NIM : 200431619653
Offering : QQ
Mata Kuliah : Makro II
Resume: Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia Triwulan III Tahun 2020
Perkembangan Ekonomi Global Masih Terkontraksi
Perekonomian di berbagai negara pada Triwulan III-2020 lebih baik dibanding
Triwulan 2-2020. Karena berbagai indikator mengalami peningkatan dalam beberapa bulan
terakhir. Namun perbaikan masih terhambat tingginya kasus Covid-19. Kondisi yang masih
belum stabil ini menjadi penghambat pemulihan ekonomi global.
Meskipun terkontraksi, perekonomian Amerika Serikat tunjukkan perbaikan pada
triwulan ketiga tahun 2020 terkontraksi 2,9 persen (YoY), hal ini lebih baik dibanding triwulan
sebelumnya yang terkontraksi hingga 9,0 persen (YoY). Korea Selatan juga mengalami
kontraksi ekonomi pada triwulan III tahun 2020 sebesar 1,3 persen (YoY), lebih baik dari
triwulan sebelumnya (-2,7 persen, YoY), Jepang terkontraksi 5,8 persen (YoY)., dan
Singapura terkontraksi sebesar 7,0 persen (YoY). Sedangkan perekonomian Tiongkok
tumbuh positif 4,9 persen (YoY) ditengah resesi. Oleh karena resesi dan terkontraksi berbagai
negara menahan tingkat suku bunga.
Dengan terkontraksinya perekonomian global maka berpengaruh pada:
- Harga komoditas internasional masih rendah. Harga rata-rata minyak mentah pada
triwulan III tahun 2020 turun 29,6 persen (YoY). Namun, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Begitu juga pada turunnya harga batu bara sebesar 23,3 persen (YoY).
Komoditas gas alam Eropa dan Amerika Serikat juga mengalami kontraksi masing-masing
25,0 dan 17,2 persen (YoY). Ini dikarenakan meningkatnya kasus Covid-19.
- Harga komoditas pertanian secara umum meningkat pada triwulan III tahun 2020
dibandingkan tahun 2019. Harga minyak kelapa sawit meningkat 31,7 persen (YoY), hal
ini dirasakan juga pada harga karet yang meningkat 7,8 persen (YoY). Ini dikarenakan
peningkatan permintaan dunia seiring beroperasi kembali industry.
- Harga komoditas logam masih tertekan. Harga nikel turun 8,9 persen (YoY). Harga
komoditas timbal dan alumunium juga turun masing-masing 7,7 dan 3,2 persen (YoY).
Sedangkan timah naik 3,2 persen dikarenakan turunnya pasokan timah. Pergerakan
harga emas rata-rata pada triwulan III tahun 2020 meningkat 29,7 persen dibandingkan
periode tahun 2019.
JASA KEUANGAN
Sektor jasa keuangan cukup terkendali meskipun masih menghadapi tekanan.
Permodalan perbankan masih memadai yang ditunjukan melalui Rasio kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan Agustus tahun 2020 sebesar 23,5 persen.
Meskipun lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu
sebesar 23,9 persen, namun masih berada jauh di atas threshold minimum yang ditetapkan
yaitu 8 persen. Pertumbuhan kredit hanya tumbuh sebesar 1,0 persen (YoY), melambat
secara signifikan jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada periode yang sama
tahun sebelumnya yang mencapai 8,6 persen (YoY).
- Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2020, KUR meningkat dengan total penyaluran
sebesar 110,37 triliun (58,1 persen dari target yang ditetapkan).
- Pasar Modal. Setelah sempat membukukan kinerja positif pada triwulan II, pasar modal
domestik kembali mengalami pelemahan pada triwulan III tahun 2020. Namun, secara
umum, stabilitas pasar modal masih terus terjaga.
- Asuransi. Pada triwulan III tahun 2020, total aset industri asuransi terkontraksi cukup tajam
hingga 32,8 persen (YoY). Kontraksi aset tersebut merupakan kontraksi secara year-
onyear terbesar sepanjang tahun 2020.
- Dana Pensiun. Jumlah investasi pada triwulan III tahun 2020 mencapai Rp284,0 triliun,
atau tumbuh sebesar 3,4 persen (YoY). Sementara itu, jumlah aset neto sebesar Rp292,5
triliun atau tumbuh 3,6 persen (YoY).
- Teknologi Keuangan (Fintech). Pada triwulan III tahun 2020, akumulasi jumlah pinjaman
tumbuh sebesar 113,1 persen (YoY), atau melambat jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 153,4 persen (YoY).
NERACA PEMBAYARAN
Neraca Pembayaran Indonesia mengalami surplus. Pada triwulan III tahun 2020
surplus sebesar USD2,1 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurunnya
surplus tersebut didorong oleh neraca transaksi modal dan finansial yang menurun signifikan
karena investasi portofolio yang berbalik arah menjadi defisit USD1,9 miliar.
Neraca jasa pada triwulan III tahun 2020 mengalami defisit sebesar USD2,6 miliar,
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai USD2,2 miliar dipengaruhi oleh
defisit neraca jasa perjalanan yang masih menurun signifikan akibat kebijakan pelarangan
penerbangan internasional demi mencegah perluasan penyebaran Covid-19 dan juga masih
defisitnya neraca jasa transportasi seiring meningkatnya ekspor barang.
Neraca pendapatan primer menurun, neraca pendapatan sekunder stabil. Defisit
neraca pendapatan primer pada triwulan III tahun 2020 sebesar USD7,6 miliar, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya. Neraca pendapatan sekunder pada triwulan III tahun 2020
mengalami surplus sebesar USD1,4 miliar, capaian ini relatif stabil dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Likuiditas global menurun, investasi menurun. Transaksi modal dan finansial pada
triwulan III tahun 2020 mencapai surplus yang sebesar USD1.0 miliar menurun signifikan.
Pada triwulan III tahun 2020, investasi mencatat arus masuk neto USD1,1 miliar, lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Posisi cadangan devisa mengalami kenaikan
pada triwulan III tahun 2020 menjadi sebesar USD135,2 miliar atau setara dengan
pembiayaan 9,1 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar
kecukupan internasional sebesar tiga bulan. Dengan demikian, berbagai indikator NPI secara
umum masih menunjukkan sustainabilitas eksternal yang terjaga.
NERACA PERDAGANGAN
Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus didorong peningkatan ekspor yang
lebih tinggi. Pada triwulan III tahun 2020, neraca perdagangan Indonesia sebesar USD7,9
miliar dengan ekspor total sebesar USD40,7 miliar dan impor total sebesar USD32,7 miliar.
Kenaikan ekspor dan impor ini disebabkan adanya peningkatan pada ekspor dan impor migas.
- Pada triwulan III tahun 2020, defisit neraca perdagangan migas mengalami peningkatan
menjadi USD1,1 miliar dimana ekspor migas Indonesia mengalami kontraksi sebesar 36,1
persen (QtQ) dan sebesar 30,3 persen (YoY).
- Pada triwulan III tahun 2020, neraca perdagangan Nonmigas mengalami surplus sebesar
USD9,1 miliar dengan ekspor Nonmigas sebesar USD38,8 miliar, dan impor Nonmigas
sebesar USD29,7 miliar.
Nilai ekspor nonmigas didorong oleh nilai ekspor pada industri pengolahan,
pertambangan dan lainnya, serta pertanian dengan nilai ekspor masing-masing sebesar
USD33,6 miliar, USD4,1 miliar, dan USD1,1 miliar.
Penurunan impor tertinggi terjadi pada impor bahan baku/penolong yang menurun
sebesar 26,4 persen (YoY); diikuti oleh penurunan impor barang modal sebesar 24,9 persen
(YoY); serta penurunan impor barang konsumsi sebesar 19,1 persen (YoY).