Anda di halaman 1dari 6

REFLEKTIF JURNAL

STASE KEPERAWATAN ANAK DI RUANG PARIKESIT

RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO SEMARANG

Disusun Oleh :

RIKSA RIZKI FUADI

P1337420120047

3A2 REGULER

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2022/2023
Nama Mahasiswa :Riksa Rizki Fuadi

NIM : P1337420922047

Stase : Keperawatan Anak

Ruang : Parikesit

Rumah Sakit : RSUD KRMT Wongsonegoro

Tanggal/minggu ke 1: 24 - 29 Oktober 2022

Nama CI : Ananti Lenita S.Kep.,Ners

Dosen Pembimbing : Titin Suheri, S.Kp,Msc

DESKRIPSI

Saat ini saya berpraktik di bangsal pediatri tepatnya di rung Parikesit. Ruangan
ini penuh dengan pasien anak dengan berbagai penyakit: ISPA, gastroenteritis, kejang
demam, Febris, bronkopneumonia dan banyak lagi. Pasien yang saya rawat adalah
An. F. 6 tahun dengan bronkopneumonia, mengeluh demam, sesak nafas, dan batuk
grok-grok.

Bronkopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak salah satu penyebabnya
adalah infeksi virus atau bakteri yang masuk kedalam saluran pernafasan, bayi dan
anak sangat rentan terkena penyakit ini karena system imunitas mereka masih lemah.
Jadi bronkopneumonia bisa berbahaya jika tidak segera mendapatkan perawatan
medis. Terapi nebulizer merupakan alat terapi inhalasi yaitu alat yang mengubah obat
cair menjadi uap untuk dihirup ke dalam paru-paru. berfungsi untuk melegakan
saluran napas yang menyempit, menekan proses peradangan, mengencerkan dan
memudahkan secret keluar dari saluran pernafasan.

Selain itu diberikan terapi resusitasi cairan untuk menjaga keseimbangan


cairan dan Ph dalam tubuh. Jenis cairan yang biasa digunakan untuk mengobati
adalah larutan Ringer laktat. Obat yang paling umum adalah antibiotik +
bronkodilator + ventolin + ambroxol + suplemen makanan.
Perasaan

Pada saat itu saya merasa cemas dan bingung bagaimana dan apa yang harus
saya lakukan, sehingga salah satu intervensi saya yang edukasikan pada ibu klien
adalah menganjurkan memberikan minum dengan air hangat, mengajari bagaimana
cara batuk efektif dan makanan agar anak tidak kehilangan banyak cairan dan energi.

Evaluasi

Pada saat itu, saya merasa kurang kemampuan dan juga ilmu saya mengenai
penanganan pada pasien dengan bronkopneumonia. Salah satu tindakan yang saya
lakukan adalah menganjurkan ibu klien untuk memberikan minum dengan air hangat,
mengajari bagaimana cara batuk efektif. Dalam melakukan intervensi saya sedikit
bingung untuk menuntun dan mengajari prosedur cara batuk efektif, tujuannya yaitu
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah,dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal, melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsinya dan melatih
klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik. Tindakan medis yang
dilakukan adalah terapi nebulizer, yaitu alat terapi inhalasi merupakan alat yang
mengubah obat cair menjadi uap untuk dihirup ke dalam paru-paru. Jika terapi
intravena diperlukan, dapat diberikan cairan normotonik, seperti cairan salin normal
atau ringer laktat. Observasi harus dilakukan dengan baik dan memperhatikan tanda-
tanda vital, pernapasan, saturasi oksigen, serta penyesuaian infus jika diperlukan.
Adapun diagnose dan penatalaksanaan menurut WHO adalah sebagai berikut:

1. Bronkopneumonia sangat berat


Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak
harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
2. Bronkopneumonia berat
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
3. Bronkopneumonia
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernapasan yang cepat:
> 60x/menit pada anak usia <2 bulan
> 50x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun
> 40x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan
tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman
penyebab:
1. kultur sputum atau bilasan cairan lambung.
2. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama
virus.
3. deteksi antigen bakteri.

Adapun beberapa jenis obat dan dosis bronkodilator antara lain:

1. Ipratropium
Anak-anak usia <6 tahun: 20 mcg, 3 kali sehari.
Anak-anak usia 6–12 tahun: 20–40 mcg, 3 kali sehari.
2. Salbutamol
3. Ambroxol

Analisis

Tindakan apa yang harus dilakukan membuat saya kebingungan, cemasa hal
itu dapat memperburuk keadaan. Akan tetapi dengan arahan perawat saya masih dapat
mengkoordinasikan pikiran dan situasi yang terjadi saat itu. Perlunya kolaborasi
dengan tenaga medis lain dan dokter untuk penanganan hal tersebut terutama dalam
pemberian tindakan dan pemberian obat-obatan bronkopneumonia pada anak.
Perlunya observasi menyeluruh yang tepat mengenai tanda-tanda vital, pernafasan dan
saturasi oksigen pasien sehingga saya melanjutkan intervensi kepada pasien untuk
meminum air hangat serta batuk efektif yang dapat mengurangi gejala dan juga
mengatasi masalah sistem pernafasan pasien.

Kesimpulan

Saya akan intropeksi diri untuk persiapan selanjutnya supaya bisa mengatur
kecemasan & kepanikan di dalam menghadapi segala situasi. Dari insiden ini saya
belajar bahwa rasa gugup & panik akan memperburuk keadaan karena keurangnya
pengalaman saya sehingga sering lupa atau cemas yang dapat berakibat fatal jika
terjadin keterlambatan penanganan.
Rencana tindak lanjut

Untuk penanganan bronkopneumonia pada anak, pengetahuan ibu tentang


bagaimana tanda gejala dan cara penatalaksanaan bronkopneumonia pada anak, sering
minum air hangat serta prosedur bagaimana cara batuk efektif. Pendidikan kesehatan
tentang penanganan bronkopneumonia pada anak merupakan salah satu upaya untuk
mengedukasi, meringankan dan mengurangi tanda gejala bronkopneumonia pada
anak.
DAFTAR PUSTAKA

Antiasma dan Bronkodilator | PIO Nas. (2015). Pom.go.id.


https://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/31-antiasma-dan-
bronkodilator

Chapman, K. R. (2020). Anticholinergic Bronchodilator Therapy of Asthma—


Ageless. The Journal of Allergy and Clinical Immunology: In Practice, 8(8), pp.
2661–2662.

European Meidicine Agency. Ambroxol dan bromhexine containing medicinal


products. United Kingdom; 2015, page 10

Fadhila A. Penegakan diagnosis dan penatalaksanaan bronkopneumonia pada


pasien bayi laki-laki berusia 6 bulan. Medula Unila. 2013;1(2):1-10.

Kopsaftis ZA, et al. Short-acting bronchodilators for the management of acute


exacerbations of chronic obstructive pulmonary disease in the hospital setting:
systematic review. Systematic Reviews, 2018. 7:213. https://doi.org/10.1186/s13643-
018-0860-0

PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA - Waspada! Ini Tanda


Bronkopneumonia Pada Anak. (n.d.). Klikpdpi.com. Retrieved October 30, 2022,
from http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=8792

WebMD (2019). Bronchodilators (Rescue Inhalers): Short-Acting and Long-


Acting Types

Anda mungkin juga menyukai