Anda di halaman 1dari 15

ESSAY AKUNTANSI KEPRILAKUAN

“Pengaruh Desain Sistem Penganggaran terhadap


Perilaku manajer dan Bawahan di Sektor Publik”

Disusun Oleh :

BILQIS RATU ZHABRINA


A31114326

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENGARUH DESAIN SISTEM PENGANGGARAN TERHADAP
PERILAKU MANAJER DAN BAWAHAN DI SEKTOR PUBLIK

I. Pendahuluan
Suatu perusahaan atau organisasi untuk ber-kesinambungan dalam kehidupan
perusahaan, sudah menjadi kewajiban memiliki tujuan. Umumnya tujuan yang ingin
dicapai oleh organisasi atau peru-sahaan dalam arti sempit adalah memperoleh laba.
Tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan organi-sasi mencapai tujuan dan berbagai
sasaran tergan-tung pada berbagai faktor diantaranya mampu/ti-daknya manajer dalam
organisasi menjalankan fung-si-fungsi manajerialnya (Siagian, 1989: 3). Kega-galan
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi karena kegagalan
atau kele-mahan pada salah satu tahap atau beberapa tahap dalam proses pengendalian
manajemen, terutama atas perilaku manajemen itu sendiri.
Ferdinand dalam Prasetyono (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga kriteria
keberhasilan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur:
1. Mampu tetap bertahan (survival), yaitu kemam-puan organisasi untuk mencari
alternatif untuk memberikan bentuk pelayanan yang profesio-nal.
2. Pertumbuhan (growth), yaitu kemampuan organisasi untuk mengembangkan
usahanya bertahan dalam persaingan dan peningkatan mutu pelayanan.
3. Keuntungan (profitability), yaitu kemampuan usaha organisasi untuk mendukung
peningkatan kesejahteraan para karyawan.
Aspek perilaku individu merupakan faktor yang mendominasi dalam pencapaian
atau me-realisasi tujuan. Perilaku (behavior) merupakan proses cara seseorang
mengerjakan sesuatu. Perilaku merupakan sebuah unsur yang menjadi pusat perbedaan
manusia antar individu. Dalam pekerjaan, dapat dibayangkan jika tanpa perilaku, pasti
tidak akan ada produksi yang dihasilkan. Perilaku merupakan kata kunci, sebab dalam
pekerjaan sangat banyak perilaku yang muncul yang menyebabkan sebuah hasil
tertentu.
Perilaku yang dapat diobservasi memungkinkan untuk dapat membetulkan,
menjumlah dan menilai dan selanjutnya dapat mengelolanya. Perilaku yang tepat akan
membuahkan hasil yang mereflek-sikan gabungan upaya banyak individu. Perilaku
mencerminkan usaha seseorang untuk melakukan sesuatu. Sementara itu, karakteristik
individu me-nunjukkan penyebab perilaku. Cara manajer bekerja, berpikir, dan
berperilaku menentukan arah keber-hasilan perusahaan (Ivancevich, 2007: 5).
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk setiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran
organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategi
telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi
dan perencanaan strategi yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi sangat
penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan
dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun.
Tulisan ini membahas mengenai bagaimana pengaruh desain sistem anggaran
terhadap perilaku manajer dan bawahan di sektor publik.

II. Pembahasan
2.1 Konsep Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan
penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Dalam
organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Pada sektor
swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik,
sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran
organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategic
telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk
memfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.
Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi:
1. Aspek perencanaan;
2. Aspek pengendalian; dan
3. Aspek akuntabilitas publik.
Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan,
serta pelaporan dan akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus
(oversight body).
2.2 Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhan
masyarakat, seperti listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya
agar terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh
keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang mereka buat.
Anggaran sektor publik menjadi penting karena :
a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial
ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
c. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab
terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga yang ada.

2.3 Perkembangan Anggaran Sektor Publik


Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen
kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi besarya anggaran yang secara langsung
merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami
banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah
sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan
tuntutan yang muncul di masyarakat. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama
yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah : a) Anggaran
Tradisional atau Anggaran Konvesional; dan b) pendekatan baru yang sering dikenal
dengan pendekatan New Public Management.

2.4 Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu: (1) sebagai alat
perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal, (4) alat politik, (5) alat
koordinasi dan komunikasi, (6) alat penilaian kinerja, (7) alat motivasi, (8) alat
menciptakan ruang publik.
1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh pemerintah, berupa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang
diperoleh dari belanja pemerintah tersebut.
Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
a) merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi
yang ditetapkan,
b) merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
serta merencanakan alternatif sumber pembiayaannya,
c) mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun,
dan
d) menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapian strategi.
2. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan
dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik.
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari
adanya overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam
pengalokasian anggaran dalam bidang lain yang bukan merupakan prioritas.
Pengendalian anggaran public dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
a) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan;
b) Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances);
c) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tak dapat
dikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians;
d) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran dapat
digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan
ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu. Oleh karena itu pembuatan anggaran publik membutuhkan
political skill, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang
prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik.
5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and
Communication Tool)
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.
Anggaran publik yang disusun dengan baik mampu mendeteksi inkonsistensi suatu
unir kerja dan juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam
lingkungan eksekutif.
6. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan
pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifal challenging but
attainable atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran
hendaknya jangan terlalu tinggi hingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan
terlalu rendah hingga terlalu mudah dicapai.
8. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Share)
Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan
harus terlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang
terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran pemerintah, kelompok lain yang
kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melaluiproses politik yang ada.

2.5 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik


Prisip-prinsip pokok dalam siklus anggaran
1. Tahap Persiapan Anggaran
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu
diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih
dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus
disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi
pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang angggaran pengeluaran.
2. Tahap Ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit
dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill
namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building
yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat
penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan- bantahan
dari pihak legislatif.
3. Tahap Implementasi/Pelaksanaan Anggaran
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh
manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen.
4. Tahap Pelaporan Dan Evaluasi
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak
akan menemukan banyak masalah.

2.6 Partisipasi Anggaran


Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu-individu
secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan
anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar
pencapaian tujuan anggaran mereka (Brownell, 1982).
Partisipasi anggaran adalah tahap partisipasi pengurus dalam menyusun anggaran
dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban. Brownell (1982)
mendefenisikan bahwa anggaran adalah suatu proses partisipasi individu akan dinilai
dan mungkin diberi penghargaan atas prestasi mereka pada tujuan yang dianggarkan,
dan mereka terlibat dalam proses tersebut dan mempunyai pengaruh pada penentuan
tujuan tersebut.
Definisi partisipasi dalam anggaran secara terperinci yaitu :
a. Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus.
b. Alasan-alasan pihak manajer pada saat anggaran diproses.
c. Keinginan memberikan partisipasi anggaran kepada pihak manajer tanpa diminta.
d. Sejauhmana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir.
e. Kepentingan manajer dalam partisispasinya terhadap anggaran.
f. Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat
pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun.

2.7 Desain atau Model Sistem Penganggaran


Beberapa jenis model anggaran telah dikembangkan sebagai berikut:
1. Line-Item Budgeting
Model ini merupakan bentuk anggaran yang lama sehingga dikenal dengan
traditional budgeting. Jenis pendapatan disusun seperti pendapatan pajak, non pajak,
hibah dan seterusnya. Sementara belanja disusun berdasarkan jenis belanja seperti
pegawai, barang, pemeliharaan, perjalanan dinas, pembayaran bunga dan belanja
perimbangan keuangan pusat dan daerah, transfer lain serta belanja pembangunan
(capital outlay).
Line-item budgeting memiliki kelemahan karena tidak bisa mengetahui jumlah
yang dialokasikan kepada tiap unit sebagai responsibility centres. Selain model itu,
model ini tidak bisa mengukur tingkat aktivitas yang telah direncanakan dan
diprioritaskan.
2. Incremental Budgeting
Jones and Pendlebury (1996) menyatakan tiga alasan mengapa metode ini
banyak digunakan. Pertama, banyak kegiatan untuk mencapai tujuan pemerintah
telah digunakan tahun lalu yang perlu dilanjutkan di tahun ini. Kedua, metode ini
mudah dilakukan dan menghindari konflik antar unit pemerintah. Ketiga, metode ini
sangat konservatif dengan adanya perubahan yang relatif kecil atau dengan batas
tertentu berdasarkan pertimbangan yang memadai. Sementara, cara yang seperti ini
menurut Wildavsky (1975) digunakan oleh negara kaya dan dalam situasi ekonomi
dan politik yang relatif stabil.
Kelebihan metode ini adalah mudah dan cepat karena hanya mendasarkan pada
incremetal dan anggaran tahun sebelumnya. Akan tetapi, kelemahannya, adalah
memungkinkan adanya pendapatan dan belanja yang sudah tidak sesuai dengan
kenyataan.
3. Revenue Budgeting
Penganggaran dengan metode, ini dilakukan dengan dasar kemampuan suatu
negara untuk memperoleh pendapatan. Selanjutnya, disusun belanja sesuai dengan
kemampuan tersebut. Apabila disusun anggaran belanja sesuai dengan kemampuan
memperoleh pendapatan negara, anggaran tersebut berimbang (balance budget).
Selain itu, apabila melebihi pendapatan negara, anggaran belanja itu disebut
anggaran pengeluaran (spending budget).
Wildavsky (1975) menyatakan bahwa metode ini akan relatif digunakan oleh
suatu negara yang sangat terbatas pendapatannya, tetapi situasi ekonomi dan politik
relatif stabil.
4. Repetitive Budgeting
Metode penganggaran dengan mengulang anggaran dari tahun-tahun
sebelumnya karena adanya kondisi yang tidak stabil dibidang ekonomi dan politik.
Pertimbangan menggunakan metode ini karena tidak memungkinkannya
menyusun dengan metode lain karena situasi dan kondisi yang tidak stabil.
Wildavsky (1975) memberikan contoh penggunaan metode ini oleh
pemerintah Republik Perancis ke-3 dan ke-4. Di Indonesia metode ini di akomodasi
dalam UUD 1945 dengan catatan apabila DPR RI tidak menyetujui rancangan
anggaran yang disampaikan oleh pemerintah.
5. Supplemental Budgeting
Metode ini digun akan dengan cara membuat anggaran yang membuka,
kesempatan untuk melakukan revisi secara luas. Cara ini dilakukan apabila kondisi
negara, tidak ada kesulitan pendapatan negara, tetapi memiliki kendala
administrasi.
Kelebihan metode ini adalah menyesuaikan anggaran dengan kondisi nyata
(real) yang sedang berlangsung. Akan tetapi, kelemahan metode ini ketidakjelasan
dalam anggaran yang sering berubah. Selama itu juga ketidakjelasan arah prioritas
dari belanja negara.
6. Performance Budgeting
Dengan metode ini anggaran disusun berdasarkan pada, kinerja yang dapat
diukur dari berbagai kegiatan. Akan tetapi, metode ini juga men ggunakan
klasifikasi berdasarkan objek seperti line-item budgeting. Faktor penentu di
dalam metode, ini adalah efisiensi dari berbagai kegiatan yang ada dengan
menetapkan standar biaya (cost standard).
Kelebihan metode ini adalah bahwa kegiatan didasarkan pada efisiensi dengan
adanya standar biaya berdasarkan kegiatan masa lalu. Kelemahannya adalah
sulitnya mengukur performance setiap aktivitas pemerintahan, disamping kesiapan
aparat negara dalam melaksanakan metode dengan baik.
7. Planning Programming Budgeting System
Model PPBS dikembangkan untuk memungkinkan para pengambil keputusan
(decision makers) mengambil keputusan berdasarkan perhitungan atau pendekatan
ilmiah dari model-model manajemen yang ada. Didalam model ini digunakan cost
and benefit analysis. Mengapa hal ini dilakukan? adanya keterbatasan pendapatan
dan banyaknya atau besarnya belanja merupakan pertimbangan dilakukannya
analysis cost and benefits. Untuk itu, pilihan yang menghasilkan benefits yang
besar akan diambil lebih dahulu. Dengan kata lain akan dilakukan penyusunan
daftar prioritas berdasarkan program yang memiliki benefit yang terbesar.
Bagaimana penyusunan anggaran dengan menggunakan metode ini? Pertama,
perumusan tujuan organisasi dan unit-unit dibawahnya. Tanpa adanya perumusan
tujuan yang jelas dari organisasi atau unit, program tidak dapat Dikembangkan.
Kedua, Menyusun Program Berdasarkan Tujuan-Tujuan Yang Sama Dari Setiap
Unit. Ketiga, Program Yang Telah Tersusun Dirinci Lagi Menjadi Aktivitas-
Aktivitas (Program Elements). Keempat, Setiap Elemen Dibuat Analysis Biaya
Dan Manfaat (Cost And Analysis). Kelima, Menghitung Biaya Dan Manfaat
Dalam Level Program.
Kelemahan Dari Metode Ini Adalah Memerlukan Waktu Yang Lama Dan
Secara Tehnis Sulit Dipraktekkan Oleh Aparat Penyususn Anggaran. Hal Ini
Disebabkan Oleh Mengukur Manfaat Dengan Nilai Uang Tidak Mudah.
8. Zero Based Budgeting
Sesuai Dengan Namanya, Anggaran Disusun Dari Nol Meskipun Pada Tahun
Sebelumnya Telah Dilakukan Proses Penganggaran. Anggaran Tidak Bergantung
Pada Tahun Sebelumnya Sehingga Hal Ini Merupakan Lawan Dari Cara
Incremental Budgeting Yang Seringkali Ditemukan Adanya Program Yang Sudah
Tidak Efektif, Tetapi Anggarannya Justru Meningkat. Padahal, Di Dalam Praktek
Dimungkinkan Adanya Incremental Atas Decision Package Yang Digunakan
Dalam Penyusunan Metode Ini.
Decision Package Merupakan Suatu Syarat Mengembangkan Model Ini.
Decision Package Adalah Suatu Dokumen Yang Menggambarkan Informasi
Terkait Dengan Efek Dari Berbagai Alternatif Kegiatan. Prosesnya Adalah
Pertama, Pengidentifikasian Unit Keputusan (Decision Units). Kedua,
Pengembangan Paket Keputusan. Paket Keputusan Ini Adalah Program Yang
Direncanakan. Ketiga, Membuat Peringkat Decision Package. Peringkat Ini Dibuat
Dari Program Yang Membutuhkan Dana Yang Rendah Sampai Dengan Yang
Membutuhkan Dana Yang Besar.Keuntungan Dari Metode Ini Adalah Menghapus
Ketidak-Efektifan Satu Program, Memungkinkan Program Barn, Pada Setiap
Aktivitas Ada Tujuan Yang Jelas Dan Melibatkan Seluruh Level. Akan Tetapi,
Kerugiannya Adalah Terlalu. Optimis Bahwa Perhitungannya Mudah, Tidak
Mudah Mengkonsolidasi Unit, Dan Ranking Tidaklah Mudah Dan Sering Menjadi
Tidak Sesuai Dengan Tujuannya.This Page Was Created Using Bcl Allpdf
ConverterTrial Software.

2.8 Aspek Perilaku Dalam Penganggaran Sektor Publik


Aspek perilaku dalam anggaran dapat mempengaruhi kinerja anggaran. Beberapa
aspek perilaku dalam penganggaran sektor publik antara lain:
a. Partisipasi anggaran
b. Keterlibatan manajemen senior
c. Senjangan anggaran

1. Partisipasi Anggaran
Merupakan pelibatan staf dan manajer dalam proses penyusunan anggaran.
Partisipasi dapat meningkatkan motivasi dan tanggungjawab staf dan manajer
terhadap pencapaian target anggaran. Anggaran non partisipatif berdampak negatif
terhadap motivasi dan komitmen pelaksana anggaran untuk mencapai target
anggaran.
2. Keterlibatan Manajemen Senior
Dalam penganggaran sektor publik, keterlibatan manajemen senior tercermin
dalam peran aktif Tim Anggaran Pemerintah dalam memberikan arahan, evaluasi,
dan koreksi terhadap usulan anggaran yang diajukan oleh unit kerja. Keterlibaran
manajemen senior dalam proses penganggaran penting untuk menghasilkan
anggaran yang berkualitas.
3. Senjangan Anggaran
Senjangan anggaran (budgetary slack) merupakan selisih antara jumlah yang
dianggarkan dengan kemampuan atau kebutuhan riil yang dimiliki pengguna
anggaran. Senjangan anggaran bisa positi dan negatif.
Motivasi dilakukannya senjangan anggaran positif antara lain untuk
mendapatkan penghargaan, bonus, insentif, dan kemudahan dalam mencapai target
anggaran. Motivasi dilakukannya senjangan anggaran negatif antara lain agar
dianggap pahlawan, suka tantangan, dan karena tekanan politik dari dewan.

Gambar 2.1 Senjangan Anggaran

2.9 Perilaku Politik Dalam Penganggaran Sektor Publik


Penganggaran sektor publik merupakan suatu proses politik, dan mereflesikan
pilihan tentang apa yang akan dilakukan pemerintah dan apa yang tidak dilakukan.
Anggaran harus mendapat persetujuan dewan legislatif yang merupakan lembaga
politik. Anggaran harus melalui proses politik di legislatif maupun eksekutif. Dengan
demikian, anggaran sektor publik merupakan instrumen politik.
Terdapat beberapa area atau tahapan dalam siklus anggaran yang melibatkan
terjadinya proses politik anggaran, antara lain pada saat:
a. Penentuan kebijakan anggaran (budget policy)
b. Penentuan prioritas program dan plafon anggaran
c. Penentuan alokasi anggaran
d. Pembahasan anggaran
e. Perubahan anggaran
f. Pertanggungjawaban anggaran

1. Penentuan Kebijakan Anggaran


Yang dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) merupakan proses
politik, sebab kebijakan anggaran merupakan komitmen dan kesepakatan bersama
antara eksekutif dengan legislatif. Kebijakan anggaran berisi target pencapaian
kinerja yang terukur dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah
yang disertai dengan proyeksi pendapatan, alokasi belanja, sumber dan pengunaan
pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya. Rancangan kebijakan
anggaran diajukan oleh eksekutif dan dibahas bersama dengan legislatif.
2. Penentuan Prioritas Program dan Plafon Anggaran
Terjadinya penentuan prioritas program karena program yang dianggap prioritas
atau penting oleh legislatif belum tentu sama dengan yang diajukan oleh eksekutif.
Oleh karena itu mengenai prioritas program dan plafon anggaran perlu negosiasi dan
kesepemahaman tentang apa yang menjadi prioritas anggaran. Selain penentuan
program prioritas, penentuan plafon anggaran juga merupakan suatu permasalahan.
Plafon anggaran merupakan batas maksimal anggaran yang boleh dibelanjakan untuk
pelaksanaan program, kegiatan, atau fungsi. Penentuan plafon anggaran tidak hanya
bersifat politis tetapi juga terdapat pertimbangan teknis.
3. Penentuan Alokasi Anggaran
Plafon anggaran masih bersifat global. Rincian anggaran terdapat dalam
penentuan alokasi anggaran untuk masing-masing urusan, fungsi, unit kerja,
program, dan kegiatan. Penentuan alokasi anggaran lebih banyak terjadi di wilayah
eksekutif. Politik anggaran dalam penentuan alokasi anggaran terjadi antara
pengguna anggaran dengan tim anggaran aksekutif.
4. Pembahasan Anggaran
Politik anggaran juga terjadi pada tahap pembahasan anggaran antara eksekutif
dengan legislatif. Pembahasan anggaran di tingkat legislatif dilakukan dalam dua
tahap, yaitu pada tingkat komisi atau badan anggaran legislatif dan pada sidang
papipurna dewan. Pembahasan anggaran di tingkat komisi atau badan anggaran
legislatif sudah sangat rinci hingga ke obyek belanja per kegiatan yang dituangkan
dalam rencana kerja dan anggaran (RKA).
5. Perubahan Anggaran
Revisi anggaran dilakukan dalam pertengahan tahun anggaran berjalan dan
dilakukan jika terdapat hal-hal berikut:
a) Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum anggaran
b) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran (virement)
antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja
c) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk tahun berjalan
d) Keadaan darurat, seperti bencana alam
e) Keadaan luar biasa, yaitu keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan
dan/atau pengeluaran dalam anggaran mengalami kenaikan atau penurunan lebih
besar dari 50%.
Perubahan anggaran harus melalui pembahasan dan persetujuan dewan.
6. Pertanggungjawaban Anggaran
Pada tahap pertanggungjawaban anggaran, legislatif akan meminta
pertanggungjawaban eksekutif dan menilai kinerja anggaran. Legislatif dapat
menggunakan perannya sebagai pemegang hak anggaran (budget), hak legislasi, dan
hak pengawasan untuk menekan eksekutif dalam pertanggungjawaban anggaran
dengan memberikan penilaian negatif atau menolak pertaggungjawaban eksekutif
tersebut. Oleh karena itu dukungan politik, koalisi, dan komunikasi politik antara
eksekutif dengan legislatif sangat penting dalam setiap penganggaran.

III. Kesimpulan
1. Anggaran sektor publik berfungsi sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat
kebijakan fiskal, alat politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja,
alat motivasi, dan alat menciptakan ruang publik.
2. Anggaran berfungsi sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Jenis anggaran
yang bisa diterapkan yaitu line item budget, zero based budget, program budget, dan
perfomance budget. Proses penganggaran terdiri atas persiapan anggaran, ratifikasi,
implementasi, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Dalam penganggaran sektor
publik terdapat aspek perilaku dan politik yang perlu diperhatikan.
Daftar Pustaka

Bronell, P. and McInnes, M. 1986. “Budgetary Participation, motivation, and


manajerial performance”. The Accounting Review, Vol. 61, No. 4

Siagian., S. P. 1989. Fungsi-Fungsi Manajerial. Jakarta: Bina Aksara.

Prasetyono, K. N. 2008. Analisis Kinerja Rumah Sakit Daerah Berdasarkan Budaya


Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Akuntabilitas Publik (Survei Pada Rumah
Sakit di Daerah Jawa Timur). Simposium Nasional Akuntansi. Pontianak.

Ivancevich, J. M. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Edisi Ketujuh. Jilid 1.


Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Jogjakarta: Andi.

Marlisa, Iskandar Sam, dan Yudi. 2010. Analisis Pengaruh Perilaku Manajerial Manajer
Terhadap Kerugian Perusahaan (Studi Kasus Pada Pdam Tirta Buana Merangin).
Jurnal Cakrawala Akuntansi, Volume 2, Nomor 1, Februari 2010, hlm 21-30.

Nurcahyani, Kunwaviyah. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja


Manajerial Melalui Komitmen Organisasi Dan Persepsi Inovasi Sebagai Variabel
Intervening. Universitas Diponegoro. Semarang.

Rowan Jones and Maurice Pendlebury, Public Sector Accouinting, Third Edition,
Pitman Publishing, 1992.

Anda mungkin juga menyukai