Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
OLEH :
KELOMPOK 5
2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan Ejaan
dalam Bahasa Indonesia” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh anggota kelompok 5 yang memberi fasilitas dan turut
membantu sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar. Dan pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, sebagai wujud nyata dalam usaha
melestarikan dan mengembangkan bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Penulis
juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis, kami sampaikan terimakasih.
Penulis,
PENDAHULUAN
A. Pengertian Ejaan
1. Van Ophusyen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu
oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen adalah sebagai
berikut.
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk
menuliskan kata-kata ma‟moer, „akal, ta‟, pa‟. dinamai‟.
2. Soewandi
Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan Ejaan Soewandi adalah sebagai
berikut.
a. Huruf oe digati dengan u. Seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe
menjadi itu, oemoer menjadi umur.
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak,
pak, maklum, dan rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-
an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan
dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
3. Melindo
Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan, karena
ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan
sistem fonemis.
Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti
pada kata tjinta di ganti dengan c menjadi cinta. Juga gabungan konsonan nj,
seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih
baru.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan
surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya
mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat
khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik
tolak pada pedoman umum itu.
1. Perubahan Huruf
1. Huruf- huruf dibawah ini, yang seebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir v valuta, universitas z zeni, lezat
2. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta atau ilmu
pengetahuan tetap dipakai.
a:b=p:q sinar-X
3. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- dan ke- (awalan) di dan ke (kata depan)
Ditulis di kampus
Ketua ke kampus
4. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Contohnya : anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan
kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.
Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong yang biasa dieja
au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan
luncuran w atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang
terdiri atas gabungan huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.
Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank
dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts,
seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, lathin, dan hatsil tidak
digunakan dalam bahasa Indonesia.
AC [a se] [a ce]
Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.
3. Persukuan
Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah
kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau
menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara
suku-suku kata tanpa jarak/spasi. Pada pergantian baris, tanda hubung harus
dibubuhkan di pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di
bawah ujung baris hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa suku kata atau
imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat
satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Di samping itu, perlu
pula diketahui bahwa sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal.
4. Penulisan Nama Diri
Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan
dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hokum, nama diri
lain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Pertimbangan
khusus itu menyangkut segi adat, hokum, atau kesejarahan, misalnya :
Soepomo Poedjosoedarmo
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat dan huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi,
kecuali kata seperti “dan”. Misalnya :
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi. Misalnya :
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:
1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan. Contoh : Saya suka makan nasi.
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan. Contoh: Dr. (doktor), Kol. (kolonel)
d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
hanya dipakai satu tanda titik. Contoh : dll. (dan lain-lain)
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu. Contoh : 0.20.30 jam (20
menit, 30 detik)
j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh : Latar
Belakang Pembentukan, Sistem Acara, Lihat Pula.
2. Tanda Koma
Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma
sebelum "dan"]
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,
dan melainkan.
Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan. Contoh : Medan, Indonesia.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga. Contoh : Rinto Jiang, S.E.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di
dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Contoh :
b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemeriaan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh
5. Tanda Hubung
puluh-dua pertiga ( )
6. Tanda Pisah
7. Tanda Elipsis
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
8. Tanda Tanya
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosi yang kuat. Contoh :
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam
kutipan atau transkripsi drama.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Contoh : Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a)
produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.
Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya. Contoh:
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh : Sang Sapurba
men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat. Contoh :
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus. Contoh :
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim. Contoh : No. 7/PK/1973
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau
sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh :
Contoh : 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau
d. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
A. Kesimpulan
Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata,
termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan
tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan
unsur asing.
B. Saran
Dari uraian yang telah kami susun di atas,maka pembaca dalam menggunakan
bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah ejaan yang telah di
tentukan yaitu sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA