Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MASALAH KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS ABORTUS


Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Komala Sari, S.Kep., Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Rivaldi Prayoga (212113002)

Ipunk Indratirta (212113013)

Merari Sisnapa Auruli (212113032)

PRODI D-3 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. kelompok sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam tindakan keperawatan. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang 25 Agustus 20222

Kelompok 2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………..........................................….. i

KATA PENGANTAR……………………..........................................….... ii

DAFTAR ISI ……………………………….…...........................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………….............................…......1

1.1 Latar Belakang..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan ……………………………………….................. ..................2

 BAB 2 PEMBAHASAN …………………………................….....................3

A. Definisi ...............................................................................................3
B. Etiologi ...............................................................................................3
C. Klarifikasi ..........................................................................................7
D. Patway Abortus..................................................................................10
E. Manifestasi klinik .............................................................................11
F. Komplikasi.........................................................................................11
G. Pemeriksaan penunjang ....................................................................13
H. Penatalaksanaan ...............................................................................13

BAB 3 PENUTUP …………………………………..……….......................16

Kesimpulan …………………………………………....…….............16

Saran...................................................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus merupakan salah satu masalah di dunia yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan
dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada umur
kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram. Dampak dari abortus jika tidak
mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat akan menambah angka kematian ibu yang
disebabkan oleh komplikasi dari abortus yaitu dapat terjadi perdarahan, perforasi, infeksi dan
syok (Sujiyatini, 2009).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan
gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Manuaba,
2011).Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah perdarahan
yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan aborsi tidak aman sebesar
5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya akses pada perempuan dalam
mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan 13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering
melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per100.000 kelahiran,
karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk juga pengawasan dan
evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada tahun 2010 tergolong masih
cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya
Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 kematian per 100.000 kelahiran
pada tahun 2009 (Ericca, 2011).Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus
adalah bidan mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu
masalah tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di
tunjang oleh fasilitas yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta ibu yang
tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar500.000 ibu
mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, sekitar 30-50 % di
antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan sekitar 90 % kematian
tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia, (Ericca, 2011).
Abortus ini merupakan salah satu faktor penyumbang angka kematian ibu, namun lebih
sering dilaporkan dalam bentuk perdarahan bukan dalam bentuk abortus. Bila abortus ini
terjadi, maka harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan karena perdarahan yang
banyak dapat menyebabkan kematian ibu (Halim, 2012). Abortus bisa disebabkan oleh tiga
faktor yaitu faktor maternal, faktor paternal dan faktor fetus (Mochtar, 2011). Faktor maternal
dapat dibagi menjadi dua yaitu intrinsik meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, paritas, jarak
kehamilan, penyakit dan kelainan uterus dan faktor ekstrinsik meliputi status pekerjaan
(Sinaga, 2012). Faktor usia merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
terjadinya abortus. Faktor lain yang berperan serta terhadap terjadinya abortus adalah
paritas.Jarak kehamilan juga berperan menjadi salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya abortus pada ibu hamil.Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap terjadinya
abortus adalah pendidikan ibu dan pekerjaan ibu.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dibuatlah makalah dengan judul masalah keperawatan
pada ibu abortus .

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian abortus ?


2. Apa Jenis abortus?
3. Bagaimana Patofisiloginya abortus?
4. Apa Penyebababortus?
5. Bagaimana Uji diagnostic abortus?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian abortus


2. Mengetahui Jenis abortus
3. Mengetahui Patofisiloginya abortus
4. Mengetahui Penyebab abortus
5. Mengetahui Uji diagnostic abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Periode prenatal atau periode awal sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang
dimulai sejak konsepsi yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai menjadi janin dan
akhir samapi dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa itu pada umumnya berlangsung selama kurang
lebih 9 bulan atau sekitar 280 hari. Dilihat dari waktunya masa prenatal merupakan periode perkembangan
manusia yang paling cepat, tetapi justru pada periode inilah dilihat terjadi perkembangan individu yang
sangat cepat. Dewasa ini, para ahli psikolog perkembangan meyakini bahwa kehidupan manusia berawal dari
pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur wanita. Dalam pembuahan normal sel telur wanita (ovum) berada
dalam salah satu tabung falopi ketika bergerak dari satu ovarium ke rahim. Sebagai hubungan kelamin
spermatozoa dalam jumlah besar diletakkan dimulut rahim dan bergerak menuju tabung falopi. Sehingga
dapat dipahami bahwa sel-sel sperma pria dan ovum wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energy
kehidupan .

Tahap-tahap perkembangan masa prenatal

1.Tahap Germinal (Germinal Stage)

Tahap ini sering disebut periode zigot / ovum / awal kejadian manusia. Periode ini berlangsung kira-kira
selama 2 minggu pertama dari kehidupan yakni sejak terjadinya pertemuan antar sel sperma dan sel telur dan
menghasilkan satu bentuk baru yang keudia membelah-belah menjadi sel-sel yang bebentuk bulatan-bulatan
kecil yang disebut blastokis. Setelah sekitar 3 hari blastokis mengandung sekitar 60 sel.

2.Tahap Embrio (Embriyonic Stage)

Tahap ini dimulai 2-8 minggu setelah pembuahan yang ditandai dengan terjadinya banyak perubahan
pada semua organ utama dan sistem-sistem fisiologis. Pada periode ini ada dua pola yaitu cephalocaudal dan
proximodistal. Cephalocaudal artinya proses pertumbuhan dimulai dari kepala kemudia terus kebawah
sampai bagia ekor. Adapun yang dimaksud dengan proximodistal yaitu proses pertumbuhan dimulai dari
bagian yang paling dekat dengan pusat (tengah) badan kemudian ke bagian yang jauh dari pusat.
Perkembangan embrio ini ditandai dengan satu pekembangan yang cepat pada sistema saraf. Hal ini telihat
bahwa pada umur pada umur 6 mingggu embrio telah dapat dikenali sebagai manusia tetapi kepala lebih
besar dibandingkan bagian-bagian yang lain.

3.Tahap Janin

Periode ini mulai dari 9 minggu sampai dengan lahir. Setelah sekitar 8 minggu kehamilan embrio
berkembang menjadi sel-sel tulang. Dalam periode ini ciri-ciri fisik orang dewasa secara lebih proporsional
mulai terlihat. Menurut psikologi islam setelah janin berusia 4 bulan dikandungan sudah terbentuk sebagi
manusia dan ditiupkan ruh kedalamnya. Maka ketika bulan keempat atau kelima ibu sudah bisa merasakan
gerakan janinnya. Pada saat itu janin berukuran sekitar 16 inci dan berat kira-kira 1,5-2,5 kg. Riset terbaru
menunjukkan bahwa janin telah mampu mendengar terhadap stimulus lingkungan eksternal terutama
terhadap pola-pola suara.

Arti penting periode prenatal bagi perkembangan

Pembuahan sel telur wanita oleh sperma laki-laki dianggap sebagai salah satu masa yang sangat penting
dan menentukan perkembangan manusia pada periode-periode selanjutnya. Menurut Elizabeth B. Harlock
(1980), setidaknya ada 4 kondisi penting yang memberi pengaruh besar terhadap perkembangan individu
baru dimasa yang akan datang yaitu pertama penentuan sifat bawaan, waktu dipandang sangat penting karena
pada saat inilah ditentukan sifat bawaan karena dalam masing-masing sel kelamin pria maupun wanita
terdapat 23 pasang kromosom dan setiap kromosom mengandung ribuan partikel yang dinamkan Gen. Gen
inilah yang menjadi penetu sifat bawaan. Kedua penetuan jenis kelamin, penentuan jenis kelamin bergantung
pada spermatozoa yang menyatu pada ovum. Ketiga penentu jumlah anak, pada umumnya kelahiran hanya
satu anak yang dilahirkan, namun sering juga terjadi kelahiran kembar. Kelahiran anak kembar terjadi apabila
ovum yang telah dibuahi oleh satu apermatozoa membelah menjadi dua atau lebih yang terpisah dalam tahap-
tahap permulaan pembelahan sel. Keempat penetuan urutan anak, beberapa telaah tentang pengaruh posisi
urutan terhadap penyesuaian dalam perkawinan yang terbaik dikemudian hari yang menunjukkan bahwa
penyesuaian perkawinan yang terbaik terjadi dalam kelurga dimana suami anak tertua yang mempunyai adik-
adik wanita. Adapun kelainan sebelum bayi dilahirkan yang di namakan keguguran (abortus)
Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi
jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu
lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
(prawirohardjo, 2010).Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).Abortus adalah terminasi
kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat- obatan atau bedah, (Morgan, 2011).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin hidup
di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang
mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir
beratnya antara 500– 999 gram disebut juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan
(oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatu keadaan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019)
B. ETIOLOGI

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.


Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang
berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah :
1. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosom
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan
pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.
2. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.Endometrium belum siap untuk
menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau
terlalu pendek jarak kehamilan.
3. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol.Radiasi, virus,
obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat
teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
4. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.

2. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan


toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut
infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar
. nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada
metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan mengakibatkan
kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses
normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan
merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin,
kemudian terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya
abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
3. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau
akibat tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
4. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual khususnya kalau
terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang
berkali-kali.
5. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus
pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus
luteum dalam produksi hormon.
6. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-
hipofise.
7. Penyebab dari segi Maternal
1) Penyebab secara umum:

(1) Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria
(2) Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
2) Penyebab yang bersifat lokal:
(1) Fibroid, inkompetensia serviks.
(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
(3) Retroversikronis.
(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.

8. Penyebab dari segi Janin


1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70%
kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada
tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.

C. KLASIFIKASI
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, maka
abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan.
Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi
spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat
500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga
22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:
a.Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul
biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram
perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau
nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai
pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya keluar
bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian
plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero selama 8
minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang
mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami
perubahan ukuran, tetapi perubahan- perubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang
paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila
kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup
di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi- sembunyi oleh tenaga
tradisional.
D. FATWAY ABORTUS

Fisiologi organ terganggu Abortus ( Mati janin


penyakit ibu/ bapak <16-28 minggu/ bb
panggul sempit <40-100 gram)

Abortus spontan Abortus provokatus

Ab. Imminens Ab. Intoleransi aktivitas


Ab. Insipens Medisinalis
Ab. Ab. Kriminalis
Imkompletus Gangguan rasa nyaman
Ab.
Komplitus
Missed abortion
Nyeri abdomen

Ansietas
Curetase Kurang pengetahuan

Resiko infeksi
Post anatesi Jaringan terputus/terbuka

Penurunan syaraf
oblongata Nyeri ganngguan Invasi bakteri
pemenuhan ADL

Penurunan syaraf
vegetatif Perdarahan

Peristaltik Penyerapan cairan di


colon Kekurangan volume
carian

Gangguan eliminasi Resiko infeksi


(konstipasi
Resiko syok
(hipovolemik)
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1.Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2.Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3.Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4.Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5.Pemeriksaan ginekologi :
a.Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan
keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
d.Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:
1.Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-
lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.
2.Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil.
Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus
dilakukan dengan teliti.
3.Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada
waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat
yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya
tidak menyebabkan
kematian, sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vang bagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu
dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan
secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti KmnO4 pekat,
AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian.
Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan
histologik dan toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
6.Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan waktu.
7.Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan pengaliran arus listrik.
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2.Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
3.Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
H.PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
1.Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangirangsangan mekanis, terutama
bagi yang pernah abortus sampai perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau memasukkan sesuatu ke
dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2.Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a.Evaluasi tanda – tanda vital
b.Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan servisistis : observasi
pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin
c.Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untukmenentukkan
kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan wanita
4.Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala bahaya dan pertahankan
nilai normal
5.Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil pemeriksaan fisik dan
ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal

Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti phenobarbital 3 x 30 mg dan
menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga
perdarahan berhenti.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8
minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda.

Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :


1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, maka
abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram,
walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh

SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan
saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna.
Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa:
I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai