Disusun Oleh :
P1337420120047
3A2 REGULER
2022/2023
Nama Mahasiswa :Riksa Rizki Fuadi
NIM : P1337420922047
Ruang : Parikesit
DESKRIPSI
Saat ini saya berpraktik di bangsal pediatri tepatnya di rung Parikesit. Ruangan
ini penuh dengan pasien anak dengan berbagai penyakit: ISPA, gastroenteritis, kejang
demam, Febris, bronkopneumonia dan banyak lagi. Pasien yang saya rawat adalah
An. F. 6 tahun dengan bronkopneumonia, mengeluh demam, sesak nafas, dan batuk
grok-grok.
Bronkopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak salah satu penyebabnya
adalah infeksi virus atau bakteri yang masuk kedalam saluran pernafasan, bayi dan
anak sangat rentan terkena penyakit ini karena system imunitas mereka masih lemah.
Jadi bronkopneumonia bisa berbahaya jika tidak segera mendapatkan perawatan
medis. Terapi nebulizer merupakan alat terapi inhalasi yaitu alat yang mengubah obat
cair menjadi uap untuk dihirup ke dalam paru-paru. berfungsi untuk melegakan
saluran napas yang menyempit, menekan proses peradangan, mengencerkan dan
memudahkan secret keluar dari saluran pernafasan.
Pada saat itu saya merasa cemas dan bingung bagaimana dan apa yang harus
saya lakukan, sehingga salah satu intervensi saya yang edukasikan pada ibu klien
adalah menganjurkan memberikan minum dengan air hangat, mengajari bagaimana
cara batuk efektif dan makanan agar anak tidak kehilangan banyak cairan dan energi.
Evaluasi
Pada saat itu, saya merasa kurang kemampuan dan juga ilmu saya mengenai
penanganan pada pasien dengan bronkopneumonia. Salah satu tindakan yang saya
lakukan adalah menganjurkan ibu klien untuk memberikan minum dengan air hangat,
mengajari bagaimana cara batuk efektif. Dalam melakukan intervensi saya sedikit
bingung untuk menuntun dan mengajari prosedur cara batuk efektif, tujuannya yaitu
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah,dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal, melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsinya dan melatih
klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik. Tindakan medis yang
dilakukan adalah terapi nebulizer, yaitu alat terapi inhalasi merupakan alat yang
mengubah obat cair menjadi uap untuk dihirup ke dalam paru-paru. Jika terapi
intravena diperlukan, dapat diberikan cairan normotonik, seperti cairan salin normal
atau ringer laktat. Observasi harus dilakukan dengan baik dan memperhatikan tanda-
tanda vital, pernapasan, saturasi oksigen, serta penyesuaian infus jika diperlukan.
Adapun diagnose dan penatalaksanaan menurut WHO adalah sebagai berikut:
1. Ipratropium
Anak-anak usia <6 tahun: 20 mcg, 3 kali sehari.
Anak-anak usia 6–12 tahun: 20–40 mcg, 3 kali sehari.
2. Salbutamol
3. Ambroxol
Analisis
Tindakan apa yang harus dilakukan membuat saya kebingungan, cemasa hal
itu dapat memperburuk keadaan. Akan tetapi dengan arahan perawat saya masih dapat
mengkoordinasikan pikiran dan situasi yang terjadi saat itu. Perlunya kolaborasi
dengan tenaga medis lain dan dokter untuk penanganan hal tersebut terutama dalam
pemberian tindakan dan pemberian obat-obatan bronkopneumonia pada anak.
Perlunya observasi menyeluruh yang tepat mengenai tanda-tanda vital, pernafasan dan
saturasi oksigen pasien sehingga saya melanjutkan intervensi kepada pasien untuk
meminum air hangat serta batuk efektif yang dapat mengurangi gejala dan juga
mengatasi masalah sistem pernafasan pasien.
Kesimpulan
Saya akan intropeksi diri untuk persiapan selanjutnya supaya bisa mengatur
kecemasan & kepanikan di dalam menghadapi segala situasi. Dari insiden ini saya
belajar bahwa rasa gugup & panik akan memperburuk keadaan karena keurangnya
pengalaman saya sehingga sering lupa atau cemas yang dapat berakibat fatal jika
terjadin keterlambatan penanganan.
Rencana tindak lanjut