai informasi, pengenaan
legal atau ilegal. Kedua hal itu
Begitupun dengan turunan dari tarif bea masuk tindakan pengamanan
harus dihitung sehingga tidak bisa
yang juga bisa mengarah ke sana sementara (BMTPS) atas impor
berdasarkan registrasi rokok yang
[bisa diprediksi]. Ini karena kalau tekstil dan produk tekstil (TPT)
ada di pemerintah.
cerita soal tarif itu akan meluas ke adalah bentuk keseriusan
mana-mana. Hal ini bukan hanya Ini karena kesehatan itu tidak pemerintah dalam mengamankan
jadi kerinduan kami melainkan membedakan apakah rokok yang industri dalam negeri sekaligus
juga pemerhati dari sisi kesehatan. dihisap ada pita cukai atau tidak. mendorong penggunaan produk
Kemudian, industri juga sudah Oleh karena itu, kami sampaikan dari pasar domestik. Prospek
jelas karena mereka harus punya bahwa pengalaman Indonesia penggunaan instrumen bea masuk
gambaran bagaimana prospek yang kombinasi antara intrumen dan bea keluar saat ini atau di
bisnisnya. Jadi, kami sangat tarif dan layering yang tepat. Saya masa depan mutlak menjadi
berharap Indonesia memiliki cetak tekankan bahwa kondisi layer rokok domain pimpinan.
biru mengenai tarif cukai. saat ini paling tepat, tapi bahwa
Namun demikian, baik bea masuk
menjadikan Indonesia persis seperti
Untuk bisa dapat cetak biru tadi, maupun bea keluar, masing-
negara lain yang menggunakan satu
tentu harus melalui kesepakatan masing memiliki peran atau fungsi
tarif itu juga, menurut saya, tidak
yang kira-kira dimensinya akan sebagai regulerend dan budgeter.
tepat. Jadi kombinasi tarif, layer,
melibatkan industri yang di Fungsi regulerend menjadikan
dan enforcement.
belakangnya ada petani tembakau. bea masuk dan bea keluar sebagai
Kemudian, ada dari sisi kesehatan Apa ada rencana barang kena alat kebijakan pemerintah dalam
dan pelaku usaha dari industri cukai baru selain plastik? melindungi kepentingan ekonomi
rokok itu sendiri. Kalau arah dan industri dalam negeri. Bahkan,
kebijakan sudah diputuskan maka Kalau kami masih melihat dengan pengenaan bea keluar pada
tugas kita masing-masing menjadi pembahasan terakhir di Komisi beberapa komoditas, biasanya
lebih mudah. Contoh, dari sisi XI DPR, prosesnya masih kami hasil alam, dimaksudkan sebagai
kami itu terkait pengendalian lakukan terus untuk penambahan perlindungan atas keberlangsungan
rokok ilegal. Untuk ini pasti akan barang kena cukai (BKC) untuk sumber daya alam itu.
berkaitan dengan sisi kesehatan kantong plastik. Kalau berkaca
negara lain kan ada beberapa Sementara, fungsi budgeter
juga dan kita sudah berkomunikasi
kebijakan, misalnya di Thailand itu menjadikan bea masuk dan
dengan WHO [World Health
spa kena cukai. Ada pula emisi gas bea keluar sebagai salah satu
Organization] terkait kebijakan tarif
buang dan minuman mengandung sumber penerimaan negara. Tidak
cukai di Indonesia.
pemanis. dimungkiri, keduanya mempunyai
Bagaimana respons WHO? potensi penerimaan yang signifikan
Pada dasarnya, dalam menentukan dalam membiayai APBN, bahkan
Saya amati, WHO ini hanya fokus suatu barang sebagai BKC, target yang diberikan selalu naik
kepada dua varibel saja, yaitu pemerintah mendasarkan pada setiap tahunnya. Dengan demikian,
tarif dan penerimaan. Dari situ, Undang-Undang (UU) No.39/2007 apabila pemerintah masih
saya paparkan bahwa porsi tarif tentang perubahan atas UU No. memandang perlu kedua fungsi
tidak semata-mata didasarkan 11/1995 tentang Cukai sebagai bea masuk dan bea keluar tersebut
kepada pertimbangan penerimaan. acuan atau fokus pertimbangannya. maka kemungkinan penggunaan
Seharusnya WHO bisa jadikan Dalam Pasal 1 UU tersebut keduanya masih akan dilanjutkan.
Indonesia sebagai tempat dijelaskan cukai adalah pungutan
pembelajaran dan bisa di-share negara yang dikenakan terhadap Apakah bea masuk dan bea keluar
kepada negara lain yang punya barang-barang tertentu yang efektif memproteksi ekonomi?
karekteristik sama. Karakteristik mempunyai sifat atau karakteristik
Penggunaan keduanya bisa
itu terkait wilayah sebaran luas, tertentu.
dikatakan cukup efektif. Terbukti
banyak pulau, bervariasi jenis
Adapun sifat atau karakteristik dari pertumbuhan ekonomi
rokoknya, dan size pasarnya besar.
tersebut antara lain konsumsi perlu Indonesia yang masih tumbuh
Dengan karakteristik tersebut, dikendalikan; peredarannya perlu positif dari tahun ke tahun
kita tidak bisa menggunakan diawasi; pemakaiannya dapat meskipun menghadapi masalah
doktrin yang sama dengan WHO menimbulkan dampak negatif baik eksternal maupun domestik.
yang mirip dengan negara maju bagi masyarakat atau lingkungan
Penerimaan bea masuk dan
44 INSIDETAX
Memperbaiki SDM dengan Kebijakan Fiskal
bea keluar masih tertekan. Apa reformasi kepabeanan dan penindakan dan total nilai barang
penyebabnya? cukai dari total 4 tahun yang hasil penindakan mengalami
dicanangkan. Ada banyak hal kenaikan yang cukup signifikan
Kinerja penerimaan bea masuk yang telah dicapai DJBC. Sejalan sejak program penguatan reformasi
dan bea keluar sangat dipengaruhi dengan visi pemerintah dalam kepabeanan DJBC bergulir.
oleh kondisi eksternal dan internal. pembangunan SDM, DJBC telah
Faktor eksternal dimaksud antara menciptakan budaya organisasi Aspek penting apa saja yang ingin
lain, kondisi geopolitik hingga yang membentuk pegawai DJBC dicapai dalam 5 tahun ke depan?
perekonomian global. Kondisi yang makin kuat integritasnya.
tersebut diperkirakan masih Saat ini pemerintah memiliki visi
Selain itu, DJBC juga berusaha
menekan volume perdagangan. untuk melakukan transformasi
menciptakan SDM yang gesit,
Fluktuasi harga komoditas di pasar ekonomi. Dari sisi kelancaran
lincah, dan dinamis.
internasional juga akan berimbas logistik, ranking Logistic
pada perlambatan kinerja ekspor Dalam rangka mendorong Performance Index Indonesia
dan impor nasional. pertumbuhan ekonomi, reformasi masih kalah dibanding negara
DJBC juga meliputi perluasan tetangga seperti Malaysia,
Sementara itu, faktor internal fasilitas kepabeanan dan cukai. Thailand, dan Vietnam. Begitupun
yang turut mempengaruhi adalah Ini misalnya dengan pembentukan dalam hal Ease of Doing Business
kontraksi aktivitas ekspor dan Pusat Logistik Berikat yang (EoDB). DJBC memiliki program
impor, serta risiko menurunnya bertujuan menjadikan Indonesia untuk mewujudkan National
pasokan komoditas ekspor mineral sabagai pusat hub logistik Logistic Ecosystem yang kompetitif
tambang akibat kebijakan relokasi sekaligus sebagai sarana penunjang dan menarik di mata investor
situs eksplorasi. Hingga akhir perekonomian wilayah perbatasan. dalam 5 tahun ke depan.
“
Oktober 2019 kinerja penerimaan
bea masuk dan bea keluar masih Selain itu, DJBC akan memperluas
tertekan -6,25% dan -49,62%. berbagai fasilitas kepabeanan dan
Mengingat faktor fundamental Reformasi cukai yang dapat mempercepat
pertumbuhan industri manufaktur
yang mempengaruhi keduanya
diperkirakan masih berlanjut hingga
DJBC juga meliputi dan meningkatkan ekspor.
akhir 2019 maka kemungkinan
capaiannya di bawah kinerja yang
perluasan fasilitas Peran pengawasan oleh DJBC
sebagai community and border
diharapkan. kepabeanan dan protection akan terus diperkuat
dengan pengembangan sarana
Bagaimana arah kepabeanan cukai..” dan prasarana, serta sinergi
dalam 5 tahun ke depan? dengan aparat penegak hukum
lain. Realisasi penerimaan makin
Kepabeanan dalam 5 tahun ke dioptimalkan agar dapat mencapai
Ada pula pemberian fasilitas
depan akan terus sejalan dan target setiap tahunnya. Dalam
KITE bagi IKM sehingga dapat
mendukung kebijakan pemerintah, lima tahun ke depan, DJBC akan
mendongkrak ekspor. Kemudian,
terutama dalam mendorong menjadi institusi yang makin
kami juga melakukan rebranding
ekspor dan investasi. Program- kredibel di mata masyarakat dan
Kawasan Berikat. Hal ini dibarengi
program kepabeanan yang juga terkemuka di dunia.
dengan peningkatan pelayanan
mendukung kebijakan tersebut
melalui pembangunan sistem
antara lain, pengembangan fasilitas Bagaimana strategi DJBC dalam
pelayanan terpadu berupa
perdagangan sampai menyentuh pengelolaan sistem administrasi?
optimalisasi berbagai manfaat
ke level IKM [industri kecil dan
berbasis single profile (Indonesian Sebagai upaya untuk makin
menengah], percepatan atau
Smart Customs & Excise/ISCE), menyempurnakan pelayanan, ke
streamline prosedur, pengawasan
dan penyederhanaan ketentuan depannya, sistem administrasi
berbasis profil yang handal.
dalam rangka mendorong investasi DJBC akan menyesuaikan
Kepabeanan juga akan semakin dan ekspor bagi dunia usaha. dengan perkembangan revolusi
adaptif dengan perkembangan 4.0 agar makin ringkas, cepat,
DJBC juga makin menguatkan
teknologi (core system atau dan meminimalkan terjadinya
sinergi dengan institusi lainnya. Di
Ceisa 4.0). Selain itu, ada pula human error. Sistem yang
bidang penerimaan, joint program
pengembangan smart customs dibangun bersifat inklusif, berbasis
DJBC dan DJP [Ditjen Pajak]
yang mencoba mengintegrasikan konektivitas dan kolaborasi dengan
misalnya, berhasil menyumbang
atau mengolaborasikan sistem- para stakeholders mulai dari
tambahan penerimaan negara.
antarkementerian/lembaga (K/L). institusi pemerintah lainnya sampai
Saat ini, DJA [Ditjen Anggaran]
dengan pengguna jasa. Dengan
Bagaimana perkembangan juga sudah bergabung. Di bidang
demikian, manfaatnya akan makin
reformasi DJBC saat ini? pengawasan dan penegakan
luas dan dapat dirasakan oleh para
hukum, DJBC menguatkan
stakeholders.
Tahun ini adalah tahun ketiga koordinasi dengan aparat
berjalannya program penguatan penegak hukum lainnya. Jumlah
INSIDETAX 45
Menggenjot Penerimaan dengan Teknologi
MENGGENJOT PENERIMAAN
DENGAN TEKNOLOGI
Teknologi informasi kian menjadi tulang punggung penerimaan pajak. Indonesia harus segera
memperbarui sistem inti administrasi perpajakan.
L
EMAH teknologi memicu manipulasi. Begitulah Seberapa menguntungkan bisnis ini? Luar biasa. Ketika
kalau membaca kasus faktur pajak fiktif yang jaringan itu dibongkar, perusahaan para pemalsu
menghebohkan pada 2014 lalu. Ketika itu, itu sudah meraup Rp16,19 miliar uang pajak yang
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Bareskrim Polri seharusnya disetorkan ke negara. Padahal, mereka baru
berhasil meringkus jaringan pembuat faktur pajak fiktif berkecimpung di ‘bisnis’ faktur pajak fiktif ini selama 2
yang sukses membobol uang negara. tahun.
Para pemalsu ini mendirikan perusahaan, menerbitkan Itu berarti pendapatan perusahaan mencapai Rp8
produk berupa faktur pajak fiktif, lalu mencari klien miliar per tahun. Setelah kasus tersebut DJP melakukan
berupa perusahaan lain yang berminat atas ‘produk’ review terhadap berbagai kasus faktur pajak fiktif dan
tersebut. Permintaan pasar (demand) terhadap ‘produk’ hasilnya mengejutkan. Dalam kurun 5 tahun (2008-
itu ternyata tinggi. 2013), terdapat 100 kasus faktur pajak fiktif dengan
total kerugian negara Rp1,5 triliun.
Sebanyak 8 perusahaan bersedia menjadi klien. Para
klien ini tergiur keuntungan karena bisa membayar Mengapa kasus faktur pajak fiktif itu masih marak?
pajak lebih rendah. Maklum, produk faktur fiktif itu Bukankah DJP sudah memberikan pengawasan
dijual antara 14%-20% dari nilai Pajak Pertambahan ketat terhadap peredaran faktur pajak? Penyebabnya
Nilai (PPN) yang tercantum dalam faktur asli. sederhana saja, karena pengurusan faktur pajak masih
46 INSIDETAX
Menggenjot Penerimaan dengan Teknologi
bersifat manual, masih berbasis Data dan Informasi Perpajakan dan Mengapa sistem yang sudah uzur
kertas dan belum elektronik. (lihat Direktorat Teknologi Informasi dan itu masih dipakai, memang bisa
box Kisah Digitalisasi PPN & Pajak Komunikasi. Inilah antisipasi untuk dimaklumi karena perubahan Core
Digital ala Ceko) menghadapi tantangan digitalisasi Tax System butuh waktu bertahun-
administrasi perpajakan. tahun. Sekadar ilustrasi, meski
Mencegah Manipulasi Perpres Core Tax System terbit
Core Tax System pada 2018, implementasi Core Tax
FENOMENA kasus faktur pajak
fiktif itulah yang akhirnya memicu SEBENARNYA pemerintah juga System versi terbaru ini diprediksi
pemerintah melakukan reformasi menyadari digitalisasi administrasi baru berlaku pada 2024.
teknologi di bidang perpajakan. perpajakan cuma masalah waktu. Karena itu, tidak heran meski
Pada 2014 itulah, untuk pertama Pasalnya, lanskap perekonomian DJP sudah melakukan reformasi
kalinya diterapkan e-faktur, alias sudah berubah, makin bergerak digitalisasi sistem administrasi
penyampaikan faktur pajak secara ke arah digital. Bila dulu tidak ada perpajakan, masalah pun masih
elektronik. uang elektronik, kini beragam jenis muncul di sana-sini. Misalnya saja
uang elektronik bermunculan dan e-filing, yang sempat terjadi insiden
Hanya, penerapan e-faktur bersaing satu sama lain.
dilakukan secara berkala. Awalnya yang cukup ramai dibicarakan pada
hanya 45 wajib pajak besar yang Dengan kata lain, kebutuhan April 2019 lalu.
diharuskan menggunakan e-faktur. memperbarui sistem teknologi Sistem e-filing DJP saat itu
Lalu pada 2015 penerapannya administrasi perpajakan bukan meminta sebanyak 90.000 wajib
diperluas ke wajib pajak lain, dan lagi semata untuk melawan pajak badan melaporkan ulang
akhirnya e-faktur mulai berlaku manipulasi seperti faktur pajak fiktif, Surat Pemberitahuan Tahunan
secara nasional per 2016. melainkan untuk menyesuaikan (SPT) yang sudah diunggah ke
dengan perubahan lanskap website. Pasalnya, sempat terjadi
Inovasi tidak berhenti di situ. Pada perekonomian. Negara yang
2016, DJP mengenalkan e-billing. masalah hingga sistem DJP tidak
administrasi perpajakannya lambat bisa membaca e-SPT yang sudah
Apabila e-faktur merupakan fitur menyesuaikan diri bisa dibilang
untuk melaporkan jumlah pajak, diunggah wajib pajak.
akan makin gagap dan berisiko kian
e-billing merupakan fitur untuk kehilangan potensi perpajakannya. Saat ini Core Tax System bisa
melakukan pembayaran pajak. dibilang merupakan proyek
Bisa dibilang e-billing ini terobosan Salah satu langkah penting terbesar DJP. Proyek ini bersifat
besar, karena bisa mewujudkan pemerintah dalam melakukan multi-years dengan alokasi dana
pembayaran pajak secara online. pembaruan teknologi perpajakan yang dikucurkan secara bertahap
adalah dengan menerbitkan dasar setiap tahun. Namun secara total,
Lalu pada 2017, ketika berlangsung hukum berupa Peraturan Presiden
program pengampunan pajak (tax pemerintah menganggarkan dana
Nomor 40 Tahun 2018 tentang sebesar Rp2,04 triliun untuk
amnesty), para peserta program ini Pembaruan Core Tax System atau
juga harus melaporkan aset mereka pembaruan Core Tax System.
Sistem Inti Administrasi Perpajakan
melalui mekanisme e-reporting. (SIAP). Direktur Transformasi Proses
Jadi tidak perlu lagi membuat Bisnis DJP Hantriono Joko Susilo
hardcopy yang tertempel meterai SIAP adalah sistem teknologi menjelaskan secara detil tahapan
dan dikirimkan ke kantor pajak. informasi yang menjadi basis pembaruan ini. Pembaruan Core
pelaksanaan tugas DJP, mulai Tax System akan dibagi menjadi
Karena itu, bisalah dikatakan, dari proses pendaftaran wajib
setelah sekian lama DJP sering empat tahap pekerjaan. Tahap
pajak, penagihan, pembayaran pertama adalah pengadaan barang
dikerjai berbagai pihak yang dan lain sebagainya. Bisa dibilang
tidak bertanggung jawab melalui (procurement). Anggarannya
inilah sistem inti yang menjadi Rp37,8 miliar.
modus-modus manipulasi pajak— pondasi bagi keseluruhan sistem
karena masih menggunakan administrasi perpajakan. Tahap kedua adalah pengadaan
sistem manual—kini kesadaran sistem integrator atau sistem inti
akan perlunya reformasi teknologi Saat ini, meski DJP sudah administrasi perpajakan (core
perpajakan terus berjalan. melakukan berbagai langkah tax administration system). Ini
digitalisasi administrasi, Core Tax merupakan inti dari proyek ini.
Salah satu langkah penting DJP System sebenarnya masih belum
adalah melakukan reorganisasi. Dari total anggaran Rp2,04 triliun,
berubah. DJP masih menggunakan sebanyak Rp1,86 triliun atau setara
Pada Juni 2019, DJP membentuk Core Tax System era tahun 2000,
dua unit baru, yaitu Direktorat 91% dana akan habis untuk tahap
alias sudah berusia 19 tahun. kedua ini.
INSIDETAX 47
Menggenjot Penerimaan dengan Teknologi
48 INSIDETAX
Menggenjot Penerimaan dengan Teknologi
INSIDETAX 49
Menggenjot Penerimaan dengan Teknologi
O
ECD dalam laporan ‘Tax Administration 2019’ memaparkan berbagai
temuan dalam pengelolaan administrasi pajak. Salah satunya
pengelolaan administrasi pajak semakin beralih ke administrasi elektronik
(e-administration) dan menggunakan berbagai alat teknologi, sumber data, dan
analitik untuk meningkatkan kepatuhan pajak.
Tahun ini, DJP juga membentuk dua direktorat baru terkait teknologi
dan data, yaitu Direktorat Data dan Informasi Perpajakan (DIP) dan
Direktorat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Direktorat
TIK ini merupakan peleburan dua direktorat sebelumnya, yaitu
Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan (TIP) dan Direktorat
Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi (TTKI).
InsideTax mewawancarai Direktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi DJP Iwan Djuniardi belum lama ini untuk mencari
tahu tren penggunaan teknologi dalam administrasi pajak guna
memobilisasi penerimaan. Berikut petikannya:
Apa sebenarnya yang melatarbelakangi peleburan dua direktorat
sehingga menjadi TIK?
Kalau kita bicara industri 4.0, kita bicara digital transformation. Ini
bicara soal data. Sebelumnya, data itu tersebar di mana-mana, ada
di CTA [Center for Tax Analysis/Tim Pusat Analisis Perpajakan], ada
di TIP untuk operasional, ada di TTKI sebagian. Ini enggak cocok
lagi karena tidak ada yang fokus mengurus data.
Kemudian, kalau dulu IT [information technology] itu
ada development dan operational. Namun, yang
terjadi malah bikin birokrasi. Di development,
kita terus beli sesuatu, tapi di operasionalnya
enggak jalan. Jadi, tidak satu manajemen
sehingga prosesnya pasti lama. Mulai dari
pengembangan sampai ke operasional
pasti ada masalah karena mungkin
berbeda sudut pandang.
Selain itu, sudah ada namanya
konsep DevOps di IT. Development
dan operational jadi satu. Artinya,
sudah tidak perlu lagi satu unit
operasional yang gede karena
semua bisa di-handle sama
IT. Ada penggunaan RPA
[robotic process automation],
ada IAC [infrastructure as
code], ada SDN [software-
defined networking], dan
50 INSIDETAX
Menggenjot Penerimaan dengan Teknologi
solusi DevOps. Jadi, semua sudah Apa saja empat inisiatif tersebut? Misalkan, kita sudah mulai
menggunakan teknologi akhirnya memperkenalkan tax analytic.
digabung. Satu lagi ada DIP khusus Pertama, bagaimana kita Bagaimana nanti hasil pengadilan
mengolah hingga memonitor melakukan digitalisasi interaksi. pajak, kok kalah terus. Kan ada
penggunaan data oleh user. Nantinya, di antara pegawai uraiannya. Nah, uraiannya kita
DJP berinteraksi tidak lagi analisis kira-kira penyebabnya apa,
Apakah sudah ada dampaknya? menggunakan surat manual. Kita apakah di prosedur, aturan, atau
gunakan tanda tangan digital. kebijakan yang lain.
Pasti ada karena sisi IT jadi satu Melayani bisa di mana saja. Untuk
komando, sehingga mulai dari pemeriksaan, pembuatan KKP Ketiga, otomatisasi. Contohnya,
development sampai operational [kertas kerja pemeriksaan] dan LHP kalau untuk layanan, orang yang
bisa cepat. Itu saya rasakan [laporan hasil pemeriksaan] itu suka lihat tentang PPN di situs kita,
sekarang. Contohnya, kalau dulu sudah langsung ada karena datanya dia akan intens mendapat informasi
development kadang-kadang buka otomatis. Ini sudah berjalan. tentang PPN. Kalau dia senang
port-nya lama karena harus bolak- buka soal usaha batu bara, nanti
balik urusan birokrasi. Sekarang Ini tujuannya untuk menaikkan SLI dia akan dapat update soal aturan
sudah lebih cepat karena di dalam [services level indicator]. Yang dulu batu bara. Ini fungsinya otomasi
satu komando saya. misalkan kecepatan services-nya 1 berdasarkan analytics. CRM masuk
hari mungkin bisa menjadi 1 jam. juga. CRM kan juga mencakup
Dulu, untuk bisa adopt teknologi Dulu pemeriksaan misalkan butuh perilaku dia selama 3 tahun atau
baru itu butuh waktu. Sejak 30 hari. Dengan adanya otomasi 5 tahun terakhir. Dari sana akan
direktorat digabung, saya sudah KKP, LHP, dan sebagian data lain, terlihat dia patuh atau tidak. Nanti
bisa menyeimbangkan antara proses itu bisa menjadi 1 minggu. algoritmanya dibangun.
security dan development. Secara Selain services-nya naik, kualitas
metodologi membuat siklus data akan naik. Keempat, kolaborasi. Jadi kita
pengembangan bisa lebih cepat. Di buat sistem kita ini secara terbuka.
sisi lain, data pun bisa terkontrol. Apa yang membuat kualitas data Adanya open API [application
Kualitas data bisa dijaga berikut naik? programming interface] membuat
penggunaannya di data analytics. platform terbuka. Tujuannya
Spesialisasi itu menaikkan Kualitas data naik karena tidak ada
untuk meningkatkan services
kecepatan penggunaan data. lagi intervensi manusia. Kalau dulu,
level kita dan memastikan data
kadang-kadang kalau pemeriksa
yang masuk ke kita juga bisa
Apakah ini artinya Indonesia juga merekapitulasi lagi, bisa saja
lewat teknologi pihak ketiga. Yang
sudah mengikuti tren itu? salah. Dengan adanya digitalisasi
menggunakan open API adalah
ini jadi single of truth karena
Sudah kita lakukan. Di depan, application service provider (ASP).
sumbernya satu. Apa yang wajib
sudah ada e-filing, e-billing, Kita mau perbanyak peran ASP
pajak masukkan, itulah yang masuk
e-faktur. Kita nanti bangun e-bupot dalam layanan DJP, mulai dari
ke dalam sistem dan itu juga
dan e-keberatan. Arah kita 5 tahun daftar, hitung, bayar, lapor itu bisa
yang akan di-download. Dari sini,
ke depan itu 3C, yaitu Click, Call, disediakan oleh ASP. Makanya, ASP
kualitas pengawasan akan naik.
dan Counter. Jadi, wajib pajak ini akan jadi gede.
itu layanannya harus ke Click Kalau datanya bagus, kita juga
Apakah artinya jumlah ASP akan
dulu secara elektronik. Jadi, self- bisa memprediksi perilaku lebih
bertambah terus?
services. Kalau dia mau keberatan bagus lagi. Jadi kita akan bisa
atau lapor, semua diselesaikan memberikan services, assurance, Kalau saya cenderung memilih
online, baru diproses. Tidak ada dan penegakan hukum yang daripada banyak, lebih baik 15
lagi nanti kontak dengan KPP. personalized. Makanya kita bangun tapi berkembang besar. Saat ini
yang namanya CRM [compliance baru 10 atau 12 tapi kita hentikan
Baru, kalau ada kesulitan, minta risk management]. Dengan CRM, sementara. Jadi, yang sudah
bantuan lewat Call. Di situ ada kita bisa membedakan, level yang masuk saja yang kita assess. Nanti,
contact center. Kalau Call masih paling patuh dan level yang paling kalau menurut kita butuh lagi,
bermasalah, misalnya ada data tidak patuh. Perlakuan kepada baru dibuka. Ada beberapa bank
yang harus diperbaiki atau harus mereka berbeda, sehingga kita yang sudah jadi ASP. Dengan ASP,
ada penambahan bukti segala lebih personal pendekatannya. harapan kita, layanan dengan user
macamnya, baru dia ke Counter.
experience wajib pajak makin naik.
Counter di sini artinya ke KPP Apa inisiatif IT selanjutnya?
dengan membawa bukti sehingga Apakah 4 inisiatif itu perlu
berhadapan dengan petugas pajak. Kedua, kita gunakan big data
dukungan aspek lain?
Ini program kita dalam 5 tahun analytics untuk memprediksi
ke depan. Di samping itu, kita perilaku, services, fraud, dan Sebanyak 4 inisiatif itu kita perlu
juga lagi memperbaiki core tax. sebagainya. Makanya ada DIP dukung dengan 3 supportive
Ke depan akan lebih berat ke IT karena nanti lebih berat ke situ. initiative. Pertama, bagaimana
dan otomatisasi. Kita punya empat Bukan hanya untuk layanan, kita bisa memastikan data
inisiatif di IT. melainkan juga untuk aturan. governance-nya baik. Ini mulai
INSIDETAX 51
Menggenjot Penerimaan dengan Teknologi
dari sisi integritas, kelengkapan, Selain itu, peningkatan kepatuhan Berbagai upaya itu apakah akan
dan kualitas data tersebut. Kedua, bisa terjadi saat ada layanan menjamin penerimaan pajak?
memperkuat keamanan siber. pemerintah daerah. Kalau belum
Soal ini kita ada joint domain. lapor SPT kan enggak dikasih Kalau penerimaan itu ada 3
Ketiga, talent management. Kita layanan. Kalau dari sisi IT, saya faktornya. Pertama, kondisi
harus punya orang-orang yang garansi apa yang disampaikan ini, ekonomi global, termasuk harga
memiliki keahlian yang bebeda dari tanpa ada benturan kepentingan, komoditas. Apalagi, pajak kita
sebelumnya. bisa meningkatkan kepatuhan. ini sekitar 75%-80% tergantung
Intinya ini tergantung pada kualitas dari kondisi ekonomi. Kedua,
Terkait dengan joint domain, apa data dan kebijakan yang dijalankan. kebijakan kita. Kebijakan seperti
maksudnya? Jangan ada pengecualian. tax expenditure, termasuk pajak
final 0,5% untuk usaha kecil dan
Jadi, seluruh komputer seluruh Itu yang kita bangun di IT. menengah (UKM) itu memengaruhi
Indonesia itu sudah terhubung Bagaimana kita menyediakan data penerimaan. Omnibus law,
dalam satu domain. Kalau ada kepada wajib pajak atas semua terutama terkait dengan penurunan
satu yang aneh atau tidak sesuai pendapatan, pengeluaran, dan aset tarif pajak korporasi, jelas
dengan perilakunya yang masuk dia. Ini yang secara otomatis kita berdampak pada penerimaan.
kita bisa kontrol. Kita bisa tahu ambil dari data pihak ketiga. Mau
aplikasi mana yang dipasang tanpa patuh atau enggak? Pasti patuh. Ketiga, administrasi pajak. Ini
persetujuan dan langsung kita Enggak bisa bohong lagi. Apalagi, yang saya lakukan. Kalau tax
hapus atau block. Saat ini, ada untuk kepentingan pajak, harus administration-nya sudah benar,
45.000 komputer yang tergabung ada nomor telepon karena nanti Insyaallah penerimaan naik asal
dalam satu domain. Ini untuk layanan pajak pakai OTP [one-time yang 2 faktor tadi ceteris paribus.
keamanan. password], sama persis dengan Kalau administrasi pajaknya bagus,
bank. Namun, tantangannya itu tapi 2 faktor lainnya kacau, justru
Untuk jangka pendek, apa yang penerimaan akan turun. Jadi
harus satu data dulu. Harus ada
akan menjadi fokus DJP? kalau pajak masuk, tidak hanya
common ID. Makanya, salah
satunya saya pakai kartu Kartin1. administrasi pajak tetapi juga
Dalam jangka pendek, yang e-filing
Saya mewujudkan Kartin1 dulu kebijakan dan kondisi ekonomi.
itu akan saya perkuat. Jadi, yang
sering digunakan masyarakat biar seragam, sehingga dilihat dari
Perbaikan teknologi administrasi
sudut manapun sama.
“
akan menjadi fokus kita dari sisi pajak akan menambah daya saing?
pelayanan. Untuk e-filing, saya
sedang membangun konsep Pasti. Lihat saja, peringkat Paying
e-filing dengan microservices Kita mau Taxes Indonesia dalam Ease of
dan kubernetes. Insyaallah, yang
kemarin bagus tetap dipasang, tapi perbanyak peran Doing Business (EoDB) 2020 yang
dirilis Bank Dunia bagus. Artinya,
nanti ada pilihan lain. ASP dalam layanan program-program yang dijalankan
sudah on the right track. Kita
Kemudian, kita akan perkuat
e-form. Jadi, wajib pajak bisa
DJP mulai dari cukup progresif, terlepas masih ada
downtime terkadang yang bukan
mengisi secara offline dulu, setelah daftar, hitung, karena kesalahan kita sepenuhnya.
itu baru upload. Lalu, teknologi
CSV akan saya ganti dengan XML. bayar, lapor.” Apakah standar teknologi DJP
Kita arahnya enggak ke kertas lagi. sudah mengakomodasi kondisi
Ada 130 layanan yang nanti akan mulai banyaknya data yang
dimasukkan dalam DJP Online. Bagaimana kabar Kartin1? diterima, termasuk AEoI?
Apakah seluruh penggunaan IT Masih jalan. Kita masih nunggu Sudah. Kita sudah punya big data.
ini akan berdampak positif pada dari Bank Indonesia. Tahun Kita sekarang juga punya data
kepatuhan sukarela? depan kita bangun mobile-nya, cleansing tools yang sesuai dengan
jadi enggak pakai kartu fisik tren ke depan. Kita sudah punya
Harusnya iya. Kepatuhan sukarela lagi. Saya masih jalankan itu juga open API sehingga standarnya
itu tidak ada yang tanpa usaha. walaupun berliku. Banyak orang sudah sama. Untuk AEoI, kita
Dengan data yang bagus, kita yang enggak percaya kok DJP pakai CRS [Common Reporting
akan bikin otomatisasi. Data mengurus identitas, itu urusan Standard]. Sekarang kami juga
banyak masuk ke kita, termasuk yang lain. Nyatanya, yang lain sedang buat standar untuk laporan
data AEoI [automatic exchange enggak mengurus, sedangkan keuangan bisnis berbasis XBRL
of information], data belanja, kita berkepentingan. Insyaallah [Extensible Bisnis Reporting
dan lainnya. DIP akan melakukan jalan, tapi bayangan saya Language]. Selain itu, kita juga
pembersihan data dulu sebelum implementasinya 3-4 tahun dari tidak hanya menerima, tapi juga
masuk otomatisasi. Otomatisasi 2017, sekarang mungkin jadi 6-8 masuk ke transaksi, seperti e-faktur
ini salah satunya terjadi saat wajib tahun. Tidak masalah, yang penting dan e-bupot.
pajak lapor SPT, ada prepopulated. jalannya benar.
52 INSIDETAX
Reformasi Pajak dengan Omnibus Law
P
IDATO pertama Joko Widodo setelah dilantik omnibus law lazim muncul dalam tradisi sistem hukum
sebagai Presiden pada 20 Oktober 2019 common law seperti di Amerika Serikat.
menyinggung satu hal menarik yang jadi topik
pemberitaan media, yaitu omnibus law. Dalam Sistem hukum di Indonesia bukan berdasarkan common
pidatonya, Presiden menjelaskan omnibus law law, melainkan civil law ala negara-negara Eropa
merupakan cara menyederhanakan kendala regulasi Kontinental. Karena itu, tidak heran bila banyak warga
yang berbelit-belit. Indonesia yang tidak mengenal omnibus law. Kata
ominibus law sendiri berasal dari bahasa latin ‘omni’
Ketika itu, Presiden mengajak DPR untuk membahas yang berarti ‘semua’ atau ‘jamak’.
dua UU omnibus law, yaitu UU Cipta Lapangan Kerja
dan UU Pemberdayaan UMKM. “Masing-masing UU itu Dalam tradisi common law, UU omnibus law ini adalah
akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU yang merevisi UU yang sifatnya menghimpun revisi berbagai UU
beberapa UU, bahkan puluhan UU,” kata Jokowi. sekaligus tentang topik yang sama. Karena itu, omnibus
law sering dipahami sebagai UU ‘payung’ dari berbagai
Memahami Omnibus Law UU yang bertopik sama tadi.
PENJELASAN Presiden itu memang tidak memadai. Sebagai contoh, saat ini aturan hukum formal perpajakan
Lantas, apa sebenarnya omnibus law yang disebut diatur UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Jokowi? Omnibus law pada dasarnya adalah undang- (KUP). Sementara itu, hukum materialnya seperti tarif
undang yang tidak jauh beda dengan UU lain. Hanya, pajak penghasilan (PPh) diatur UU PPh, sedangkan
INSIDETAX 53
Reformasi Pajak dengan Omnibus Law
tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang akan muncul adalah bertolak menganut common law. Hanya,
diatur dalam UU PPN. dari kedudukan UU omnibus law ini. penerapannya harus hati-hati.
Secara teori perundang-undangan di Sebab, uji materi di Mahkamah
Dalam tradisi civil law yang dianut Indonesia, kedudukan UU omnibus Konstitusi bisa terjadi. “Perlu hati-
Indonesia sekarang, apabila hendak law belum diatur. hati mengaturnya,” sambung Jimmy.
melakukan reformasi perpajakan,
maka ketiga UU pajak tersebut Jika melihat sistem perundang- Di luar perdebatan hukum omnibus
harus direvisi satu-persatu. Namun, undangan di Indonesia, UU law, pertanyaan yang lebih penting
Pemerintah Jokowi saat ini memilih omnibus law bisa mengarah sebagai lagi adalah, mengapa pemerintah
taktik baru yang bersifat ‘lintas UU ‘payung’ karena mengatur menggunakan taktik omnibus law?
sistem’. secara menyeluruh dan mempunyai Mengapa tidak mengikuti jalur baku
kekuatan terhadap aturan yang revisi UU seperti dalam sistem civil
Alih-alih merevisi ketiga UU pajak lain. Namun, Indonesia justru tidak law, sementara draf revisi UU KUP
tersebut, pemerintah memilih menganut UU ‘payung’ karena sendiri sudah dimasukkan ke DPR
menyusun satu omnibus law posisi seluruh UU adalah sama. pada 2016?
perpajakan. Nama RUU omnibus
law itu adalah RUU Kebijakan “Menjadi persoalan secara teori Mengapa Omnibus Law?
Perpajakan untuk Memperkuat peraturan perundang-undangan
Perekonomian. Apakah itu langkah mengenai kedudukannya, sehingga JAWABAN atas pertanyaan itu
cerdas? Dalam hal ini ada pro- harus diberikan legitimasi dalam UU sederhana saja, yaitu waktu dan
kontra. No 12 Tahun 2011 tentang kecepatan. Dalam tradisi common
Pembentukan Peraturan law seperti di Amerika Serikat,
Sebagian praktisi hukum Perundang-undangan. Kanada dan Australia, omnibus
menolak dengan UU No 12 Tahun 2011 law muncul seringkali karena satu
argumen keberadaan itu karenanya harus alasan, yaitu mengejar kecepatan.
omnibus law tidak direvisi,” kata dosen
sesuai dengan sistem Dibandingkan dengan merevisi
Universitas Udayana ini. berbagai UU, lebih cepat dan
hukum civil law di
Indonesia. Selain itu dalam Karena itu, banyak pakar praktis menyusun satu omnibus
tradisi civil law, kedudukan tata negara juga menyarankan law yang bisa merevisi berbagai
suatu UU dengan UU lainnya bersifat agar pemerintah mengusulkan revisi UU sekaligus. Memang, omnibus
setara. UU PPh misalnya, setara UU No 12 Tahun 2011. Tujuannya law ini biasanya dimunculkan
kedudukannya dengan UU PPN. agar modifikasi hukum melalui UU ketika kegiatan ekonomi negara itu
(lihat wawancara Anggota Komisi XI omnibus law bisa diadopsi dalam mencapai fase penting sementara
DPR Mukhamad Misbakhun) sistem hukum civil law di Indonesia. belum ada aturan hukum yang
mengatur.
Akan tetapi, sifat omnibus law Ada juga masukan agar omnibus law
adalah UU ‘payung’, yang menaungi tidak mengatur hal-hal yang bersifat Lalu, bagaimana dengan omnibus
berbagai UU lain. Hal ini berarti UU detail, tetapi ketentuan yang bersifat law di Indonesia? Motivasinya juga
omnibus law Kebijakan Perpajakan umum saja. Pasalnya, dalam tradisi sama, yaitu faktor kecepatan. Lebih
untuk Memperkuat Perekonomian civil law dikenal asas lex spesialis persisnya, pemerintah merasa
akan berkedudukan lebih tinggi derogat legi generalis, atau aturan reformasi berbagai peraturan
dibandingkan dengan UU KUP, yang khusus mengesampingkan perundangan masih berjalan lambat
UU PPh dan UU PPN. Inilah yang aturan yang umum. hingga perlu dipercepat dengan
berpotensi menjadi masalah. omnibus law.
Persoalan sengketa pajak misalnya,
Apalagi, cara menyusun undang- sebagian sudah diatur dalam UU Dalam omnibus law mengenai
undang juga memiliki aturan KUP. Tidak boleh sengketa pajak perizinan misalnya, beberapa hal
tersendiri, yaitu UU No 12 Tahun diselesaikan melalui Kitab Undang- yang dibahas antara lain mulai dari
2011 tentang Pembentukan undang Hukum Pidana (KUHP) penyederhanaan perizinan hingga
Peraturan Perundang-undangan. dan Kitab Undang-undang Hukum soal Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Pemerintah tentu tidak bisa Acara Pidana (KUHAP) atau bahkan dan Analisis Mengenai Dampak
seenaknya mengabaikan UU No 12 UU Pemberantasan Tindak Pidana Lingkungan Hidup (AMDAL).
Tahun 2011 itu dalam menyusun Korupsi (Tipikor). Apabila membaca reaksi Presiden
sebuah UU. Jokowi yang sangat kecewa setelah
Namun, tidak berarti omnibus law
Pakar Hukum Tata Negara Jimmy tidak bisa ‘diinjeksikan’ ke dalam mengetahui 33 perusahaan asal
Z. Usfunan berpendapat persoalan sistem hukum Indonesia yang China yang pindah akibat perang
54 INSIDETAX
Reformasi Pajak dengan Omnibus Law
INSIDETAX 55
Reformasi Pajak dengan Omnibus Law
56 INSIDETAX
Reformasi Pajak dengan Omnibus Law
R
EFORMASI perpajakan jilid III masih berjalan. Proses yang dimulai pada
2017 ini berlangsung hingga 2020. Hingga akhir 2019, belum ada
satupun revisi undang-undang perpajakan yang disahkan. Dalam situasi
ini, pemerintah berencana menerbitkan Rancangan Undang-Undang Omnibus
Law Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan Perekonomian.
Dalam RUU tersebut, pemerintah berencana mengambil beberapa poin prioritas
pada berbagai undang-undang untuk penguatan ekonomi. Salah satunya adalah
janji penurunan tarif PPh badan yang disampaikan Presiden Jokowi.
InsideTax mewawancarai Anggota Komisi XI DPR Mukhamad Misbakhun untuk
mengetahui pandangannya tentang perkembangan
reformasi perpajakan dan rencana omnibus
law yang akan diajukan pemerintah. Berikut
kutipannya:
Apa pendapat Anda terhadap reformasi
perpajakan yang dijalankan pemerintah?
Saya tidak melihat reformasi itu bisa
menyentuh hal-hal yang fundamental.
Kalau kita bicara pembayar pajak,
banyak keluhan yang masuk soal
pemeriksaan. Pelayanan terhadap
dispute atas aturan memang mau
tidak mau, tolok ukurnya tidak
wajib pajak saja, tetapi juga
bagaimana petugas pajak dalam
melaksanakan pekerjaan.
Sudah banyak perbaikan yang
dilakukan dalam sistem dan
prosedur, di mana petugas itu
harus dikontrol dengan sangat
ketat untuk menjalankan aturan
dengan sangat baik. Dengan
demikian, bisa terhindarkan adanya
persekongkolan antara petugas pajak
dan para wajib pajak. Kalau dari sisi ini
saya lihat reformasi ini sangat bagus di DJP.
Hal fundamental apa yang Anda maksud?
Contoh sederhananya, orang berbicara
soal penurunan tarif pajak lalu takut akan
turunnya penerimaan. Sekarang ini, kalau
INSIDETAX 57
Reformasi Pajak dengan Omnibus Law
kita mau bicara pajak sebagai ada yang melenceng. Apalagi, berkaitan dengan sistem, prosedur,
instrumen regulatory mau tidak ditambah dengan withholding dan tata cara. Itu sudah diatur.
mau harus dibuatkan kajiannya. tax yang makin banyak. Pajak Kalau kemudian mau disatukan,
Karena apa? Kita selama ini itu sudah tidak dikenakan atas ya saya tinggal menunggu idenya
hanya bicara pajak dari sisi fungsi untung yang dia dapatkan, tapi pemerintah soal omnibus law itu
budgetair atau mengisi kas negara pada aktivitas bisnis yang dia apa. Ini karena undang-undang kita
untuk membiayai pembangunan. jalankan. Ini sudah tidak benar mengenai tata cara pembentukan
menurut prinsip. Prinsip inilah yang undang-undang, semua undang-
Hal yang paling menentukan, mau tidak mau harus dibicarakan undang itu sederajat. Tidak boleh
jangan sampai reformasi yang dalam sistem reformasi kita. ada undang-undang yang mengatur
sedang dijalankan ini hanya Apakah reformasi kita itu termasuk undang-undang yang lain karena
dilihat dari tolok ukur penerimaan mengkaji sistem yang kita anut? Ini prinsip pembentukan undang-
semata. Kalau pada 2019 tidak penting. undang kita itu adalah melalui
tercapai kembali target penerimaan mekanisme sinkronisasi dan
pajaknya, maka sudah 10 tahun Adakah hal fundamental lain? harmonisasi.
DJP mengulang hal itu. Nah,
pertanyaannya, kalau dilihat dari Kalau kita bicara PPN itu kan atas Ada pula prinsip lex specialis
sisi itu, reformasi pajak itu sudah pertambahan nilai setiap barang derogat legi generali. Makanya,
menyentuh apa? baik jalur produksi maupun jalur kalau kemudian mau diharmonisasi
penyerahan. Apa yang terjadi? atau disinkronisasi dengan pajak
Pertanyaannya, realistis atau produk domestik bruto kita daerah, yang bisa mengatur
enggak target pajak yang dibuat? Rp14.827 triliun tapi penerimaan undang-undang itu hanya konstitusi
Harus ada keberanian orang PPN kita Rp600-an triliun. kita, yaitu UUD 1945. Tata
menyampaikan bahwa target Padahal, seharusnya menurut teori cara kita memungut pajak itu
pajak kita makin lama sudah di atas Rp1.000 triliun karena tarif disebutkan di Pasal 23 UUD 1945,
makin tidak realistis untuk dicapai. 10%. Ini pernah dikaji atau tidak pajak harus dipungut berdasarkan
Apapun metodologi reformasi yang dalam reformasi perpajakan kita? undang-undang. Sementara,
dijalankan dalam mencapai target Menurut saya, objek pembahasan di Pasal 10 UUD 1945 diatur
penerimaan pajak, ternyata yang reformasi perpajakan itu harus mengenai pemerintah daerah yang
jadi masalah bukan reformasinya, mencakup hal-hal yang mendasar menyebutkan ada kewenangan
tapi targetnya. Kita harus fair seperti itu. pemerintah daerah, termasuk hak
menilai target pajak kita itu sudah keuangannya.
tidak rasional untuk dicapai. Dalam situasi itu, pemerintah
menyodorkan wacana omnibus Spirit dan semangat dari
Kalau bicara tentang target yang law. Komentar Anda? pemerintah untuk melakukan
tidak realistis, apakah kemudian terobosan dengan mencari
kita pernah melakukan evaluasi Kita menyambut positif keinginan
penyederhanaan aturan perundang-
secara mendalam terhadap sistem pemerintah untuk melakukan
undangan itu luar biasa. Namun,
pajak kita? Dari dulu saya selalu perbaikan iklim investasi. Ya, kita
jangan sampai kemudian
bicara, sistem worldwide itu perlu harus mengakui banyak tumpang
melanggar tata cara kita bernegara
dievaluasi. Sama juga ketika kita tindih aturan antara pemerintah
sesuai dengan UUD 1945 dan yang
bicara tentang self-assessment. pusat dan daerah. Kalau dari sisi
telah diimplementasikan di dalam
Kita ini rezimnya self-assessment perpajakan, saya belum tahu mana
undang-undang yang sudah ada.
dan worldwide income, tapi yang tumpang tindih dari sisi
withholding tax-nya sudah banyak. pemerintah pusat dan daerah. Artinya ide dan isinya sudah tepat,
tapi bermasalah dari sisi hukum?
Artinya? Kalau kita lihat rencana omnibus
law, harus kita sadari sepenuhnya Kita tidak melihat masalahnya
Kalau kita bicara self-assessment, bahwa PPh dan PPN itu tidak karena kita memang ingin harus
itu orang menghitung dan melapor mungkin dilakukan upaya ada jalan keluar. Negara ini lahir
jumlah pajak yang terutang penggabungan baik subjek maupun berdasarkan kesepakatan. Kalau
menurut mereka. Pemeriksaan itu objek karena jenis pajaknya sudah kita menghadapi suatu situasi dan
hanya sebagai alat uji kepatuhan. berbeda. Satu pajak langsung, semangat yang ingin mengubah
Ini karena sistem self-assessment satunya pajak tidak langsung. Satu situasi yang ada kan harus
berprinsip semua wajib pajak berkaitan dengan penghasilan, satu selesaikan. Jalan keluarnya ya
dianggap benar kecuali ada bukti lagi berkaitan dengan konsumsi dan dengan politik. Ini karena politik itu
lain yang membuktikan bahwa dia daya beli. Ini kan tidak mungkin enggak ada jalan buntunya. Yang
tidak benar. Nah, salah satu alat disatukan. Kalau sistem perpajakan penting ada tatakan hukum dan
ukurnya adalah pemeriksaan. dan pemeriksaannya selama ini konstitusi yang disiapkan, sehingga
sudah dipisah di Ketentuan Umum semuanya bisa dijadikan landasan
Namun, apa yang terjadi sekarang? dan Tata Cara Perpajakan (KUP). pembentukan undang-undang
Intensifikasi dalam bentuk
tanpa melanggar konstitusi dan
pemeriksaan itu menjadi salah satu Yang satunya berkaitan mengenai
aturan yang ada.
target penerimaan. Ini berarti sudah subjek-objek, yang satunya
58 INSIDETAX
Reformasi Pajak dengan Omnibus Law
Rencana omnibus law pajak itu kemudian pajak malah membuat 5%-nya, melainkan informasinya
apakah sudah sesuai dengan orang menarik investasinya sehingga bisa kita ini jadikan basis
masalah yang seharusnya diatasi? bagaimana, misalnya karena investasi. Kalau perlu kita kasih
praktik diskriminasi pajak. Contoh tarif 2,5%, 2%, atau 1%.
Saya tidak mau memberikan sederhananya, perusahaan yang go
komentar sebelum pemerintah public mendapatkan insentif pajak Bagaimana pandangan Anda
membawa hal yang substansial lebih tinggi ketimbang yang tidak terhadap kegiatan inklusi pajak?
dan konkret ke DPR. Contoh go public. Apa bedanya perusahaan
sederhananya, terhadap pajak Inklusi pajak ini sebenarnya
go public dengan perusahaan
masukan yang ditemukan pada bukan hal yang baru, bagaimana
tidak go public? Transparansi?
saat pemeriksaan dapat dikreditkan mengenalkan pajak dan
Apakah yang tidak terbuka itu tidak
80%. Ini maksudnya apa? Kalau menginklusikan ini kepada
transparan? Kan belum tentu.
aturan ini diterapkan justru akan semua lapisan masyarakat.
merusak sistem pajak. Bukannya itu untuk menstimulus Kalau bicara soal inklusi pajak
perusahaan yang mau Initial sebenarnya searah dan sebangun
Contoh sederhananya, dia bukan Public Offering (IPO)? dengan perjalanan bangsa. Ada
PKP [pengusaha kena pajak] hal yang menarik yaitu soal
boleh mengkreditkan pajak Ya sudah kalau menarik IPO, apa single identification number
masukan, bagimana ceritanya? bedanya perusahaan IPO atau (SIN). Ini adalah upaya untuk
Dikreditkan pada tingkat apa? tidak. Jangan bicara menarik IPO memperkuat bagaimana pajak
Orang baru bisa mengkreditkan atau enggaknya dulu. Kalau mau itu menjadi institusi yang kuat
itu melalui mekanisme PM-PK menurunkan tarif PPh korporasi, dalam menjalankan tugas untuk
[pajak masukan-pajak keluaran] turunkan saja tarif PPh untuk mendapatkan penerimaan negara.
dan harus terdaftar sebagai semua korporasi tanpa kecuali. Banyak hambatan yang dialami
pengusaha kena pajak. Nah, kalau Insentif bagi perusahaan yang go oleh petugas pajak dalam upaya
pajak masukannya ditemukan public itu seharusnya bukan tarif mengumpulkan penerimaan negara
pada saat pemeriksaan kemudian pajak yang lebih rendah. Artinya, dari sektor pajak.
dikreditkan, berarti pemeriksa boleh kita enggak pernah mendiagnosis
melakukan koreksi positif. Kita mau masalah dengan substansi yang Pajak ini menyangkut seluruh
memperbaiki sistem tapi kok malah sebenarnya. aspek kehidupan sehingga banyak
“
merusak sistem. data berserakan di mana-mana.
Nah, bagaimana kemudian me-
Saya sangat setuju perbaikan
pelayanan kepada wajib pajak.
Ini maksudnya monetize-nya menjadi penerimaan
pajak yang masuk ke APBN,
Namun, apakah ini menjadi apa? Kalau aturan ini menjadi penting. SIN inilah
substansi? Nanti sistem yang menjadi salah satu kunci
pemungutan pajak kita yang rusak. ini diterapkan tugas negara yang paling besar
Wajib pajak juga belum tentu mau
dengan sistem ini. justru akan dan paling berat, bagaimana
menyinkronisasikan semua data
Apa yang lebih substansial? merusak sistem yang berserakan itu menjadi satu
dan mempunyai manfaat dari sisi
Justru yang paling menarik itu pajak.” penerimaan negara. Bagi saya, SIN
ini harus menjadi ideologinya orang
adalah sistem keberatan kita yang
pajak.
harus diperbaiki. Apakah cukup
Penurunan tarif PPh badan kan
adil sistem keberatan kita itu? Mengapa demikian?
juga diatur dalam omnibus law?
Begitu pemeriksaan, keberatan
tetap ada di DJP? Kita cuma Itulah yang membuat orang-orang Karena kalau ideologinya pajak
punya pengadilan tingkat pertama, tidak membuat SPV [Special dipahami semua petugas pajak dan
langsung keberatan, isinya banding, Purpose Vehicle]. Namun, diinklusikan menjadi pemahaman
langsung PK [peninjauan kembali]. sebenarnya penurunan tarif yang bagus di masyarakat
Pajak dapat pengecualian luar PPh badan harus diikuti dengan Indonesia, maka yang namanya
biasa dalam sistem hukum kita. lanjutannya, yaitu harus ada kedaulatan ekonomi, pembiayaan
Untuk mendapatkan keadilan dari offshore tax office, seperti tax pembangunan yang dibiayai oleh
sisi pajak itu rumit bagi seorang haven-nya di Indonesia. Misalnya pajak rakyat Indonesia sendiri,
wajib pajak. Ini mengapa enggak seperti Labuan, Cayman Islands, itu bisa dicapai. Sudah tidak
disentuh dalam omnibus law? dan sebagainya. Ini hanya untuk ada lagi alasan bahwa dalam
holding company atau investment mengumpulkan penerimaan negara
Omnibus law ini kan lebih untuk dari sektor perpajakan itu ada
company. Tarif pajaknya kita
menarik investasi? hambatan dan sekat data yang
kenakan, misalnya cuma 5% untuk
holding company. Kita bukan butuh tidak di-share kepada fiskus.
Justru sebaliknya. Kalau
INSIDETAX 59
Mencari Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi
P
ARIWISATA kini bukan lagi anak tiri. Begitulah Sedangkan Indonesia, pada 2018 sektor pariwisata
bila mencermati pidato kenegaraan Presiden baru berkontribusi 5,7% terhadap PDB. Mengapa
Joko Widodo pada 16 Agustus 2019 lalu. Dalam bisa begitu? Padahal, dari segi keindahan alam, juga
pidato itu, Presiden menegaskan posisi penting industri keanekaragaman budaya, Indonesia tidak kalah
pariwisata sebagai salah satu motor pertumbuhan. dibandingkan dengan Thailand.
Memang tidak ada yang baru dari visi itu. Sudah Faktornya banyak. Mulai dari infrastruktur, kualitas
lama para pengamat menilai Indonesia belum sukses destinasi, keamanan, teknologi komunikasi, hingga
mengembangkan sektor pariwisata. Masih kalah jauh sustanaibilitas lingkungan. Apabila mengacu pada
dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Indeks Daya Saing Pariwisata 2017, Indonesia masih
Thailand atau Malaysia. berada pada urutan ke-42 dunia, kalah jauh dengan
Singapura (11), Malaysia (26), dan Thailand (33).
Sebagai gambaran, berdasarkan data World Travel and
Tourism Council (WTTC), sektor pariwisata Thailand Sumber Baru
termasuk travel berkontribusi 26,1% terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Kontribusi itu bahkan melampaui PARIWISATA hanya satu dari empat sumber baru
sektor perbankan, yang hanya 18,6%. pertumbuhan ekonomi yang kini terus digenjot
pemerintah. Tiga sumber lainnya yaitu UMKM, sektor
60 INSIDETAX
Mencari Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi
INSIDETAX 61
Mencari Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi
62 INSIDETAX
Mencari Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi
Tapi lagi-lagi, sama seperti zakat, masih relatif kecil, potensinya yang bisa menggantikannya.
ekonomi syariah juga masih sedikit tidak bisa diabaikan. Mengapa
diaktualisasikan sebagai motor penting bagi pemerintah untuk Bagi DJP, sumber-sumber baru
penggerak ekonomi. Untuk aktivitas menggerakkan sektor-sektor baru pertumbuhan ini bisa dibilang bisa
ekonomi syariah di level sosial pertumbuhan ini, karena memang menjadi semacam jaring pengaman
kemasyarakatan, negara masih hal ini terkait dengan situasi ekonomi di tengah rendahnya penerimaan.
berstatus sebagai penonton, belum yang masih dibayangi resesi global. Tinggal bagaimana mengelola agar
mengintegrasikannya ke dalam sumber baru itu tidak cuma terus
sistem perekonomian nasional. Ketika sumber pertumbuhan menjadi potensi, tetapi mulai bersifat
(lihat box Mempertimbangkan konvensional seperti pertambangan, riil sebagai motor pertumbuhan.
Rezim Pajak Keuangan Syariah) pertanian, perdagangan, dan (lihat wawancara Direktur Potensi,
manufaktur mengalami stagnasi Kepatuhan, dan Penerimaan Pajak
Karena itu, meski secara riil atau bahkan menurun, sumber- DJP Yon Arsal)
kontribusi sektor ekonomi syariah sumber baru pertumbuhan itulah
INSIDETAX 63
Mencari Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi
P
ERKEMBANGAN digitalisasi di Indonesia telah menstimulus sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menerapkan model bisnis baru yang
menunjang efisiensi dan mendekatkan diri dengan pasar. Bersamaan
dengan momentum bonus demografi, sektor utama maupun pendukung industri
kreatif dan pariwisata juga tidak luput dari perkembangan digitalisasi.
Situasi ini memunculkan peluang bagi DJP untuk mendapatkan penerimaan dari
pergerakan sektor-sektor potensial. Bagaimana DJP mengidentifikasi sumber
penerimaan pajak baru dari sektor potensial tersebut? Untuk menggali lebih
jauh, InsideTax mewawancarai Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Pajak DJP Yon Arsal. Berikut kutipannya:
Pertumbuhan penerimaan pajak hingga akhir Oktober 2019 hanya 0,23%.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Kalau kita lihat secara umum, penerimaan itu komponennya ada
dua. Pertama, berdasarkan penerimaan rutin atau voluntary
compliance. Kedua, dari usaha DJP atau enforced compliance.
Nah, kalau dari sisi voluntary, komposisinya sangat dominan
di dalam penerimaan kita, mungkin 85%. Faktor yang paling
dominan di sini adalah kondisi makro ekonomi. Tidak bisa
dimungkiri memang itu salah satu yang sangat signifikan
berpengaruh.
Demand yang melemah, harga jual naik-turun, dan volume
perdagangan menurun. Itu yang paling terkena dampaknya
dari sisi impor, terutama PPh impor dan PPN impor yang
kontribusinya terhadap penerimaan sekitar 18% atau relatif
sangat besar. Kalau terjadi sesuatu dalam perdagangan
internasional itu pasti menyebabkan gangguan yang cukup
besar terhadap penerimaan.
Pada saat yang bersamaan, memang struktur
penerimaan kita itu masih sangat bergantung
kepada wajib pajak yang besar-besar. Ini
paling dominan. Bayangkan saja, LTO, Kanwil
Khusus, dan KPP Madya itu memang
sudah berkontribusi hampir 72% dari total
penerimaan. Jadi, mereka inilah yang
terkena dampak utama. Untuk saat
ini, mengapa penerimaan kita sangat
rendah, yang pasti pengaruh kondisi
perekonomian global, regional, dan
domestik.
Apakah hanya dipengaruhi
kondisi perekonomian?
Ya harus kita akui bahwa
ini sebagian pengaruh
64 INSIDETAX
Mencari Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi
kondisi makroekonomi. Sebagian Rp4,5 juta per bulan dan batas perpajakan dengan lebih modern.
lagi terkait dengan kapasitas omzet pengusaha kecil Rp4,8 Artinya, dengan sistem IT dan
administrasi perpajakan yang miliar per tahun juga membuat data kita bisa melihat wajib pajak
memang masih bisa kita ruang untuk tidak dipajaki. berdasarkan tingkat risikonya.
tingkatkan. Itu yang harus Makanya, tax expenditure kita
digarisbawahi. Makanya, kita itu relatif tinggi sebenarnya. Apakah bonus demografi juga akan
melakukan reformasi di berbagai Menurut laporan terakhir Badan memengaruhi kinerja penerimaan?
sisi untuk menutupi sisi yang Kebijakan Fiskal, tax expenditure
Saya pribadi melihat bonus
satunya, enforced compliance. kita itu lebih dari 1% PDB. Itu
demografi ini sebagai peluang
Kalau voluntary compliance lebih kita sepakati bersama selaku
sekaligus tantangan. Bonusnya
banyak dipenuhi faktor makro, yang negara. Artinya pemerintah sepakat
dengan kuantitas orang banyak,
enforced compliance lebih banyak memberikan fasilitas agar ekonomi
tetapi kompetensinya bagaimana?
pada kapasitas administrasi, bisa tumbuh. Ekonomi relatif stabil
Makanya cita-cita Pak Jokowi
termasuk data, kemampuan IT 5% karena konsumsi rumah tangga
di dalam visi-misi beliau adalah
[information technology], proses yang tinggi.
meningkatkan kapasitas SDM. Saya
bisnis, sumber daya manusia,
Jadi, tidak selalu ada transmisi ke melihat sudah pasti dampaknya
dan organisasi. Itu semua yang
penerimaan pajak. Tidak selalu besar karena momentum itu akan
mengeroyok sehingga bagian yang
head to head karena kita harus meningkatkan kelas menengah
usaha tadi bisa optimal. Untuk
lihat komposisi di dalamnya. Indonesia. Generasi milenial punya
tahun ini memang lebih berat ke
Namun, harus diakui, masih peluang dan potensi untuk bekerja
faktor ekonomi global karena saya
banyak kelemahan di dalam di sektor formal yang lebih bagus.
lihat yang usahanya sendiri relatif
stabil. administrasi perpajakan yang juga
Kalau mereka memilih untuk
perlu dibereskan. Makanya, sekali
berusaha, dengan kemampuan
Namun, realisasi ini juga masih lagi kita melakukan reformasi itu
intelektualitas yang tinggi, pola
sangat jauh dari alamiahnya.. untuk menutupi lubang-lubang
bisnis yang mereka lakukan itu jauh
yang ada di sana.
Memang harus kita pahami dulu, lebih formal dibandingkan dengan
apakah betul kita itu harus 1:1 Bagaimana prospek penerimaan 5 pola bisnis yang dulu dilakukan
karena memang dalam struktur kita tahun ke depan? orang-orang tua. Contohnya,
belum tentu juga. Ada demand tapi bikin coffee shop sudah punya
mungkin demand-nya lebih banyak Kalau dengan kondisi tax ratio kita struktur manajemen yang rapi.
yang non-taxable. Contohnya, yang relatif masih rendah, saya Bagi penerimaan pajak, dengan
belanja pemerintah. Ini menarik mengharapkan dengan kebijakan semakin banyaknya struktur
untuk dikaji. Perubahan struktur ekonomi makro kita beberapa ekonomi yang formal, tentu lebih
belanja pemerintah dari yang tahun ke depan, target tax ratio bagus karena langsung bisa masuk
sebelumnya ke APBD lalu digeser dalam artian luas sekitar 13,7%- ke sistem. Kalau ekonomi tumbuh,
ke komposisi bansos [bantuan 14%. Itu sudah comparable demand-nya tumbuh, suplainya
sosial] makin besar. Selain itu, dengan Malaysia, Thailand, pasti mengikuti. Sepanjang nanti
dana desa juga semakin besar. Itu Singapura yang memang sudah di produksinya ada di sini akan bagus.
menyebabkan proporsi taxable-nya level 14%. Kalau hanya impor ya bahaya.
lebih kecil juga.
Untuk mencapai itu, ya perlu Fenomena importasi ini ada
Mengapa demikian? reformasi, mau tidak mau. Artinya, kaitannya dengan digitalisasi.
ada pembaruan sistem administrasi Bagaimana Anda melihatnya?
Kalau dulu belanja dengan dana perpajakan serta pembenahan
APBD, bendahara langsung organisasi dan SDM. Hal itu yang Tidak bisa dimungkiri ekonomi
potong 1,5%. Sekarang, dananya memang digagas dalam reformasi digital sudah hampir ada di semua
dialokasikan ke dana desa dan perpajakan jilid III. Dalam jangka sektor. Tinggal kita bagaimana
dikelola secara swadaya dengan pendek tentu perlu perubahan di menangkap peluang yang ada di
pengeluarannya rata-rata Rp1-2 dalam proses bisnis pengawasan sana. Dalam konteks pajak ini
juta. Enggak ada yang taxable. dan pelayanan. Pelayanan itu bukan masalah di Indonesia saja.
Makanya, besar proporsi pajak menjadi isu utama bagi kita Hampir seluruh negara, termasuk
dari belanja pemerintah yang karena voluntary compliance yang negara maju, juga memiliki
dikumpulkan relatif makin kecil 85% tadi tentu dipengaruhi oleh masalah dengan ekonomi digital
karena belanjanya bukan lagi di pelayanan. karena tidak ada lagi kehadiran
sektor-sektor yang taxable. Belum fisik. Akibatnya, teori-teori
lagi kalau ke bansos, ya non- Untuk penerimaan hasil usaha perpajakan yang lama sudah perlu
taxable. tadi, kita kelola melalui berbagai ditinjau ulang.
strategi. Salah satu contohnya kita
Selain itu, kita juga harus implementasikan CRM [compliance Nah, ini masih menantang.
memahami juga, PTKP risk management] sebagai salah Makanya, dalam omnibus law
[penghasilan tidak kena pajak] satu cara mengelola administrasi kemarin kita akan mulai dari PPN
dulu yang memang menjadi pajak
INSIDETAX 65
Mencari Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi
domestik. Sementara yang PPh deduction untuk vokasi dan riset (pemda) sudah bekerja sama.
kita menunggu konsensus global. diharapkan bisa mendukung daya Kita sudah punya perjanjian kerja
Mudah-mudahan pada 2020 saing. Kegiatan riset diharapkan sama (PKS). Tujuannya untuk
kita bisa dapat konsensus global menjadi lebih banyak. Selain itu, mengoptimalkan penerimaan dari
sehingga kita bisa tahu perlakuan riset yang dijalankan memang pemda terkait dengan sektor-
perpajakannya akan seperti apa. sejalan dengan kebutuhan industri. sektor industri kreatif. Itu kan lebih
Sepanjang konsensus globalnya banyak menjadi domain pemda,
bisa diperoleh dan disetujui semua Jika melihat komposisi penerimaan tapi kami juga concern ke sana.
pihak, ya mudah-mudahan itu akan per sektor usaha, apakah DJP Mengapa? Contohnya, kalaupun
menjadi win-win solution. melihat akan ada keseimbangan kita enggak pungut Airbnb, kita
baru pada masa mendatang? bisa dekati yang punya asetnya.
Bagaimana jika konsensus itu Itu kan yang tahu pemdanya. Kita
tidak tercapai? Kalau kita lihat brutonya,
dapat PPh-nya.
pertumbuhannya relatif masih
Ya kita enggak diam juga. mengikuti pola pertumbuhan Bagaimana DJP menggali potensi
Artinya, seluruh kajian terkait ekonomi. Mengapa penerimaan penerimaan, terlebih di era
yang dilakukan orang lain sudah sektor industri pengolahan menjadi transparansi dengan banyaknya
kita lakukan, tapi belum kita sangat turun? Ini lebih disebabkan data yang diterima?
luncurkan dalam bentuk kebijakan. adanya restitusi karena impor
Ada timnya yang mengkaji apa mereka tahun lalu besar tapi Kita menggunakan pendekatan
yang dilakukan India, Prancis, produksinya tidak terlalu besar makro dan pendekatan mikro. Kita
Australia, Inggris, dan negara lain. tahun ini. Selain itu ada faktor juga sudah punya juga modelling
Itu sudah dipelajari semua. Kita pertambangan dan harga komoditas tax gap. Data pihak ketiga, ILAP
enggak bisa halangi mereka mau juga. [instansi, lembaga, asosiasi,
membuka usaha. Namun, yang dan pihak ketiga lainnya], kita
penting negara itu memperoleh Namun, saya melihat belum akan gunakan untuk menjembatani
pemajakannya secara adil. Ya kalau ada pergeseran atau keseimbangan antara pendekatan makro dan
memang harus bayar pajak di sini, baru penopang penerimaan. pendekatan mikro. Itu pun tidak
ya di sini. Kontribusi per sektor terhadap selamanya klop. Contohnya, sektor
penerimaan juga tidak jauh berbeda A bermasalah, tax gap-nya tinggi.
Kalau melihat data penerimaan, dari tahun-tahun sebelumnya. Saya Kan harus diterjemahkan lagi, di
bukankah sektor pendukung melihat enggak ada equilibrium mana orangnya dan sebagainya.
ekonomi digital seperti jasa baru dalam jangka pendek.
transportasi dan pergudangan Bagian yang krusial itu data
“
cukup bagus? mikronya ada atau tidak. Ketika
tahu sektor ini bermasalah, kita
Itu menarik untuk dikaji. Ya
memang arahnya ke sana.
Saya melihat cari sumber datanya. Belum tentu
juga pihak ketiga itu memiliki data
Saya pernah lihat data statistik belum akan ada sesuai yang kita mau. Kalau ada,
pemanfaatan gudang. Dulu itu,
70% barang yang ada di gudang pergeseran atau kita sambungkan dan analisis. Baru
terlihat ada gap-nya atau tidak. Ini
Indonesia merupakan barang
produksi dan 30%-nya adalah keseimbangan prosesnya repetitif.
barang perdagangan. Nah,
sekarang terbalik karena 60%
baru penopang Apakah sektor yang selama ini
menjadi penyumbang terbesar juga
barang dagang hasil impor ritel- penerimaan.” masih ada tax gap-nya?
ritel. Sisanya baru barang produksi,
yang cukup menakutkan buat Pasti ada, perlu diingat, enggak ada
saya. Saya berharap perlu juga Artinya DJP melihat sektor-sektor negara di dunia ini yang tax gap-
produksinya di sini. itu yang masih akan dominan? nya zero.
Apakah ini sejalan dengan lesunya Masih, belum akan geser ke mana- Artinya, apakah bisa dikatakan
kinerja industri pengolahan? mana. ketika penerimaan tinggi belum
tentu tax gap-nya rendah?
Bapak Jokowi sudah dengan segala Saat ini muncul industri kreatif
cara mendorong investasi masuk dan pariwisata yang digadang- Ya, belum tentu. Namun, dalam
dengan berbagai insentif. Investasi gadang sebagai sumber sektor tersebut ada subsektor.
masuk itu bukan hanya untuk pasar pertumbuhan ekonomi baru. Hal Jadi, semisal tax gap sektor A
domestik, tapi juga menangkap ini juga didukung pembiayaan rendah, tidak seluruh subsektornya
pasar ekspor. Jadi, kita tidak hanya syariah. Apakah ini dilihat DJP? rendah. Kalau kita lihat dalam satu
bertarung di dalam negeri saja. Kita sektor ini ada satu subsektor yang
harus bisa masuk ke pasar orang Pasti. Kaitannya dengan pariwisata, bermasalah. Ada juga satu sektor
lain. restoran, dan perhotelan, kita di yang secara agregat tax gap-nya
DJP bersama Ditjen Perimbangan tinggi, tapi kita lihat subsektornya
Dengan adanya insentif supertax Keuangan dan pemerintah daerah ternyata enggak.
66 INSIDETAX
Menimbang Dilema Pajak Digital
MENIMBANG DILEMA
PAJAK DIGITAL
Pajak digital jadi isu terpanas sepanjang 2019 dan tahun depan. BEPS Project berusaha
merumuskan konsensus global. Namun, bila tidak tercapai konsensus, Indonesia harus berani
menemukan jalannya sendiri.
P
AJAK bisa memicu ‘perang’ antarnegara. Begitulah Inti pertengkaran Prancis-AS adalah soal pajak. Sudah
yang terjadi pada Prancis dan Amerika Serikat lama Prancis berang melihat perilaku perusahaan
(AS). Awal Desember, perselisihan keduanya teknologi asal AS seperti Facebook, Google, Apple atau
tentang pajak digital kian meruncing, Pemimpin kedua Amazon. Pasalnya, mereka berbisnis di
negara, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Prancis dan meraup keuntungan dari
Emmanuel Marcon tak lagi sungkan ‘melempar jab’. warga Prancis, tapi hanya membayar
pajak secuil.
“Saya tidak akan membiarkan orang lain mengambil
keuntungan dari perusahaan-perusahaan AS. Kalau ada Google misalnya, menjadikan
yang berhak mengambil keuntungan, itu adalah negara tax haven Irlandia sebagai
kami, bukan Prancis,” kata Trump dalam pusat bisnis mereka di Eropa. Ketika
pertemuan para pemimpin NATO di perusahaan Prancis memasang iklan di
London, 3 Desember 2019. Google, ia bertransaksi dengan perusahaan
Irlandia. Akibatnya pajaknya pun dipungut Irlandia,
Macron juga tidak kalah menggertak meski uangnya dari Prancis, dan iklannya pun beredar
Trump. “Kami bertekad untuk di Prancis.
mempertahankan kepentingan
Prancis.” katanya dalam forum NATO Namun, hal seperti itu kini tidak terjadi lagi. Juli 2019,
yang sama. Kedua pemimpin tersebut untuk menghukum para raksasa teknologi itu, Prancis
kemudian berjabat tangan, tetapi dengan menciptakan pajak baru yang disebut pajak layanan
ekspresi mereka yang kaku. digital. Tarifnya 3%. Kerasnya lagi, tarif 3% bukan atas
INSIDETAX 67
Menimbang Dilema Pajak Digital
laba, melainkan atas pendapatan ekonomi digital yang sangat cepat, Dokumen sepanjang 32 halaman
bruto (revenue). sekaligus melawan aksi korporasi itu diterbitkan pada Maret 2019.
multinasional yang berusaha Namun, perlu digarisbawahi
Tentu AS berang. Trump bahkan menghindari pajak. bahwa dokumen tersebut bukanlah
mengancam melakukan aksi balasan konsensus OECD, melainkan
dengan menaikkan tarif 100% Anggota OECD berjumlah 36 negara, sekadar pandangan substantif yang
terhadap produk impor Prancis sedang G20 ada 20 negara. Namun, bisa dikritisi oleh para anggotanya.
seperti sampanye, keju, hingga tas. BEPS Project disambut positif oleh
Namun, Prancis tak gentar. Ketika banyak negara, hingga negara- Ada tiga prinsip penting mengenai
ancaman kenaikan tarif itu muncul, negara di luar OECD/G20 pun dasar pemajakan digital yang
Prancis menjawabnya dengan ‘kami memutuskan bergabung. Sampai diibahas dalam dokumen itu. Ketiga
siap bertempur di WTO’. Desember 2019, tercatat sebanyak pendekatan ini memiliki persamaan
136 negara telah bergabung ke sekaligus perbedaan. Kemungkinan,
Dilema Pajak Internasional dalam BEPS Inclusive Framework. BEPS Project akan memilih satu
PAJAK layanan digital Prancis atau mengombinasikan berbagai
Lalu pada 2015, alias 2 tahun aspek dari tiga pendekatan ini.
adalah salah satu contoh rumitnya setelah proyek ini berjalan, BEPS
pajak internasional. Berdasakan Project merilis 15 rencana aksi, Pertama, pendekatan berbasis
literatur, pajak seharusnya dibayar salah satunya mengenai aspek pengguna (user). Di sini pajak digital
di tempat aktivitas itu menghasilkan pemajakan digital terutama yang dipungut berdasarkan kontribusi
untung. Apabila menghasilkan berkaitan dengan risiko penggerusan pengguna. Dalam pendekatan ini,
keuntungan di Prancis, maka bayar basis pajak. hak pemajakan atas perusahaan
pajaknya di Prancis. digital seharusnya dialokasikan
Prinsip BEPS Project kepada negara tempat para
Namun, pendekatan literatur
klasik itu buyar ketika berhadapan SAYANGNYA, hingga kini Rencana pengguna layanan itu berada.
dengan model bisnis di era digital. Aksi 1 tentang pajak digital belum Misalnya layanan streaming video
Pasalnya, model bisnis digital menemukan titik temu. Sejauh ini, dari Netflix, ketika banyak ditonton
bersifat borderless alias tanpa batas OECD menjadwalkan konsensus pengguna di Indonesia, maka
geografis. Indonesia juga mengalami harus bisa dicapai setidaknya pada pajak atas layanan itu juga harus
hal ini ketika tidak mampu memaksa semester II 2020. dipungut Indonesia. Meski Netflix
Google membayar pajak. tidak memiliki kantor di Indonesia,
Meski demikian, tidak berarti tidak
Pasalnya, Google menjadikan ada kemajuan. BEPS Inclusive itu tidak jadi soal. Sepanjang
Singapura sebagai kantor pusat Framework dan OECD Task Force on pelanggannya warga Indonesia,
untuk penagihan invoice atas Digital Economy sudah merumuskan Indonesia berhak memajaki Netflix.
transaksi di Indonesia. Status Google semacam proposal atau aturan Kedua, pendekatan berbasis
Indonesia cuma sebagai marketing pokok. Proposal tersebut tercantum marketing intangibles. Pendekatan
representative. Akibatnya, dalam dokumen konsultasi berjudul ini menilai marketing intangibles
Singapura yang mendapatkan Addressing the Tax Challenges of seperti merek, database pelanggan
pembayaran pajak atas transaksi the Digitalisation of the Economy.
dari Indonesia.
68 INSIDETAX
Menimbang Dilema Pajak Digital
Sikap Indonesia
INSIDETAX 69
Menimbang Dilema Pajak Digital
‘Betapa
Sulitnya
Menyatukan
Berbagai
Kepentingan’
DIRECTOR OF WU GLOBAL
TAX POLICY CENTER,
JEFFREY OWENS:
S
ENGKETA pajak dalam skala global diprediksi
akan terus meningkat. Fenomena sengketa
tidak hanya akan menyentuh antarotoritas
pajak, tapi juga melibatkan lebih banyak entitas
usaha yang melakukan bisnis lintas yurisdiksi.
Ramalan ini diungkapkan Director of WU Global Tax
Policy Center Jeffrey Owens dalam International
Taxation Conference di India. Menurutnya, jurang
perkembangan perpajakan antara negara maju
dan negara berkembang terlampau lebar untuk
bisa dijembatani dengan mekanisme Advance
Pricing Agreements (APA) dan Mutual Agreement
Procedures (MAP).
Kedua mekanisme tersebut justru akan
mengakselerasi peningkatan sengketa pajak
internasional. Tsunami sengkata pajak disebut
akan terjadi jika tidak ada perubahan mendasar
dari sistem perpajakan internasional. InsideTax
mewawancarai Jeffrey Owens di sela-sela konferensi
tersebut. Berikut kutipannya:
70 INSIDETAX
Menimbang Dilema Pajak Digital
Anda menyebut tentang tsunami untuk melangkah lebih jauh dan yang bisa menjadi perwakilan para
sengketa pajak, maksudnya? melihat arbitrase atau Mandatory mediator dan arbiter. Lembaga itu
Dispute Settlement (MDS). Ini sangat seimbang dalam proses
Pada dasarnya kita akan memasuki yang menurut saya paling efektif ini. Misalnya, Anda dari negara
periode yang sangat tidak pasti. agar perselisihan lintas batas maju atau negara berkembang bisa
Ini dikarenakan Anda memiliki diselesaikan secara komprehensif. bebas menunjuk perwakilan dari
peraturan baru dengan periode berbagai latar belakang seperti
transisi yang panjang. Selama Masalahnya banyak negara agama, gender, dan kemudian
periode transisi itu, kita akan berkembang tidak menyukai hal menyeimbangkannya.
mendapatkan banyak sengketa itu karena mengganggu kedaulatan
pajak lintas batas (cross-border tax pajaknya. Misalnya, dua yurisdiksi yang
dispute). Dahulu, sengketa pajak masuk dalam proses sengketa,
terjadi antara beberapa negara saja. Apa masalah dalam sistem yang dalam penyelesaian harus memilih
berlaku saat ini? perwakilan. Jika ada sengketa
Namun, saat ini bisa terjadi pajak antara Inggris dan Indonesia,
sengketa antara negara anggota Masalahnya adalah proses
maka masing-masing pihak harus
OECD dan negara berkembang penyelesaian sengketa pajak
menunjuk panel yang terdiri dari
dan antarnegara berkembang antarnegara cenderung bias.
25-30 orang. Misalnya, panel
itu sendiri, termasuk Indonesia. Kemudian, proses penyelesaian
dari Inggris dan Indonesia tidak
Ini akan mengubah proses sengketa dengan negara OECD
bisa diwakili dari negara mereka
demokratisasi MAP [Mutual juga sangat mahal. Kebanyakan
kemudian menunjuk panel dari
Agreement Procedure] dan kian negara berkembang tidak memiliki
China misalnya.
banyak negara yang masuk ke MAP. kapasitas untuk terlibat di
Pertanyaannya, apakah mekanisme dalamnya. Mereka tidak cukup Yang jadi pertanyaan dari ide
MAP dapat mengatasi tsunami akrab dengan prosedur MAP. ini mungkin bagaimana Anda
sengketa pajak ini. Beberapa dari mereka tidak pernah menanggung seluruh biaya dari
menggunakan MAP. Kemudian proses penyelesaian sengketa ini.
Apa dampak sengketa ini untuk belum lagi soal kurangnya Kemudian, masih ada masalah
negara berkembang? transparansi. soal transparansi terkait keputusan
yang diambil lembaga arbitrase.
Sengketa lintas batas yang Jadi, kita melihat ini sebagai
Bagaimana negara berkembang
tidak terselesaikan itu akan suatu masalah yang selanjutnya
menanggung semua biaya itu,
menciptakan ketidakpastian membutuhkan sesuatu yang
apakah dari hibah atau mengambil
pajak dan menghambat investasi. baru. Itulah yang akan kami
pinjaman dari lembaga multilateral.
Ya, karena bisnis tidak suka itu lakukan di WU Vienna dengan
dan bisnis tidak akan suka jika kelompok multi-stakeholder, Ini ide ambisius, tapi kita perlu
tidak tahu berapa banyak pajak mencoba memasukkan kerangka berpikir visioner dan bagi saya
yang harus dibayar. Itu berkaitan kerja lembaga baru. Organisasi ini adalah jalan ke masa depan.
dengan semua area, tidak hanya tersebut akan memberikan ruang Ini bisa membantu penyelesaian
teknis pajak. Bagaimana Anda kepercayaan kepada negara-negara sengketa pajak, kita bisa maju
sediakan lingkungan bisnis yang berkembang untuk masuk dalam dengan beberapa perdebatan
kondusif untuk investasi. Kita harus proses penyelesaian sengketa. terkait ide ini dalam konteks
memikirkan kembali pendekatan
“
unified approach yang saat ini
tradisional yang kita miliki. tengah dibahas OECD.
Kita harus melihat penggunaan
mediasi sebagai sesuatu yang tidak
Masalahnya Bagaimana Anda melihat proses
konsensus global ini mengatasi
merugikan orang terlalu banyak. adalah proses tantangan ekonomi digital?
Mediasi yang saya pikirkan adalah
apa yang saya sebut mekanisme penyelesaian Aspek kunci dalam masalah ini
penyelesaian alternatif sengketa
(alternative dispute resolution). sengketa pajak adalah pentingnya satu kriteria atau
pendekatan yang akan digunakan
Hal ini bisa sangat efektif untuk
tingkat domestik dan bahkan dalam
antarnegara oleh OECD untuk menjawab
tantangan dari ekonomi digital.
konteks MAP. Ini dikarenakan cenderung bias.” Anda [Pemerintah Indonesia]
mediasi adalah tentang berbicara mempunyai pilihan untuk setuju
satu sama lain untuk mendapatkan atau tidak setuju dengan apa yang
pemahaman antara wajib pajak Bagaimana skemanya? dihasilkan oleh OECD.
dan pengelola administrasi pajak.
Bisa jadi lembaga tersebut Kriteria pertama yang penting
Saya berbicara dengan banyak di bawah naungan PBB dan adalah menyepakati prinsip dasar
ahli dari banyak negara karena mengidentifikasi kriteria masalah yang menggarisbawahi solusi
terkadang memfasilitasi dialog sengketa. Kemudian, setiap negara apapun yang akan dihasilkan.
itu. Kita membutuhkan mereka akan memilih orang yang diusulkan Pasalnya, hal tersebut akan
INSIDETAX 71
Menimbang Dilema Pajak Digital
menjadi dasar dari proses Jadi, saya melihat ada kebutuhan Bagaimana agar konsensus dapat
pemajakan atas entitas digital. politik dari aksi unilateral pajak dijalankan secara efektif?
layanan digital seperti yang
Kemudian, kriteria kedua adalah dilakukan Prancis dan Australia. Semua yang keluar dari OECD
adanya konsensus nyata, yaitu adalah soft law dan tidak
dari orang-orang yang duduk di Sudah ada sekitar 21 negara memaksa. Jadi, itu bukan
sekeliling meja memahami proposal melakukan aksi unilateral. kewajiban hukum yang harus
itu dan kemudian mengatakan ya Sekarang yang dikatakan negara- ditaati. Tentu saja, jika Indonesia
dengan suara keras, kami setuju negara ini adalah sekali ada menjadi bagian dari proses,
dengan mereka. perjanjian global, mereka akan harapannya Anda setia untuk
meninjau rezim-rezim pajak itu. menerapkan pajak minimum.
Kriteria ketiga, apakah layak secara Apakah yang ditinjau adalah
administratif dan otoritas domestik dengan menghapus digital services Apa perspektif Anda terkait pajak
dapat mengimplementasikan hal tax (DST), saya belum tahu. Jadi, minimum bagi negara di Asia?
tersebut. Ini benar-benar bagian itulah latar belakangnya.
penting bagi negara berkembang. Asia adalah daerah yang sangat
Mereka tidak memiliki kapasitas Saya memikirkan seluruh persoalan kompetitif dalam dimensi tarif
seperti negara maju, seperti Anda ini, di mana perdebatan kebijakan pajak. Jika pajak minimum bisa
[Indonesia] dan India memilikinya. antarnegara kemudian menjurus memberi solusi atas fenomena race
Jadi pertanyaannya adalah apapun pada ketegangan perdagangan. Itu to the bottom, itu hal yang baik.
yang muncul dengan konsensus yang saat ini terjadi antara Amerika Namun, sebagai gantinya pajak
OECD adalah dapatkah itu benar- Serikat dan Prancis. minimum akan menghilangkan
benar diterapkan dan dipraktikkan sebagian kedaulatan Anda untuk
secara konsisten. Dalam situasi ini, apa aspek utama merancang insentif pajak. Apakah
yang harus dipertimbangkan? itu hal yang baik atau tidak? Itu
Selain itu, kriteria terakhir adalah adalah keputusan politik. Banyak
redistribusi pendapatan yang Bagi saya, kuncinya sekarang dari insentif ini berpengaruh kecil
dihasilkan. Ini karena tidak seperti adalah dapatkah OECD di sini dalam membawa investasi baru.
BEPS pertama tentang kepatuhan, dapat memberikan persetujuan
yang satu ini tentang redistribusi sistem konsensus nyata di Apakah Anda optimistis akan
pendapatan adalah hasil dari mana semua negara itu bisa tercapainya konsensus global?
berkurangnya potensi pendapatan. mengimplementasikannya.
Bukankah sebuah konsensus Sangat sulit mengatakannya. Kita
Apakah itu dianggap adil oleh
itu harus memiliki substansi belum mengetahui posisi Amerika
politisi, LSM, dan masyarakatnya.
di dalamnya? Itu tidak boleh Serikat hingga saat ini. Namun,
Jadi, Anda harus memenuhi menjadi pembatas dan tidak boleh kondisi saat ini cukup sulit. Ini
keempat kriteria itu untuk memiliki menutupi perbedaan. Harus ada karena ada agenda konsensus
posisi konsensus yang akan konsensus nyata tentang apa pada Januari dan pada saat yang
bertahan dalam waktu lama. Jadi solusinya dan dalam beberapa hal, bersamaan ada situasi betapa
itulah yang saya sebut sebagai penting untuk menggabungkan sulitnya menyatukan berbagai
konsensus aktif, di mana negara konsensus dengan substansi. kepentingan untuk mengerjakan
berkembang lebih siap berdiri satu perincian proposal yang baik.
dan mengatakan ya, kita suka Anda harus melakukannya dengan
benar. Itu berarti aturan teknis Jika tidak ada konsensus, apa
ini semua. Dan jika Anda tidak
harus benar dan itu sulit dicapai yang akan terjadi?
menyukainya, maka Anda perlu
meletakkan sesuatu di atas meja dalam jenis kerangka waktu yang
Peraturan pajak internasional bisa
untuk dirundingkan ulang. pendek saat ini. Kerangka solusi
dibilang sangat muda. Kita semua
baru yang disajikan akhir-akhir
berbicara tentang modifikasi,
Bagaimana dengan sengketa pajak ini mencoba memikirkan untuk
kadang-kadang signifikan. Kita
terkait dengan ekonomi digital? mendapatkan solusi pada Januari
akhirnya akan mendapatkan
atau bahkan pada November 2020
Nah, Anda tahu alasan dari negara- konsensus, pertanyaan kuncinya
saat pertemuan KTT G20.
negara dalam menerapkan aksi sekarang adalah kapan waktu
sepihak atas layanan digital seperti Ada banyak pekerjaan teknis yang proposal disepakati?
India dengan Equalization Levy? perlu dilakukan sebelum kita
Ya, tentu ada tekanan politik untuk
Karena mereka menganggap dan menempatkan konsensus dalam
menyelesaikan hal itu dalam 6-8
melihat bahwa akan sulit untuk sebuah sistem. Hal itu tidak hanya
bulan ke depan. Saya dapat melihat
mendapatkan konsensus. dimasukkan ke dalam sistem yang
mengapa ada sedikit tekanan tetapi
berfungsi hari ini. Konsensus ini
Ada banyak tekanan politik bagi pada saat yang sama kita harus
dimasukkan ke dalam sistem yang
negara tersebut untuk bertindak, menyelesaikannya. Kita harus
berfungsi selama 50 tahun ke
sehingga tidak mudah bagi mereka memperbaikinya karena apapun
depan dan itu sangat penting bagi
mengimplementasikan langkah- yang disepakati harus bertahan
negara seperti Indonesia.
langkah ini di beberapa negara. dalam waktu yang panjang.
72 INSIDETAX
Menimbang Dilema Pajak Digital
‘Kami
Berhadapan
dengan
Negara yang
Punya Posisi
Berbeda’
WAKIL KETUA PUSAT KEBIJAKAN
PAJAK & ADMINISTRASI OECD
GRACE PEREZ-NAVARRO:
A
KSI unilateral untuk menjawab tantangan
dari ekonomi digital makin marak terjadi di
pengujung 2019. Banyak negara tidak sabar
menanti konsensus global yang tengah disusun dengan
koordinasi oleh Organisation for Economic Co-operation
and Development (OECD).
Wakil Ketua Pusat Kebijakan Pajak dan Administrasi
OECD Grace Perez-Navarro tidak memungkiri
adanya eskalasi aksi unilateral saat ini. Namun,
menurutnya, aksi tersebut harus memperhatian kaidah
perpajakan internasional yang berlaku agar ketegangan
antarnegara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Prancis
tidak menyebar.
Untuk menggali persoalan itu lebih dalam, InsideTax
mewawancarai Grace di sela-sela International
Taxation Conference yang diselenggarakan di Mumbai,
India. Berikut kutipannya:
INSIDETAX 73
Menimbang Dilema Pajak Digital
Saat ini banyak negara mulai pikir tidak ada solusi sederhana menerapkan penyederhanaan
menjalankan aksi unilateral untuk untuk menyelesaikan masalah prosedur sebagaimana saran OECD
menjawab tantangan dari ekonomi ini. Namun, kami berusaha untuk membantu meningkatkan
digital. Apa pendapat Anda? membuatnya sesederhana penerimaan pajak dari transaksi
mungkin. elektronik, itu merupakan ide yang
Ya, memang benar jika kita tidak bagus.
mencapai konsensus global Terkait aksi unilateral pemajakan
maka ruang untuk melakukan ekonomi digital, Indonesia juga OECD telah melihat kebijakan
aksi unilateral ini akan terus mempunyai rencana dengan negara lain seperti Australia
menyebar. Kita sudah memiliki adanya omnibus law perpajakan. dalam melaksanakan aksi
data yang menunjukan ada sekitar Bagaimana Anda melihatnya? unilateral dalam bentuk pungutan
26 tindakan unilateral di seluruh pajak pertambahan nilai (PPN)
dunia yang telah diberlakukan atau Saya belum melihat isi dari rencana merupakan contoh yang efektif
sedang dalam proses untuk segera omnibus law yang Indonesia susun. dan sangat berhasil dalam
diberlakukan. Oleh karena itulah, Saya tidak cukup tahu tentang hal mengumpulkan penerimaan pajak.
kami di OECD bekerja semaksimal itu untuk mengomentarinya, tapi Ini yang perlu dicatat. Namun,
mungkin untuk memberikan solusi saya pikir Indonesia sangat aktif untuk mengumpulkan pajak
secepatnya pada 2020. untuk terlibat dalam diskusi kami. penghasilan, saya belum memiliki
Beberapa waktu lalu saya berada data seperti apa rencananya
Sebenarnya seberapa sulit bagi di Yogyakarta untuk pertemuan [omnibus law].
OECD untuk mengupayakan antarotoritas pajak Asia Pasifik
tercapainya konsensus? atau SGATAR 2019. Kami memiliki Seberapa besar efek yang
banyak kegiatan diskusi di sana. ditimbulkan dari maraknya aksi
Ini sebenarnya sangat sulit dalam Kemudian Indonesia sebagai unilateral terhadap tax treaty?
mendapatkan konsensus. Ini karena anggota G20 juga sangat terlibat
kami berhadapan dengan negara dalam diskusi ini. Seberapa besar implikasi aksi
yang mempunyai posisi yang unilateral terhadap tax treaty akan
berbeda-beda secara bersamaan. Jadi, saya tahu mereka juga ingin tergantung pada seberapa besar
Apa yang sangat menggembirakan melihat peluang adanya solusi jenis aksi sepihak yang dilakukan
adalah kita melihat bahwa semua global, tetapi mereka [Pemerintah suatu negara atau yurisdiksi. Jadi
negara menginginkan solusi secara Indonesia] seperti halnya negara misalnya, ada beberapa langkah
global. lain, merasa tidak sabar untuk yang berdampak minim terhadap
menunggu tercapainya solusi tax treaty karena tidak tercakup
Keinginan mereka itu karena global. Langkah yang bersifat di dalam tax treaty yang masih
mereka sendiri mengakui sepihak tersebut juga memberi kita berlaku.
pentingnya solusi global. Ini karena alasan lain untuk bergerak maju
dengan tidak memiliki solusi global dan mencoba untuk mendapatkan Jadi, jika suatu negara menegakkan
maka Anda akan mengalami konsensus. hukum pajak berdasarkan
“
penurunan kerangka kerja secara significant economic presence,
internasional. Faktor ini yang maka mereka masih terikat dengan
sangat penting untuk memastikan
bahwa Anda memiliki perdagangan
Jika kita tax treaty dengan negara lain,
kecuali mereka melakukan aksi
dan investasi lintas batas yang tidak mencapai lanjutan dengan membatalkan tax
berjalan lancar. treaty. Namun, sejauh pengetahuan
konsensus global saya, hingga saat ini belum ada
Dari proposal konsesus baik pilar negara yang melakukan terminasi
pertama maupun kedua, opsi maka ruang untuk atas tax treaty-nya.
apa yang paling mudah untuk
diimplementasikan? melakukan aksi Akan tetapi, saya pikir, negara
Saya pikir, dengan apa yang kita unilateral ini akan yang mempertimbangkan langkah
unilateral harus melihat apa
sebut sebagai unified approach
itu tujuannya bukan untuk terus menyebar.” sanksi yang diumumkan Amerika
Serikat terhadap Prancis pada
menghasilkan solusi yang paling pekan ini. Ini penting. Hal ini
sederhana. Namun, apa yang harus dipertimbangkan jika suatu
Dalam perspektif Anda, adakah
kita lakukan dan pikirkan adalah negara ingin mengambil risiko
saran untuk rencana kebijakan
yang paling memungkinkan untuk dengan melakukan aksi unilateral.
Indonesia tersebut?
mencapai konsensus. Karena itu, Sehingga, satu solusi terhadap
menjadi hal yang menarik dengan Pertama, saya tidak cukup permasalahan ini datang dari
adanya tiga proposal. tahu atas informasi omnibus konsensus multilateral dengan
law yang Indonesia lakukan. cepat. Dengan demikian, setiap
Kami mencoba untuk fokus pada
Dalam pemahaman saya, jika negara tidak perlu menggunakan
apa yang tampaknya penting
Pemerintah Indonesia mencoba aksi unilateral.
bagi semua negara. Jadi, saya
74 INSIDETAX