TINJAUAN PUSTAKA
Snack bar adalah salah satu produk makanan siap saji komersial yang memiliki
mutu gizi seimbang yang berguna bagi tubuh diantaranya protein, karbohidrat, serat,
vitamin, mineral, dan energi yang dapat mencegah rasa lapar (King, 2006; Ryland dkk.,
2010; Wyatt, 2011). Snack bar pertama kali dikenalkan dan beredar di Amerika Serikat
pada tahun 1980an dan hingga saat ini produk dari snack bar terus dikomersialkan
hingga seluruh dunia. Selain kandungan gizi yang lengkap snack bar juga memiliki
bentuk bar atau kotak dengan ukuran kecil dan minimalis untuk kemudahan dalam
konsumsi dan sebagai alternatif camilan di saat sibuk. Di Indonesia, snack bar
merupakan produk baru yang sudah dikenal luas dikalangan anak-anak dan remaja.
buah-buahan, sereal, dan oat yang dikombinasi dengan bahan pengikat dengan
binder agar terikat menjadi satu. Nougat, karamel, sirup, coklat merupakan salah
satu jenis binder yang sering digunakan di dalam produk snack bar di pasaran.
Bahan tambahan lain dalam pembuatan snack bar yaitu gula pasir, telur, margarin.
Snack bar terdiri dari dua atau tiga campuran bahan-bahan makro dan mikro yang
ditunjukkan untuk melengkapi kandungan gizi di dalam snack bar itu sendiri.
Kandungan tertinggi dalam snack bar didominasi oleh serat, protein dan kalori
tinggi dan juga mempunyai kandungan gula tinggi tergantung dari segi konsumsi
masyarakat dan tujuannya karena manfaat dari snack bar bermacam – macam.
4
5
dan kalori rendah serta berbagai macam vitamin, mineral, dan komponen bioaktif
yang baik untuk kesehatan. Karbohidrat dalam snack bar akan diserap oleh tubuh
secara perlahan-lahan sehingga dapat menjadi sumber glukosa dalam tubuh dan
cocok dikonsumsi setiap hari sebagai pengganti makanan pokok padi maupun
gandum. Namun, tidak cocok dikonsumsi pada malam hari. Saat ini snack bar
baik dalam tubuh. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) tahun 2007
semakin tinggi dan terus berlanjut seiring perubahan gaya hidup masyarakat
Syarat mutu snack bar mengacu pada data perbandingan dari snack bar
komersial SNI 01-4216-1996 mengenai Syarat Mutu Makanan Diet Kontrol Berat
Badan, USDA nomor 25048 mengenai Nutri-Grain Fruit and Nut Bar, serta snack
bar sinbiotik tanpa penambahan telur yang disajikan pada Tabel 1. Karakteristik
paling penting dari snack bar adalah memiliki kandungan protein minimal 9,38%
6
karena snack bar merupakan camilan yang dibuat sebagai salah satu makanan yang
dapat lapar sehingga harus memenuhi asupan yang baik bagi tubuh.
Sebagaian besar snack bar terbuat dari tepung terigu dan tepung kedelai
Indonesia (Ladamay et al., 2014). Snack bar dapat dibuat dari berbagai macam
bahan sehingga dapat untuk mengurangi impor yang tinggi maka perlu
dimanfaatkan pangan lokal dengan menggunakan ubi jalar ungu, singkong sebagai
tepung tapioka dengan tambahan kacang tunggak dengan tujuan pemanfaatan bahan
pangan lokal yang ketersediannya sangat tinggi dan berpotensi untuk diolah.
Penelitian sebelumnya terkait snack bar yaitu dilakukan oleh Rahardjo (2019)
dengan judul Pengaruh Kombinasi Kacang Kedelai dan Kacang Tunggak yang
Diperkaya Biji Nangka Terhadap Daya Terima dan Kadar Protein Snack Bar. Hasil
penelitian didapatkan bahwa formula terbaik yaitu pada subtitusi kacang tunggak
10% dan penambahan biji nangka 40% dari segi organoleptik rasa dan tekstur.
Penambahan kacang tunggak 10% dan biji nangka 40% menghasilkan formula
7
terbaik berdasarkan uji protein sebesar 17,85% dan dapat memenuhi standar kadar
protein pada snack bar komersil 16,70% serta mampu memenuhi 18,21% dari
dipilih guna mendukung produk adonan snack bar. Adapun proses pembuatan
1. Pencampuran
menggunakan teknik sugar butter method. Teknik tersebut adalah teknik membuat
kue dengan cara mengocok gula dan margarin dahulu sampai mengembang
kemudian ditambahkan telur dan diaduk rata, kemudian ditambahkan bahan utama
tepung dan bahan pendamping lainnya. Hal penting yang harus diperhatikan pada
metode sugar butter adalah pada saat pengocokan harus benar-benar mengembang
dan menggunakan kecepatan pelan ke tinggi dengan waktu tidak terlalu lama (Siti
Aisyah, 2013).
2. Baking
minyak atau air. Hasil dari teknik ini adalah sama dengan teknik kering lainnya.
Proses pemanggangan pada pembuatan snack bar menggunakan suhu 150ºC, hasil
akhir yang didapat yaitu permukaannya menjadi crispy dan warna mengkilat.
Teknik ini biasanya digunakan untuk produk pastry, cookies, cake dan roti (Faridah
8
dkk, 2008). Pendinginan berfungsi untuk mendinginkan snack bar yang telah
dipanggang agar tekstur terbentuk dan dapat dilakukan pemotongan dengan ukuran
Snack bar yang dibuat menggunakan bahan baku ubi jalar ungu, tapioka dan
kacang tunggak sebagai bahan utama ini diikat dengan bahan-bahan pengikat
2.3.1. Margarin
Fungsi lemak dalam pembuatan snack bar adalah sebagai pemberi aroma,
pelembut tekstur kue kering, sebagai pelembab dan memperkaya rasa. Margarin
pada suhu ruang akan meleleh, dan merupakan jenis lemak yang memiliki sifat
mudah meleleh karena itu di dalam kue margarin akan memberikan efek ‘lumer di
mulut’ dengan rasa yang nikmat (Paran, 2009). Dalam pembuatan snack bar
menghasilkan snack bar yang kering, gurih dan warna mengkilat. Jika
dan mudah hancur, sedangkan jumlah lemak terlalu sedikit akan menghasilkan kue
2.3.2. Telur
Telur yang digunakan dalam pembuatan snack bar bisa kuning telur, putih telur
atau keduanya. kuning telur akan menjadikan produk lebih empuk, sebaliknya putih
telur untuk memberi kelembaban, nilai gizi sekaligus membuat struktur pada
9
produk. Telur dalam pembuatan kue kering juga berfungsi bahan untuk memoles
dan mengkilatkan kue (Rohimah, 2013. Putih telur sifatnya sebagai pengikat/
mengandung lemak, kolestrol, dan protein.dan fungsi lain untuk menambah rasa
dan warna. Porsi penggunaan telur dalam pembuatan snack bar harus tepat karena
jika terlalu banyak telur maka adonan akan menjadi lembek dan snack bar yang
dihasilkan terlalu renyah, akan tetapi jika adonan kekurangan telur maka snack bar
yang dihasilkan kurang mengembang dan kurang renyah atau keras (Faridah, 2008).
Gula dihasilkan dari tebu dan merupakan senyawa organik penting sebagai
bahan makanan, karena dalam tubuh berfungsi sebagai sumber kalori. Disamping
sebagai BTP gula juga berfungsi sebagai bahan pengawet makanan. Termasuk
dalam golongan karbohidrat yang memiliki rasa manis dan larut dalam air
(Rohimah, 2013). Penambahan gula yang terlalu tinggi dalam adonan maka akan
menghasilkan snack bar yang kurang baik dalam tekstur yang menyebabkan
menjadi keras serta saat dipanggang akan cepat gosong. Sifat higroskopis gula atau
kemampuan gula dalam menahan air bermanfaat dalam memperbaiki daya tahan
snack bar selama penyimpanan. Pada pembuatan snack bar, gula yang digunakan
sebanyak 20-40% dari berat tepung. Meningkatnya kadar gula di dalam adonan
snack bar, akan mengakibatkan snack bar menjadi semakin keras, sedangkan jika
gula yang ditambahkan kurang maka dapat menyebabkan tekstur snack bar menjadi
Susu yang digunakan dalam pembuatan snack bar adalah susu bubuk full
cream yang berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma snack bar serta
menambah nilai gizi produk. Standar mutu fisik susu harus yaitu memiliki butiran
halus, aroma khas susu, tidak apek, bersih dari kotoran, warna sesuai dengan aslinya
dan tidak menggumpal. Susu yang berkualitas baik akan menghasilkan produk
snack bar yang bergizi tinggi dengan aroma dan rasa yang gurih dan harum
(Setyowati, 2014).
2.3.5. Vanili
memberikan aroma harum dan adonan yang dihasilkan tidak berbau amis/apek.
Vanili didapat secara alami pada tumbuhan vanilla yang diambil ekstrak/biji vanili.
Secara luas, vanili biasa ditambahkan pada pembuatan berbagai jenis bakery,
pudding, minuman, permen dan berfungsi sebagai perisa (Rohimah ,2013). Vanili
bubuk dibuat dengan mencampur biji vanili dengan gula. Aroma wangi dan khas
dari vanili berasal dari senyawa fenolik vanilin dimana kandungannya berkisar ±
98% dari total komponen flavor vanili serta senyawa lainnya (Towaha dan Heryana,
2012).
2.3.6. Garam
Garam memiliki fungsi utama yaitu untuk pengawet pada bahan makanan.
Garam berperan dalam menguatkan rasa atau pembentuk rasa, menghasilkan rasa
gurih pada makanan, dalam pembuatan produk bakery garam berfungsi dalam
11
pelarutan gluten untuk menciptakan struktur yang baik dalam adonan. Sebagian
Karakteristik snack bar yang diamati terdiri dari kadar serat, kadar protein,
aktivitas antioksidan dan organoleptik yang terdiri atas uji ranking dan uji hedonik.
Serat pangan (dietary fiber) merupakan zat tanaman yang tidak dapat dicerna
hemiselulosa, pektin dan lignin). Serat pangan adalah polisakarida bukan pati dan
sejumlah liglin yang dalam ezim pencernaan manusia tidak dapat terhidrolisis
(Widyaningsih, 2017). Serat kasar berasal dari zat sisa tanaman yang tertinggal
setelah diekstraksi dengan zat pelarut (alkali dan asam encer) secara berturut-turut.
Jumlah serat kasar selalu lebih rendah dibanding serat pangan, kurang lebih hanya
Semakin tinggi kandungan serat kasar pada makanan yang dikonsumsi maka
akan mempercepat laju digesta, dan pada proses pencernaan dalam saluran
mencegah dan mengurangi fungsi konstipasi pada saat proses pencernaan makanan
membantu mengembalikan kondisi tubuh, menjaga kondisi fisik dan mental serta
Protein dalam bahan pangan dapat mempengaruhi daya serap air (Lumba, 2012).
Protein akan terdenaturasi pada proses pengeringan pada suhu tinggi. Panas
suhu optimum yang tidak menyebabkan protein terdenaturasi dalam jumlah banyak
Prinsip dari metode biuret yaitu ikatan peptida dapat membentuk senyawa
kompleks berwarna biru violet dengan penambahan larutan NaOH dalam suasana
basa (Carprette, 2005). Protein mempunyai ikatan peptida yang jika bereaksi
dengan larutan basa maka akan bereaksi positif dengan uji biuret dan tidak bereaksi
pada makromolekul lainnya. Reaksi biuret terdiri dari campuran larutan sodium
hidroksida dan tembaga sulfat yang memberikan reaksi positif dengan perubahan
walaupun beberapa reaksi tidak spesifik membentuk protein karena adanya zat lain
dengan reagen yang memberikan hasil sama (Sumardjo, 2008). Penyerapan cahaya
disebabkan oleh ikatan peptida diantaranya residu risotil, triptofonil, dan fenilalanil
dan juga gugus non protein juga ikut mempengaruhi dalam penyerapan cahaya.
prinsipnya yaitu pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks berwarna violet
yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion tembaga dalam suasana basa.
Sebagian besar antioksidan didapat pada berbagai macam tanaman yang merupakan
bebas sehingga mampu menghambat hipertensi, proses oksidasi pada LDL, dan
pembentukan senyawa radikal bebas baru atau mengubah radikal bebas menjadi
sekunder bekerja dengan cara memotong rekasi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan menangkap radikal bebas sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi
jenis dari antioksidan sekunder. Antioksidan alami banyak ditemukan pada buah
isokatekin, asam lipoat, bilirubin dan albumin, likopen dan klorofil (Winarsi, 2007).
memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis ubi jalar yang banyak dibudidayakan
dan ditemukan di Indonesia selain jenis ubi jalar berwarna putih, kuning dan merah.
Ubi jalar ungu memiliki nama latin dengan jenis Ipomoea batatas L. Poir yang
memiliki warna ungu pekat pada dagingnya, sehingga banyak menarik perhatian
(Wanhar, 2013). Ubi jalar ungu banyak dipergunakan sebagai pewarna alami
seperti sebagai pewarna pada mie, jus, roti, selai dan minuman fermentasi (Truong
et al., 2012). Kandungan gizi tinggi pada ubi jalar ungu seperti vitamin A, vitamin
C, serat pangan, antioksidan, zat besi, potasium dan protein menyebabkan ubi jalar
merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang memiliki kandungan gizi baik bagi
tubuh dan dapat mencegah dari berbagai penyakit (Mais, 2008). Kenampakan dari
Tepung ubi jalar adalah hancuran ubi jalar yang dikeringkan kemudian
Pengolahan menjadi tepung adalah salah satu bentuk produk olahan ubi jalar yang
tepung terigu impor. Kandungan gizi di dalam tepung ubi jalar ungu dapat dilihat
di Tabel 2.
Tepung ubi jalar ungu adalah salah satu penyumbang besar dalam penyedia
bahan baku industri yang dapat menambah nilai pada industri khususnya
jalar sekitar 68% perusahaan besar berminat untuk mengelola dan sekitar 31,58%
ataupun dijemur ubi jalar harus diiris tipis dan direndam terlebih dahulu ke dalam
larutan natrium metabisulfit agar mempunyai kualitas tepung yang baik dan
memiliki warna yang bagus (Heriyanto, et al., 2001). Menurut Ambarsari (2009)
persyaratan mutu fisik tepung ubi jalar ungu yang baik dapat dilihat pada Tabel 3.
16
dijemur atau dengan teknologi mesin pengering dengan suhu maksimum 600ºC
Tepung tapioka atau biasa disebut tepung kanji adalah tepung yang terbuat dari
singkong dan didapatkan patinya. Tepung tapioka berbentuk butiran pati yang
pengental dan bahan pengikat. Sedangkan ampas dari singkong banyak dipakai
Indonesia ada dua jenis, yaitu tepung tapioka kasar dan tepung tapioka halus.
Tepung tapioka halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak
dan butiran singkong yang masih kasar (Suprapti, 2005). Tepung tapioka dan
tepung sagu memiliki sifat dan fungsi yang sama sehingga tepung sagu sering
digunakan sebagai pengganti tepung tapioka karena kandungan pati yang tinggi.
17
Tepung tapioka memiliki warna putih yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan
bentuk pasta memiliki sifat dan penampakan yang jernih sehingga pencampuran
bahan pangan dengan tapioka dapat meningkatkan mutu dan penampilan produk
akhir, pastanya tidak mudah menggumpal dan kembali keras serta memiliki daya
perekat tinggi sehingga pemakaian pati dapat dihemat. Syarat mutu tepung tapioka
pengental dan pengikat seperti pada pembuatan puding, sup, makanan bayi, es krim,
18
kandungan amilopektin tinggi sekitar 77 - 80% dan kadar amilosanya sebesar 17%-
23% juga suhu gelatinisasi tapioka relatif rendah yang berkisar 52–64°C. Sehingga
memiliki sifat mudah mengembang dalam air panas (Astawan, 2010). Komposisi
Kacang tunggak atau kacang tolo dengan nama ilmiah Vigna unguiculata L.
Afrika Barat. Kacang tunggak memiliki potensi sangat besar dalam budidayanya
yaitu dapat mencapai sekitar 1,5-2 ton/ha dalam masa panen berdasarkan penerapan
budidaya di daerah setempat, varietas, lokasi, dan musim tanam. Kacang tunggak
pakan, dan bahan baku industri (Sayekti, 2011). Umumnya Kacang tunggak
selatan, Timur Tengah, Asia, Afrika, dan keseluruhan daerah tropis dan subtropis.
Organisasi pangan dunia FAO (2012) menyatakan bahwa biji kacang tunggak
mengandung protein kasar 24%, karbohidrat 53%, dan lemak 2% juga daun dan
merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki karena dapat meminimalisasi efek
kacang tunggak juga lebih tinggi dibandingkan kacang hijau. Memiliki kandungan
asam amino yang penting yaitu asam amino lisin, asam aspartat dan glutamat
g protein, 1,4 g lemak, 10 g air, 51 g karbohidrat, energi 1420 kj, 3,7 g vitamin, 3,7
g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya. Setiap 100 gram pada biji kacang
tunggak mengandung sejumlah air 88,3 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 7,9
gram, protein 3 gram dan energi yang dihasilkan sekitar 155 kj/100 g (Astawan,
Sifat fisik biji kacang tunggak dapat mempengaruhi pada saat proses dan
konsentrasi tanin pada kacang tunggak yang merupakan salah satu zat anti gizi
Kalsium yang terdapat dalam kacang tunggak adalah salah satu jenis
kandungan kalsium tertinggi dan kalsium merupakan salah satu zat gizi yang
dibutuhkan termasuk di Indonesia dan juga harga jual dari kacang tunggak sendiri
serta tingkat kemasakan biji. Kacang tunggak (Vigna unguiculata L.) telah dikenal
luas di Indonesia.