Disusun oleh :
1
Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG
Disetujui oleh:
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hikmat, dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktek kerja program studi profesi apoteker di Puskesmas
Rowosari Semarang. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar
Apoteker di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :
1. apt. Dr. Sri Haryanti, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Yayasan Pharmasi Semarang.
2. apt. Dr. Endang Diyah Ikasari, M.Si,. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang.
3. apt. Dhimas Adhityasmara, M.Farm selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, masukkan, arahan, dan motivasi
yang sangat bermanfaat bagi penulis selama praktek kerja ini berlangsung.
4. Mukti Setiawan,SKep.Ners., selaku Kepala Puskesmas Rowosari yang telah
memberikan kesempatan dan kesediaannya kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
5. apt. Sriatun Widiastuti., S.Farm., selaku Apoteker Puskesmas Rowosari
sekaligus pembimbing lahan atas kesediaannya kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
6. Seluruh staf Puskesmas Rowosari Semarang yang telah banyak memberikan
bantuan kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA).
7. Segenap keluarga, rekan sesama kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) serta semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Rowosari Semarang periode 2
November – 5 Desember 2020
Kami berharap Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan hasil
yang baik dan bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam menghadapi
persaingan dan lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di masa yang
akan datang. Semoga Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan dalam penyusunan, sehingga segala kritik dan saran
yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan ini sangat penulis
harapkan.
Atas perhatian, dukungan, bantuan, serta kerjasama dari pembaca kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Tujuan........................................................................................................
1.3 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN TEMPAT PKPA............................................................. 4
2.1 Sejarah Singkat......................................................................................... 4
2.2 Data Wilayah............................................................................................ 4
2.3 Visi, Misi, Motto, Tata Nilai, dan Janji Pelayanan .................................. 5
2.4 Ruang Lingkup......................................................................................... 5
2.5 Bangunan.................................................................................................. 6
2.6 Struktur Organisasi................................................................................... 7
2.7 Sarana Prasarana....................................................................................... 9
2.8 Sumber Daya Manusia.............................................................................. 10
2.9 Pelayanan Puskesmas ……………………………………………………
...................................................................................................................
10
2.9.1 Alur Pelayanan Pasien di Puskesmas Rowosari................................. 10
2.9.2 Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan di Puskesmas Rowosari.............. 11
BAB III KEGIATAN SELAMA PKPA BESERTA PEMBAHASAN………. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Pusat
Kesehatan Masyarakat Rowosari Semarang adalah agar mahasiswa PKPA
STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang :
1. Memahami peraanan tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek
pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan
perundangan dan etika farmasi yang berlaku dan dalam bidang kesehatan
masyrakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan
terpadu (Effendi, 2009).
2.1.6 Fungsi dan Wewenang Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
Puskesmas memiliki fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di
wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah
kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan pimpinan
wilayah dan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan
pelayanan puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat.
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia puskesmas.
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor
biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.
i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat
kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan
sistem kewaspadaan dini, dan respon penanggulangan penyakit.
pelayanan resep, buku referensi atau standar sesuai kebutuhan, dan alat
tulis. Ruangan diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara jika
memungkinkan disediakan pendingin ruangan (AC).
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran obat. Ruangan penyerahan obat
dapat juga digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
buku, buku referensi, leaflet, alat bantu konseling, buku catatan konseling,
formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan pasien, dan
satu set komputer.
5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus meperhatikan kondisi sanitasi, suhu,
kelembapan, ventilasi, pencahayaan yang cukup, pemisahan untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan yang
baik perlu dilengkapi dengan rak atau lemari obat, pallet, pendingin ruang
(AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan obat khusus, pengukuran
suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai serta
pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip
memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara
dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan
sesuai hukum, aturan persyaratan dan teknik manajemen yang baik
(Permenkes 74, 2016).
7) Kekosongan obat.
8) Pemakaian rata-rata atau pergerakan obat per tahun.
9) Waktu tunggu.
10) Stok pengaman.
11) Perkembangan pola kunjungan.
c. Metode kombinasi
Metode ini menutupi kelemahan kedua metode sebelumnya.
Diharapkan dapat meminimalisir kekurangan dari masing-masing metode
pendahulunya (Bogadenta, 2013).
2. Permintaan atau pengadaan obat
Permintaan atau pengadaan obat merupakan suatu kegiatan
pengumpulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan di puskesmas. Tujuan permintaan obat
adalah memenuhi kebutuhan obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan pola penyakit di wilayah kerjanya (Permenkes 30, 2014).
Menurut Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2016, tujuan permintaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas sesuai dengan perencaaan
kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
puskesmas adalah obat essensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN). Berdasarkan UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan PP No
72 tahun 1999 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan,
maka penyediaan obat hanya boleh dilakukan oleh seorang apoteker. Oleh
sebab itu puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara
sendiri-sendiri. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-
masing puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas kepada DKK dengan
menggunakan format LPLPO sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala
puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit
(Permenkes 74, 2016).
Pengadaan obat dibuat dengan cara apoteker membuat surat pesanan
berupa LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang
ditandatangani oleh kepala puskesmas yang bersangkutan. LPLPO dibuat 5
rangkap, 3 lembar untuk DKK, 1 lembar untuk gudang farmasi, dan 1 lembar
untuk arsip. LPLPO dikirimkan pada setiap akhir bulan dan permintaan
barang akan diterima setiap awal bulan.
Permintaan obat terdiri dari permintaan rutin dan permintaan khusus.
Permintaan rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh DKK
sedangkan permintaan khusus dilakukan diluar jadwal distribusi. Permintaan
khusus dilakukan apabila:
a. Kebutuhan pelayanan meningkat.
b. Obat yang dibutuhkan tidak tersedia di instalasi farmasi.
c. Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
d. Obat rusak dan kadaluarsa.
Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir LPLPO,
data yang diperlukan untuk membuat LPLPO yaitu :
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Data penyakit.
d. Frekuensi distribusi obat.
e. Sisa stok.
Permintaan obat ditujukan kepada kepala DKK selanjutnya diproses
oleh UPOPPK kabupaten atau kota.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan
yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola
di bawahnya. Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan kebutuhan yang diajukan oleh puskesmas dan
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Penerimaan obat
dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa
oleh kepala puskesmas. Petugas penerima obat bertanggungjawab atas
pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan
obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainnya. Petugas menerima
obat juga wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan
meliputi kemasan, jumlah obat, bentuk sediaan obat, serta pemeriksaan lain
yang diperlukan sesuai dengan LPLPO dan ditandatangani oleh petugas
penerima serta diketahui oleh kepala puskesmas. Apabila tidak memenuhi
Obat yang berbentuk cairan, larutan, atau injeksi pada umumnya tidak
stabil dan mudah rusak karena pengaruh sinar matahari. Agar obat tidak
mudah rusak karena pengaruh sinar matahari, sebaiknya jendela-jendela di
ruangan penyimpanan obat diberi gorden.
c. Suhu
Beberapa obat seperti krim, salep, dan suppositoria sangat sensitif
terhadap suhu panas karena dapat meleleh sehingga penyimpanannya harus
dihindarkan dari udara panas. Cara mencegah kerusakan yang disebabkan
oleh panas antara lain ruangan harus memiliki ventilasi, exhaust atau dapat
dipasang Air Conditioner (AC).
d. Kontaminasi
Kontaminasi merupakan terjadinya pengotoran atau pencemaran
terhadap sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, bahan baku obat atau wadah
obat akibat masuknya mikroorganisme dari luar seperti bakteri dan jamur.
Wadah obat yang digunakan harus selalu bersih dan tertutup rapat guna
mencegah adanya kontaminasi bakteri dan jamur.
e. Pengotor
Ruangan yang kotor dapat mengundang hewan pengerat dan serangga
yang kemungkinan dapat merusak obat, etiket dapat menjadi kotor dan sulit
terbaca, oleh sebab itu ruangan seharusnya dibersihkan setiap hari.
5. Distribusi obat
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
unit atau satelit farmasi puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub
unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di puskesmas dan
jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas.
b. Puskesmas pembantu.
c. Puskesmas keliling.
d. Posyandu
e. Polindes
2.6 Administrasi
Departemen kesehatan RI tahun 2006 tentang Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas menyatakan bahwa administrasi adalah rangkaian
aktivitas pencatatan , pelaporan, pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan
pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah untuk dimonitor
dan dievaluasi. Administrasi untuk obat dan perbekalan kesehatan meliputi
semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian yaitu perancanaan,
pengadaan melalui permintaan obat ke Instalasi Farmasi (IF) kabupaten atau
kota, penerimaan, penyimpanan menggunakan kartu stock atau komputer,
pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LPLPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep
berdasarkan pasien (umum, jamkesmas, askes), penyimpanan bendel resep
harian secara teratur selama tiga tahun dan pemusnahan resep yang
dilengkapi dengan berita acara. Kegiatan administrasi lain yaitu berupa
pencatatan kesalahan pengobatan (medication error), Monitoring Efek
Samping Obat (MESO), medication record (Permenkes 74, 2016).
2.7.6 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan suatu kegiatan mengukur dan
membandingkan antara biaya dan hasil konsekuensi dari biaya pengobatan.
Tujuan dari kegiatan farmakoekonomi adalah memberikan informasi dan
membantu menentukan pilihan atas alternatif pengobatan yang dilakukan
sehingga pengobatan menjadi efektif dan efisien (Bolan dkk., 2004).
Farmakoekonomi ini penting untuk tenaga kesehataan, industri
farmasi, perusahaan asuransi, maupun bagi pasien. Bagi tenaga kesehatan
khususnya apoteker, farmakoekonomi berperan penting dalam pengambilan
keputusan dalam penggunaan obat yang rasional, karena penggunaan obat
yang rasional tidak hanya mempertimbangkan nilai aman, mutu, tetapi juga
mempertimbangkan nilai ekonomisnya. Sedangkan bagi industri farmasi,
farmakoekonomi digunakan sebagai studi farmakoekonomi dalam hal
penelitian, pengembangan obat, promosi, penetapan harga, dan strategi
pemasaran. Peran fungsional apoteker dalam farmakoekonomi yaitu pada
tahap perencanaan, dimana dalam membuat perencanaan dan pengadaan
sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat,
dan budaya masyarakat (Cahyo, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar
2. Peta Wilayah Puskesmas Rowosari
Puskesmas Rowosari merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota Semarang yang berlamat di Jl. Rowosari Raya No. 1, Kel.
Rowosari, Kec. Tembalang Kota Semarang. Puskesmas Rowosari mempunyai 5
wilayah kerja yaitu kelurahan Rowosari, kelurahan Meteseh, kelurahan
Tembalang, kelurahan Kramas, dan kelurahan Bulusan. Pelayanan yang dilakukan
oleh puskesmas Rowosari kepada masyarakat selama 6 hari kerja dalam 1
minggu, dengan pembagian kerja sebagai berikut :
1. Senin s/d Kamis (07.00 – 17.00 WIB)
2. Jumat (07.00 – 12.00 WIB)
3. Sabtu (07.00 – 11.00 WIB)
Puskesmas Rowosari memiliki visi, misi, motto, tata nilai, dan janji pelayanan
guna menyelaraskan aspek pelayanan sehingga dapat bermanfaat sebagai sarana
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang berkembang dan maju sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Visi, misi,
motto, tata nilai, dan janji pelayanan Puskesmas Rowosari dalam menjalankan
tugasnya sebagai berikut :
1. Visi
Terwujudnya masyarakat di lingkungan Puskesmas Rowosari yang mandiri
untuk hidup sehat
2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas.
Indonesia Nomor 75 tahun 2016 pasal 34, yaitu organisasi puskesmas setidaknya
terdiri dari kepala puskesmas, kepala bagian sub tata usaha, penanggung jawab
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan keperawatan kesehatan masyarakat,
penanggung jawab Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), kefarmasian dan
laboratorium , dan penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Pengobatan Masyarakat
5. Pencegahan dan Pengendalian penyakit
6. KIA-KB masyarakat
Dengan luas tanah 1.800 m2 dan luas bangunan 738 m2 puskesmas Rowosari
memiliki 1 bangunan induk rawat jalan, area parkir. Adapun untuk bangunan
rawat jalan terdiri dari:
1. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Administrasi Kantor
3. Ruang Pemeriksaan Umum
4. Ruang Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Ruang KIA, KB, dan Imunisasi
6. Ruang MTBS
7. Ruang Farmasi
8. Gudang Farmasi
9. Pojok SWAB
10. Pojok Dahak (Untuk TB)
Dari beberapa ruang lingkup yang tersedia tersebut, artinya puskesmas
Rowosari sebagai puskesmas rawat jalan memberikan pelayanan kesehatan yang
sudah sesuai dengan pelayanan kesehatan di puskesmas rawat jalan pada
umumnya, yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, usaha
peningkatan gizi, kesehatan lingkungan , pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,
penyuluhan kesehatan masyarakat, perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
kerja, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, pencatatan dan
pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan, kesehatan lanjut usia,
pembinaan pengobatan tradisional dan kegiatan posyandu (Effendi, 2009).
Amd.,Farm. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian ini bekerja sama dalam
melaksanakan tugas-tugas setiap harinya yaitu :
1 Tugas Pokok
a. Apoteker menyusun perencanaan kebutuhan obat dan rencana kegiatan
progam pengelolaan obat berdasarkan peraturan yang berlaku sebagai
acuan pelaksanaan tugas.
b. Apoteker melakukan pencatatan obat masuk, obat keluar dan
pencatatan resep yang dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian.
c. Melakukan pelayanan obat, meliputi :
1) Menyiapkan peralatan dan mendisplay oba-obat di dalam apotek
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
2) Menerima resep dari dokter melalui SIMPUS oleh Apoteker dan
penyiapan obat oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
3) Melakukan pengecekan obat dan etiket oleh Apoteker.
4) Melakukan PIO dan konseling kepada pasien oleh Apoteker.
d. Melakukan pendistribusian obat ke unit-unit puskesmas dan
puskesmas pembantu.
e. Membuat laporan pengelolaan obat oleh Apoteker.
2 Tugas Terintegrasi
a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas keliling (Pusling) bersama dengan
tenaga kesehatan yang lain, dengan menyiapkan obat-obatan yang
dibutuhkan oleh pasien.
b. Melaksanakan kegiatan Prolanis dengan penyakit degeneratif setiap
hari Kamis pada minggu ke-3 setiap bulannya. Kegiatan ini dilakukan
di puskesmas Rowosari.
c. Melaksanakan Jum’at Berkah dengan membagikan sembako, vitamin,
dan masker kepada masyarakat di sekitar puskesmas Rowosari.
Sumber daya manusia dan tugas yang dilakukan di puskesmas Rowosari
sudah sesuai dengan peraturan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu
Penyelenggaraan dan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga apoteker sebagai penanggungjawab, yang
dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Di puskesmas
Rowosari sudah terdapat satu apoteker dan dibantu oleh dua tenaga teknis
kefarmasian. Jumlah apoteker di puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan
pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, serta memperhatikan pengembangan
puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah apoteker di puskesmas adalah 1
(satu) apoteker untuk 50 pasien per hari. Untuk kunjungan pasien di puskesmas
Rowosari baik yang umum, gratis, maupun yang bpjs yaitu kurang lebih 80
sampai 100 pasien per hari. Jumlah kunjungan pasien lebih dari 50 sehingga
seharusnya apoteker yang bertanggung jawab di puskesmas Rowosari yaitu dua
apoteker sebagai penanggungjawab, akan tetapi karena jumlah sumber daya yang
terbatas maka terdapat 1 (satu) apoteker sebagai penanggungjawab dengan
dibantu oleh 2 (dua) asisten apoteker. Data kunjungan pasien dapat dilihat pada
lampiran 17.
3.7.3 Dana
Sumber dana yang menujang kebutuhan farmasi dan operasional
Puskesmas Rowosari diperoleh dari JKN(Jaminan Kesehatan Nasional) dan BOK
(Biaya Operasional Kesehatan).
Jumlah pemakaian obat dari data kombinasi kedua metode ini ditambahkan 10 %
dengan tujuan untuk untuk mengantisipai adanya peningkatan kunjungan pasien
di puskesmas dengan penyakit yang sering terjadi.
Proses pembuatan perencanaan obat di puskesmas Rowosari
diperhitungkan juga sisa ketersediaan obat pada stock akhir, dan memperhatikan
data-data seperti LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
yang dibuat setiap bulan, SBBK (Surat Bukti Barang Keluar), obat rusak, obat
kedaluarsa, dan waktu kosong obat. Contoh LPLPO yang dibuat oleh puskesmas
Rowosari terlampir pada Lampiran 19.
Sistem perencanaan perbekalan farmasi dan BMHP di puskesmas
Rowosari sudah sesuai dengan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu Perencanaan
kebutuhan obat untuk puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat
dan perbekalan kesehatan di puskesmas yaitu apoteker sehingga meningkatkan
penggunaan obat secara rasional. Perencanaan kebutuhan obat per tahun,
puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), selanjutnya instalasi
farmasi kabupaten/kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap
kebutuhan sediaan farmasi di puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer
stock, serta menghindari stok berlebih.
3.7.4.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai
dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara dana dan
kebutuhan, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Sistem
pengadaan obat di puskesmas Rowosari dilakukan dengan cara mengisi SIMANIS
terlebih dahulu dan disetujui oleh Instalasi Farmasi (IF), Dinas Kesehatan Kota
(DKK), dan Pejabat Pengadaan (PP). Setelah disetujui dapat dilakukan
pembelanjaan melalui E-catalog dan atau non E-catalog, dan bukti dicetak
dengan sepengetahuan kepala puskesmas. Pengadaan obat melalui dana JKN
harus berdasarkan Formularium Puskesmas (Forpus). Pengadaan obat di
puskesmas rowosari terdapat 2 cara yaitu :
a. Sistem Dropping
Sistem dropping dilakukan oleh Instalasi Farmasi (IF), dan Dinas Kesehatan
Kota (DKK) Semarang setiap 1 bulan sekali. Permitaan obat ke IF dapat
dilakukan sewaktu-waktu jika ada kebutuhan obat yang mendadak atau stok obat
akan habis. Dengan melihat data SIMPUS apoteker akan mengajukan surat
permohonan kepada IF dengan persetujuan kepala puskesmas.
b. Dana Jaminan Kesehatan Nasional
Dana JKN digunakan apabila di Instalasi Farmasi tidak ada stok obat. Ada 2
sistem pengadaan dengan dana JKN, yaitu sistem E-catalog dan non E-catalog.
Apabila masuk dalam E-catalog maka pengadaan dilakukan melalui sistem E-
purchasing yaitu pemesanan secara online, tetapi bila obat tidak masuk ke dalam
sistem E-catalog maka pengadaanya secara manual dengan cara menghubungi
PBF secara langsung yang disertai dengan surat pesanan. Pengadaan secara
manual juga dapat digunakan apabila tidak ada obat dalam E-purchasing atau
karena pesanan melalui E-catalog dibatalkan.
3.7.4.3 Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas yang ditunjuk dan
petugas bertanggung jawab dalam penerimaan perbekalan farmasi. Penerimaan di
puskesmas Rowosari dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Pemeriksaan
dilakukan di instalasi farmasi puskesmas saat perbekalan farmasi diberikan.
Pemeriksaan perbekalan farmasi dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan
perbekalan farmasi yang datang dengan daftar SBBK (Surat Bukti Barang
Keluar), sedangkan yang diperoleh dari JKN berbentuk faktur pembelian.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik untuk memastikan jumlah barang, nomor
batch, tanggal kedaluwarsa, dan tidak adanya kerusakan pada kemasan.
Perbekalan farmasi yang sudah diterima disimpan ke gudang obat dan dicatat di
kartu stock dan LPLPO dalam kolom penerimaan.
Proses penerimaan perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari sudah
sesuai dengan peraturan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu petugas penerima
obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan meliputi
kemasan, jumlah obat, bentuk sediaan obat, serta pemeriksaan lain yang
diperlukan sesuai dengan LPLPO dan ditandatangani oleh petugas penerima serta
diketahui oleh kepala puskesmas. Apabila tidak memenuhi syarat, maka tenaga
kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Keluar masuknya obat dicatat dan
dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stock barang kemudian disusun
sesuai dengan tempatnya. Masa kadaluarsa minimal dari sediaan farmasi yang
diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di puskesmas di tambah satu
bulan.
3.7.4.4 Penyimpanan
Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa, disimpan di gudang
farmasi. Penyimpanan obat merupakan salah satu indikator penting dalam sistem
pengelolaan obat dimana obat yang telah diterima disimpan agar terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan. Gudang obat di puskesmas Rowosari terletak
bersebelahan pada sisi kanan ruang farmasi. Letak gudang yang dekat ini
mempermudah distribusi obat ke ruang farmasi sehingga dapat mempersingkat
waktu dalam pendistribusiannya.
Gudang penyimpanan obat di puskesmas Rowosari telah dilengkapi
dengan AC untuk mengatur suhu dan kelembaban selama 24 jam yang secara
otomatis bergantian yang dilengkapi dengan monitoring suhu ruangan yang
dipantau setiap hari oleh petugas pengelola farmasi. Suhu yang digunakan dalam
gudang farmasi adalah suhu ruangan (25o C). Suhu dalam lemari pendingin
dilengkapi termometer agar memudahkan petugas dalam memantau suhu dalam
lemari pendingin. Setiap obat telah memiliki kartu stock masing-masing agar
setiap pengambilan obat dapat langsung dicatat dalam kartu tersebut.
Penyimpanan obat dalam gudang di puskesmas Rowosari disusun secara
alfabetis dan sesuai bentuk sediaan menggunakan sistem FIFO ( First In First
Out) yaitu penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih dahulu
dikeluarkan lebih dahulu dan sistem FEFO (First Expired First Out ) yaitu
penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tanggal kedaluarsa lebih cepat
maka dikeluarkan lebih dahulu.
Gudang penyimpanan yang ada di puskesmas Rowosari sudah memenuhi
beberapa persyaratan gudang berdasarkan Permenkes No 74 tahun 2016 yaitu :
a. Merupakan ruang tersendiri khusus untuk penyimpanan dan berpintu
ganda
b. Kering dan tidak lembab
c. Tidak terkena sinar matahari langsung
d. Lantai terbuat dari keramik dan terdapat alas papan (palet)
e. Terdapat lemari kaca dan rak penyimpanan obat
dengan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dari puskesmas induk dengan
sepengetahuan kepala puskesmas. Pendistribusian obat ke ruang pemeriksaan
kesehatan dilakukan tanpa SBBK, tetapi menggunakan buku penerimaan dan
pemakaian persediaan farmasi dan dilaporkan setiap bulan dengan sepengetahuan
kepala puskesmas.
Distribusi obat di puskesmas Rowosari untuk pasien rawat jalan dilakukan
secara Individual Prescription di ruang farmasi. Petugas ruang farmasi, khususnya
apoteker langsung menyerahkan obat kepada pasien rawat jalan yang telah
mendapatkan resep dari dokter sesuai dengan nomor antrian di ruang farmasi.
Apoteker memiliki kesempatan berinteraksi langsung dengan pasien atau keluarga
pasien mengenai informasi. Penyerahan obat di puskesmas pembantu dapat
dilakukan oleh perawat atau bidan yang telah mendapat surat pendelegasian
wewenang oleh apoteker, yang sebelumnya diberikan pelatihan oleh apoteker.
Selain Individual Prescription dilakukukan juga Ward Floor Stock System yang
terdapat di Unit Gawat darurat (UGD), yang hanya ada obat-obatan emergency
saja, seperti lidokain injeksi, deksametason injeksi dan adrenalin injeksi.
Mahasiswa PKPA membantu mengerjakan resep, dimulai pada saat resep
diterima, melakukan skrinning resep, mengecek jenis obat, jumlah dan aturan
pakai obat, mencocokkan nama sesuai dengan identitas pasien, obat diserahkan
dengan memberikan informasi mengenai cara minum obat yang benar kepada
pasien serta memberikan konseling kepada pasien dengan penyakit degenaratif.
Alur distribusi perbekalan farmasi puskesmas Rowosari ke sub unit,
kepada pasien, maupun ke jaringan puskesmas seperti pustu dan klinik sudah
sesuai dengan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu untuk distribusi ke sub unit
maupun jaringan puskesmas digunakan sistem distribusi floor stock sedangkan
penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan Individual Prescription.
3.8 Administrasi
Proses administrasi yang dilakukan di puskesmas Rowosari antara lain
pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan semua sediaan famasi. Administrasi
pencatatan obat mengacu pada Sistem Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang
berbasis online. SIMPUS merupakan aplikasi yang digunakan untuk melaporkan
pemasukan dan pengeluaran dari perbekalan farmasi oleh puskesmas kepada dinas
kesehatan dan instalasi farmasi.
Segala bentuk penerimaan obat dan perbekalan farmasi dari IF kota Semarang,
DKK Semarang dan pembelian secara langsung harus selalu dimasukkan pada
SIMPUS. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mentertibkan pelaksanaan
pelayanan kefarmasian. Pengelolaan resep di puskesmas menggunakan cara
manual dan dijumlah tiap hari sesuai dengan pelayanan resep, kemudian dicatat
dalam buku catatan harian dan direkap tiap bulan. Selain itu juga menggunakan
sistem komputerisasi yaitu dengan SIMPUS agar lebih mudah melakukan
monitoring dan evaluasi dengan tepat dan benar. Adapun pencatatan dan
pelaporan di puskesmas Rowosari antara lain :
a. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Penggunaan perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari tercantum dalam
LPLPO. LPLPO mencakup seluruh pemakaian obat, alkes dan BMHP yang
direkap setiap satu bulan sekali. Laporan penerimaan dan penggunaan persediaan
farmasi dari setiap poli yang ada di puskesmas Rowosari direkap setiap bulan.
Pustu melaporkan LPLPO ke puskesmas induk setiap bulan. Kemudian
puskesmas induk merekap semua laporan ke LPLPO untuk dilaporkan ke instalasi
farmasi setiap bulannya. LPLPO disimpan oleh puskesmas induk dan diarsipkan.
LPLPO yang dibuat kemudian dilaporkan ke IF. LPLPO yang dibuat oleh
puskesmas Rowosari dapat dilihat pada lampiran 19.
b. Laporan Narkotika dan Psikotropika
Laporan obat narkotika dan psikotropika dibuat dari data yang diambil dari
pemakaian obat narkotika dan psikotropika selama satu bulan. Laporan narkotika
dan psikotropika dibuat dalam form yang kemudian ditanda tangani oleh kepala
puskesmas dan apoteker Rowosari Semarang. Laporan yang telah dibuat
dilaporkan kepada IF. Laporan narkotik dan psikotropika yang dibuat oleh
puskesmas Rowosari dapat dilihat pada lampiran 18.
c. Laporan Obat Generik
Laporan obat generik dibuat tiga bulan sekali (triwulan) dengan menghitung
presentase penggunaan obat generik dalam tiga bulan tersebut dengan
menggunakan formulir obat generik yang ditandatangani oleh kepala puskesmas
Rowosari. Laporan obat generik yang dibuat oleh puskesmas rowosari dapat
dilihat pada lampiran 21.
d. Laporan Indikator Peresepan
3.9 Pemusnahan
Pemusnahan sediaan farmasi dan Bahan Habis Pakai yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pemusnahan dilakukan untuk sedian farmasi dan Bahan Habis Pakai
apabila :
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Produk telah kedaluarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
4. Dicabut izin edarnya (Kemenkes RI, 2016)
Puskesmas Rowosari melakukan pemusnahan obat atau perbekalan
farmasi yang rusak atau kedaluarsa dengan cara melaporkan daftar obat yang
rusak dan telah kedaluarsa ke instalasi farmasi dengan membuat berita acara
(Lampiran 23). Pemusnahan dapat dilakukan setelah adanya jadwal pemusnahan
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Setelah adanya jadwal
pemusnahan, kemudian pihak puskesmas membuat berita acara pemusnahan
(Lampiran 24 ), dengan mencantumkan kode obat, nama obat, Expired Data (ED),
nomor batch dan jumlah obat yang rusak dan kedaluarsa serta surat pelaporan ke
IF.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang akan melakukan
pemusnahan obat dengan menggunakan berita acara pemusnahan obat. Jadwal
pemusnahan perbekalan farmasi biasanya dilakukan 3-4 kali dalam 1 (satu) tahun.
Puskesmas Rowosari melakukan pemusnahan resep dan arsip setiap 5 (lima)
tahun. Resep yang didapatkan setiap hari akan di bundle per harinya, jika sudah
terkumpul selama 1 (satu) bulan maka disimpan ditempat tersendiri. Resep
narkotika dan psikotropika disimpan ditempat terpisah. Pemusnahan resep dan
arsip juga harus membuat berita acara pemusnahan resep dan arsip. Resep
narkotika dan psikotropika yang akan dimusnahkan dihitung jumlah lembar
resepnya.
Alur proses pemusnahan obat atau perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari
sudah sesuai dengan PerMendagri RI No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor
34 tahun 2007 tentang Pedoman Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang
Milik Daerah, yaitu dimulai dari pemisahan obat yang rusak atau ED dari tempat
penyimpanan, pelaporan obat yang rusak atau ED kepada DKK, penyerahan obat
yang rusak atau ED kepada pihak DKK, kemudian baru dilakukan proses
pemusnahan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan oleh DKK.
Proses pengelolaan limbah di puskesmas Rowosari melibatkan pihak ketiga.
Untuk limbah cair sebagian besar berasal dari bagian laboratorium dan unit
pemeriksaan gigi. Limbah cair diolah dengan sistem IPAL pada bagian
pengolahan limbah yang ada di belakang puskesmas. Proses pengolahan terdiri
dari 3 tempat yaitu pengumpulan awal limbah akan tersalurkan ke dalam pipa
yang masuk ke kolam pre treatment, kemudiaan akan disalurkan ke bagian yang
kedua untuk diolah kembali, kemudian akan masuk ke dalam bagian ke 3 untuk
dilakukan pengecekan apakah proses pengolahan limbah cair sudah sesuai atau
belum, yaitu dengan mengalirkan limbah dari bagian ketiga menuju ke kolam
yang terdapat ikan sebagai indikator. Jika ikan yang dialiri air limbah yang sudah
diolah tidak mati maka proses pengolahan limbah sudah memenuhi syarat, jika
ikan mati maka perlu dilakukan proses perbaikan terhadap pengolahan limbah cair
tersebut. Untuk limbah padat, dari pihak puskesmas mengumpulkan limbahnya
dan ditampung terlebih dahulu, tempat pengumpulan limbah padat harus pada
tempat yang terbuka, kemudian nanti akan diolah oleh pihak ketiga yaitu akan
diambil oleh SPJ (Sarana Patra Jasa) sebulan sekali. Sebelum diangkut, limbah
padat ditimbang terlebih dahulu, kemudian diangkut oleh SPJ dengan
menggunakan alat APD lengkap untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi ,
setelah itu akan dikirimkan ke Tangerang. Proses pemusnahan limbah padat di
Tangerang akan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan dan disaksikan
oleh perwakilan IF, DKK, dan Pemekot Semarang.
4. Penyerahan Obat
Setelah melakukan dispensing obat kami diberikan kesempatan untuk
melakukan penyerahan obat. Sebelum penyerahan, obat yang sudah
dipersiapkan dicek terlebih dahulu oleh Apoteker yaitu Ibu Wiwid, dan
pada saat penyerahan kami diawasi oleh Ibu Wiwid untuk mengantisipasi
jika ada kesalahan dalam pemberian informasi. Adapun informasi yang
diberikan kepada pasien meliputi indikasi obat, cara penggunaan, dan
waktu pemberian.
5. Mengisi Rak Obat dan Kartu Stock
Ketika persediaan obat di rak obat fast moving habis maka dapat
mengambil obat di lemari persediaan obat yang ada di ruang farmasi,
namun jika di ruang farmasi persediaan obat habis maka dapat mengambil
obat di gudang farmasi. Tiap pengambilan obat harus disertai penulisan di
kartu stock meliputi jenis poli yang mengambil, tanggal pengambilan, no.
batch, ED obat, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar, dan tanda
tangan petugas yang mengambil obat.
6. Kunjungan Puskesmas Pembantu (Pustu) Krajan
Puskesmas Pembantu merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang
memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam
wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas Pembantu merupakan bagian
integral Puskesmas, yang dibina secara berkala oleh Puskesmas. Tujuan
Puskesmas Pembantu adalah untuk meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas
Rowosari memiliki dua puskesmas pembantu (Pustu Krajan dan Pustu
Bulusan).
Puskesmas pembantu Krajan dalam pelayanan kesehatannya terdiri
dari dari 1 dokter yang dibantu oleh dua asisten untuk dispensing dan
penyerahan obatnya. Kegiatan yang kami lakukan pada saat di puskesmas
pembantu meliputi skrining resep, penulisan etiket, penyiapan dan
penyerahan obat kepada pasien. Sistem pelayanan resep dan penulisan
etiket dilaksanakan secara manual. Resep yang didapatkan di puskesmas
pembantu akan diserahkan ke puskesmas induk tiap harinya untuk
dimasukkan kedalam sistem SIMPUS. Persediaan obat yang ada di
puskesmas pembantu diperoleh dari puskesmas induk. Kegiatan Pustu
dapat dilihat pada lampiran 36.
7. Promosi dan Edukasi Masyarakat Melalui Penyuluhan
Adapun kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilakukan secara
online oleh Puskesmas Rowosari meliputi:
NO HARI/ MATERI
TANGGAL
1 16 November 2020 Sejarah dan Akreditasi
2 17 November 2020 Managemen kefarmasian di puskesmas (perencanaan,
pengadaan, penerimaan, dan penyimpanan)
3 19 November 2020 Melanjutkan materi managemen kefarmasian di
puskesmas (pendistribusian, pelaporan dan
pencatatan)
4 20 November 2020 Pemberian tugas perencanaan obat di Puskesmas
5 24 November 2020 Pengelolaan Limbah di Puskesmas
6 30 November 2020 Diskusi di Puskesmas Rowosari
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. PKPA di Puskesmas Rowosari merupakan pelatihan kerja yang sangat
bermanfaat untuk calon apoteker sehingga dapat meningkatkan pemahaman da
n memperoleh gambaran nyata tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jaw
ab apoteker sebagai bekal pengalaman kelak saat masuk dalam dunia kerja
sehingga akan menjadi apoteker yang profesional.
2. Pengelolaan persediaan dan perbekalan farmasi di Puskesmas Rowosari
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pencatatan serta pelaporan obat dan perbekalan kesehatan yang sudah sesuai
dengan standar.
3. Alur Distribusi obat di Puskesmas Rowosari yaitu dimulai dari resep datang
kemudian dilakukan skrining resep dan dispensing obat lalu pengecekan obat
kembali dan penyerahan obat di barengi dengan pelayanan informasi obat
(PIO)
4. Kegiatan selama PKPA di Puskesmas Rowosari meliputi dispensing dan
penyerahan obat, mengambil dan mengisi persediaan obat dari gudang farmasi
ke ruang pelayanan obat, konseling, Promkes, dan jum’at berkah .
5. Pengolahan bahan medis habis pakai menjadi 2 yaitu padat dan cair. Limbah
cair disalurkan kedalam bak kemudian disalurkan dalam tabung untuk di filter,
untuk limbah padat yang telah dikumpulkan dalam wadah infeksius selama 1
bulan kemudian dibuat berita acara pemusnahan BMHP.
6. Pengadaan di Puskesmas Rowosari menggunakan kombinasi metode
konsumsi dan epidimiologi dengan cara sistem dropping dan dana jaminan
kesehatan nasional (JKN).
7. Sistem pelaporan perbekalan farmasi di Puskesmas Rowosari telah mengguna
kan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sehingga sudah terar
ah dengan baik
4.2 Saran
1. Disediakan brosur/leaflet dengan materi up to date dikalangan masyarakat
yang dapat diambil oleh pasien saat antre mengambil obat.
2. Menyediaan ruang pengambilan obat kusus penyakin TB agar tidak menular
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI.
Puskesmas
Puskesmas Induk Rowosari
Pembantu Krajan
Lampiran 5. SIMPUS
Step 1 Step 2
Step 3 Step 4
Penyimpanan Persediaan
Obat Tempat Penyimpanan Dokumen
Lampiran 18.
Laporan Penerimaan dan Pengeluaran (Neraca) Puskesmas Rowosari
L
ampiran 20. Laporan Berita Acara Serah Terima Obat ED
La
mpiran 21. Lampiran Berita Acara Serah Terima Obat ED
La
mpiran 23. Lembar Usulan Pengadaan Obat dari Dana JKN
Lamp
iran 29. Lembar Usulan Perencanaan Obat
Pembuatan Puyer
Kloter 1 (DAGUSIBU)
Kloter 2 (DAGUSIBU)
Lampiran 40.
Jum’at Berkah
Pengambilan Obat di
Gudang Farmasi