Anda di halaman 1dari 21

Insurance from the Sharia Perspective

ASURANSI SYARIAH
18H08130803
Program Studi Ilmu Aktuaria
Dosen : Restu A. Putra, S.Si.,M.Aktr
Prodi Ilmu Aktuaria, Departemen Matematika
Universitas Hasanuddin
E-Mail : restuananda.putra17@gmail.com
Waktu : Senin, 09.10 – 11.40 WITA
Learning Objectives
The concept of insurance from the sharia
01 perspective

02 The concepts of protection, investment and


expenses in insurance

03 The generic insurance model

The elements of insurance that are not


04 permissible from the shariah perspective
“ Insurance : An ingenious modern game of chance in which the player is permitted to enjoy the
comfortable conviction that he is beating the man who keeps the table “
Ambrose Bierce
Pengantar
Asuransi pada dasarnya merupakan pengalihan risiko, dimana terdapat dua pihak yaitu pihak
tertanggung dan pihak penanggung. Tertanggung membayar sejumlah kontribusi (premi) dan
penanggung memberikan pertanggungan.

Dari sudut pandang tertanggung, asuransi diartikan sebagai pencegehan/pengurangan risiko dari
suatu kerugian finansial yang mungkin terjadi kepada pihak penanggung.
Risk Mitigation
Secara substansial, takaful dan asuransi memiliki kesamaan tujuan, yakni sebagai alat
menghindari/megurangi risiko yang terjadi. Tindakan manusia dalam mengatasi berbagai
kemungkinan risiko, pada umumnya dibagi menjadi lima yaitu:
1. Risk Avoidance
2. Risk Assumption or Retention
3. Risk Prevention
4. Sharing of Risk
5. Transfer of Risk
Risk Mitigation From the
Shariah Perspective
Hukum Islam (syariah) telah mengatur norma dan aturan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an maupun
hadits. Berdasarkan hukum Islam, mitigasi risiko tidah hanya diperbolehkan tetapi dianjurkan.
Risk Mitigation From the
Shariah Perspective
Islam mendorong umat untuk mengambil langkah-langkah dalam mengurungi risiko yang dapat
menimbulkan kerugian, dengan catatn harus sesuai dengan syariah Islam.

Hukum Islam menolak segala bentuk pengurangan risiko yang mengandung riba (bunga), gharar
(ketidakpastian) dan maysir/qimar (perjudian)
Cooperation

Islam encourages cooperation and brotherhood. As mentioned in the definition of insurance, the loss
of one is paid for by many, which promotes cooperation among people. An insurance company collects
a small amount of money in the form of a premium from many clients, and when losses to a few of
those clients occur, they are compensated using the money collected.

In the Holy Qur’an, Allah SWT. talks about helping each other for good causes

“And cooperate in righteousness and piety, but do not cooperate in sin and
aggression”(Al-Qur'an, 05:02)
The Mechanism of Insurance

Konsep asuransi konvensional dapat dikatakan tidak sesuai dengan syariah Islam karena mengandung
riba, gharar, dan maysir. Asuransi dan takaful merupakan dua hal yang sama-sama bertujuan untuk
mengurungai risiko kerugian, tetapi dari segi pengelolaan sangat berbeda.

HOW THE INSURANCE SYSTEM WORK?


How the Insurance System
Works
Pada asuransi konvensional, pihak tertanggung membeli produk asuransi untuk mengurangi risiko
keuangan yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti kematian, kecelakaan, pencurian, kebakaran
ataupun banjir. Selain itu, saat ini banyak produk asuransi yang memberikan manfaat tambahan
berupa tabungan dan investasi. Tiga hal utama dalam konsep asuransi yaitu Proteksi, Investasi dan
Pengeluaran.
Protection

Uncertainty about future events creates worry and anxiety. These uncertainties may include the risks
mentioned previously, which can result in cash outflows. Contoh, seseorang sebagai tulang punggung
keluarga meninggal dunia menyebabkan kesulitan ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan.

In this situation, an insurance company can provide effective help. If the person who has died is
covered by an insurance company, the company may provide financial compensation to their family,
relieving them from the financial stress, at least for a while.
Investment
Pada asuransi jiwa, selain menawarkan perlindungan risiko jiwa, juga terdapat manfaat lain yaitu
tabungan dan investasi.

Kontribusi yang dibayarkan oleh pihak tertanggung digunakan untuk membayarkan uang
pertanggungan (klaim); jika apabila pihak tertanggung tetap hidup sampai berakhir masa kontrak
(maturity date), tertanggung menerima sejumlah manfaat (maturity claim) berdasarkan perjanjian
kontrak polis asuransi.
Expenses
Dalam hal menjalankan bisnis, perusahaan asuransi harus mengeluarkan pengeluaran berupa:
1. Biaya uang pertanggungan bagi peserta jika terjadi klaim.
2. Biaya administrasi, termasuk gaji, biaya sewa Gedung, pajak, dan lain sebagainya.
3. Dividen bagi pemegang saham.
The Generic Insurance Model
Perusahaan asuransi menawarkan produk asuransi, pihak
tertanggung membeli produk sesuai kebutuhannya dengan
membayar kontribusi. Kemudian kontribusi yang dibayarkan
dilakukan Pool of Fund (penempatan dana) ke dalam suatu
investasi.
Gharar
Gharar merupakan segala bentuk transaksi yang tidak jelas atau tidak jelas hasil atau
konsekuensinya. Gharar dilarang tegas dalam hadis Rasulullah SAW.
Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah SAW melarang jual beli al-hasah dan bay’ al gharar.(HR
Muslim),
Gharar dapat terjadi karena:
1. Kurangnya informasi tentang objek kontrak pada pihak yang berkontrak.
2. Objek kontrak tidak ada.

Mengapa Asuransi Konvensional Mengandung Gharar? Apakah Takaful Terbebas Dari Gharar?
Gharar
Kontrak asuransi konvensional mengandung unsur gharar karena apabila pihak tertanggung tidak
mengajuka klaim, maka pihak penanggung akan menerima semua keuntungan. Selain itu, dalam
penentuan uang kontribusi juga mengandung gharar karena penentuannya berdasarkan risiko yang
bahkan belum diketahui terjadi atau tidak, serta tidak ada batas atau tingkat risiko pasti yang akan
terjadi.

Kontrak asuransi konvensional mengandung gharar karena pada dasarnya transaksi yang terjadi
adalah transaksi jual beli. Dalam Islam, kontrak jual beli harus memenuhi syarat dan rukun jual beli.
Ketidak jelasan apakah pihak tertanggung akan memperoleh atau tidak janji yang dibayarkan, tidak
ada jumlah pasti manfaat yang akan diterima, serta ketidaktahuan kapan waktu penerimaan manfaat
sehingga kontrak ini mengandung Gharar.
Gharar
Secara konseptual, Takaful terbebas dari unsur gharar karena adanya instrument tabarru’ yakni
prinsip saling tolong menolong antar peserta (ta’awuni), bukan tabaduli (kontrak jual beli).
Kepemilikan dana pada takaful merupakan sepenuhnya hak peserta dengan model ta’min ta’awuni
(kesepakatan sejumlah orang untuk membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi ketika salah seorang di
antara mereka mendapat kemudharatan). Perusahaan berperan sebagai pengelola (pemegang Amanah)
Maysir
Ulama berpendapat bahwa maysir dan gharar mempunyai kaitan yang erat. Artinya, jika transaksi
mengandung gharar kemungkinan terjadinya maysir sangat besar. Maysir bermakna spekulasi atau
perjudian dan taruhan.

Prinsip Perjudian adalah, seseorang apakah akan mendapat bagian banyak, sedikit atau bahkan tidak
mendapat bagian bergantung pada keberuntungan. Dalam kontrak asuransi konvensional, unsur
maysir dapat terjadi karena membayar kontribusi yang kecil dengan mengharapkan sejumlah uang
yang lebih besar. Bagaimana dengan takaful?
Maysir
Menurut Ulama, takaful yang berdasar ta’min ta’awuni bukanlah sebuah bisnis pertaruhan dan
ketidakpastian, melainkan salah satu cara mempersiapkan masa depan, sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS Al-Hasyr ayat 18.

Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Riba
Riba secara bahasa bermakna lebihan dan tambahan atau lebihan kepada sesuatu, tumbuh dan
membesar. Riba bermakna pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.

Berdasarkan Fatwa MUI, bank, asuransi, pasar modal, pegadaian, koperasi, dan lembaga keuangan
lainnya maupun individu yang melakukan praktek bunga adalah haram. Unsur riba dalam bisnis
asuransi meliputi beberapa aspek diantaranya perhitungan kontribusi sampai pembayaran uang
kontribusi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai