Anda di halaman 1dari 119

1

LAPORAN PRAKTEK KERJA


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG
PERIODE 2 NOVEMBER – 7 NOVEMBER 2020

Disusun oleh :

Andin Nitasari, S.Farm NIM 1062011008


Siti Khoirun Nisa’, S.Farm NIM 1062011082

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI
SEMARANG
2020

1
Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS ROWOSARI SEMARANG

PERIODE 2 NOVEMBER – 7 NOVEMBER 2020

Laporan ini disususn untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar


Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

Disetujui oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan


Praktek Kerja Profesi Apoteker

Apt. Dhimas Adhityasmara, M. Pharm Apt. Sriatun Widiastuti, S.Farm

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang

Dr. apt. Endang Diyah Ikasari, M.Si

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020 ii
Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hikmat, dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktek kerja program studi profesi apoteker di Puskesmas
Rowosari Semarang. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar
Apoteker di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :
1. apt. Dr. Sri Haryanti, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Yayasan Pharmasi Semarang.
2. apt. Dr. Endang Diyah Ikasari, M.Si,. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang.
3. apt. Dhimas Adhityasmara, M.Farm selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, masukkan, arahan, dan motivasi
yang sangat bermanfaat bagi penulis selama praktek kerja ini berlangsung.
4. Mukti Setiawan,SKep.Ners., selaku Kepala Puskesmas Rowosari yang telah
memberikan kesempatan dan kesediaannya kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
5. apt. Sriatun Widiastuti., S.Farm., selaku Apoteker Puskesmas Rowosari
sekaligus pembimbing lahan atas kesediaannya kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
6. Seluruh staf Puskesmas Rowosari Semarang yang telah banyak memberikan
bantuan kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA).
7. Segenap keluarga, rekan sesama kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) serta semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Rowosari Semarang periode 2
November – 5 Desember 2020
Kami berharap Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan hasil
yang baik dan bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam menghadapi
persaingan dan lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di masa yang
akan datang. Semoga Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bermanfaat bagi
pembaca.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020 iii
Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan dalam penyusunan, sehingga segala kritik dan saran
yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan ini sangat penulis
harapkan.
Atas perhatian, dukungan, bantuan, serta kerjasama dari pembaca kami
ucapkan terima kasih.

Semarang, November 2020

Penulis

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020 iv
Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Tujuan........................................................................................................
1.3 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN TEMPAT PKPA............................................................. 4
2.1 Sejarah Singkat......................................................................................... 4
2.2 Data Wilayah............................................................................................ 4
2.3 Visi, Misi, Motto, Tata Nilai, dan Janji Pelayanan .................................. 5
2.4 Ruang Lingkup......................................................................................... 5
2.5 Bangunan.................................................................................................. 6
2.6 Struktur Organisasi................................................................................... 7
2.7 Sarana Prasarana....................................................................................... 9
2.8 Sumber Daya Manusia.............................................................................. 10
2.9 Pelayanan Puskesmas ……………………………………………………
...................................................................................................................
10
2.9.1 Alur Pelayanan Pasien di Puskesmas Rowosari................................. 10
2.9.2 Alur Pelayanan Resep Rawat Jalan di Puskesmas Rowosari.............. 11
BAB III KEGIATAN SELAMA PKPA BESERTA PEMBAHASAN………. 12

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020 v
Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan menjadi unsur penting dalam kelangsungan hidup dan menjadi
hak asasi tiap manusia sehingga keadaan sehat harus diwujudkan dengan
melakukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan merupakan serangkaian
kegiatan terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan yang bertujuan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan meliputi upaya  pencegahan penyakit, pengobatan penyakit,
peningkatan dan pemulihan kesehatan (R. Indonesia, 2009). Upaya kesehatan
dapat dilakukan di fasilitas kesehatan di masyarakat salah satunya Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelengarakan upaya kesehatan dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat. Puskesmas dalam menjalankan upaya kesehatan harus
meliputi manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat, dan pelayanan laboratorium (RI, 2014).
Pelayanan kefarmasian merupakan pelayanan pada pasien secara
langsung dan bertanggung jawab yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian
Puskesmas diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
yang meliputi  pengelolaan  pengelolaan sediaan sediaan farmasi farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta  pelayanan  pelayanan farmasi
farmasi klinik. klinik. Pengelolaan Pengelolaan sediaan sediaan farmasi
farmasi dan BMHP terdiri terdiri dari  perencanaan kebutuhan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,  pencatatan,
pelaporan, pelaporan, dan pengarsipan, serta pemantauan dan evaluasi
pengelolaan. Sedangkan pelayanan farmasi klinis terdiri dari pengkajian
resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat, pelayanan informasi
obat (PIO), konseling, visit pasien (khusus Puskesmas dengan rawat inap),
pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat, serta
evaluasi  penggunaan obat (Departemen Kesehatan, 201  penggunaan obat
(Departemen Kesehatan, 2016).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020 6
7

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Upaya perbaikan derajat kesehatan dilakukan melalui usaha


pemeliharaan  pemeliharaan kesehatan kesehatan (promotif), (promotif),
pencegahan pencegahan penyakit penyakit (preventif), (preventif),
penyembuhan  penyembuhan penyakit penyakit (kuratif) (kuratif) dan
pemulihan pemulihan kesehatan kesehatan (rehabilitatif). (rehabilitatif).
Upaya tersebut dilakukan baik secara individu sendiri atau melalui bantuan
dari tenaga kesehatan. Pemerintah juga menyediakan fasilitas-fasilitas
penunjang kesehatan yang merata, terjangkau dan dapat diakses secara
berkesinambungan sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang baik dan optimal (R. Indonesia, 2009).
Mengingat berkembangnya peran apoteker di Puskesmas, sesuai dengan
PP No. 75 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian di
Puskesmas harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang berwenang untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian, maka Program Studi Profesi Apoteker
perlu melakukan latihan kerja di Puskesmas melalui Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Rowosari Semarang. Ilmu yang sebelumnya
sudah dipelajari di masa perkuliahan perlu diselaraskan dengan apa yang
terjadi di dunia nyata terkhusus dalam hal ini yakni tentang pelayanan
kefarmasian di puskemas. Hal ini mendasari dilakukannya PKPA di
Puskesmas untuk memberikan bekal pengalaman serta memberikan
kesempatan kepada para calon Apoteker untuk mempelajari secara langsung
praktek ilmu kefarmasian yang dimiliki agar nantinya dapat melakukan
pekerjaan kefarmasian secara  profesional dan bertanggung  profesional dan
bertanggung jawab.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Pusat
Kesehatan Masyarakat Rowosari Semarang adalah agar mahasiswa PKPA
STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang :
1. Memahami peraanan tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek
pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan
perundangan dan etika farmasi yang berlaku dan dalam bidang kesehatan
masyrakat.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
8

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

2. Mengetahui dan memahami sistem manajemen pengelolaan perbekalan


farmasi di Puskesmas meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, dan distribusi.
3. Mengetahui dan memahami alur pelayanan kesehatan di puskesmas
khususnya di ruang farmasi.
4. Menerapkan dan memiliki keterampilan dalam melaksanakan manajemen
yang efektif dan efesien dalam rangka pelaksanaan tugas pokok regulasi,
pembinaan dan pengawasan pekerjaan kefarmasian dan perbekalan farmasi
yang bermutu, aman dan berkhasiat, bermanfaat bagi klien atau
masyarakat yang membutuhkan.
5. Memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap perilaku (profesionalisme),
serta wawasan dan pengalaman nyata (reality) untuk melakukan praktik
profesi dan pekerjaan kefarmasian di Puskemas.
1.3 Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Pusat
Kesehatan Masyarakat Rowosari Semarang adalah agar mahasiswa PKPA
STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang :

1. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang peran, fungsi, dan


tanggung jawab apoteker dalam pengelolaan obat dan praktek pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Puskesmas.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
9

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Puskesmas


2.1.1 Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masayarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Secara
nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, apabila di
satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu Desa/Kelurahan atau Dusun/Rukun Warga (RW).
Pelayanan kefarmasian diharapkan dapat memenuhi tuntutan pasien dan
masyarakat megenai peningkatan mutu, dengan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented). Standar
pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik (PMK
no.74 Tahun 2016).

2.1.2 Kategori Puskesmas


Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah dan
kemampuan penyelenggaran. Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya,
puskesmas dikategorikan menjadi :
1. Puskesmas kawasan perkotaan
2. Puskesmas kawasan pedesaan
3. Puskesmas kawasan terpencil
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraanya, puskesmas dikategorikan
menjadi :
1. Puskesmas non rawat inap adalah puskesmas yang tidak
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali pertolongan
persalinan normal

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
10

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

2. Puskesmas rawat inap yaitu puskesmas yang diberi tambahan sumber


daa untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan (Permenkes, 2014).

2.1.3 Struktur Organisasi Puskesmas


Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban kerja
masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten atau kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
(DKK) sedangkan penetapannya dilakukan sesuai Peraturan Daerah
(Kepmenkes, 2004). Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi
Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit
Puskesmas. Khusus untuk kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan
harus seorang sarjana dibidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya
mencakup kesehatan masyarakat (Permenkes 75, 2014).
Pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut dapat dipergunakan
sebagai acuan:
1. Kepala Puskesmas, yang bertanggungjawab atas seluruh penyelenggaraan
kegiatan di Puskesmas, pembinaan kepegawaian di satuan kerjanya,
pengelolaan keuangan, dan pengelolaan bangunan, prasarana, dan
peralatan.
2. Kepala tata usaha yang bertugas memiliki tugas dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan administrasi perkantoran Puskesmas. Kepala
puskesmas bertanggung jawab atas :
a. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat;
b. Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan Laboratorium;
c. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
Puskesmas;
d. Penanggung jawab bangunan, prasarana, dan
e. Peralatan puskesmas; dan penanggung jawab mutu (PMK No. 43
Tahun 2019).
3. Unit pelaksana teknis fungsional Puskesmas, yang bertanggung jawab
atas:
a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
11

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

b. Upaya kesehatan perorangan.


4. Jaringan pelayanan Puskesmas :
a. Unit pustu (Puskesmas pembantu)
b. Unit pusling (Puskesmas keliling)
Kepala puskesmas memiliki tanggungjawab terhadap pembangunan
kesehatan di tingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan
besarnya peran kepala puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan ditingkat kecamatan maka jabatan kepala puskesmas setingkat
dengan eselon III-B (Permenkes 75, 2014).
Pejabat sementara ditunjuk dalam keadaan tidak tersedianya tenaga
yang memenuhi syarat untuk menjabat eselon III-B. Pejabat sementara yang
ditunjuk harus sesuai dengan kriteria kepala puskesmas yakni seorang sarjana
di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang
kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap
(Permenkes 75, 2014).
Sarana untuk mempermudah puskesmas dalam melakukan tugasnya
ditunjang dengan unit kesehatan yang lebih sederhana dalam bentuk sebagai
berikut:
1. Puskesmas pembantu (Pustu)
Puskesmas Pembantu merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang
memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam
wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas Pembantu merupakan bagian integral
Puskesmas, yang harus dibina secara berkala oleh Puskesmas. Tujuan
Puskesmas Pembantu adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Fungsi Puskesmas
Pembantu adalah untuk menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan
yang dilakukan Puskesmas di wilayah kerjanya. Peran Puskesmas
Pembantu yaitu meningkatkan akses dan jangkauan pelayanan dasar di
wilayah kerja puskesmas, mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan
terutama ukm, mendukung pelaksanaan kegiatan Posyandu, Imunisasi,
KIA-KB, penyuluhan kesehatan, surveilans, pemberdayaan masyarakat,
dan lain-lain. Dalam hal dibutuhkan pelayanan persalinan normal di
Puskesmas pembantu, harus terpenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan kesehatan dan ketenagaan sesuai standar pelayanan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
12

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

persalinan, Mendukung pelayanan rujukan, Mendukung pelayanan


promotif dan preventif. Penanggung jawab Puskesmas Pembantu adalah
seorang Tenaga Kesehatan, yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
atas usulan Kepala Puskesmas. Tenaga minimal di Puskesmas Pembantu
terdiri dari 1 (satu) orang perawat dan 1 (satu) orang bidan.

2. Puskesmas keliling (Pusling)


Puskesmas Keliling merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang
sifatnya bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas
pelayanan bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum
terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Puskesmas Keliling
dilaksanakan secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan
dengan memperhatikan siklus kebutuhan pelayanan. Tujuan dari
Puskesmas Keliling adalah untuk meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama masyarakat di daerah
terpencil/sangat terpencil dan terisolasi baik di darat maupun di pulau-
pulau kecil serta untuk menyediakan sarana transportasi dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan. Fungsi dari Puskesmas Keliling adalah
sebagai sarana transportasi petugas, sarana transportasi logistik, sarana
pelayanan kesehatan dan sarana pendukung promosi kesehatan. Peran
Puskesmas Keliling meningkatkan akses dan jangkauan pelayanan dasar di
wilayah kerja puskesmas, mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan di
daerah yang jauh dan sulit, mendukung pelaksanaan kegiatan luar gedung
seperti Posyandu, Imunisasi, KIA-KB, penyuluhan kesehatan, surveilans,
pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dan lain-
lain, Mendukung pelayanan rujukan, Mendukung pelayanan promotif dan
preventif (PMK No. 43 Tahun 2019).

Adapun contoh struktur organisasi puskesmas secara umum dapat


dilihat pada gambar 1.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
13

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Secara Umum

2.1.4 Tugas Puskesmas


Tugas Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43
Tahun 2019 adalah Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya. Pelaksanaan tugas Puskesmas Puskesmas mengintegrasikan
program yang dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga dimana
pendekatan keluarga merupakan salah satu cara Puskesmas mengintegrasikan
program untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses
pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga (PMK
No. 43 Tahun 2019).

2.1.5 Peran Puskesmas


Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi
pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh
ke depan utuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut
ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah
melalui sistem perencanaan yang realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
14

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan akurat. Pada masa mendatang,
puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan
terpadu (Effendi, 2009).
2.1.6 Fungsi dan Wewenang Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
Puskesmas memiliki fungsi:
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di
wilayah kerjanya Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah
kesehatan masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerja sama dengan pimpinan
wilayah dan sektor lain terkait.
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan
pelayanan puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat.
f. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia puskesmas.
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
h. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan mempertimbangkan faktor
biologis, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.
i. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.
j. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat
kepada dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan
sistem kewaspadaan dini, dan respon penanggulangan penyakit.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
15

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

k. Melaksanakan kegiatan pendekatan keluarga.


l. Melakukan kolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama dan rumah sakit di wilayah kerjanya, melalui
pengoordinasian sumber daya kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKP tingkat pertama di
wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan, bermutu, dan holistik yang
mengintegrasikan faktor biologis, psikologi, sosial, dan budaya
dengan membina hubungan dokter – pasien yang erat dan setara.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif.
c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berpusat pada
individu, berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada kelompok
dan masyarakat.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan
kesehatan, keamanan, keselamatan pasien, petugas, pengunjung,
dan lingkungan kerja.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif
dan kerja sama inter dan antar profesi.
f. Melaksanakan penyelenggaraan rekam medis.
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu
dan akses pelayanan kesehatan.
h. Melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi
sumber daya manusia puskesmas.
i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
sistem rujukan.
j. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan fasilitas pelayanan
kesehatan di wilayah kerjanya, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Selain memiliki kewenangan diatas Puskesmas juga melakukan
pembinaanterhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama di wilayah
kerjanya (PMK No. 43 Tahun 2019).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
16

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

2.2 Pengelolaan Sumber Daya Puskesmas


2.2.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya yang paling
penting dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, namun
paling sulit untuk dimanajemen. SDM memberikan sumbangan tenaga, bakat,
kreatifitas dan usaha kepada organisasi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat (Bogadenta, 2013). Pengelolaan SDM menjadi sebuah keharusan
jika menginginkan puskesmas mengalami kemajuan dan perkembangan.
Penyelenggaraan dan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal
harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga apoteker sebagai
penanggungjawab, yang dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai
kebutuhan. Jumlah apoteker di puskesmas dihitung berdasarkan rasio
kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, serta memperhatikan
pengembangan puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah apoteker di
puskesmas adalah 1 (satu) apoteker untuk 50 pasien per hari (Permenkes 74,
2016).
Undang-Undang RI No 13 tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan,
menjelaskan bahwa SDM untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
puskesmas adalah apoteker dan dibantu oleh asisten apoteker yang sekarang
lebih dikenal dengan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Seorang apoteker
hendaknya memiliki kompetensi dibidang kefarmasian.
1. Kompetensi apoteker
a. Sebagai penanggungjawab
1) Mempunyai kemampuan untuk memimpin.
2) Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengelola dan
mengembangkan pelayanan kefarmasian.
3) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri.
4) Mempunyai kemampuan bekerjasama dengan pihak lain.
5) Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, mencegah,
menganalisis, dan memecahkan masalah.
b. Sebagai tenaga fungsional
1) Mempu memberikan pelayanan kefarmasian.
2) Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian.
3) Mampu mengelola praktis farmasi.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
17

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

4) Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian.


5) Mampu melaksanakan pendidikan dan pelatihan.
6) Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan.
Semua tenaga kefarmasian di puskesmas harus selalu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam
rangka menjaga dan meningkatkan kompetensinya. Upaya
peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian dapat dilakukan
melalui pengembangan profesional berkelanjutan. Semua tenaga
kefarmasian di puskesmas melakukan pelayanan kefarmasian
berdasarkan SPO (Standar Prosedur Operasional) yang dibuat
secara tertulis, disusun oleh kepala ruang farmasi dan ditetapkan
oleh kepala puskesmas.
2. Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian
atau bidang yang berkaitan dengan kefarmasian secara
berkesinambungan untuk mengembangkan potensi dan produktivitas
tenaga kefarmasian secara optimal. Puskesmas dapat menjadi tempat
pelaksanaan program pendidikan, pelatihan, serta penelitian dan
pengembangan bagi calon tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian
unit lain dengan tujuan:
a. Tersedianya tenaga kefarmasian di puskesmas yang mampu
melaksanakan rencana strategis puskesmas.
b. Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan bagi calon
tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
c. Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi calon
tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
3. Pengembangan tenaga kefarmasian dan program pendidikan.
Dalam rangka penyiapan dan pengembangan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kefarmasian maka puskesmas menyelenggarakan
aktivitas sebagai berikut:
a. Setiap tenaga kefarmasian di puskesmas mempunyai kesempatan
yang sama untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
18

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

b. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus memberikan


masukan kepada pimpinan dalam menyusun program
pengembangan staf.
c. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas, fungsi,
wewenang, dan tanggungjawabnya.
d. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bagi tenaga kefarmasian.
e. Tenaga kefarmasian difasilitasi untuk mengikuti program yang
diadakan oleh organisasi profesi dan institusi pengembangan
pendidikan berkelanjutan terkait.
f. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan
praktek, dan penelitian tentang pelayanan kefarmasian di
puskesmas (Permenkes 74, 2016).

2.3 Sarana dan Prasarana


Sarana adalah fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung
mendukung pelayanan kefarmasian sedangkan prasarana adalah suatu tempat,
fasilitas, dan pelayanan yang secara langsung terkait dengan pelayanan
kefarmaisan. Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmas
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan,
ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan, dan
kepuasan pasien, serta yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, satu set
meja kursi, satu set komputer. Ruang penerimaan resep ditempatkan di
bagian paling depan dan hendaknya mudah dilihat oleh pasien puskesmas.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas) meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan disediakan alat peracikan, timbangan obat, air mineral untuk
pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
termometer ruang, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
19

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

pelayanan resep, buku referensi atau standar sesuai kebutuhan, dan alat
tulis. Ruangan diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara jika
memungkinkan disediakan pendingin ruangan (AC).
3. Ruang penyerahan obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran obat. Ruangan penyerahan obat
dapat juga digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
buku, buku referensi, leaflet, alat bantu konseling, buku catatan konseling,
formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan pasien, dan
satu set komputer.
5. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai
Ruang penyimpanan harus meperhatikan kondisi sanitasi, suhu,
kelembapan, ventilasi, pencahayaan yang cukup, pemisahan untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan yang
baik perlu dilengkapi dengan rak atau lemari obat, pallet, pendingin ruang
(AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan obat khusus, pengukuran
suhu dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai serta
pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip
memerlukan ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara
dan menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan
sesuai hukum, aturan persyaratan dan teknik manajemen yang baik
(Permenkes 74, 2016).

2.4 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan


Manajemen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di puskesmas
adalah cara mengelola tahapan-tahapan dan kegiatan tersebut agar dapat
berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan
pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
20

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Manajemen pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan


sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat di puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan kesehatan di
puskesmas yaitu apoteker sehingga meningkatkan penggunaan obat secara
rasional. Perencanaan kebutuhan obat per tahun, puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) (Permenkes 74, 2016). Selanjutnya
instalasi farmasi kabupaten atau kota yang akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya. Ketepatan
dan kebenaran data di puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di kabupaten atau kota.
Proses perencanaan obat yang dilakukan oleh DKK semarang menggunakan
metode epidemiologi berdasarkan pola penyakit yang sering terjadi di daerah
kota Semarang. Adapun tim Perencanaan Obat Terpadu (POT) terdiri dari
bidang pelayanan kesehatan, IF kota semarang, Program Pencegahan dan
Pemberentasan Penyakit (P2P), program Kesehatan Keluarga (Kesga),
puskesmas, bagian perencanaan dan sekretariat pemerintah kota. Setelah
perencanaan obat yang akan dibutuhkan puskesmas disetujui oleh DKK
Semarang, kemudian IF akan menyiapkan obat yang disetujui DKK dan
membagikan obat tersebut setiap tiga bulan sekali ke setiap puskesmas.
Perencanaan dilakukan untuk mendapatkan jenis dan jumlah
perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan, meningkatkan efisiensi
penggunaan obat, dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam perencanaan obat di
puskesmas yaitu :
a. Metode morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan
pola penyakit (Kepmenkes 1121, 2008). Kelebihan dari metode ini antara lain
lebih akurat dan mendekati kebutuhan yang sebenarnya, pengobatan lebih
rasional dan lebih ideal sedangkan kelemahan metode ini adalah sering kali

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
21

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

standar pengobatan belum tersedia atau belum disepakati, data morbiditas


tidak akurat, perhitungannya lebih rumit, dan tidak dapat digunakan untuk
semua penyakit (Bogadenta, 2013). Berikut tahap-tahap yang harus dilakukan
saat menggunakan metode ini (Kepmenkes 1121, 2008) :
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur-
penyakit.
2) Menyiapkan data populasi penduduk.
3) Menyediakan data masing-masing penyakit pertahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun
untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
5) Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk anggaran yang akan
datang.
b. Metode konsumsi
Perhitungan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya,
dimana untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan metode
konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Kepmenkes 1121, 2008)
:
1) Pengumpulan dan pengolahan data.
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
Untuk memperoleh data kebutuhan obat yang mendekati ketepatan,
perlu dilakukan analisa trend pemakaian obat 3 (tiga) tahun sebelumnya atau
lebih. Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan dengan metode
konsumsi (Kepmenkes 1121, 2008):
1) Daftar obat .
2) Stok awal.
3) Penerimaan.
4) Pengeluaran.
5) Sisa stok.
6) Obat hilang atau rusak, kadaluarsa.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
22

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

7) Kekosongan obat.
8) Pemakaian rata-rata atau pergerakan obat per tahun.
9) Waktu tunggu.
10) Stok pengaman.
11) Perkembangan pola kunjungan.
c. Metode kombinasi
Metode ini menutupi kelemahan kedua metode sebelumnya.
Diharapkan dapat meminimalisir kekurangan dari masing-masing metode
pendahulunya (Bogadenta, 2013).
2. Permintaan atau pengadaan obat
Permintaan atau pengadaan obat merupakan suatu kegiatan
pengumpulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan di puskesmas. Tujuan permintaan obat
adalah memenuhi kebutuhan obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan pola penyakit di wilayah kerjanya (Permenkes 30, 2014).
Menurut Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2016, tujuan permintaan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai di puskesmas sesuai dengan perencaaan
kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
puskesmas adalah obat essensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN). Berdasarkan UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan PP No
72 tahun 1999 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan,
maka penyediaan obat hanya boleh dilakukan oleh seorang apoteker. Oleh
sebab itu puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara
sendiri-sendiri. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-
masing puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas kepada DKK dengan
menggunakan format LPLPO sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala
puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit
(Permenkes 74, 2016).
Pengadaan obat dibuat dengan cara apoteker membuat surat pesanan
berupa LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang
ditandatangani oleh kepala puskesmas yang bersangkutan. LPLPO dibuat 5

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
23

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

rangkap, 3 lembar untuk DKK, 1 lembar untuk gudang farmasi, dan 1 lembar
untuk arsip. LPLPO dikirimkan pada setiap akhir bulan dan permintaan
barang akan diterima setiap awal bulan.
Permintaan obat terdiri dari permintaan rutin dan permintaan khusus.
Permintaan rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh DKK
sedangkan permintaan khusus dilakukan diluar jadwal distribusi. Permintaan
khusus dilakukan apabila:
a. Kebutuhan pelayanan meningkat.
b. Obat yang dibutuhkan tidak tersedia di instalasi farmasi.
c. Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
d. Obat rusak dan kadaluarsa.
Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir LPLPO,
data yang diperlukan untuk membuat LPLPO yaitu :
a. Data pemakaian obat periode sebelumnya.
b. Jumlah kunjungan resep.
c. Data penyakit.
d. Frekuensi distribusi obat.
e. Sisa stok.
Permintaan obat ditujukan kepada kepala DKK selanjutnya diproses
oleh UPOPPK kabupaten atau kota.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan
yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola
di bawahnya. Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan kebutuhan yang diajukan oleh puskesmas dan
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Penerimaan obat
dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa
oleh kepala puskesmas. Petugas penerima obat bertanggungjawab atas
pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan
obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainnya. Petugas menerima
obat juga wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan
meliputi kemasan, jumlah obat, bentuk sediaan obat, serta pemeriksaan lain
yang diperlukan sesuai dengan LPLPO dan ditandatangani oleh petugas
penerima serta diketahui oleh kepala puskesmas. Apabila tidak memenuhi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
24

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

syarat, maka tenaga kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Keluar


masuknya obat dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu
stock barang kemudian disusun sesuai dengan tempatnya. Masa kadaluarsa
minimal dari sediaan farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode
pengelolaan di puskesmas di tambah satu bulan (Permenkes 74, 2016).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan obat-obatan yang diterima
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia serta
mutu tetap terjamin sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan (Permenkes
74, 2016). Gudang obat merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan
semua perbekalan farmasi yang digunakan di puskesmas. Gudang obat
berperan sebagai tempat penyimpanan utama karena obat yang datang tidak
semuanya dapat langsung didistribusikan di unit-unit puskesmas (Permenkes
30, 2014). Gudang di puskesmas memiliki persyaratan yaitu:
a. Luas minimal 3x4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang
disimpan.
b. Ruangan kering dan tidak lembab.
c. Memiliki cahaya dan ventilasi yang cukup, namun jendela harus
mempunyai pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung
dan bertralis.
d. Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
e. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
f. Mempunyai pintu yang dilengkapi pintu ganda.
g. Lantai dibuat dari semen atau tegel atau keramik atau papan yang
tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain, harus
diberi alas papan (palet).
h. Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan terjamin keamanannya.
i. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan (Permenkes 30,
2014).
Menurut Permenkes No 74 tahun 2016, penyimpanan sediaan farmasi
dan bahas medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
25

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan


farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban.
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar.
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
(Permenkes 74, 2016).
Dalam menyimpan obat-obat tersebut, supaya mudah jika akan
didistribusikan ke unit-unit puskesmas. Berikut ini adalah cara pengaturan
dan penyimpanan obat di gudang puskesmas, yaitu:
a. Obat diletakkan pada rak obat.
b. Obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
c. Obat dirotasi dengan sistem First Expired First Out (FEFO) dan First
In First Out (FIFO).
d. Obat narkotik disimpan di tempat khusus untuk obat narkotika.
e. Obat yang diletakkan pada lantai harus diberi alas (palet).
f. Tumpukan dus harus disusun dengan rapi dan sesuai dengan petunjuk.
g. Sediaan cair dipisahkan dengan sediaan padat.
h. Vaksin dan suppositoria harus disimpan dalam lemari pendingin.
i. Lisol dan disinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.
Mutu obat akan tetap terjaga dengan baik jika dalam penyimpanan
selalu memperhatikan kondisi penyimpanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam kondisi penyimpanan diantaranya:
a. Kelembaban
Udara yang lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga
mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka
perlu memperhatikan hal-hal seperti ventilasi ruangan harus baik, obat
disimpan di tempat kering, wadah harus selalu dalam kondisi tertutup rapat
dan jangan dibiarkan terbuka, bila memungkinkan dapat dipasang kipas angin
atau AC, biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul,
dan jika terdapat ruangan yang bocor, harus segera diperbaiki.
b. Sinar matahari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
26

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Obat yang berbentuk cairan, larutan, atau injeksi pada umumnya tidak
stabil dan mudah rusak karena pengaruh sinar matahari. Agar obat tidak
mudah rusak karena pengaruh sinar matahari, sebaiknya jendela-jendela di
ruangan penyimpanan obat diberi gorden.
c. Suhu
Beberapa obat seperti krim, salep, dan suppositoria sangat sensitif
terhadap suhu panas karena dapat meleleh sehingga penyimpanannya harus
dihindarkan dari udara panas. Cara mencegah kerusakan yang disebabkan
oleh panas antara lain ruangan harus memiliki ventilasi, exhaust atau dapat
dipasang Air Conditioner (AC).
d. Kontaminasi
Kontaminasi merupakan terjadinya pengotoran atau pencemaran
terhadap sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, bahan baku obat atau wadah
obat akibat masuknya mikroorganisme dari luar seperti bakteri dan jamur.
Wadah obat yang digunakan harus selalu bersih dan tertutup rapat guna
mencegah adanya kontaminasi bakteri dan jamur.
e. Pengotor
Ruangan yang kotor dapat mengundang hewan pengerat dan serangga
yang kemungkinan dapat merusak obat, etiket dapat menjadi kotor dan sulit
terbaca, oleh sebab itu ruangan seharusnya dibersihkan setiap hari.
5. Distribusi obat
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
unit atau satelit farmasi puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub
unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di puskesmas dan
jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan puskesmas.
b. Puskesmas pembantu.
c. Puskesmas keliling.
d. Posyandu
e. Polindes

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
27

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dll) dilakukan


dengan cara pemberian obat sesuai dengan resep yang diterima (floor stock),
pemberian obat per sekali minum (dispensing dose unit) atau kombinasi,
sedangkan pendistribusian ke jaringan puskesmas dilakukan dengan cara
penyerahan obat sesuai kebutuhan (floor stock) (Permenkes 74, 2016).
6. Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan, sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat di
unit-unit puskesmas (Permenkes 74, 2016). Kegiatan pengendalian meliputi:
a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stock disebut stock kerja.
b. Menentukan:
1) Stock optimum adalah jumlah stock obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan.
2) Stock pengaman adalah jumlah stock yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga misalnya karena
keterlambatan pengiriman dai IF kabupaten atau kota.
c. Menentukan waktu tunggu (lead time), yaitu waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima (Permenkes 30, 2014).
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data penggunaan obat di puskesmas
merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan
secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan
digunakan di puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.
Puskesmas mempunyai tanggungjawab atas terlaksananya pencatatan
dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk
mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
puskesmas adalah LPLPO dan kartu stock. LPLPO juga dimanfaatkan untuk
analisa penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan,
dan pembuatan laporan pengelolaan obat (Permenkes 74, 2016).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
28

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

8. Penanganan obat hilang, obat rusak, dan kadaluarsa


a. Penanganan obat hilang
Kejadian obat hilang dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian
obat dari tempat penyimpanannya oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai
tanggungjawab.
Obat juga dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat
penyimpanannya ditemukan kurang dari catatan sisa stock pada kartu stock
yang bersangkutan. Pengujian silang antara jumlah obat dalam tempat
penyimpanannya dengan sisa stock pada kartu stock perlu dilakukan secara
berkala, paling tidak 3 (tiga) bulan sekali. Pengujian semacam ini harus
dilakukan oleh kepala puskesmas. Untuk menangani kejadian obat hilang ini,
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang segera
menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta melaporkan
kepada kepala puskesmas. Daftar obat hilang tersebut nantinya akan
digunakan sebagai lampiran dari berita acara obat hilang yang
diterbitkan oleh kepala puskesmas.
2) Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian
tersebut serta menerbitkan berita acara obat hilang.
3) Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada
kepala DKK disertai berita acara obat hilang bersangkutan.
4) Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat
yang hilang tersebut pada masing-masing kartu stock.
5) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi
kebutuhan pelayanannya, segera dipersiapkan LPLPO untuk
mengajukan tambahan obat.
6) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada
kepolisian dengan membuat berita acara.
b. Penanganan obat rusak dan kadaluarsa
Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak layak pakai
(karena rusak atau kadaluarsa) maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
29

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

1) Petugas ruang farmasi, kamar suntik, atau unit pelayanan kesehatan


lainnya segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut
kepada kepala puskesmas melalui petugas gudang oleh puskesmas.
2) Petugas gudang obat puskesmas menerima dan mengumpulkan obat
rusak dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak layak pakai
maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stock pada masing-
masing kartu stock yang dikelolanya. Petugas kemudian melaporkan
obat rusak atau kadaluarsa yang diterimanya dari satuan kerja lainnya,
ditambah dengan obat rusak atau kadaluarsa dalam gudang kepada
kepala puskesmas.
c. Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas
Pelaksanaan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas
didasarkan pada PerMendagri RI No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah
Nomor 34 tahun 2007 tentang Pedoman Penghapusan dan Pemindahtanganan
Barang Milik Daerah.
Tujuan pemusnahan perbekalan farmasi yaitu melindungi masyarakat
dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat yang tidak memenuhi
persyaratan untuk keamanan dan kemanfaatan serta melaksanakan
penghapusan barang milik daerah dalam hal obat dan perbekalan kesehatan
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Alur proses pemusnahan perbekalan farmasi, antara lain:
1) Pemisahan dari tempat penyimpanan
a) Memisahkan obat-obat rusak dan kadaluarsa ke tempat yang sudah
ditentukan.
b) Membuat daftar obat-obat rusak dan kadaluarsa yang akan
dilaporkan untuk dihapuskan.
2) Pelaporan obat rusak dan kadaluarsa
a) Membuat surat kepada kepala DKK untuk membuat laporan obat
rusak dan kadaluarsa untuk dihapuskan.
b) Mengirimkan laporan kepada kepala DKK dan menunggu
persetujuan penghapusan.
3) Penyerahan obat rusak dan kadaluarsa

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
30

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

a) Setelah ada persetujuan penghapusan obat rusak dan kadaluarsa


diserahkan kepada DKK untuk segera dilakukan pemusnahan.
b) Adanya penandatanganan berita acara serah terima obat rusak dan
kadaluarsa.
4) Pemusnahan obat
a) Dilaksanakan pemusnahan obat serentak di salah satu puskesmas
dengan incenerator.
b) Pemusnahan dilaksanakan oleh team pemusnahan obat dengan
disaksikan dari Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah
(DPKAD) dan puskesmas.
c) Penandatanganan berita acara pemusnahan obat rusak dan
kadaluarsa setelah dilaksanakan pemusnahan.

2.5 Indikator Peresepan


Obat-obatan memiliki peran penting dalam penyediaan layanan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Ketersediaan dan keterjangkauan obat
berkualitas baik bersama dengan penggunaan rasional diperlukan untuk
pelayanan kesehatan yang efektif. Akan tetapi, WHO memperkirakan
terdapat sekitar 50% dari seluruh penggunaan obat yang tidak tepat dalam
peresepan, penyiapan, dan penjualannya. Sekitar 50% lainnya tidak
digunakan secara tepat oleh pasien. Penggunaan obat yang tidak tepat akan
menimbulkan banyak masalah. Masalah-masalah tersebut meliputi
meningkatnya morbiditas dan mortalitas, meningkatnya kejadian efek
samping, interaksi obat dan pemborosan (Hamsidi, Rini dkk, 2015).
Penggunaan obat secara rasional merupakan kunci dalam pembangunan
pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pengobatan yang tidak rasional terjadi
pada semua negara dan pada semua tata cara pelayanan kesehatan, dari
rumah sakit sampai di rumah. Hal tersebut mencakup masalah pemberian
obat yang sebenarnya tidak dibutuhkan tetapi diresepkan, obat yang salah,
tidak aman, atau tidak efektif tetapi tetap diresepkan atau diserahkan, obat
yang efektif tersedia tetapi tidak digunakan, dan penggunaan obat yang
tidak benar oleh pasien (WHO, 2016).
Penilaian rasionalitas penggunaan obat ditinjau dari tiga indikator
utama yaitu peresepan, pelayanan pasien, dan fasilitas. Resep dapat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
31

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

menggambarkan masalah-masalah obat seperti polifarmasi, penggunaan


obat yang tidak tepat biaya, penggunaan antibiotik dan sediaan injeksi yang
berlebihan, serta penggunaan obat yang tidak tepat indikasi. Ketidaktepatan
peresepan dapat mengakibatkan masalah seperti tidak tercapainya tujuan
terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat, meningkatnya resistensi
antibiotik, penyebaran infeksi melalui injeksi yang tidak steril, dan
pemborosan sumber daya kesehatan yang langka (Hamsidi, Rini dkk, 2015).

2.6 Administrasi
Departemen kesehatan RI tahun 2006 tentang Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas menyatakan bahwa administrasi adalah rangkaian
aktivitas pencatatan , pelaporan, pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan
pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah untuk dimonitor
dan dievaluasi. Administrasi untuk obat dan perbekalan kesehatan meliputi
semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian yaitu perancanaan,
pengadaan melalui permintaan obat ke Instalasi Farmasi (IF) kabupaten atau
kota, penerimaan, penyimpanan menggunakan kartu stock atau komputer,
pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LPLPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep
berdasarkan pasien (umum, jamkesmas, askes), penyimpanan bendel resep
harian secara teratur selama tiga tahun dan pemusnahan resep yang
dilengkapi dengan berita acara. Kegiatan administrasi lain yaitu berupa
pencatatan kesalahan pengobatan (medication error), Monitoring Efek
Samping Obat (MESO), medication record (Permenkes 74, 2016).

2.7 Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas


Peran fungsional apoteker yaitu melakukan penyiapan rencana kerja
kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik dan
pelayanan farmasi khusus. Adapun peran fungsional tersebut antara lain :
2.7.1 Pelayanan Resep
Resep adalah penerimaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan resep
adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
32

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan


penyerahan obat kepada pasien. Menurut Permenkes No 74 tahun 2016,
pelayanan resep dilakukan sebagai berikut:
1. Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep yaitu nama dokter,
nomor Surat Izin Praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter,
tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan,
nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis,
potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan.
c. Pertimbangan klinik seperti alergi, efek samping, interaksi, dan
kesesuaian dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obatnya tidak tersedia.
2. Peracikan obat
Setelah memberikan resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
menggunakan alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal
kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.
b. Peracikan obat.
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam atau oral, dan etiket
warna biru untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok
dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang
salah.
3. Penyerahan obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan, serta jenis dan jumlah obat.
b. Memanggil nama pasien dan memeriksa ulang identitas dan alamat
pasien.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
33

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

c. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara


yang baik dan sopan, mengingat kondisi pasien sedang tidak sehat
mungkin emosinya kurang stabil.
d. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang
terkait dengan obat tersebut antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat, dll (Permenkes 74, 2016).

2.7.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat (PIO) didefinisikan sebagai kegiatan
penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen,
akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien, tenaga kesehatan,
masyarakat maupun pihak yang memerlukan. Tujuan dilakukan PIO yaitu:
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain
di lingkungan puskesmas, pasien, dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat (contoh: kebijakan permintaan obat oleh
jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai).
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional (Permenkes 74, 2016).
Kegiatan PIO meliputi:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara
pro aktif dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat, atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label obat, poster, majalah dinding, dan
lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap serta masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya terkait dengan obat dan bahan medis
habis pakai.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
34

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

6. Mengkoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan


kefarmasian (Permenkes 74, 2016).
Informasi obat yang disampaikan oleh seorang apoteker kepada pasien
yaitu mengenai:
1. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam
sehari, apakah waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini
termasuk apakah obat yang diminum sebelum atau sesudah makan.
2. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau tidak
harus dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotik
harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi. Penggunaan
antibiotik yang benar yaitu 3 kali sehari atau setiap 8 jam dalam
sehari dan 2 kali atau setiap 12 jam dalam sehari.
3. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Oleh karena itu pasien harus mendapat kejelasan
mengenai cara penggunaan obat yang benar, terutama untuk sediaan
farmasi tertentu seperti obat salep mata, obat tetes telinga dan mata,
suppositoria, dan tablet vagina.
4. Efek yang akan timbul akibat penggunaan obat misalnya mual,
pusing, berkeringat, mengantuk, kurang waspada, tinja berubah
warna, urin berubah warna, dan sebagainya.
5. Hal-hal yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat
lain, obat dengan makanan tertentu dan obat dengan minuman serta
kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan
dan menyusui serta kemungkinan terjadinya efek samping atau alergi
yang tidak dikehendaki (Permenkes 30, 2014).

2.7.3 Konseling, Promosi dan Edukasi


Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik
antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah
yang terkait dengan obat atau pengobatan. Tujuan dilakukannya konseling
adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien
atau keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara
dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
35

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

penyimpanan dan penggunaan obat. Menurut Permenkes No 74 tahun 2016,


kegiatan konseling meliputi:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended-
question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat,
bagaimana cara pemakaian, apa yang diharapkan dari obat tersebut, dan
lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi
dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu dilakukan saat melakukan konseling:
1. Kriteria pasien
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi.
d. Pasien geriartrik.
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang dengan kriteria diatas.
2. Sarana dan prasarana
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien atau catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat resiko masalah terkait obat misalnya komorbiditas, kompleksitas
pengobatan, kompleksitas penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya
pengetahuan dan keterampilan bagaimana menggunakan obat dan atau alat
kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home pharmacy
cae) yang bertujuan tercapainya terapi obat (Permenkes 74, 2016).
Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Promosi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan
inspirasi kepada masyarakat sehingga termotivasi untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara mandiri. Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat
dengan memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
36

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

mengambil keputusan bersama pasien setelah mendapatkan informasi untuk


tercapainya pengobatan yang optimal. Apoteker juga membantu untuk
diseminasi informasi melalui penyebaran dan penyediaan leaflet atau brosur,
poster, serta memberikan penyuluhan kesehatan dan pengobatan kepada
masyarakat.

2.7.4 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi atau modifikasi fungsi
fisiologis. Tujuan dilakukannya MESO menurut Permenkes 74 tahun 2016
adalah:
1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat,
tidak dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. Menganalisis laporan efek samping obat.
2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

2.7.5 Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuannya
yaitu mendeteksi masalah yang terkait dengan obat, memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah yan terkait dengan obat. Kriteria pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
37

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

6. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang


merugikan (Permenkes 74, 2016).

2.7.6 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan suatu kegiatan mengukur dan
membandingkan antara biaya dan hasil konsekuensi dari biaya pengobatan.
Tujuan dari kegiatan farmakoekonomi adalah memberikan informasi dan
membantu menentukan pilihan atas alternatif pengobatan yang dilakukan
sehingga pengobatan menjadi efektif dan efisien (Bolan dkk., 2004).
Farmakoekonomi ini penting untuk tenaga kesehataan, industri
farmasi, perusahaan asuransi, maupun bagi pasien. Bagi tenaga kesehatan
khususnya apoteker, farmakoekonomi berperan penting dalam pengambilan
keputusan dalam penggunaan obat yang rasional, karena penggunaan obat
yang rasional tidak hanya mempertimbangkan nilai aman, mutu, tetapi juga
mempertimbangkan nilai ekonomisnya. Sedangkan bagi industri farmasi,
farmakoekonomi digunakan sebagai studi farmakoekonomi dalam hal
penelitian, pengembangan obat, promosi, penetapan harga, dan strategi
pemasaran. Peran fungsional apoteker dalam farmakoekonomi yaitu pada
tahap perencanaan, dimana dalam membuat perencanaan dan pengadaan
sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat,
dan budaya masyarakat (Cahyo, 2012).

2.7.7 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap


Menurut Permenkes No 75 tahun 2014 pasal 25, puskesmas non rawat
inap adalah puskesmas yang tidak menyelanggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolongan persalinan normal. Pelayanan kesehatan rawat jalan
meliputi observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan kesehatan
lainnya tanpa dirawat inap. Sedangkan puskesmas rawat inap adalah
puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan
pelayanan rawat inap sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
(Permenkes 75, 2014). Puskesmas perawatan (rawat inap) berfungsi sebagai
pusat rujukan pasien yang gawat darurat sebelum dibawa ke rumah sakit.
Tindakan operatif terbatas seperti kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan
penyulit, dan penyakit lain yang bersifat gawat darurat. Puskesmas perawatan
sebagai puskesmas rawat inap tingkat pertama memberikan pelayanan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
38

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

kesehatan yang meliputi obeservasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik


dengan tinggal di ruang rawat inap puskesmas (Kepmenkes nomor
28/MENKES/SK/IX/2008).

2.7.8 Pengabdian Kepada Masyarakat


Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri
sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang
sesuai. Apoteker juga harus ikut membantu memberikan informasi antara lain
dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, dan penyuluhan. Pengabdian
kepada masyarakat juga dapat dilakukan dengan melakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (home pharmacy care) (Cahyo, 2012).
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya
(diabetes melitus, hipertensi). Dengan adanya aktivitas tersebut maka perlu
dibuat catatan pengobatan pasien (medication record) oleh apoteker.
Pelayanan home pharmacy care dilakukan untuk memonitor keberhasilan
terapi obat pasien dengan melihat langsung kondisi pasien. Dengan adanya
apoteker yang langsung datang ke rumah pasien maka pasien akan merasa
sangat diperhatikan, dan apabila ada kesulitan atau gejala efek samping yang
timbul setelah minum obat maka apoteker dapat langsung memberi saran atau
kebijakan yang bisa dilakukan oleh pasien. Dengan adanya home pharmacy
care ini akan meningkatkan kepuasan pasien (Anonim, 2008).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
39

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Singkat Puskesmas Rowosari


Pada awal berdirinya UPTD Puskesmas Rowosari merupakan puskesmas
pembantu dan puskesmas induknya terdapat di puskesmas Krajan yang sekarang
menjadi puskesmas pembantu. Puskesmas Krajan awalnya menjadi puskesmas
induk karena letak puskesmas Krajan yang strategis dengan masyarakat, dan
letaknya berada di ujung perbatasan kota sehingga bisa diakses oleh masyarakat
kota Semarang dan kabupaten Demak. Seiring perkembangan Kota Semarang dan
adanya BPJS yang mengharuskan untuk pemeriksaan disesuaikan faskes masing-
masing maka puskesmas Krajan mulai sepi dan pada tahun 1991 puskesmas
Rowosari ditingkatkan statusnya menjadi puskesmas induk sedangkan puskesmas
Krajan menjadi puskesmas pembantu. Pada awal bulan April tahun 2016,
Puskesmas Induk Rowosari berpindah lokasi di Jalan Prof. Soeharto Kelurahan
Meteseh Kecamatan Tembalang, sedangkan Puskesmas yang berada di Jalan Raya
Rowosari digunakan sebagai Puskesmas Pembantu Krajan. Sekarang Puskesmas
Rowosari memiliki 2 puskesmas pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Krajan dan
Puskesmas Pembantu Bulusan yang berada di Jalan Kol. H. Imam Soeparto.

3.2 Gambaran Umum Puskesmas Rowosari


UPTD Puskesmas Rowosari merupakan salah satu puskesmas induk non
perawatan di Kecamatan Tembalang dengan luas wilayah kerja 1.883,841 km 2.
Secara administratif wilayah kerja UPTD Puskesmas Rowosari meliputi 5 (lima)
kelurahan, yaitu : Keluruhan Rowosari, Keluruhan Meteseh, Kelurahan Bulusan,
Keluruhan Tembalang, dan Kelurahan Kramas. Kelurahan terluas adalah
Kelurahan Rowosari dengan luas 8,7 km2 dan kelurahan terkecil adalah Kelurahan
Kramas dengan luas 2,16 km2. Batas wilayah administratif UPTD Puskesmas
Rowosari sebagai berikut :
Bagian Utara : Kelurahan Mangunharjo, Kec. Tembalang
Bagian Selatan : Kelurahan Banyumanik
Bagian Barat : Kelurahan Candisari
Bagian Timur : Kabupaten Demak

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
40

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Wilayah UPTD Puskesmas Rowosari secara topografi merupakan dataran


rendah sebesar 40% dengan kontur perbukitan sebesar 60%. Peta wilayah UPTD
Puskesmas Rowosari disajikan pada gambar 2.

Gambar
2. Peta Wilayah Puskesmas Rowosari
Puskesmas Rowosari merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota Semarang yang berlamat di Jl. Rowosari Raya No. 1, Kel.
Rowosari, Kec. Tembalang Kota Semarang. Puskesmas Rowosari mempunyai 5
wilayah kerja yaitu kelurahan Rowosari, kelurahan Meteseh, kelurahan
Tembalang, kelurahan Kramas, dan kelurahan Bulusan. Pelayanan yang dilakukan
oleh puskesmas Rowosari kepada masyarakat selama 6 hari kerja dalam 1
minggu, dengan pembagian kerja sebagai berikut :
1. Senin s/d Kamis (07.00 – 17.00 WIB)
2. Jumat (07.00 – 12.00 WIB)
3. Sabtu (07.00 – 11.00 WIB)
Puskesmas Rowosari memiliki visi, misi, motto, tata nilai, dan janji pelayanan
guna menyelaraskan aspek pelayanan sehingga dapat bermanfaat sebagai sarana
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang berkembang dan maju sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Visi, misi,
motto, tata nilai, dan janji pelayanan Puskesmas Rowosari dalam menjalankan
tugasnya sebagai berikut :
1. Visi
Terwujudnya masyarakat di lingkungan Puskesmas Rowosari yang mandiri
untuk hidup sehat

2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
41

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

b. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan


untuk hidup sehat.
c. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat
untuk memelihara dan melindungi kesehatan dan lingkunganya.
3. Motto
a. Bersama kita bisa (tidak bisa kerja sendiri tanpa bantuan dengan orang
lain).
b. Bekerja dengan penuh tanggung jawab.
4. Tata Nilai
CERIA ( Cepat, Empati, Ramah, Inovatif, Akurat).
5. Janji Pelayanan
Memberikan Pelayanan semakin hari semakin baik.

3.3 Struktur Organisasi Puskesmas Rowosari


Struktur organisasi di puskesmas Rowosari bersifat linier dimana wewenang
dari atasan atau Kepala Puskesmas dilimpahkan secara vertikal kepada staf tata
usaha dan staf fungsional. Begitu juga sebaliknya, staf tata usaha dan staf
fungsional melaporkan pertanggungjawaban langsung kepada Kepala Puskesmas.
Kelompok jabatan fungsional di Puskesmas Rowosari terdiri dari 3 unit, yaitu :
1. Penanggugjawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat.
2. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium.
3. Penanggungjawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
Farmasi berada di unit penanggung jawab UKP, kefarmasian dan
laboratorium, sedangkan apotek berada di unit penanggungjawab jaringan
pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Masing – masing
unit melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan wewenang yang
dilimpahkan. Unit pelayanan farmasi berdiri sendiri sebagai unit pelayanan dalam
bidang penyiapan obat dan pelayanan informasi obat kepada pasien dibawah
tanggung jawab Apoteker. Adapun bagan dari struktur organisasi yang ada di
Puskesmas Rowosari terlihat pada lampiran 4.
Berdasarkan uraian dan lampiran yang tertulis diatas, struktur organisasi
puskesmas rowosari sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesahatan Republik

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
42

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Indonesia Nomor 75 tahun 2016 pasal 34, yaitu organisasi puskesmas setidaknya
terdiri dari kepala puskesmas, kepala bagian sub tata usaha, penanggung jawab
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan keperawatan kesehatan masyarakat,
penanggung jawab Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), kefarmasian dan
laboratorium , dan penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.

3.4 Tugas dan Fungsi Puskesmas Rowosari


Puskesmas Rowosari mempunyai tugas untuk melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan yang sehat, sedangkan fungsi
Puskesmas Rowosari yaitu
1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) yang meliputi
pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan; pelayanan
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana; pelayanan gizi; dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit.
2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan tingkat Pertama)
yang meliputi pelayanan kefarmasian; pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat; dan pelayanan laboratorium.
3. Wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Tugas dan fungsi puskesmas Rowosari sudah sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 tahun 2014, yaitu melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan yang sehat dan fungsi yang dapat
diaplikasikan seperti pelayanan promosi kesehatan, pelayanan laboratorium, dan
adanya pemberian wawasan pendidikan terhadap tenaga kesehatan.

3.5 Progam Pokok Puskesmas Rowosari


Puskesmas wajib melaksanakan progam pokok sesuai dengan kemampuan
masing-masing daerah, sedangkan progam pokok yang dilakukan Puskesmas
Rowosari adalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB) dan
pencegahan penyakit dengan imunisasi yang dilaksanakan di unit KIA. Kesehatan
lingkungan, peningkatan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
43

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

penyakit menular serta pelayanan darurat kecelakaan merupakan upaya wajib


yang dilaksanakan baik di dalam gedung maupun di luar gedung seperti di
sekolah-sekolah, posyandu dan kegiatan puskesmas keliling.
Upaya kesehatan dalam penanganan penyakit kronis juga dilakukan dalam
bentuk progam pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) yang dilaksanakan satu
bulan sekali setiap hari Kamis pada minggu ke-3. Pemeriksaan yang dilakukan
ditujukan untuk lansia dengan penyakit kronis, seperti penyakit diabetes melitus,
hipertensi dan kolesterol.
Berdasarkan kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas Rowosari
tersebut, maka program yang dilakukan di puskesmas Rowosari sudah sesuai
dengan program pokok puskesmas pada umumnya, yaitu terdapat program
kegiatan pokok puskesmas yang harus dilaksanakan meliputi kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, usaha peningkatan gizi, kesehatan lingkungan ,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengobatan termasuk
pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan kesehatan masyarakat,
kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, laboratorium sederhana, dan kesehatan
lanjut usia (prolanis) (Effendi, 2009).

3.6 Ruang Lingkup dan Bangunan Puskesmas Rowosari


Profil Puskesmas ini disusun berdasarkan standar akreditasi puskesmas yang
meliputi persyaratan umum SDM, tanggung jawab manajemen, manajemen
sumber daya, dan proses pelayanan yang terdiri dari pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan medis dasar.
Ruang lingkup pelayanan medis dasar meliputi:
1. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Ruang Pemeriksaan Gigi dan Mulut
4. Ruang KIA, KB, dan Imunisasi
5. Ruang Laboratorium
6. Ruang Farmasi
Ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat meliputi:
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Gizi Masyarakat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
44

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

4. Pengobatan Masyarakat
5. Pencegahan dan Pengendalian penyakit
6. KIA-KB masyarakat
Dengan luas tanah 1.800 m2 dan luas bangunan 738 m2 puskesmas Rowosari
memiliki 1 bangunan induk rawat jalan, area parkir. Adapun untuk bangunan
rawat jalan terdiri dari:
1. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Administrasi Kantor
3. Ruang Pemeriksaan Umum
4. Ruang Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
5. Ruang KIA, KB, dan Imunisasi
6. Ruang MTBS
7. Ruang Farmasi
8. Gudang Farmasi
9. Pojok SWAB
10. Pojok Dahak (Untuk TB)
Dari beberapa ruang lingkup yang tersedia tersebut, artinya puskesmas
Rowosari sebagai puskesmas rawat jalan memberikan pelayanan kesehatan yang
sudah sesuai dengan pelayanan kesehatan di puskesmas rawat jalan pada
umumnya, yaitu pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, usaha
peningkatan gizi, kesehatan lingkungan , pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan,
penyuluhan kesehatan masyarakat, perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
kerja, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, pencatatan dan
pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan, kesehatan lanjut usia,
pembinaan pengobatan tradisional dan kegiatan posyandu (Effendi, 2009).

3.7 Manajemen Sumber Daya Kefarmasian Puskesmas Rowosari


3.7.1 Sumber Daya Manusia Kefarmasian
Sumber daya manusia kefarmasian di Puskesmas Rowosari terdiri atas 1
orang apoteker yang bernama Ibu apt. Sriatun Widiastuti, S.Farm dan 2 tenaga
teknis kefarmasian yang bernama Ibu Safira, Amd.,Farm dan Ibu Nurul,

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
45

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Amd.,Farm. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian ini bekerja sama dalam
melaksanakan tugas-tugas setiap harinya yaitu :
1 Tugas Pokok
a. Apoteker menyusun perencanaan kebutuhan obat dan rencana kegiatan
progam pengelolaan obat berdasarkan peraturan yang berlaku sebagai
acuan pelaksanaan tugas.
b. Apoteker melakukan pencatatan obat masuk, obat keluar dan
pencatatan resep yang dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian.
c. Melakukan pelayanan obat, meliputi :
1) Menyiapkan peralatan dan mendisplay oba-obat di dalam apotek
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
2) Menerima resep dari dokter melalui SIMPUS oleh Apoteker dan
penyiapan obat oleh Tenaga Teknis Kefarmasian.
3) Melakukan pengecekan obat dan etiket oleh Apoteker.
4) Melakukan PIO dan konseling kepada pasien oleh Apoteker.
d. Melakukan pendistribusian obat ke unit-unit puskesmas dan
puskesmas pembantu.
e. Membuat laporan pengelolaan obat oleh Apoteker.
2 Tugas Terintegrasi
a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas keliling (Pusling) bersama dengan
tenaga kesehatan yang lain, dengan menyiapkan obat-obatan yang
dibutuhkan oleh pasien.
b. Melaksanakan kegiatan Prolanis dengan penyakit degeneratif setiap
hari Kamis pada minggu ke-3 setiap bulannya. Kegiatan ini dilakukan
di puskesmas Rowosari.
c. Melaksanakan Jum’at Berkah dengan membagikan sembako, vitamin,
dan masker kepada masyarakat di sekitar puskesmas Rowosari.
Sumber daya manusia dan tugas yang dilakukan di puskesmas Rowosari
sudah sesuai dengan peraturan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu
Penyelenggaraan dan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga apoteker sebagai penanggungjawab, yang
dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Di puskesmas
Rowosari sudah terdapat satu apoteker dan dibantu oleh dua tenaga teknis
kefarmasian. Jumlah apoteker di puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
46

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, serta memperhatikan pengembangan
puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah apoteker di puskesmas adalah 1
(satu) apoteker untuk 50 pasien per hari. Untuk kunjungan pasien di puskesmas
Rowosari baik yang umum, gratis, maupun yang bpjs yaitu kurang lebih 80
sampai 100 pasien per hari. Jumlah kunjungan pasien lebih dari 50 sehingga
seharusnya apoteker yang bertanggung jawab di puskesmas Rowosari yaitu dua
apoteker sebagai penanggungjawab, akan tetapi karena jumlah sumber daya yang
terbatas maka terdapat 1 (satu) apoteker sebagai penanggungjawab dengan
dibantu oleh 2 (dua) asisten apoteker. Data kunjungan pasien dapat dilihat pada
lampiran 17.

3.7.2 Prasarana dan Sarana


Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
dengan pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana adalah tempat fasilitas dan
peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam
upaya mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmaas diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
Puskesmas.
Puskesmas Rowosari merupakan Puskesmas Induk dengan dua puskesmas
pembantu (Pustu Krajan dan Pustu Bulusan). Puskesmas Rowosari hanya
memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan. Untuk kebutuhan operasional,
Puskesmas Rowosari mempunyai 2 unit mobil puskesmas keliling dan 2 unit
mobil ambulan.
Dalam pelayanan kefarmasian, Puskesmas Rowosari memiliki sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan, antara lain :
1. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, satu meja dan
keranjang untuk letak kartu pasien. Ruang Penerimaan Resep ditempatkan pada
bagian paling depan dan hendaknya mudah terlihat oleh pasien Puskesmas.
Pada bagian depan ruangan ini terdapat tulisan “Ruang Obat” yang dapat
terlihat jelas oleh pasien. Selain itu jug terdapat kotak kecil sebagai tempat untuk
meletakkan nomer antrian untuk ditukarkan dengan e-resep yang masuk dalam
SIMPUS. Tampilan menu SIMPUS dapat dilihat pada lampiran 5.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
47

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

2. Ruang Peracikan Resep


Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Diruang peracikan
disediakan alat peracikan, timbangan obat, air mineral untuk pengencer, bahan
pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruang, blanko salinan resep, etiket
dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku referensi/standar sesuai
kebutuhan, dan alat tulis. Ruangan diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (AC).
3. Ruang Penyerahan Resep
Ruang penyerahan obat terletak di bagian depan yang dilengkapi dengan
adanya mikrofon untuk mempermudah saat memanggil pasien.

4. Ruang Penyimpaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai


Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pencahayaan yang cukup, pemisahan untuk menjamin
mutu produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan yang baik perlu
dilengkapi dengan rak/lemari obat, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,
lemari penyimpanan khusus narkotik dan psikotropik, lemari penyimpanan obat
khusus, pengukuran suhu dan kartu suhu.
5. Ruang arsip
Ruang arsip digunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen penting seperti
buku laporan – laporan bulanan yang terkait dengan obat dan pelayanan.
Penyimpanan dokumen di almari kaca yang terkunci dan aman.
Prasarana dalam pelayanan kesehatan puskesmas Rowosari sudah sesuai
dengan Peremenkes No 74 tahun 2016, yaitu prasarana terdiri dari ruang
penerimaan resep, ruang peracikan obat, ruang penyerahan obat, ruang konseling,
ruang penyimpanan obat dan BMHP, dan ruang arsip akan tetapi pada puskesmas
Rowosari tidak terdapat ruang konseling khusus karena keterbatasan ruang dan
tempat maka konseling dilakukan saat penyerahan obat kepada pasien
berlangsung. Ruang farmasi puskesmas Rowosari (lampiran 6) dan ruang farmasi
pustu Krajan (lampiran 7).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
48

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

3.7.3 Dana
Sumber dana yang menujang kebutuhan farmasi dan operasional
Puskesmas Rowosari diperoleh dari JKN(Jaminan Kesehatan Nasional) dan BOK
(Biaya Operasional Kesehatan).

3.7.4 Perbekalan Farmasi


Pengelolaan perbekalan farmasi di Puskesmas Rowosari telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016, seperti pada gambar
3.

Gambar 3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi Puskesmas Rowosari


3.7.4.1 Perencanaan
Metode konsumsi ini didasarkan atas kebutuhan sesungguhnya pada tahun
sebelumnya, sedangkan metode epidemiologi berdasarkan pola penyakit yang
sering terjadi di daerah Kota Semarang. Perencanaan kebutuhan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) di puskesmas Rowosari dilakukan oleh apoteker.
Perencanaan perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari menggunakan kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi. Metode konsumsi ini didasarkan atas analisa
data pemakaian obat tahun sebelumnya, sedangkan metode epidemiologi
didasarkan pada pola penyakit yang sering terjadi di daereah kota Semarang.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
49

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Jumlah pemakaian obat dari data kombinasi kedua metode ini ditambahkan 10 %
dengan tujuan untuk untuk mengantisipai adanya peningkatan kunjungan pasien
di puskesmas dengan penyakit yang sering terjadi.
Proses pembuatan perencanaan obat di puskesmas Rowosari
diperhitungkan juga sisa ketersediaan obat pada stock akhir, dan memperhatikan
data-data seperti LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
yang dibuat setiap bulan, SBBK (Surat Bukti Barang Keluar), obat rusak, obat
kedaluarsa, dan waktu kosong obat. Contoh LPLPO yang dibuat oleh puskesmas
Rowosari terlampir pada Lampiran 19.
Sistem perencanaan perbekalan farmasi dan BMHP di puskesmas
Rowosari sudah sesuai dengan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu Perencanaan
kebutuhan obat untuk puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat
dan perbekalan kesehatan di puskesmas yaitu apoteker sehingga meningkatkan
penggunaan obat secara rasional. Perencanaan kebutuhan obat per tahun,
puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), selanjutnya instalasi
farmasi kabupaten/kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap
kebutuhan sediaan farmasi di puskesmas di wilayah kerjanya, menyesuaikan pada
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer
stock, serta menghindari stok berlebih.

3.7.4.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai
dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara dana dan
kebutuhan, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Sistem
pengadaan obat di puskesmas Rowosari dilakukan dengan cara mengisi SIMANIS
terlebih dahulu dan disetujui oleh Instalasi Farmasi (IF), Dinas Kesehatan Kota
(DKK), dan Pejabat Pengadaan (PP). Setelah disetujui dapat dilakukan
pembelanjaan melalui E-catalog dan atau non E-catalog, dan bukti dicetak
dengan sepengetahuan kepala puskesmas. Pengadaan obat melalui dana JKN
harus berdasarkan Formularium Puskesmas (Forpus). Pengadaan obat di
puskesmas rowosari terdapat 2 cara yaitu :
a. Sistem Dropping

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
50

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Sistem dropping dilakukan oleh Instalasi Farmasi (IF), dan Dinas Kesehatan
Kota (DKK) Semarang setiap 1 bulan sekali. Permitaan obat ke IF dapat
dilakukan sewaktu-waktu jika ada kebutuhan obat yang mendadak atau stok obat
akan habis. Dengan melihat data SIMPUS apoteker akan mengajukan surat
permohonan kepada IF dengan persetujuan kepala puskesmas.
b. Dana Jaminan Kesehatan Nasional
Dana JKN digunakan apabila di Instalasi Farmasi tidak ada stok obat. Ada 2
sistem pengadaan dengan dana JKN, yaitu sistem E-catalog dan non E-catalog.
Apabila masuk dalam E-catalog maka pengadaan dilakukan melalui sistem E-
purchasing yaitu pemesanan secara online, tetapi bila obat tidak masuk ke dalam
sistem E-catalog maka pengadaanya secara manual dengan cara menghubungi
PBF secara langsung yang disertai dengan surat pesanan. Pengadaan secara
manual juga dapat digunakan apabila tidak ada obat dalam E-purchasing atau
karena pesanan melalui E-catalog dibatalkan.

3.7.4.3 Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas yang ditunjuk dan
petugas bertanggung jawab dalam penerimaan perbekalan farmasi. Penerimaan di
puskesmas Rowosari dilakukan oleh apoteker atau asisten apoteker. Pemeriksaan
dilakukan di instalasi farmasi puskesmas saat perbekalan farmasi diberikan.
Pemeriksaan perbekalan farmasi dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan
perbekalan farmasi yang datang dengan daftar SBBK (Surat Bukti Barang
Keluar), sedangkan yang diperoleh dari JKN berbentuk faktur pembelian.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik untuk memastikan jumlah barang, nomor
batch, tanggal kedaluwarsa, dan tidak adanya kerusakan pada kemasan.
Perbekalan farmasi yang sudah diterima disimpan ke gudang obat dan dicatat di
kartu stock dan LPLPO dalam kolom penerimaan.
Proses penerimaan perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari sudah
sesuai dengan peraturan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu petugas penerima
obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan meliputi
kemasan, jumlah obat, bentuk sediaan obat, serta pemeriksaan lain yang
diperlukan sesuai dengan LPLPO dan ditandatangani oleh petugas penerima serta
diketahui oleh kepala puskesmas. Apabila tidak memenuhi syarat, maka tenaga
kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Keluar masuknya obat dicatat dan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
51

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stock barang kemudian disusun
sesuai dengan tempatnya. Masa kadaluarsa minimal dari sediaan farmasi yang
diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di puskesmas di tambah satu
bulan.
3.7.4.4 Penyimpanan
Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa, disimpan di gudang
farmasi. Penyimpanan obat merupakan salah satu indikator penting dalam sistem
pengelolaan obat dimana obat yang telah diterima disimpan agar terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan. Gudang obat di puskesmas Rowosari terletak
bersebelahan pada sisi kanan ruang farmasi. Letak gudang yang dekat ini
mempermudah distribusi obat ke ruang farmasi sehingga dapat mempersingkat
waktu dalam pendistribusiannya.
Gudang penyimpanan obat di puskesmas Rowosari telah dilengkapi
dengan AC untuk mengatur suhu dan kelembaban selama 24 jam yang secara
otomatis bergantian yang dilengkapi dengan monitoring suhu ruangan yang
dipantau setiap hari oleh petugas pengelola farmasi. Suhu yang digunakan dalam
gudang farmasi adalah suhu ruangan (25o C). Suhu dalam lemari pendingin
dilengkapi termometer agar memudahkan petugas dalam memantau suhu dalam
lemari pendingin. Setiap obat telah memiliki kartu stock masing-masing agar
setiap pengambilan obat dapat langsung dicatat dalam kartu tersebut.
Penyimpanan obat dalam gudang di puskesmas Rowosari disusun secara
alfabetis dan sesuai bentuk sediaan menggunakan sistem FIFO ( First In First
Out) yaitu penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih dahulu
dikeluarkan lebih dahulu dan sistem FEFO (First Expired First Out ) yaitu
penyimpanan obat berdasarkan obat yang memiliki tanggal kedaluarsa lebih cepat
maka dikeluarkan lebih dahulu.
Gudang penyimpanan yang ada di puskesmas Rowosari sudah memenuhi
beberapa persyaratan gudang berdasarkan Permenkes No 74 tahun 2016 yaitu :
a. Merupakan ruang tersendiri khusus untuk penyimpanan dan berpintu
ganda
b. Kering dan tidak lembab
c. Tidak terkena sinar matahari langsung
d. Lantai terbuat dari keramik dan terdapat alas papan (palet)
e. Terdapat lemari kaca dan rak penyimpanan obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
52

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

f. Dinding dicat dengan warna cerah (putih)


g. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda dan berteralis
h. Terdapat lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan terjamin keamanannya.
i. Terdapat lemari pendingin untuk sediaan obat yang harus disimpan
pada suhu khusus misalnya vaksin dan injeksi tertentu. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kestabilan obat tersebut.
j. Terdapat pengukur suhu dan hygrometer ruangan.
k. Terdapat AC untuk menjaga kestabilan obat.
3.7.4.5 Distribusi
Alur distribusi perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari dapat dilihat
pada gambar 4.

Gambar 4. Alur Distribusi Obat Puskesmas Rowosari

Perbekalan farmasi puskesmas Rowosari yang sudah diterima dari instalasi


farmasi dan Dinas Kesehatan Kota Semarang kemudian disimpan di gudang
terlebih dahulu, lalu didistribusikan ke sub unit pelayanan seperti ruang farmasi,
ruang pemeriksaan umum, ruang kesehatan gigi dan mulut, ruang kesehatan ibu
dan anak, laboratorium, ruang gizi, ruang lansia, dan puskesmas pembantu.
Pendistribusian perbekalan farmasi ini ditujukan agar bisa digunakan dan
dimanfaatkan bagi penderita yang sesuai dengan jenis penyakit atau keluhan yang
dialami pasien berdasarkan resep dokter.
Pendistribusian perbekalan farmasi ke puskesmas pembantu dilakukan
dengan adanya surat permintaan dari puskesmas pembantu ke puskesmas induk.
Gudang kemudian menyerahkan obat yang diminta oleh puskesmas pembantu

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
53

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

dengan SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dari puskesmas induk dengan
sepengetahuan kepala puskesmas. Pendistribusian obat ke ruang pemeriksaan
kesehatan dilakukan tanpa SBBK, tetapi menggunakan buku penerimaan dan
pemakaian persediaan farmasi dan dilaporkan setiap bulan dengan sepengetahuan
kepala puskesmas.
Distribusi obat di puskesmas Rowosari untuk pasien rawat jalan dilakukan
secara Individual Prescription di ruang farmasi. Petugas ruang farmasi, khususnya
apoteker langsung menyerahkan obat kepada pasien rawat jalan yang telah
mendapatkan resep dari dokter sesuai dengan nomor antrian di ruang farmasi.
Apoteker memiliki kesempatan berinteraksi langsung dengan pasien atau keluarga
pasien mengenai informasi. Penyerahan obat di puskesmas pembantu dapat
dilakukan oleh perawat atau bidan yang telah mendapat surat pendelegasian
wewenang oleh apoteker, yang sebelumnya diberikan pelatihan oleh apoteker.
Selain Individual Prescription dilakukukan juga Ward Floor Stock System yang
terdapat di Unit Gawat darurat (UGD), yang hanya ada obat-obatan emergency
saja, seperti lidokain injeksi, deksametason injeksi dan adrenalin injeksi.
Mahasiswa PKPA membantu mengerjakan resep, dimulai pada saat resep
diterima, melakukan skrinning resep, mengecek jenis obat, jumlah dan aturan
pakai obat, mencocokkan nama sesuai dengan identitas pasien, obat diserahkan
dengan memberikan informasi mengenai cara minum obat yang benar kepada
pasien serta memberikan konseling kepada pasien dengan penyakit degenaratif.
Alur distribusi perbekalan farmasi puskesmas Rowosari ke sub unit,
kepada pasien, maupun ke jaringan puskesmas seperti pustu dan klinik sudah
sesuai dengan Permenkes No 74 tahun 2016, yaitu untuk distribusi ke sub unit
maupun jaringan puskesmas digunakan sistem distribusi floor stock sedangkan
penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan Individual Prescription.

3.8 Administrasi
Proses administrasi yang dilakukan di puskesmas Rowosari antara lain
pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan semua sediaan famasi. Administrasi
pencatatan obat mengacu pada Sistem Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang
berbasis online. SIMPUS merupakan aplikasi yang digunakan untuk melaporkan
pemasukan dan pengeluaran dari perbekalan farmasi oleh puskesmas kepada dinas
kesehatan dan instalasi farmasi.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
54

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Segala bentuk penerimaan obat dan perbekalan farmasi dari IF kota Semarang,
DKK Semarang dan pembelian secara langsung harus selalu dimasukkan pada
SIMPUS. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mentertibkan pelaksanaan
pelayanan kefarmasian. Pengelolaan resep di puskesmas menggunakan cara
manual dan dijumlah tiap hari sesuai dengan pelayanan resep, kemudian dicatat
dalam buku catatan harian dan direkap tiap bulan. Selain itu juga menggunakan
sistem komputerisasi yaitu dengan SIMPUS agar lebih mudah melakukan
monitoring dan evaluasi dengan tepat dan benar. Adapun pencatatan dan
pelaporan di puskesmas Rowosari antara lain :
a. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
Penggunaan perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari tercantum dalam
LPLPO. LPLPO mencakup seluruh pemakaian obat, alkes dan BMHP yang
direkap setiap satu bulan sekali. Laporan penerimaan dan penggunaan persediaan
farmasi dari setiap poli yang ada di puskesmas Rowosari direkap setiap bulan.
Pustu melaporkan LPLPO ke puskesmas induk setiap bulan. Kemudian
puskesmas induk merekap semua laporan ke LPLPO untuk dilaporkan ke instalasi
farmasi setiap bulannya. LPLPO disimpan oleh puskesmas induk dan diarsipkan.
LPLPO yang dibuat kemudian dilaporkan ke IF. LPLPO yang dibuat oleh
puskesmas Rowosari dapat dilihat pada lampiran 19.
b. Laporan Narkotika dan Psikotropika
Laporan obat narkotika dan psikotropika dibuat dari data yang diambil dari
pemakaian obat narkotika dan psikotropika selama satu bulan. Laporan narkotika
dan psikotropika dibuat dalam form yang kemudian ditanda tangani oleh kepala
puskesmas dan apoteker Rowosari Semarang. Laporan yang telah dibuat
dilaporkan kepada IF. Laporan narkotik dan psikotropika yang dibuat oleh
puskesmas Rowosari dapat dilihat pada lampiran 18.
c. Laporan Obat Generik
Laporan obat generik dibuat tiga bulan sekali (triwulan) dengan menghitung
presentase penggunaan obat generik dalam tiga bulan tersebut dengan
menggunakan formulir obat generik yang ditandatangani oleh kepala puskesmas
Rowosari. Laporan obat generik yang dibuat oleh puskesmas rowosari dapat
dilihat pada lampiran 21.
d. Laporan Indikator Peresepan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
55

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Indikator peresepan dilaporkan setiap bulan kepada DKK Semarang. Penyakit


yang dilaporkan yaitu ISPA non pneumonia dengan kode J06, Diare non spesifik
dengan kode A09, dan Myalgia dengan kode M62. Dari ketiga penyakit tersebut
dibuat laporan di excel dengan mendata nama-nama pasien yang termasuk dalam
kategori tersebut untuk mempermudah dalam pembuatan laporan tiap bulannya,
setelah diperoleh nama pasien kemudian masuk ke SIMPUS pada bagian LPLPO
dicari nama pasien yang terdata tadi, kemudian akan terlihat penggunaan obat
dan aturan pakainya setelah itu di input ke excel (Lampiran 20). Fungsi dari
adanya laporan indikator peresepan adalah sebagai berikut:
1) Peresepan antibiotik tidak boleh digunakan untuk pasien dengan penyakit
diare non spesifik dan ISPA non pneumonia.
2) Pemberian injeksi tidak boleh untuk pasien dengan penyakit myalgia
3) Untuk mengetahui kerasionalan dalam penulisan resep yaitu tidak boleh lebih
dari 3 (tiga) macam obat. Apabila dalam 1 (satu) resep lebih dari 3 (tiga)
macam obat maka bisa dikatakan resep tersebut tidak rasional atau
polifarmasi.
e. Laporan Obat Kedaluarsa dan Obat rusak
Obat yang sudah ED atau rusak dicatat dan akan dibuat laporan di setiap
bulannya. Laporan obat ED atau rusak terdiri dari tiga bagian yaitu bagian
pertama laporan obat ED yang ditanda tangani oleh kepala puskesmas Rowosari
dengan tembusan IF kota Semarang (Lampiran 23), bagian kedua yaitu berita
acara serah terima obat ED atau rusak dari pihak pertama (Kepala puskesmas) ke
pihak kedua (Kepala Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang) dan
ditanda tangani oleh kedua belah pihak (Lampiran 24), bagian ketiga yaitu
lampiran berita acara yang memuat nama obat yang ED, jumlah, no batch, dan
tanggal ED. Lampiran obat ED ditandatangani oleh apoteker puskesmas, Instalasi
farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan Instalasi puskesmas Rowosari
Semarang (Lampiran 25).
Laporan yang dilaporkan kepada instalasi farmasi, yaitu Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), Laporan Narkotika dan Psikotropika dan
Laporan Generik Obat. Laporan yang dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota
Semarang, yaitu Laporan Pelayanan Kefarmasian, Laporan Ketersediaan Obat dan
Laporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang berupa pelaporan peresepan
ISPA non Pneumonia, diare non spesifik dan myalgia.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
56

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

3.9 Pemusnahan
Pemusnahan sediaan farmasi dan Bahan Habis Pakai yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pemusnahan dilakukan untuk sedian farmasi dan Bahan Habis Pakai
apabila :
1. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2. Produk telah kedaluarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau
kepentingan ilmu pengetahuan
4. Dicabut izin edarnya (Kemenkes RI, 2016)
Puskesmas Rowosari melakukan pemusnahan obat atau perbekalan
farmasi yang rusak atau kedaluarsa dengan cara melaporkan daftar obat yang
rusak dan telah kedaluarsa ke instalasi farmasi dengan membuat berita acara
(Lampiran 23). Pemusnahan dapat dilakukan setelah adanya jadwal pemusnahan
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Setelah adanya jadwal
pemusnahan, kemudian pihak puskesmas membuat berita acara pemusnahan
(Lampiran 24 ), dengan mencantumkan kode obat, nama obat, Expired Data (ED),
nomor batch dan jumlah obat yang rusak dan kedaluarsa serta surat pelaporan ke
IF.
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Semarang akan melakukan
pemusnahan obat dengan menggunakan berita acara pemusnahan obat. Jadwal
pemusnahan perbekalan farmasi biasanya dilakukan 3-4 kali dalam 1 (satu) tahun.
Puskesmas Rowosari melakukan pemusnahan resep dan arsip setiap 5 (lima)
tahun. Resep yang didapatkan setiap hari akan di bundle per harinya, jika sudah
terkumpul selama 1 (satu) bulan maka disimpan ditempat tersendiri. Resep
narkotika dan psikotropika disimpan ditempat terpisah. Pemusnahan resep dan
arsip juga harus membuat berita acara pemusnahan resep dan arsip. Resep
narkotika dan psikotropika yang akan dimusnahkan dihitung jumlah lembar
resepnya.
Alur proses pemusnahan obat atau perbekalan farmasi di puskesmas Rowosari
sudah sesuai dengan PerMendagri RI No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor
34 tahun 2007 tentang Pedoman Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
57

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Milik Daerah, yaitu dimulai dari pemisahan obat yang rusak atau ED dari tempat
penyimpanan, pelaporan obat yang rusak atau ED kepada DKK, penyerahan obat
yang rusak atau ED kepada pihak DKK, kemudian baru dilakukan proses
pemusnahan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan oleh DKK.
Proses pengelolaan limbah di puskesmas Rowosari melibatkan pihak ketiga.
Untuk limbah cair sebagian besar berasal dari bagian laboratorium dan unit
pemeriksaan gigi. Limbah cair diolah dengan sistem IPAL pada bagian
pengolahan limbah yang ada di belakang puskesmas. Proses pengolahan terdiri
dari 3 tempat yaitu pengumpulan awal limbah akan tersalurkan ke dalam pipa
yang masuk ke kolam pre treatment, kemudiaan akan disalurkan ke bagian yang
kedua untuk diolah kembali, kemudian akan masuk ke dalam bagian ke 3 untuk
dilakukan pengecekan apakah proses pengolahan limbah cair sudah sesuai atau
belum, yaitu dengan mengalirkan limbah dari bagian ketiga menuju ke kolam
yang terdapat ikan sebagai indikator. Jika ikan yang dialiri air limbah yang sudah
diolah tidak mati maka proses pengolahan limbah sudah memenuhi syarat, jika
ikan mati maka perlu dilakukan proses perbaikan terhadap pengolahan limbah cair
tersebut. Untuk limbah padat, dari pihak puskesmas mengumpulkan limbahnya
dan ditampung terlebih dahulu, tempat pengumpulan limbah padat harus pada
tempat yang terbuka, kemudian nanti akan diolah oleh pihak ketiga yaitu akan
diambil oleh SPJ (Sarana Patra Jasa) sebulan sekali. Sebelum diangkut, limbah
padat ditimbang terlebih dahulu, kemudian diangkut oleh SPJ dengan
menggunakan alat APD lengkap untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi ,
setelah itu akan dikirimkan ke Tangerang. Proses pemusnahan limbah padat di
Tangerang akan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan dan disaksikan
oleh perwakilan IF, DKK, dan Pemekot Semarang.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
58

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

3.10 Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas Rowosari


3.10.3 Alur Pelayanan Resep Puskesmas Rowosari

Gambar 2. Alur Pelayanan Resep Puskesmas Rowosari

Penyerahan obat ke pasien di Puskesmas Induk Rowosari dilakukan


berdasarkan resep elektronik. Resep diinput oleh dokter ke SIMPUS setelah
pasien menjalani pemeriksaan oleh dokter. Mulanya pasien datang dan mengambil
nomor antrian di Customer Service kemudian pasien diperiksa oleh dokter, lalu
pasien diarahkan untuk memasukkan nomor antrian tersebut di kotak penerimaan
resep di ruang farmasi. TTK memeriksa daftar resep di SIMPUS obat sesuai
nomor antrian pasien. Jika dirasa belum lengkap maka dilakukan konfirmasi ke
ruang pelayanan. Jika sudah sesuai, TTK akan mencetak label etiket dan
menyiapkan obat/meracik obat. Setelah itu, Apoteker akan melakukan pengecekan
kembali item obat dan jumlah serta aturan pemakaian obat yang tertulis pada
etiket. Jika sudah sesuai dengan etiket, obat akan diserahkan kepada pasien, serta
pemberian informasi terkait obat yang akan diserahkan. Diskusi Apoteker dan
Dokter sudah berjalan dengan baik, misalnya diskusi dosis obat yang tidak tepat,
aturan pakai obat yang benar dengan diagnosa pasien dengan penyakit degeneratif
tertentu, sehingga pengobatan kepada pasien menjadi optimal.
Pada saat penyerahan obat kepada pasien perlu dilakukan pengecekan
kembali (double checking) terhadap nama, dosis, jenis, jumlah, cara pakai, nama
pasien, serta alamat pasien oleh Apoteker. Dalam penyerahan obat oleh Apoteker,
dipastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya agar tidak

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
59

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Penyerahan obat yang dilakukan di


Puskesmas Rowosari sudah tepat karena selalu melakukan konfirmasi kembali
mengenai nama dan alamat pasien pada saat akan menyerahkan obat kepada
pasien, serta memberikan informasi terkait obat yang akan diberikan.
3.10.4 Pelayanan Informasi Obat
Apoteker Puskesmas Rowosari memiliki peran untuk melakukan PIO.
Pelayanan Informasi obat disampaikan langsung oleh apoteker dengan
memberikan informasi yang meliputi aturan pakai obat, dosis, informasi khusus,
mengenai obat tersebut yang dibutuhkan pasien baik indikasi, dosis, cara
pemakaian, waktu penggunaan obat, khasiat, kontraindikasi dan interaksi obat.
Pelayanan informasi obat ini bertujuan untuk menambah kepatuhan pengobatan
pasien. Pelayanan informasi obat tersebut dilakukan secara aktif tiap kali
penyerahan obat kepada pasien.
Menurut Permenkes RI No. 74 tahun 2016, jumlah kebutuhan Apoteker di
Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun
rawat jalan serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk
menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) Apoteker untuk 50
(lima puluh) pasien perhari. Tetapi pada Puskesmas Rowosari hanya memiliki 1
orang Apoteker dengan rata-rata > 100 jumlah pasien perhari untuk rawat jalan
(Lampiran 21). Kondisi tersebut menyebabkan pelayanan pemberian dan
pelayanan informasi obat menjadi terbatas.
3.10.5 Konseling obat
Apoteker Puskesmas Rowosari juga memberikan konseling mengenai
penggunaan sediaan farmasi, pengobatan serta perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dan mencegah bahaya
penyalahgunaan atau penggunaan yang salah dari sediaan farmasi dan perbekalan
farmasi. Kegiatan konseling obat ini memprioritaskan kegiatan konseling terhadap
pasien lansia, pasien dengan penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes
melitus.
3.10.6 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan suatu metode dalam mendapatkan
pengobatan dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi efektif
dalam merawat penderita untuk mendapatkan hasil klinis yang baik di Puskesmas

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
60

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Rowosari. Farmakoekonomi diperlukan karena puskesmas merupakan salah satu


milik Instalasi Pemerintahan Daerah yang memiliki dana terbatas. Dimana hal
yang penting adalah bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang
tersedia, pengalokasian sumber dana yang tersedia secara efisien, kebutuhan
pasien, profesi pada pelayanan kesehatan (dokter, farmasi, perawat) dan
administrasi. Hal yang dipandang penting oleh pasien dari kesemuanya adalah
biaya. Indikator penting farmakoekonomi di puskesmas diukur dari keefektifan
pengobatan karena tidak dikenakan biaya (gratis) untuk pasien yang mempunyai
BPJS dan KTP Semarang, sedangkan untuk pasien yang tidak mempunyai KTP
Semarang maka akan dikenakan biaya sebesar Rp 5000,-. Puskesmas Rowosari
dari segi farmakoenomi sudah efektif dan efisien, degan tidak adanya pembuatan
dan perbedaan pemberian obat bagi pasien.
3.11 Promosi dan Edukasi Masyarakat Sekitar Melalui Penyuluhan
Apoteker harus berperan aktif dalam program promosi dan edukasi dalam
rangka pemberdayaan masyarakat. Apoteker Puskesmas Rowosari melakukan
kegiatan edukasi kesehatan terutama tentang obat dan penyakit melalui
penyuluhan yang dijadwalkan Puskesmas ataupun permintaan penyuluhan kepada
lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, dan lain-lain. Kegiatan ini dapat
dilakukan di Puskesmas sendiri ataupun di tempat lain, seperti posyandu lansia
dan balita. Selain melakukan penyuluhan program promosi dan edukasi dapat
diberikan lewat media leaflet, lembar balik, ataupun poster.

3.12 Kegiatan Mahasiswa di Puskesmas Rowosari


Adapun kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilakukan di
Puskesmas Rowosari yaitu
1. Skrinning Resep
Skrinning resep di puskesmas induk dilakukan melalui SIMPUS
sedangkan di puskesmas pembantu dilakukan secara manual. Adapun hal-
hal yang perlu diperhatikan saat skrinning resep yaitu :
a. Kajian administratif meliputi:
Informasi pasien (nama pasien, umur, jenis kelamin, berat badan,
alamat), Informasi dokter penulis resep (nama dokter, nomor Surat Izin
Praktik (SIP), dan paraf), dan Tanggal penulisan resep.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
61

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

b. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:


Bentuk dan kekuatan sediaan, Stabilitas, dan Kompatibilitas
(ketercampuran obat).
c. Pertimbangan klinis meliputi:
Ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan
obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan
(alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain), Kontra indikasi,
dan Interaksi.
2. Pemberian Label Etiket
Pembuatan label etiket di puskesmas induk menggunakan komputer
yang kemudian diprint dan ditempelkan pada plastik/wadah yang berisi
obat, sedangkan untuk puskesmas pembantu dilakukan secara manual
yaitu dengan menulisnya pada kertas etiket. Adapun yang perlu
diperhatikan saat penulisan etiket yaitu nomor catatan medis, tanggal
penyiapan resep, nama, alamat, dan umur pasien, poli pemeriksaan pasien,
nama obat, cara pemakaian obat termasuk waktu pemakaian obat, bentuk
sediaan obat, indikasi obat, jumlah obat, dan expired date resep.
Untuk obat-obat khusus seperti antasida, kolesterol, asam urat, zinc,
attapulgite, ISDN, oralit dan sediaan khusus seperti suppositoria, bedak,
salep, tetes mata ada penambahan instruksi khusus untuk memperjelas
pemahaman pasien dalam penggunaan obat.
3. Dispensing Obat
Dispensing yang dilakukan di puskesmas Rowosari meliputi
penyiapan resep racikan seperti puyer dengan metode penggerusan
menggunakan mortir dan stamper yang kemudian dibagi dan dibungkus
sesuai permintaan resep dari dokter. Penyiapan sirup kering seperti
amoxicillin yang harus dilarutkan dengan air matang sampai tanda batas
terlebih dahulu sebelum diserahkan ke pasien. Sediaan krim dicampurkan
sesuai resep dari dokter.

4. Penyerahan Obat
Setelah melakukan dispensing obat kami diberikan kesempatan untuk
melakukan penyerahan obat. Sebelum penyerahan, obat yang sudah

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
62

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

dipersiapkan dicek terlebih dahulu oleh Apoteker yaitu Ibu Wiwid, dan
pada saat penyerahan kami diawasi oleh Ibu Wiwid untuk mengantisipasi
jika ada kesalahan dalam pemberian informasi. Adapun informasi yang
diberikan kepada pasien meliputi indikasi obat, cara penggunaan, dan
waktu pemberian.
5. Mengisi Rak Obat dan Kartu Stock
Ketika persediaan obat di rak obat fast moving habis maka dapat
mengambil obat di lemari persediaan obat yang ada di ruang farmasi,
namun jika di ruang farmasi persediaan obat habis maka dapat mengambil
obat di gudang farmasi. Tiap pengambilan obat harus disertai penulisan di
kartu stock meliputi jenis poli yang mengambil, tanggal pengambilan, no.
batch, ED obat, jumlah barang masuk, jumlah barang keluar, dan tanda
tangan petugas yang mengambil obat.
6. Kunjungan Puskesmas Pembantu (Pustu) Krajan
Puskesmas Pembantu merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang
memberikan pelayanan kesehatan secara permanen di suatu lokasi dalam
wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas Pembantu merupakan bagian
integral Puskesmas, yang dibina secara berkala oleh Puskesmas. Tujuan
Puskesmas Pembantu adalah untuk meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas
Rowosari memiliki dua puskesmas pembantu (Pustu Krajan dan Pustu
Bulusan).
Puskesmas pembantu Krajan dalam pelayanan kesehatannya terdiri
dari dari 1 dokter yang dibantu oleh dua asisten untuk dispensing dan
penyerahan obatnya. Kegiatan yang kami lakukan pada saat di puskesmas
pembantu meliputi skrining resep, penulisan etiket, penyiapan dan
penyerahan obat kepada pasien. Sistem pelayanan resep dan penulisan
etiket dilaksanakan secara manual. Resep yang didapatkan di puskesmas
pembantu akan diserahkan ke puskesmas induk tiap harinya untuk
dimasukkan kedalam sistem SIMPUS. Persediaan obat yang ada di
puskesmas pembantu diperoleh dari puskesmas induk. Kegiatan Pustu
dapat dilihat pada lampiran 36.
7. Promosi dan Edukasi Masyarakat Melalui Penyuluhan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
63

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan yaitu penyuluhan dengan


metode ceramah dan pembagian leaflet kepada pasien di ruang tunggu.
Promkes yang dilakukan dapat terlihat pada Lampiran 37. Promkes
dilakukan pada hari Kamis, 5 November 2020 tentang DAGUSIBU .
Kegiatan promosi kesehatan pada hari tersebut dilakukan dengan
menyampaikan informasi mengenai DAGUSIBU kepada para pasien
umum yang berobat pada hari tersebut. Pasien disini sangat berperan aktif
dalam penyelenggaran promkes ini. Hal ini merupakan respon yang sangat
baik karena adanya rasanya ingin tahu pasien mengenai penggunaan obat
yang benar dan tepat dari mulai mendapatkannya, menggunkan,
menyimpan, hingga membuangnya,
8. Jum’at Berkah
Jum’at Berkah adalah kegiatan Puskesmas Rowosari yang
dilaksanakan setiap hari Jum’at disekitar puskesmas dengan memberikan
sembako, vitamin & masker gratis. Jumlah sembako, vitamin & masker
gratis ini kurang lebih sebanyak 30 bungkus untuk dibagikan ke warga
yang kurang mampu disekitar puskesmas. Dana untuk pembelian sembako
ini didapatkan dari iuran uang semua karyawan puskesmas Rowosari yang
diadakan setiap hari Rabu atau Kamis. Pada saat penyerahan sembako,
vitamin & masker gratis kami juga memberikan konseling terkait
penggunaan vitamin dan pencegahan penyebaran virus Corona 19 yaitu
dengan menjaga jarak, menggunakan masker, serta mencuci tangan
dengan rutin. Terkadang Jum’at Berkah oleh gabungan POLRI dan TNI di
depan Puskesmas Induk Rowosari dengan dilakukan operasi protokol
kesehatan pengendara. Bagi pengendara yang tidak mematuhi protokol
diberi sanksi oleh petugas dan diberi masker, namun jika pengendara yang
taat akan diberikan sembako, vitamin dan masker. Kegiatan Jum’at berkah
ini dapat dilihat pada lampiran 40.
9. Penyiapan vaksin dan parasetamol untuk BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah)
Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau yang disebut BIAS merupakan
salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan yaitu
dengan melaksanakan imunisasi serentak pada anak sekolah tiap tahunnya,
tahun ini yaitu pada bulan November. Sebelumnya Dinas Kesehatan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
64

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Provinsi mengajukan rencana jadwal beserta jumlah anak dari masing –


masing SD yang akan dilakukan imunisasi oleh puskesmas Rowosari.
Kemudian vaksin akan dikirim oleh IF 1 bulan sebelum pelaksanaan
imunisasi atau sesuai permintaan. Petugas farmasi bertugas menyiapkan
perbekalan farmasi yang dibutuhkan untuk acara tersebut meliputi vaksin,
parasetamol, spuit, kapas, alcohol swab, plester. Vaksin yang disiapkan
yaitu vaksin DT untuk anak kelas 1 dan 2 SD serta vaksin TD untuk anak
kelas 5 SD. Vaksin yang akan dibawa ke lokasi imunisasi disimpan dalam
cold chain untuk menjaga stabilitas vaksin. Sebagai penurun demam dan
untuk menghilangkan nyeri pasca imunisasi, anak – anak akan diberikan
parasetamol dengan dosis 3 kali sehari ½ tablet, untuk itu dilakukan
pengemasan parasetamol 2 tablet dalam 1 bungkus.
10. Stock Opname
Kegiatan stock opname di Puskesmas dilakukan setiap akhir bulan
baik di Puskesmas Induk maupun di Puskesmas Pembantu Krajan dan
Bulusan. Stock opname dilakukan dengan mengisi form berapa persediaan
obat yang tersedia di Gudang, di lemari penyimpanan obat ruang farmasi
dan rak obat di ruang farmasi.

Adapun kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilakukan secara
online oleh Puskesmas Rowosari meliputi:
NO HARI/ MATERI
TANGGAL
1 16 November 2020 Sejarah dan Akreditasi
2 17 November 2020 Managemen kefarmasian di puskesmas (perencanaan,
pengadaan, penerimaan, dan penyimpanan)
3 19 November 2020 Melanjutkan materi managemen kefarmasian di
puskesmas (pendistribusian, pelaporan dan
pencatatan)
4 20 November 2020 Pemberian tugas perencanaan obat di Puskesmas
5 24 November 2020 Pengelolaan Limbah di Puskesmas
6 30 November 2020 Diskusi di Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
65

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. PKPA di Puskesmas Rowosari merupakan pelatihan kerja yang sangat
bermanfaat untuk calon apoteker sehingga dapat meningkatkan pemahaman da
n memperoleh gambaran nyata tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jaw
ab apoteker sebagai bekal pengalaman kelak saat masuk dalam dunia kerja
sehingga akan menjadi apoteker yang profesional.
2. Pengelolaan persediaan dan perbekalan farmasi di Puskesmas Rowosari
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pencatatan serta pelaporan obat dan perbekalan kesehatan yang sudah sesuai
dengan standar.
3. Alur Distribusi obat di Puskesmas Rowosari yaitu dimulai dari resep datang
kemudian dilakukan skrining resep dan dispensing obat lalu pengecekan obat
kembali dan penyerahan obat di barengi dengan pelayanan informasi obat
(PIO)
4. Kegiatan selama PKPA di Puskesmas Rowosari meliputi dispensing dan
penyerahan obat, mengambil dan mengisi persediaan obat dari gudang farmasi
ke ruang pelayanan obat, konseling, Promkes, dan jum’at berkah .
5. Pengolahan bahan medis habis pakai menjadi 2 yaitu padat dan cair. Limbah
cair disalurkan kedalam bak kemudian disalurkan dalam tabung untuk di filter,
untuk limbah padat yang telah dikumpulkan dalam wadah infeksius selama 1
bulan kemudian dibuat berita acara pemusnahan BMHP.
6. Pengadaan di Puskesmas Rowosari menggunakan kombinasi metode
konsumsi dan epidimiologi dengan cara sistem dropping dan dana jaminan
kesehatan nasional (JKN).
7. Sistem pelaporan perbekalan farmasi di Puskesmas Rowosari telah mengguna
kan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sehingga sudah terar
ah dengan baik
4.2 Saran
1. Disediakan brosur/leaflet dengan materi up to date dikalangan masyarakat
yang dapat diambil oleh pasien saat antre mengambil obat.
2. Menyediaan ruang pengambilan obat kusus penyakin TB agar tidak menular

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
66

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

pada pasien lainnya saat antre pengambilan obat.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75


Tahun 2014 Tentang Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta.

Kemenkes RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi


Farmasi Kabupaten/Kota. Jakarta : kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 30 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kemenkes RI.

Mashuda, A. 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB).


Jakarta : Kemenkes RI.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
67

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 1. Struktur Pelayanan Farmasi di Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
68

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 2. Penampakan Puskesmas Rowosari

Puskesmas
Puskesmas Induk Rowosari
Pembantu Krajan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
69

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

3 Lampiran 3. Denah Ruangan Puskesmas Rowosari

Denah Jalur Disabilitas

Denah Jalur Lansia

Denah Jalur Pemadam Kebakaran

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
70

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
71

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 4. Loket Pendaftaran Pasien

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
72

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 5. SIMPUS

Step 1 Step 2

Step 3 Step 4

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
73

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 6. Ruang Farmasi Puskesmas Rowosari

Ruang penyerahan obat Ruang dispensing

Penyimpanan Persediaan
Obat Tempat Penyimpanan Dokumen

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
74

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Tempat Penyimpanan Obat untuk Pelayanan

Lampiran 7. Ruang Farmasi Pustu Krajan

Ruang Peracikan Tempat Peracikan Obat

Tempat Persediaan Obat Tempat Persediaan O

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
75

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 8. Ruang Gudang Penyimpanan Obat

Gudang penyimpanan obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
76

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Tempat penyimpanan vaksin

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
77

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 9. Kartu Stok

Kartu Stok Ruang Farmasi

Kartu Stok Gudang Farmasi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
78

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 10. Lembar Ketersediaan Obat dan Vaksin Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
79

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 11. Lembar Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
80

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 12. Lembar Perencanaan Obat Puskesmas

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
81

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 13. Laporan Kunjungan Resep Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
82

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 14. Laporan


Penggunaan Sediaan Narkotika dan Psikotropika

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
83

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Laporan Penggunaan Sediaan Narkotika

Laporan Penggunaan Sediaan Psikotropika

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
84

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

4 Lampiran 15. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat


(LPLPO)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
85

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 16. Laporan Indikator Peresepan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
86

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 17. Rekapitulasi Penggunaan Obat Generik Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
87

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 18.
Laporan Penerimaan dan Pengeluaran (Neraca) Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
88

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 19. . Laporan Pemberitahuan Adanya Obat ED/Rusak

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
89

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

L
ampiran 20. Laporan Berita Acara Serah Terima Obat ED

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
90

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

La
mpiran 21. Lampiran Berita Acara Serah Terima Obat ED

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
91

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 22. Surat Bukti Permintaan Vaksin

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
92

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

La
mpiran 23. Lembar Usulan Pengadaan Obat dari Dana JKN

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
93

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 24. Lembar Usulan Pengadaan BMHP dari Dana JKN

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
94

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 25. Surat Pemesanan dari Dana JKN

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
95

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
96

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 26. Faktur Pembelian

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
97

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 27. Lembar Pengadaan Obat E-Catalogue

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
98

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
99

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

5 Lampiran 28. Lembar Stock Opname

Lamp
iran 29. Lembar Usulan Perencanaan Obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
100

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

6 Lampiran dafta obat penerimaan SBBK

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
101

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

7 Lampiran 30. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
102

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 31. Penyiapan Distribusi Vaksin

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
103

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 32. Buku Pelaporan MESO

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
104

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
105

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 33. E-Catalogue

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
106

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
107

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

8 Lampiran 34. Etiket Obat di Puskesmas Rowosari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
108

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 35. Lembar Resep Puskesmas Pembantu

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
109

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran Resep Narkotika Setiap Bulan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
110

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 36. Kegiatan Puskesmas Pembantu

Pembuatan Puyer

Penyerahan Obat Kepada Pasien dan Konseling

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
111

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 37. Kegiatan Promkes

Kloter 1 (Promkes: DAGU) Kloter 2 (Promk

Prolanis Kloter 4 (Promkes: Vitamin Dan Suplemen)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
112

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 38. Leaflet

Kloter 1 (DAGUSIBU)

Kloter 2 (DAGUSIBU)

Kloter 3 (Prolanis) : Diabetes Melitus

Kloter 4 (VITAMIN DAN SUMPLEMEN)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
113

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 39. Pembagian Vitamin di GOR Tri Lomba Juang

Lampiran 40.
Jum’at Berkah

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
114

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
115

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 41. Kegiatan Mahasiswa di Puskesmas

Menulis Kartu Stok Melarutkan Dry Sirup

Input Resep di SIMPUS

Dispensing Obat Puyer

disertai PIO Penyiapan Persediaan Obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
116

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Penyiapan obat untuk


keperluan BIAS

Pengambilan Obat di
Gudang Farmasi

Lampiran 43 Temapat BMHP

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
117

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
118

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Lampiran 44 proses pengambilan BMHP oleh LPJ

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020
119

Laporan PKPA Puskesmas Rowosari Semarang Angkatan XXXII

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


2 November – 7 November 2020

Anda mungkin juga menyukai