Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

DISUSUN OLEH:

JURUSAN / FREK : TEKNIK PERTAMBANGAN/V

KELOMPOK : 5A

ANGGOTA KELOMPOK :

1. ZULKARNAIN ADNAN/ 09320200072

2. FERREL MUHAMMAD FAJRI A. / 09320200073


3. TRI AGIL WAHYUDI / 09320200074

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Viskositas Fluida

Sifat zat cair yaitu memiliki koefisien kekentalan yang berbeda-beda. Kekentalan atau
viskositas pada zat cair terjadi karena adanya gaya kohesi sedangkan pada zat gas viskositas
terjadi karena adanya tumbukan antara molekul. Viskositas menentukan kemudahan suatu
molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan-lapisan material. Viskositas adalah
gesekan interval, gaya viskos melawan gerakan sebagai fluida relatif terhadap yang lain.
Fluida yang lebih cair akan lebih mudah mengalir. Kecepatan aliran berbeda karena adanya
perbedaan viskositas. Besarnya viskositas dinyatakan dengan suatu bilangan yang
menyatakan kekentalan suatu zat cair. Zat cair yang tidak kental memiliki koefisien nol. Suatu
alat yang digunakan untuk mengukur viskositas adalah viskometer. Viskositas dikatakan
sebagai tendensi untuk melawan aliran cairan karena resistensisuatu bahan yang mengalami
perubahan bentuk bila bahan tersebut dikenai gaya. Viskositas biasanya berhubungan
dengan konsistensi yaitu didefinisikan sebagai ketidakmampuan suatu bahan untuk melawan
perubahan bentuk bila mendapat gaya gesekan. Jika tenaga diberikan pada suatu cairan,
tenaga itu menyebabkan suatu perubahan bentuk yang disebut aliran. Viskositas
berhubungan dengan besarnya gaya gesekan antar lapisan zat cair yang bersisian pada fluida
pada waktu lapisan lapisan tersebut bergerak satu sama lain. Oleh karena itu, percobaan ini
dilakukan untuk menentukan viskositas cairan dan hubungan antara viskositas dan
konsentrasi dari cairan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal ada tiga jenis
zat yaitu padat, cair, dan gas. Meskipun zat cair dan gas berbeda, tapi keduanya mempunyai
karakteristik umum yang dapat membedakan dengan zat padat, yaitu zat cair dan gas adalah
fluida. Selain itu, viskositas juga membicarakan tentang masalah geseran yang terjadi antara
bagian bagian atau lapisan – lapisan fluida (Sidiq, M. F., & Samyono, D. 2016).

1.2 Tujuan Percobaan


1.2.1Tujuan Instruksi Umum (TIU)
1. Kami dapat memahami konsep fisika/mekanika mengenai kekentalan (viskositas).
2. Kami dapat memahami bahwa gesekan yang dialami oleh suatu benda yang
bergerak yang bergerak dalam fluida adalah disebabkan oleh kekentalan fluida
tersebut.
1.2.2Tujuan Instruksi Khusus (TIK)
1. Kami dapat menggunakan prinsip keseimbangan gaya stokes, gaya apung dan gaya
berat pada suatu benda dalam fluida.
2. Kami dapat mengamati pengaruh gesekan yang dialami oleh suatu benda yang
bergerak dalam fluida yang disebabkan oleh fluida tersebut.
3. Kami dapat menerapkan faktor koreksi pada laju bola yang jatuh.
4. Kami dapat menentukan Viskositas Fluida.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar

Sains dan teknologi menjadi dua hal penting pada abad 21 ini. Sains yang terdiri dari
fisika, kimia dan biologi merupakan landasan penting dalam pembangunan. Fisika adalah
ilmu yang mempelajari/ mengkaji benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala,
kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut secara fisik dan
mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat di mengerti secara pasti oleh
manusia (Prihandono, T. 2018).
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscou, suatu bahan apabila dipanaskan
sebelum menjadi cair terlebih dahulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat
mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal)
suatu fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya
kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak mula-mula
kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak cukup jauh,
nampak kelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus beraturan). Ini berarti
masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng tersebut. Gaya ketiga disebabkan oleh
kekentalan fluida. Khusus untuk benda berbentuk bola , gaya gesekan bola secara empiris
dirumuskan sebagai persamaan dengan menyatakan koefisien kekentalan, r adalah jari-jari
bola kelereng, dan v kecepatan relative bola terhadap fluida (Anwar Budianto, 2008).
Viskositas merupakan salah satu materi fluida statis yang dipelajari saat perkuliahan
fisika dasar. Viskositas merupakan gesekan yang terjadi diantara lapisan-lapisan yang
bersebelahan di dalam fluida.Viskositas pada gas diakibatkan oleh tumbukan antar molekul
gas sedangkan viskositas pada zat cair terjadi akibat adanya gaya-gaya kohesi antar molekul
zat cair Viskositas juga sifat fluida yang mendasari diberikannya tekanan terhadap tegangan
geser oleh fluida tersebut. Kadang-kadang viskositas ini serupa dengan kekentalan. Fluida
yang kental (viskos)

akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa dinbandingnkan dengan fluida yang kurang
kental (Munsen Bruce, R Donald F.Y & Theodere, H.O, 2004).
Viskositas adalah sifat yang menentukan daya tahan fluida terhadap gaya gesek. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh antar molekul-molekul fluida. Viskositas zat cair disebabkan
terbentuknya gaya gesek antar elemen-elemen. Apabila suatu fluida mengalami getaran
maka ia bergerak dengan laju tegangan berbanding terbalik dengan suatu besaran yang
disebut koefisien viskositas dinamis. Selain viskositas dinamis kita juga mengenal adanya
viskositas kinematis.Viskositas kinematis adalah perbandingan antara viskositas dinamis dan
viskositas desitas.Viskositas dinamis atau viskositas mutlak dapat dijelaskan pada persamaan
berikut.

.......................................................................................................(5.2.1)

Dimana :n = viskositas dinamis, σ = tegangan, y = laju gesek.

Gambar 5.2.1 Peraga Viskositas Fluida. (Sumber: Foster, Bob. 2014).


Alat yang digunakan untuk mengukur viskositas fluida disebut viskometer. Setidaknya
terdapat 2 prinsip dasar sistem metode pengukuran berdasarkan laju aliran fluida dalam
pipa kapiler vertikal saat menempuh jarak tertentu, alat yang digunakan dalam metode ini
adalah viscometer ostwald berdasarkan hukum poiseuille. Viskositas zat cair dapat
ditentukan secara kuantitatifnya dengan besaran yang disebut koefisien viskositas satuan SI
untuk koefisien adalah Ns/m2 atau pascal (Pa), ketika anda berbicara tentang fluida sejati,
dimana fluida ideal

mempunyai koefisien viskositas apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan V, dalam
suatu fluida kental yang berkoefisien viskositasnya itu maka benda tersebut akan mengalami
gaya gesekan fluida sebesar Fsi dengan K adalah konstanta yang bergantung pada bentuk
yang goemeris benda ( Apriani, D. ,2013 ).
Didalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul-molekul zat cair,
sedangkan dalam gas, viskositas muncul sebagai akibat tumbukan antara molekul-molekul
gas. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran koefisien
viskositas (ɳ).

Gambar 5.2.2 Menentukan viskositas.


(Sumber : Yuliani, H. 2012).
Perhatikan gambar tersebut, dimana suatu lapisan fluida di tempatkan diantara dua
papan, satu papan bergerak, sedangkan satu papan lagi diam. Fluida bersentuhan dengan
masing-masing papan akibat adanya gaya adhesi antara papan dan fluida, sehingga ketika
papan atas bergerak dengan kecepatan v, fluida di bagian atas juga bergerak dengan
kecepatan yang sama. Sementara itu, fluida yang bersentuhan dengan papan yang diam,
juga diam.
Dengan demikian, ada variasi kecepatan dalam fluida, dari nol sampai v tertentu. Jika
𝑣
kecepatan v ini dibagi dengan tebal lapisan l, maka besar 𝑙
disebut gradien kecepatan.

2.1.1 Pengaruh Suhu terhadap Viskositas


Suhu juga dapat mempengaruhi sifat yang disebut viskositas fluida ini dimana ukuran

ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas suatu gas

akan

bertambah dengan naiknya temperature suhu, karena makin besarnya aktivitas molekuler

ketika temperatur meningkat. Sedangkan pada zat cair, jarak antar molekul jauh lebih kecil
dibandingpada gas, sehingga kohesi molekuler disitu kuat sekali. Peningkatan temperatur

mengurangi kohesi molekuler dan ini diwujudkan berupa berkurangnya viskositas fluida.

Faktor yang mempengaruhi viskositas ialah suhu, konsentrasi larutan, berat molekul
terlarut dan tekanan. Jadi, viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka
viskositas akan turun begitu juga sebaliknya. Konsentrasi larutan berbanding lurus dengan
viskositas, larutan dengan konsetrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi juga, hal ini
dikarenakan konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan
volume. Semakin banyak partikel yang terlarut gesekan antara partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula (Lumbantoruan, P., & Erislah, E. 2016).
2.1.2 Koefisien Viskositas
a. Hukum poiseuille
Nilai kesebandingan antara selisih tekanan dan vL/A berhubungan dengan suatu
konstanta yang disebut koefisien viskositas fluida (η). Viskositas didefinisikan sedemikian
rupa sehinngga selisih tekanan di rumuskan dengan
Hukum poiseuille dituliskan :
…………….........…………….……………………………………(5.2.2)
b. Hukum Stokes
Pada tahun 1851, George Gabriel Stokes mendapatkan ungkapan, yang sekarang
dikenal sebagai hukum Stokes , untuk gaya gesekan - juga disebut gaya hambat - yang
bekerja pada objek bola dengan bilangan Reynolds yang sangat kecil
dalam cairan kental. Hukum Stokes diturunkan dengan menyelesaikan batas aliran
Stokes untuk bilangan Reynolds kecil dari persamaan Navier – Stokes. Viskositas (kekentalan)
berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum menjadi cair
terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan.
Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian

dalam (internal) suatu fluida. Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida
kental, misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam,
Nampak mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh
jarak cukup jauh, Nampak kelereng bergerak dengan kecepatan konstan.

Ini berarti bahwa di samping gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya lain
yang bekerja pada kelereng tersebut, dimana gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida. Hukum Stokes membuat asumsi sebagai berikut untuk
perilaku suatu partikel dalam fluida dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu aliran laminar,
partikel bola, bahan homogen (seragam dalam komposisi), permukaan halus, dan partikel
tidak saling mengganggu.

Hukum stokes berlaku dengan syarat yaitu:


1) Ruangan tempat fluida tidak terbatas (ukuran cukup besar atau luas dibandingkan
dengan ukuran benda).
2) Tidak ada turbulensi di dalam fluida, ini dapat dicatat jika laju tidak besar.
Fluida merupakan zat yang dapat berubah bentuk secara terus menerus jika terkena
tegangan geser meskipun tegangan geser itu kecil. Tegangan geser adalah gaya geser dibagi
dengan luas permukaan tempat adanya gaya geser tersebut.
Gaya geser adalah komponen gaya yang ymenyinggung permukaan. Fluida mempunyai
dua fisik ynitu viskositas dan elastisitas terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Benar
kecilnya viskositas fluida tergantung pada suhu fluid tersebut. Untuk fluida cairan, makin
tinggi suhunya maka, viskositasnya semakin besar. Sedangkan identitas atau kerapatan atau
suatu fluida dengan didefinisikan sebagai persatuan volume. Dari ilmu mekanika fluida,
tegangan geser pada aliran laminar dua dimensi arah x yang ditunjukkan.
Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v dalam suatu fluida kental yang koefisien
viskositasnya η, maka benda tersebut akan mengalami gaya gesekan fluida sebesar
𝐹𝑆 = 𝑘η𝑣, dengan k adalah konstanta yang bergantung pada bentuk geometris benda.

Berdasarkan perhitungan laboratorium, dimana pada tahun 1845, Sir George Stokes
menunjukkan bahwa

untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai. Bila nilai k = 6 π𝑟. Bila nilai k
dimasukkan ke dalam persamaan, maka diperoleh persamaan seperti berikut.
.................................................................................................................(5.2.3)

Dimana: Fs = gaya gesekan stokes (u), η= koefisienviskositas (N/m2), fluida (Ns), r =


Jari-jari bola (m), v= Kelajuan bola (m/s).

Gambar 5.2.3 Gaya-gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dalam fluida (Sumber :
Sidiq, M. F., & Samyono, D ,2016 ).
Perhatikan sebuah bola yang jatuh dalam fluida pada gambar dibawah. Gaya-gaya yang
bekerja pada bola adalah gaya berat (w), gaya apung (Fa), dan gaya lambat akibat visikositas
atau gaya stokes (Fs). Ketika dijatuhkan, bola bergerak dipercepat. Namun, ketika
kecepatannya bertambah, gaya stokes juga bertambah. Akibatnya, pada suatu saat bola
mencapai keadaan seimbang sehingga bergerak dengan kecepatan konstan yang disebut
kecepatan terminal.
Jika sebuah benda berbentuk bola dan mempunyai rapat massa dilepaskan pada
permukaan zat cair tanpa laju awal, bola tersebut mula-mula akan dapat percepatan.
Dengan berbentuk besarnya laju bola maka gaya stokes pada bola tersebut akan bertambah
besar pula, sehingga pada suatu ketika bola tersebut akan bergerak dengan laju konstanta,
yaitu pada saat terjadi kesetimbangan antara gaya berat, gaya apung dan gaya stokes pada
bola tersebut. Jika bola tersebut telah bergerak dengan laju konstanta maka akan berlaku
hubungan:
……………………………...........................................................(5.2.4)

…………………...........................................................................(5.2.5)
Dimana: ρ𝑏= Massa jenis bola (kg/mᵌ), ρ𝑓 = Massa jenis fluida (kg/mᵌ), t = waktu
tempuh bola untuk memenuhi jarak L (s), L =Jarakyang
ditempuh (m).
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa asumsi laju bola yang konstanta hanya
dapat dipenuhi untuk waktu tempuh yang besar atau ruangan yang luas (ideal tak
terhingga), karena waktu pengamatan kita terbatas, maka laju bola uang diperoleh dari hasil
pengamatan harus dikoreksi dengan persamaan :

.........................................................................................(5.2.6)
Dimana: Vs= Laju sebenarnya,V= Laju bola yang diamati, R = Jari- jari tabung fluida, k= Suatu
tetapan.
Pada kecepatan terminal, resultan yang bekerja pada bola sama dengan nol. Misalnya
sumbu vertikal ke atas sebagai sumbu positif, maka pada saat kecepatan terminal tercapai
berlaku berlaku persamaan berikut.
] ……....................................................................................................(5.2.7)

Dimana : τ = tegangan geser, µ = viskositas dinamik,𝑢 = kecepatan pada jarak y


𝑑𝑢
dari dinding 𝑑𝑦
= perubahan kecepatan dibagi dengan jarak sedang mana

perubahan tersebut terjadi.


Jika sebuah benda berbentuk bola dan mempunyai rapat massa dilepaskan pada
permukaan zat cair tanpa laju awal. Bola tersebut mula-mula akan mendapat percepatan.
Dengan berbentuk besarnya laju bola maka gaya stokes pada bola stokes tersebut akan
bergerak
laju konstan. Yaitu pada saat terjadi kesetimbahngan antara gaya berat, gaya apung, dan
gaya stokes pada bola tersebut. Khusus untuk benda yang berbentuk bola dan bergerak
didalam fluida yang tepat sifat-sifatnya. Viskositas zat cair dapat ditentukan secara
kuantitatifnya dengan besaran yang disebut koefisien viskositas satuan SI. untuk koefisien
adalah Ns/m2 atau pascal (Pa), ketika anda berbicara tentang fluida sejati, fluida ideal
mempunyai koefisien viskositas apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan V. Jika bola
tersebut telah bergerak dengan laju konstan maka akan berlaku hubungan :

…………………………………………….………….………...…….(5.2.8)
Dimana : Pb = massa jenis bola (kg /m3), Pt = massa jenis fluida(kg/m3), T = waktu
tempuh bola untuk memenuhi jarak L (s).
2.2 Tekanan Hidrostatik
Konsep tekanan sangat penting dalam mempelajari sifat fluida. Besar tekanan
didefinisikan sebagai gaya tiap satuan luas. Dalam praktik, tekanan sering kali diukur dalam
milimeter air raksa (biasanya dinamakan torr, menurut fisikawan Italia yaitu Evangelista
Torricelli). Tekanan yang dihasilkan oleh fluida menyebar ke segala arah. Sementara zat
padat, tekanan yang dihasilkan hanya ke arah bawa (jika pada zat padat tidak diberikan gaya
lain pada zat padat hanya bekerja pada gaya gravitasi) biasanya tekanan yang dihasilkan oleh
fluida ini disebut tekanan hidrostatis.hukum pokok hidrostatika yang berbunyi: “Semua titik
yang terletak pada suatu bidang datar di dalam zat cair yang sejenis memiliki tekanan yang
sama. Hukum Utama Hidrostatis dimana Tekanan hidrostatis pada sembarang titik yang
terletak pada bidang mendatar di dalam sejenis zat cair yang dalam keadaan setimbang
adalah sama.

Gambar 5.2.4 Tekanan hidrostatis pada kedalaman h. (Sumber : Ongga, P., Sanwaty, Y.,

Rondonuwu, F. S., & Kristiyanto, W. H. 2009).

Jadi,tekanan hidrostatis zat cair (Ph) dengan massa jenis ρ pada kedalaman h
dirumuskan dengan
…………….………………………....…………………….(5.2.9)

2 3
Dimana: Ph = tekanan hidrostatis (N/𝑚 ), ρ= massa jenis zat cair (Kg/𝑚 ), h=
2
kedalaman zat cair (m), g= percepatan gravitasi (m/𝑠 ).
untuk rumus tekanan :

…………………………………………........………………..(5.2.10)

Dimana: P = tekanan, F = gaya (N), A = luas (m2).

Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2 atau disebut dengan pascal, singkat Pa. untuk
tekanan udara kadang-kadang masih dapat digunakan satuan atmosfer atau cm raksa
(cmHg) atau milibar (mb).
1 mb = 10-3 bar
1 bar = 105Pa
1 atm = 1.01 x 105 Pa
1 mmHg = 1 torr = 1,1316 x 10-3 atm = 133,3 Pa

2.3 Hukum Pascal

Hukum Pascal dinyatakan oleh seorang filsuf sekaligus ilmuwan Prancis, Blaise Pascal
(1623-1662) menyatakan bahwa “Jika tekanan eksternal diberikan pada sistem tertutup,
tekanan pada setiap titik pada fluida tersebut akan meningkat sebanding dengan tekanan
eksternal yang diberikan”. Hukum Pascal ini menggambarkan bahwa setiap
kenaikan tekanan pada permukaan fluida, harus diteruskan ke segala arah fluida tersebut.
Hukum pascal hanya dapat diterapkan pada fluida, umumnya fluida cair. Jadi Bals Fascal
seorang sarjana Prancis, dia berkesimpulan bahwa gaya menekan zat cair didalam ruang
tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan

sama rata. Tekanan yang diberikan kapada zat di dalam ruang tertutup diteruskan sama
besar kesegala arah. Jika penekan hidrolik merupakan alat yang untuk menggandakan alat
yang kerjanya berdasarkan hukum pascal seperti pompa hidrolik dan alat pengangkat mobil.
Hukum pascal dapat diterapkan dengan kerja penekan hidrotik juga. Alat itu berupa bejana
tertutup yang dilengkapi dengan dua buah penghisap yang luas penampangnya berubah
masing-masing A1 dan A2 (A1<A2). Pada penghisap yang penampangnya A1, dikerjakan gaya
𝑓1
F1 tekanan P 𝐴1
diteruskan oleh zat cair lewat pipa penghubung ke penghisap A1 dengan

gaya F2 = P. A2 karena pada kedua panghisap sama maka persamaannya sebagai berikut.

Rumus Hukum Pascal :

…….……...............................................................................(5.2.11)

Dimana : F1 = gaya penampang 1 (N), F2 = gaya penampang 2 (N) ,A1


dan A2 = luas penampang 1 dan 2 (m2).

2.4 Hukum Stokes


Tekanan terhadap sembarang titik pada permukaan bola yang menghadap arah aliran
dengan tepat sama dengan tekanan pada arah ilir aliran. Sehingga resultan gaya terhadap
bola itu yang disebut gaya stokes. Misalnya jari-jari bola r koefisien viskositas fluida π dan
kecepatannya relatif bola terhadap fluida v, secara matematis besarnya gaya stokes
dirumuskan :
……………………………………..………………………..…...…(5.2.12)

Dimana:Fs = gaya stokes (N), π = koefisien viskositas (Nsm-2)


V = Kecepatan relatif bola terhadap bola (ms-1).

Persamaan diatas pertama kali dirumuskan oleh Sir George Stokes pada tahun 1845,
sehingga disebut juga hukum stokes. Jika bola jatuh kedalam fluida yang kental. Gaya berat
bola bergerak di dalam fluida pada bola bekerja gaya-gaya berikut:
a. Gaya berat bola ω berarah vertikal kebawah.
b. Gaya archimedes (fs) berarah vertikal keatas.
c. Gaya stokes (fs) berarah vertikal keatas.
Sesaat- sesaat bola masuk kedalam fluida, gaya gerak bola lebih besar dari pada bola
jumlah gaya archimedes dan gaya stokes, sehingga bola mendapat percepatan vertikal
kebawah dan selama gerak bola dipercepat. Gaya stokes bertambah, hingga suatu saat gaya
berat benda sama dengan jumlah gaya Archimedes dan gaya stokes. Pada keadaan tersebu
kecepaian bola maksimum, bola bergerak beraturan.
Jika jari-jari bola, massa jenis bola, massa jenis fluida dan koefisien viskositas fluida
maka sela bola bergerak dan beraturan gaya-gaya pada bola memenuhi persamaan :
………..................................................................................................(5.2.13)

Dimana : Fs = gaya stokes (N), π = koefisien viskositas (Nsm-2)


V = Kecepatan relatif bola terhadap bola (ms-1).

Dengan mengukur kecepatan maksimum bola yang jari-jari dan massa jenisnya
diketahui, maka viskositas fluida tempat bola itu dijatuhkan dapat dihitung berdasarkan
persamaan diatas. Khusus untuk bola yang bergerak dibawah atau didalam fluida yang tetap
sifatnya. Besarnya gaya yang diambil oleh dirumuskan :
…………………………………………………………
…………(5.2.14)

Dimana : Fs = gaya gesek (N), V= laju relative bola terhadap fluida (m/s).

Rumus ini dikenal dengan hukum stokes, hukum ini berlaku dengan syarat dan
ketentuan sebagaimana :

a. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukuran) besar atau luas dari bidang dengan ukuran
pada bola.
b. Tidak ada turbelensi, pda fluida yan dicapainya jika laju tidak benar.
Jika sebuah benda berbentuk bola dan juga mempunyai massa saat dilepaskan pada
saat permukaan zat cair tanpa laju awal. Bola tersebut akan bergerak dengan kesetimbangan
antara gaya gesek, gaya apung, dan gaya stokes pada tabel dibawah ini terlihat bahwa air,
udara dan juga alcohol mempuyai koefisien kecil sekali dibanding dengan glisenin. Viskositas
tergantung pada suhu, dan pada kebanyakan fluida makin tinggi suhu maka makin rendah
koefisien viskositasnya,, tabel nilai koefisien beberapa fluida sebagai berikut.

Tabel 5.2.1 Viskositas Fluida dan Koefisiennya


Fluida Temperatur (o C) Koefisien Viskositas
0 1,8 x 10-3
20 1,0 x 10-3
Air
60 0,65 x 10-3
100 0,3 x 10-3
Darah (keseluruhan) 37 4,0 x 10-3
Plasma Darah 37 1,5 x 10-3
Ethyl alkohol 20 1,2 x 10-3
Oli mesin (SAE 10) 30 200 x 10-3
Gliserin 0 10.000 x 10-3
20 1500 x 10-3
60 81 x 10-3
Udara 20 0,018 x 10-3
Hidrogen 0 0,009 x 10-3

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Gambar 5.3.1 PeralatanPraktikum Viskositas Fluida
(a)Tabung gelas besar, (b) Mikrometer sekrup, (c)Neraca analitis(Timbangan),(d)Jangka
sorong, (e) Rol meter, (f) Lap Halus, (g) Karet, (h) Gelas Ukur, (i) Kelereng

3.2 Prosedur Kerja


Pertama-tama kami menimbang massa bola, kemudian mengukur diameter tiap-tiap
bola kami melakukannya beberapa kali hingga mendapatkan hasil yang tepat. Setelah itu
kami mengukur diameter dalam tabung, kemudian menentukan jarak pada tabung,
kemudian menjatuhkan bola ke-1 pada fluida dan kami menggunakan stopwatch untuk
menghitung waktu tempuh bola untuk sampai pada posisi atau batas tertentu, kami
melakukan sebanyak 6 kali sehingga mendapatkan hasil yang tepat,

setelah itu kami mencoba lagi dengan bola ke-2 dan-3 dengan cara yang sama masing
masing tiga kali percobaaan dengan cara yang sama, terakhir kami mengukur suhu fluida
setelah melakukan percobaan, lalu mencatat hasil yang telah diperoleh ke dalam tabel.

Anda mungkin juga menyukai